NovelToon NovelToon

Remuk Hati, Bidadari Papah!

Bab 1 Niat Sekolah

Pagi yang cerah, dalam balutan selimut tebal sang gadis, bergerak sana-sini dalam sisi kanan dan kiri. Seolah bergantian pinggul kanan-kiri mencari kenyamanan posisi tidur yang lebih baik.

Tersingkapnya selimut, menanggalkan badan, tanda sang gadis bangun dari tidurnya.  mengucek mata seakan berat, menghirup udara secukupnya, melepas, dan menyandarkan badan dibagian kepala ranjang.

"Teman-teman sekolah hari ini, rasanya sepi tanpa mereka, dan tak ada teman bermain." Gumam dalam diam Dilla.

"Kemana semua orang? Mama dimana?" Dilla berucap dalam hati. Dengan diiringi langkah kaki menuju area dapur mencari mama.

Dalam kesibukan mencari mama, Dilla berharap mengutarakan segala keinginannya pada sang mama. Dia butuh teman, menemani hari-harinya yang sunyi.

Suara mereka adalah obat penawar rindu dalam kesehariannya. Nampak Dilla menemukan mamanya, sedang mencuci pakaian kotor yang banyak, lalu ia mendekati mamanya dengan rasa cemas dan gugup.

"Semoga mama bisa mendengar dan mengerti aku." Menatap lekat mamanya, dan berharap ada keajaiban dalam hidupnya.

"Mama aku mau sekolah!" Tatapan penuh harap jawaban pasti dari mamanya.

"Apa mama tidak salah dengar nak? Coba ulangi sekali lagi!" Wajah mamanya menegang seakan tak percaya.

"Mama aku mau seperti teman lainnya, bersekolah dan bermain dengan banyak teman." Ungkap Dilla seolah berharap penuh penghayatan.

Tersentak bangkit dari area cucinya, mamanya mendekati Dilla, berdiri berhadapan, menatap lekat manik mata sang anak dan berharapan hanya ada kesungguhan dan ketulusan dari anaknya.

Menepuk pelan bahu, mengusap kepala, dan memeluknya dalam dekapan hangatnya. Lamunannya menempatkan keheningan diantara mereka, sesaat ia merasa terhipnotis dengan keadaan. Lalu tersadarkan mamanya membawa menuju lemari tua dan lapuk.

Pelan-pelan ia membuka pintu lemari, banyak rak pakaian, baju-baju lama tersimpan rapi, ia mencari tiap lembar baju, dari semua baju yang dilihatnya sudah bolong dan tak layak pakai.

"Nak, sepertinya tidak ada baju cocok, untuk kamu kenakan." Tatapan sendu, mengisyaratkan kesedihan mamanya.

"Ayo nak! kerumah Tantemu. Barangkali ada baju yang cocok, untuk kamu pakai sekolah. Baju dari kakak sepupu dua kali mu nak." Ajak nya dan menggenggam tangan erat sang anak serta membawanya keluar rumah.

"Mah.., apa dirumah kak Ami, banyak baju seragam sekolah?" Tanyanya penuh keheranan.

Suasana rumah Tante yang ramai, dengan banyaknya anak-anak berkumpul dan bermain. Rasanya agak malu, bertatap muka dengan mereka dan menyapanya. Namun, Langkah tidak boleh berhenti, oleh sebab masalah malu.

Bagaimana Dilla sekolah? Kalau ramai aja dia malu-malu! Mamanya pun mengetuk pintu rumah Tante, dan mengucap salam pada tuan rumah.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Pindu." Ucap mama dengan sebutan Tante julukan pindu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Pindu." Kata yang sama dari Tante untuk mama, karena mereka sepupu dua kali, maka julukan namanya pindu.

"Maaf Pindu, ada perlu apa yah?" Tanya Tante kepada mama, yang terlihat kaku dan gugup. Tante pun mempersilahkan kami duduk diruang tamu keluarga.

"Begini Pindu, ponakan tiba-tiba mau sekolah katanya. Yah.. saya sudah membuka lemari lama, tempat bajunya yang dulu disimpan, tapi.. bajunya sudah bolong dan tak layak pakai. Kedatangan saya kesini, meminta bantuan pindu. Apa saya boleh meminta satu/dua lembar pakaian layak? Tentunya untuk ponakan sekolah." Papar mama, dengan mimik memohon.

