"Ibu....." teriak seorang gadis yang suara nya sangat nyaring hingga terdengar oleh seluruh penghuni di sebuah bangunan rumah satu lantai yang berukuran 12x15 meter.
Semua penghuni rumah tersebut pun gegas berlari menuju sumber suara. Tak terkecuali asisten rumah tangga mereka di rumah tersebut..
Ini adalah hari minggu. Hari libur bagi para penghuni rumah itu.
Memang seperti itulah keluarga Bagaskara, mereka akan menghabiskan waktu bersama jika hari libur tiba. Bagi mereka, tiap detik nya, waktu sangatlah berharga. Lagi pula tak banyak yang mereka lakukan di luar rumah selain soal pekerjaan.
"Ada apa, sayang ? Dimana yang sakit ??" tanya ibu Arini pada putrinya. Ayah Faiz tak kalah khawatir, pria paruh baya yang masih terlihat segar di usia nya itu menampilkan gurat kecemasan...
"Iya, dek. Dimana yang sakit ? Kita kerumah sakit saja ya, sekarang. Kalau begitu kakak akan siapkan mobil..." Seorang pria tampan yang berwajah mirip sekali dengan sang ayah ikut menyusul ke kamar rania. Dia adalah Vino, kakak laki laki rania.
"Ish. Kalian ini!! Aku kan panggil ibu, kenapa ayah sama kak vino ikut ke sini ??" tanya rania menatap satu persatu wajah ayah dan kakak nya, tak terkecuali si bibi yang berada tepat di belakang keluarga inti sang majikan..
"Aku itu lagi nyoba baju yang kemarin di beli. Kan besok udah mulai masuk kuliah. Tapi baju nya sobek, nih..." Rania menunjukkan bagian ketiak nya yang terlihat sobek lumayan lebar. Bibirnya mengerucut tanda kekesalan...
"Astaga!! Kamu ini mengagetkan saja.." ucap ayah yang akhir nya bisa kembali bernafas lega. Nafasnya yang tadi sempat tercekat perlahan mulai normal kembali...
"Tenang ayah. Rania tidak akan pergi sekarang. Karena masih banyak yang belum rania selesaikan di sini!!" ucap rania dengan menarik garis senyum yang penuh misteri..
"Husstt.. Jangan bicara seperti itu. Anak ibu tidak akan kemana mana. Kamu akan tetap bersama kami di sini!!" Ibu langsung memeluk rania erat. Orang tua mana pun tak ada yang suka jika mendengar anak nya bicara seolah waktu nya di dunia ini hanya tinggal menghitung detik...
Sementara ayah dan kakak nya menatap lirih rania dari balik dekapan sang ibunda..
Ayah lalu mengajak putra sulung nya untuk keluar dari kamar. Sedang si bibi sudah lebih dulu keluar dari kamar tersebut saat rania menjelaskan alasan dia memanggil ibu nya di awal...
"Apa kita balikin aja baju nya ?? Struk pembeliannya masih ada, kan ??" tanya ibu pada rania. Memang kemarin setelah ibu nya pulang bekerja, mereka berjalan jalan di sebuah mall untuk mencari keperluan rania yang akan memulai kuliah nya di tahun ini.
Sebenarnya dulu rania pernah kuliah namun hanya bisa bertahan sampai semester lima saja. Gadis itu terpaksa berhenti karena alasan satu dan lain hal.
"Ibu kan bisa menjahit, jahit saja lah bu.." Rania sedikit menyesal kenapa kemarin langsung mengambil baju yang di sukai nya itu tanpa di periksa nya terlebih dulu. Dia memang kadang ceroboh. Tapi itulah rania, tak terlalu memusingkan sesuatu yang sifatnya sepele. Meskipun jika ini terjadi pada orang lain, sudah barang tentu orang tersebut akan kembali ke pusat perbelanjaan itu untuk menukar baju tersebut..
Lagipun teriakan nya tadi hanya keterkejutan nya saja saat melihat pantulan diri di cermin, ada robekan di bagian ketiak. Jika rania besok memakai baju itu bisa di pastikan rania akan sangat malu. Mahasiswa baru dengan pakaian robek di bagian ketiak, apa tidak akan menjadi bahan olok olok nanti nya...
"Ya sudah. Buka baju nya, biar ibu jahit..."
Rania membuka baju baru itu, lalu memberikan nya pada ibu. Setelah itu, ibu pun keluar dari kamar sang putri.
Rania kembali memakai baju yang sebelumnya, kemudian menyusul ibu nya keluar.
"Besok kakak antar, ya. Kamu kuliah jam berapa ??" tanya kak vino.
Sejak awal, Orang tua rania memang meminta keringanan pada pihak kampus agar putri nya itu tidak mengikuti segala kegiatan berat yang biasa di lakukan oleh para mahasiswa baru. Ada alasan yang kuat yang membuat pihak kampus memberikan izin tanpa mendebat permintaan kedua orang tua rania lebih lanjut..