"Maaf Pindu, apa ponakan sudah sembuh? Dan bisa bersekolah?" Tanyanya pada mama, membuat aku terheran-heran dengan kata-katanya.

"Insyaallah Pindu, doakan ponakan agar bisa bersekolah, seperti anak lainnya, dan seumurannya." Ucap mama dengan binar bahagianya.

"Amiin Ya Robbal Alamiin, Allahu Akbar, Alhamdulillah, Maha suci Allah atas segala anugerah dan nikmatnya." Ucap puji syukur Tante, dengan senyum manis.

Dengan gerakan cepat, tanpa ba-bi-bu lagi, mereka mendekati lemari, yang diyakini banyak seragam sekolah. Tante dengan buru-buru membuka lemari, mendapati banyak pakaian yang masih layak pakai, tiap lembar baju yang dibuka, dengan lincah mencocokkan ke badan Dilla, dan menentukan pilihan beberapa lembar pakaian, dengan dilengkapi atasan dan bawahan serta atribut-atribut lainnya.

"Pindu, coba cek lagi deh! Apa semuanya, sudah lengkap pakaian, dari baju merah putih, seragam pramuka, tas, dan sepatu juga. Karena Ami juga, sudah besar, baju-bajunya sudah tak terpakai. Gimana kalau semuanya, bawa saja pulang." Papar Tante dengan entengnya.

"Apa gak masalah? Kalau saya bawa semua, pulang kerumah! Saya tentu, tidak enakan hati, dengan kebaikan pindu." Ucap mama, dengan wajahnya yang heran.

"Gak masalah kok, Pindu! Selama ponakan, bisa bahagia dan tersenyum lagi. Insyaallah semuanya, dapat berkahnya." Terang Tante dengan entengnya.

"Sini nak! coba bajunya! Cocok loh, Pindu. Nak, bisa mencoba melihat dalam cermin, agar lebih bisa melihat, apa masih ada yang kurang? Silakan nak, ke lemari cerminnya." Ucap Tante dengan senang hati.

"Baik Tante, dan terimakasih banyak." Ucapku tulus dengan disertai melangkahkan kaki menuju lemari besar.

Ku tatapi pesona ku dalam cermin lemari, betapa indahnya anugerah tuhan yang maha esa, bajunya luar biasa cantik, cocok untuk badanku yang putih mulus dan berwajah manis serta menawan hati. Mama dan Tante saling berpandangan, menyaksikan keseruan mengenakan pakaian yang mereka berikan.

Ada senyum terukir dibibir mereka dengan menertawai ku yang kegirangan akan baju ini, aneh tapi..ini pengalaman pertama aku bersekolah, di usiaku yang menginjak sembilan tahun. semoga aku diterima dikelas yang aku inginkan dan bersama teman-teman menyelesaikan sekolah dasar.

"Pindu, kami pamit pulang dulu yah! Soalnya mau menjelang magrib nih, takutnya tidak sempat masak malam." Ujar mama sumringah.

"Nak, tolong Salim tantemu!!" Kata perintah mama padaku, sebagai bentuk menghormati orang tua.

"Iya mamah, sayang." kataku seraya melangkah kearah Tante dan menyalami.

"Sayang, baik-baik sama mama yah! Kalau sekolah yang benar dan jaga sikap pada bapak/ibu guru disekolah, ok! Jangan malas tentang pekerjaan rumah! Dengarkan kata-kata orang tua, karena dialah ladang kamu mendapat ilmu dan keberkahan hidup sayang." nasehat tante panjang-lebar, semoga semuanya dapat tersimpan dengan baik.

"Tante, terimakasih banyak untuk doanya. Semoga doanya Allah kabulkan, amiin ya Allah." kataku sambil melambai tangan padanya, seraya melangkah pulang.

Kami pun berada dalam rumah, ruangannya tentu berbeda dari rumah pada umumnya. Dengan hanya ada satu kamar, ruang tamu, ruang tengah, dan dapur.

Ukuran rumah tiga petak, berlantaikan semen. Namun, kami sangat mensyukuri adanya rumah. Rumah selalu membuat kami nyaman, dengan segala aktifitas hidup dijalani.