Rania sudah bergabung di ruang keluarga dengan ayah dan kakak nya, sementara ibu tengah menjahit baju rania di taman belakang.
"Aku di antar Pak Tono saja, kak. Kakak kan juga harus bekerja.." seru rania sambil tangan nya terulur ke atas meja, mengambil buah potong yang menjadi camilan mereka di hari yang sudah menjelang senja itu...
"Kamu kan tahu kakak seorang Arsitek. Tak punya jam kerja yang pasti, dek. Kerjaan kakak cuma meeting dari satu client ke client yang lain..." jawab kak vino mengingatkan tentang profesi nya pada sang adik
"Benar. Kamu di antar kak vino saja. Nanti kalau kak vino sibuk saat kamu pulang kuliah, kamu bisa menghubungi pak tono minta di jemput..." sahut ayah menimpali.
Sekilas keluarga mereka terlihat seperti keluarga pada umum nya. Keluarga kecil yang bahagia. Namun itu hanya tampak pada luar nya saja. Ada kesedihan dan kesakitan teramat dalam yang di rasakan oleh masing masing dari mereka.
Rania diam sejenak. Seperti menimbang tawaran kakak nya tadi...
"Ya sudah. Aku berangkat sama kak vino besok.." jawab rania kemudian..
"Sayang, nih sudah ibu jahit..." Ibu memberikan baju rania yang sudah di jahitnya. Hasil jahitan ibu sangat rapi. Mungkin karena ibu seorang dokter, yang dimana mengharuskan wanita itu mahir dalam urusan jahit menjahit, jadi tak perlu di ragukan lagi kemampuan nya dalam hal itu.
Rania menerima baju nya dengan wajah berbinar. Namun berbeda dengan ibu, kedua netranya menggambarkan kesedihan. Ada kristal bening yang hampir tumpah di sudut mata wanita itu saat memandang wajah sendu sang putri.
Sebelum ada yang melihat, ibu langsung menghapus jejak air mata itu dengan punggung ibu jari nya..
"Bagaimana ?? Seperti baru, kan ??" tanya ibu setelah merubah mimik wajah nya, kemudian menjatuhkan bobot nya di samping sang suami..
Rania mengangkat kedua ibu jari nya ke atas sambil tersenyum cerah...
"Terimakasih, ibu.." ucap rania tulus
"Ko bisa sih baru beli sudah robek..??" tanya kak vino penasaran..
Rania menggaruk kepala nya yang tidak gatal, "Iya, kemarin saat beli aku gak sempet periksa saking suka nya sama model baju ini.."
Ayah dan kak vino serentak menggelengkan kepala mereka, menurut penglihatan kedua lelaki itu baju yang rania beli tak terlihat spesial sama sekali. Hanya sebuah kemeja oversize berwarna peach, sama sekali tidak menarik.
Padahal tanpa mereka sadari selama ini memang rania selalu membeli baju baju yang ukuran nya jauh di atas ukuran tubuh nya, oversize. Dari mulai kaos sampai kemeja formal pun terkesan kebesaran di tubuh nya yang kurus.
Makan malam pun tiba, rania dan seluruh anggota keluarga nya sudah berada di meja makan..
"Jangan lupa setelah makan minum obat nya ya, sayang. Jangan sampai terlambat.." sambil menyendok kan nasi dan lauk pauk ibu terus mengingatkan putri nya untuk tidak lupa minum obat.
Rania mengangguk tanda mengerti.. "Iya, bu. Ran gak akan lupa.." jawab rania agar ibu nya tenang
Ran adalah panggilan kecilnya...
"Satu lagi. Besok juga kamu harus bawa obat nya, ya. Awas ketinggalan!!" Ayah ikut bicara..
"Iya, ayah, ibu... Ran sudah masukkan cadangan obat nya ke dalam tas. Ayah sama ibu boleh periksa sebelum ran berangkat kuliah besok.."
"Sudah, sudah, jangan ngobrol mulu!! Ayo makan, aku sudah lapar banget ni!!" ujar kak vino mengalihkan pembicaraan.
🌿
🌿
🌿
Welcome to Novel Author ratu_halu yang ke-5..
Semoga karya baru otor ini bisa di terima oleh para readers sekalian..
Seperti biasa, novel baru otor ini akan rilis di jam kunti setiap hari nya (23.50), kalau udah ngantuk jangan di paksain melek ya, bisa di baca besok pagi.. Okay 🥰
Istirahat yang cukup dan sehat selalu ya kalian 🤗
Enjoy 💜
Jangan lupa Like, Komentar dan Vote nya untuk karya otor yang baru ini.
Menerima Kritik dan Saran (dengan kalimat yang sopan)...