"Nak, kamu senang dengan bajunya? apa masih ada yang kurang?" Tanya mama padaku, dengan wajah sedikit menegang.

"Mah, aku senang dengan bajunya! Bajunya sungguh indah, meski baju bekas. Apa yang mama usahakan, aku sangat bersyukur. Biarkan saja yah, mah! Insya Allah semuanya baik-baik saja." terang ku dengan cerewetnya, dan tak lupa senyum manis.

"Sayang, sana pergi tidur! Besok insya Allah, kita sama-sama menemui pak kepsek disekolah." kata perintah mama padaku, seakan mengusir halus masuk dalam pembaringan.

"Iya deh, mama sayang." ucapku sambil menyalami tangannya.

Bab 2 bertemu kepsek

Rumah sudah tampak rapi dan bersih. Dihirup dalam-dalam udara pagi yang sejuk, dihalaman rumah. perumahan kecil keluarga kami, dengan lincahnya tangan menyapu halaman , yang cukup luas dan asri, dengan adanya ragam tanaman bunga, diantara jejeran pot ukuran besar, sedang, dan kecil memenuhi pekarangan rumah. Maha suci Allah atas anugerah dan nikmatnya. Kehidupan masih ada, bagi kami berkesempatan untuk menjalaninya.

"Bangun nak, sudah pagi. Katanya mau bersekolah? Ayo nak, mama tunggu kamu sampai selesai mandi, dan setelahnya bersiap yah untuk sarapan." Tutur halus mama, membisikkan setiap kata dengan lemah lembut.

"Hoeemm, iya mah. Aku masih ngantuk, dan mata berat untuk bangun." Kataku dengan menutup mata lagi.

"Nak, seperti inilah orang sekolah. Bangun pagi-pagi untuk mandi, bersiap-siap berdandan rapi, sarapan pagi, dan berangkat ke sekolah. Katanya mau sekolah? Yah.. tugas anak sekolah, yang pertama adalah bangun pagi-pagi, kedua yaitu mandi, ketiga ya berdandan rapi dan mengenakan segala atributnya, dan terakhir adalah berangkat sekolah." Ucap mama dengan ulangan kata-kata yang sama dengan mimik wajah tegas.

Sementara aku yang sedang terkantuk-kantuk, menahan mata berat. Dengan keterpaksaan, harus bangun dari pembaringan. Mengucek mata, dan tampil senyum sumringah, menyambut mama menyapa pagi hari.

"Gimana sayang? Apa sudah bisa bangun dan bersiap? Mama sudah merapikan bajumu, tas, dan sepatu." Ucap mama berjalan kearah ruang tengah.

"Mah, apa papah mau pulang? Tanya Dilla penuh harap pada mamanya.

"Mungkin papamu pulang, dua Minggu lagi nak. Apa kamu merindukannya?" Binar bahagia terbit dibibir mama.

"Iya mah, sangat rindu. Papah juga tidak tahu, kalau aku bakal sekolah. Mama, bagaimana cara bilangnya? Apa papa tidak akan marah?" Tanyanya antusias dan berharap jawaban enak didengar.

"Insyaallah nak, papamu pasti senang, dengan kamu kembali ke sekolah. Seperti anak-anak lain, yang juga butuh pendidikan, agar kelak jadi orang sukses. Papamu juga, berpikiran seperti itu nak." Ucap mama dengan semangat.

"Tapi.. mah! Aku mau nanti, satu kelas sama temanku. Apa mama bisa membantu? Aku tetap bersama teman-temanku." Kataku dengan mimik wajah memelas.

"Mama tidak bisa janji, tapi.. mama bakal usaha keras, agar keinginan anak manis ini, dapat terwujud." Ucap mama dengan ketegangan.

"Mah, wajah mama aneh? Kayak ragu-ragu gitu." Ucapku pada mama, dan membuat dia salah tingkah.

"Mama, sudah siapkan semuanya. Baju kamu, tas, dan sepatu di sofa ya nak. Kamu tinggal pakai semua, dan setelahnya kesini lagi, mama mau merapikan rambutmu, dan diikat agar terlihat rapi." Mama berkata, untuk mengalihkan pertanyaan dariku.

"Siap mah, aku mandi dulu, dan bersiap-siap." Jawabku dengan cengiran khas anak kecil.

"Sana pergi mandi! Jangan lupa gosok gigi yang benar. Usahakan semua badanmu terkena sabun dan bersih seluruhnya." Omelan mama, mengingatkan aku untuk mandi yang bersih.

Beberapa menit berlalu, dan acara mandinya sudah selesai. Dilla mengambil pakaian yang disiapkan mamanya, dan segera mengenakannya. Wangi dari pakaian menembus indra hidung, membuatnya semakin mengagumi mamanya, pandai dalam segala hal pekerjaan. Mulai dari mengurus makanan, anak-anak mama, tentunya mama punya banyak anak, selain aku anaknya. Sekarang ini kami berenam bersaudara, kakak tertua laki-laki, kakak kedua laki-laki juga, aku anak ketiga, dan punya adik tiga, 2 perempuan dan satu laki-laki, serta yang bungsu, adik bungsu kami berumur bulanan masih merah.

"Mah, aku sudah selesai. Mama bisa merapikan rambutku, sekarang ini." Sapaku mendekati mama yang sedang memandang lekat diriku.

Adikku memandangi kami bergantian. Adik laki-laki umurnya tiga tahunan, hanya bisa mendengar dan melihat, sedang yang bungsu dalam ayunan bayi. Satu lagi adik perempuan sedang bersekolah di taman kanak-kanak dekat rumah.

"Marilah nak, dan mendekat. Mama mau merapikan rambutmu dengan ikat dua, gimana apa sudah rapi nak?" Ucap mama dengan sepenuh jiwa.

"Saya suka mah, dengan rambutku. Mah, apa bapak kepala sekolah, mau menerima aku bersekolah?" Tanyanya dengan gugup.

"Ya usaha dulu nak, insyaallah bapak kepala sekolah menerimamu jadi murid. Dilla senang bisa bersekolah?" Sedikit menegang menjelaskan pada anaknya.

"Iya mah, aku sangat senang jadi murid. Hari ini, adalah waktu yang ditunggu-tunggu, agar bisa bertemu teman dan bermain bersama." Ucapku kali ini dengan antusiasnya.

Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, ibu dan anak itu sudah berada dihalaman sekolah. Dilla memperhatikan keadaan sekitarnya, dari mamanya membawa dilla bertemu bapak/ibu guru disana. mereka berbincang tentang banyak hal, khususnya aku yang mau bersekolah.

"Apa benar Dilla mau bersekolah Bu? apa dia sudah sehat dan bisa kembali sekolah? Apa kata dokter tentang Dilla ingin bersekolah?" Mereka bertanya pada ibu dengan ekspresi keheranan luar biasa.

"Insyaallah Bu, Dilla bisa melewati dengan baik. Doakan saja, agar Dilla lebih baik lagi." Tatapan sendu mama, begitu menusuk relung jiwa.

"Mah, kenapa mereka berkata aku tidak sehat?! Apa aku sakit-sakitan selama ini?!" Tanyaku dengan nada berapi-api.

"Nak, jangan dengarkan kata mereka. Tugas Dilla hanya belajar dengan baik disekolah. Jalani tugas-tugas sebagai murid yang sopan, patuh, rajin, dan terus berdoa agar kedepannya hidup lebih baik." Ucap mama menyemangati.

"Ayo nak, temui bapak kepala sekolah di ruangannya. Ingat pesan mama! Bersikap sopan saat menyapa, dan jangan banyak tanya,Ok!" Tutur mama dengan Omelan.

Tok! Tok! Tok!

Mama mengetuk pintu dengan agak sedikit keras. Orang-orang didalam pun menyahut, membuka pintu, dan memperhatikan kami yang berdiri didepan pintu, dan mempersilahkan masuk dan tatapan mereka berharap, kami segera menjelaskan maksud kedatangan kami ke kantor.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bu, Pak." Mama menyapa mereka dengan hangat.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab mereka serempak, dan memandangi kami dengan serius.

"Ada perlu apa yah Bu?" Jawab salah seorang ibu guru dengan penasaran.

"Bapak kepala sekolah ada Bu, Pak?" Mama bertanya pada mereka, dengan tatapan penuh harapan.

"Ada Bu, saya panggilan dulu. Bapak ada di ruangannya. Ibu tunggu dulu disini yah." Jawab seorang bapak guru, dan mempersilahkan kami duduk dibangku yang kosong.

Dan tak lama, bapak kepala sekolah, muncul menghadap kami. Senyum ramah, dia berikan untuk kami dalam menyapa. sungguh menegangkan menghadapi bapak kepala sekolah, dengan maksud untuk mendaftar di sekolah yang dia pimpin.

"Maaf Bu, dik. Ada perlu apa yah? Apa ada yang bisa saya bantu?" Ucap kepsek dengan memandangi kami satu-satu.

"Begini loh Pak, anak saya ini, mau daftar sekolah disini. Apa masih menerima murid baru?"

"Maaf Bu, sebenarnya anda sudah terlambat mendaftarkan anak anda untuk sekolah. sekarang ini, sudah masuk bulan sembilan. Anda lebih baik pulang, dan tunggu tahun depan." Ucap kepsek dengan tegas.

"Tapi pak, anak saya ingin sekali bersekolah. saya tidak mungkin membuat dia kecewa. semenjak dia mengatakan mau sekolah, tiap malam, terus bertanya tentang sekolah. sekolah itu seperti apa? apa di sekolah banyak teman? bisakah belajar bareng dan bermain disana. saya mohon pak, untuk terima anak saya, sebagai murid baru disini."ucap mama dengan tatapan sendu.

"Maaf Bu, saya tahu tentang cerita anak anda ini. Dimana dia ada penyakit kelainan jiwa, dan tentunya, harus lebih baik dirawat di rumah sakit. Seharusnya ibu bisa mengerti, tempatnya bukan untuk bersekolah. Namun, ada baiknya dia dirawat inap dirumah sakit khusus jiwa." Tutur kepsek dengan tegas dan tatapan tajam kearah kami.

"Tapi pak, anak saya sudah sembuh. coba lihat diri anak saya, dia bisa merespon dengan baik, dan bapak bisa tanyakan beberapa hal kepada anak saya. Insyaallah dia bisa menjawab dengan baik." ucap mama dengan tatapan sendu.

Bab 3 Tes Masuk Sekolah Oleh Pak Kepsek

Aku hanya seorang bocah sembilan tahun. Tidak tahu menahu, tentang orang-orang dewasa. ada apa dengan mereka? selalu saja ada hal-hal susah, mereka tidak terima dari anak-anak seumuran bocah seperti kami. apa pikiran mereka hanya, tentang untung dan rugi. mereka terus bersusah payah, dan terus berpikir keras. apa susah memahami anak-anak seperti kami? sehingga butuh pertimbangan matang, untuk menerima kami sebagai anak didiknya.

"Ibu yakin? Anak ibu, bakal merespon pertanyaan dari saya. apa iya bisa mengenali dirinya? dan bisa menjelaskan dengan sangat baik."

"Insyaallah saya yakin pak. Anak saya punya tekad kuat, dengan begitu.. dia bisa dengan lancar, menjawab semua pertanyaan bapak."

"Baiklah Bu, silakan duduk dengan tenang dan tolong jangan bantu untuk menjawab."

"Dik, kemari lah! apa kamu sudah siap? apapun pertanyaan dari bapak, kamu harus bisa jawab,Ok."

"Siap pak." Sedikit menegang untuk menjawab.

"Siapa namamu? nama kedua orang tuamu? kamu berapa bersaudara? Jelaskan hobi dan apa yang tidak disukai?"

"Nama saya pak, Dilla Arelita. bapak saya bernama Hasyim, dan ibu saya namanya Sitti Khoiriyah. saya enam bersaudara, saya punya kakak laki-laki dua, saya anak ketiga, adik saya tiga. hobi saya bermain, dan yang tidak saya sukai, omongan yang pedas yang saya dengar.

"Baiklah dik, mengapa mau sekolah?"

"Saya juga ingin belajar, seperti teman-teman yang lain. Datang ke sekolah pagi-pagi, dan pulang dapat pekerjaan rumah dari bapak/ibu guru. saya mau pintar pak."

"Andai saya kasih kamu kesempatan. Apa kamu bisa menerima syarat dari saya?"

"Maaf pak, syarat itu apa?"

"Ketika kamu sanggup menjalani."

"Iya saya siap pak."

"Begini dik, ibumu sudah memberi tahu saya. kamu hanya ingin satu kelas dengan temanmu, yang saya ketahui, temanmu sudah dibangku kelas 3 SD. Kamu tahu peraturan disekolah, tidak sembarang menerima siswa baru. apalagi siswanya semaunya, ingin naik tiga tingkat langsung masuk kelas. Jadi harusnya, kamu ada ditingkat pertama SD. Mengerti?"

"Iya pak, saya mohon maaf dengan sungguh-sungguh."

"Saya sudah maafkan kamu. Tapi, kalau kamu mau bersama temanmu, dalam satu kelas. kamu harus penuhi syarat ku, dengan pilihan pertama, saya kasih kamu waktu tiga bulan, agar bisa membaca. jika nanti kamu bisa membaca, meski hanya terbata-bata. nilai plus kamu dapat kelas 3 dan pilihan kedua, kamu tetap bisa sekolah dengan ditingkat satu, meski kamu gagal tes membacanya. Paham?"

" Saya mengerti pak."

"Baiklah dik, sekarang kamu bisa pulang ke rumah. minggu depan kamu bisa sekolah, Ok."

"Iya pak, terimakasih banyak." Dilla menyalami pak kepsek sebelum pulang.

"Oh yah Bu, tolong pantau anaknya. Beri bimbingan khusus, agar dia cepat membaca."

"Insyaallah pak, saya bakal membimbing anak saya dengan baik."

Percakapan mereka pun telah usai. kami sudah berada dirumah, tentu tempat yang ternyaman. mama terus mengerjakan, barang belum tertata rapi. mungkin ada yang terlewat mama membersihkan. Aku pamit pada mama untuk tidur.

"Mah, aku pamit tidur."

" Ya tidur lah nak."

Sunyi dalam rumah, begitu membuat kantuk. adik-adik pun sudah tidur, kakak juga belum pulang dari sekolahnya. Kakak sulung dibangku SMA, sedang kakak kedua dibangku SMP, aku sendiri masih SD, adik ku yang satu di taman kanak-kanak, dan duanya masih bayi (adik laki-laki yaitu batita, dan satunya bayi merah) dan akhirnya aku terlelap juga dalam pembaringan.

"Bangun kak, ayo main." Tanganku goyang, bergetar, seakan ada yang mengguncang agak keras.

"Kak, Nila bosan. Butuh bermain." Celoteh adikku, membuatku bangun dari pembaringan.

"Ada apa? mengganggu tidur kakak."

"Ayo main kak, ini aku bawa mainan. Ini ada lima orang-orangan, tinggal dimainin."

"Ini bukan mainan orang-orangan, yang kamu bilang. coba perhatikan, ini tuh hanya potongan lidi. Kamu potong beberapa bagian."

"Asal bisa dimainin, aja kak."

"Baiklah, sini kita mainin." raut wajahnya berseri dengan menerima ajakannya.

Kami bermain bersama, diruang tengah, menggerakkan mainannya seperti orang-orangan sungguhan. berdiri, berjalan, bepergian, makan, tidur seperti orang hidup saja. setelahnya serasa lelah, adikku pun langsung tidur ditempat. Ini baru jam 2 siang, wajar adik tidur siang. dan tak lama ada orang yang mengucap salam dari luar rumah. rumah dalam keadaan terbuka, langsung orangnya yang muncul depan pintu, ya ternyata orang rumah.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dik."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh kak."

"Apa kabarmu hari ini?" Kakak sulung dengan sumringah bersapa.

"Alhamdulillah sangat baik kak."

"Saya dengar, kamu masuk sekolah. Apa kamu benar-benar sekolah dik? Gimana ceritanya?"

"Iya kak, kata bapak kepala sekolah. minggu depan aku udah masuk sekolah." melihat kakak kedua masuk rumah tanpa menyapa.

"Apa ada syarat, yang dikasih bapak kepala sekolah?"

"Benar kak, katanya aku harus bisa membaca."

"Baiklah, aku akan mengajarimu, diwaktu senggang."

"Terimakasih kak."

"Baik, kakak pamit istirahat dulu."

"Hmm."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!