Terimakasih 🤗
🌿
Jika berkenan, silahkan mampir ke Novel otor yang lain👇
Setelah selesai dengan drama baju sobek kemarin, pagi ini rania sudah siap untuk berangkat ke kampus. Hari pertama kembali belajar menjadi seorang mahasiswa setelah lebih dari 3 tahun lama nya dia beristirahat.
Tak masalah bagi rania untuk memulai lagi semuanya dari awal. Yang terpenting adalah dia masih memiliki kesempatan untuk meraih cita cita nya meski harus tertatih.
"Sudah ??" tanya kak vino berdiri di ambang pintu kamar adiknya
Rania mengangguk pelan kemudian meraih tas nya yang ada di atas meja..
"Ayo berangkat sekarang, kak. Ran nggak mau telat.." ucap nya seraya melihat ke arah jam di tangan kiri nya..
Kedua orang tua mereka sudah berangkat bekerja setengah jam yang lalu selepas sarapan bersama. Jadi, di rumah itu hanya tinggal rania, kak vino dan para pekerja aja.
Hanya butuh waktu 30 menit, mobil yang membawa rania sudah tiba di depan gerbang salah satu universitas ternama di pusat kota. Beruntung jalanan tidak terlalu padat, jadi tak ada drama macet-macetan panjang dalam perjalanan mereka tadi.
"Inget!! Jangan sampai telat minum obat nya, ya..." kata kak vino dengan wajah serius,
"Siap, Bos!!" Sahut rania dengan tangan nya di buat "hormat" seperti sedang upacara..
Kak vino mengacak acak rambut adiknya. Meskipun usia rania sudah melewati masa anak anak dan remaja nya, tapi bagi kak vino, rania tetap lah adik kecil nya yang menggemaskan.
Setelah berpamitan, rania pun segera turun dari mobil kak vino. Melambaikan tangan hingga kendaraan roda empat itu hilang dari pandangan nya..
Setelah tiba di kelas, rania langsung memilih tempat duduk yang paling depan. Biasanya jarang mahasiswa baru berani duduk di depan, mereka biasa nya memilih untuk mengisi kursi kursi kosong di bagian belakang terlebih dahulu. Namun berbeda dengan rania, dia langsung duduk di kursi itu, sendirian...
Masih tersisa waktu 5 menit lagi sebelum dosen tiba. Rania mengeluarkan telepon pintar nya dari dalam tas, menscroll media sosialnya sekedar melihat update berita yang tengah viral selama sepekan ini.
Rania mengambil jurusan seperti sebelum nya, ilmu hukum. Entah kenapa walaupun kedua orang tuanya memiliki profesi sebagai dokter, tapi baik Kak vino maupun rania tak memiliki ketertarikan di bidang tersebut. Dan beruntung nya mereka memiliki orang tua yang tidak pernah memaksakan kehendaknya terhadap anak anak mereka. Sejak awal bagaskara bersaudara itu di bebaskan untuk memilih apa yang mereka sukai.
Rania yang memiliki pribadi yang kritis, lugas serta memiliki kemampuan untuk menganalisis sesuatu membuatnya tertarik dengan jurusan tersebut.
Mempelajari hukum membuatnya menjadi terbiasa untuk melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan juga melihat kaitan nya dengan bidang ilmu yang tengah dia pelajari.
"Boleh duduk di sini ??" tanya seseorang saat rania tengah asik dengan gawai nya..
Rania menoleh, dan karena posisi rania yang tengah duduk membuat rania harus mendongak untuk melihat wajah lawan bicara nya.. "Hah ?? Oh, iya. Silahkan.." jawab rania sambil tersenyum ramah
Seseorang itu pun menarik kursi tunggal yang berada tepat di samping rania, kemudian dia duduk di kursi tersebut...
"Eliza..." seseorang itu menyebutkan nama nya sambil mengulurkan tangan pada rania. Mengajak rania berkenalan lebih dulu.
Rania menatap sekilas tangan yang mengambang di depan nya, sebelum akhirnya menyambut jabatan tangan dari seorang gadis yang bernama Eliza itu.
"Rania.." ucap rania kemudian..
"Panggil aja gue eli..." ujar gadis itu lagi pada rania
Rania mengangguk.. "Panggil gue Ran.."
Kelas pertama di jalani rania dengan tanpa hambatan. Semua nya lancar, terlebih rania pernah sampai 5 semester di jurusan ini, jadi tak ada kesulitan bagi rania untuk memahami pelajaran meskipun diri nya sempat vakum dalam dunia perkuliahan selama hampir 3 tahun lama nya
Perkuliahan pun selesai hari ini...
"Lo di jemput ??" tanya eliza,
Gadis itu sepertinya mudah sekali akrab, sebab lagi lagi dia selalu memulai obrolan lebih dulu pada rania.
"Ya. emm, tapi kayanya masih lama.." ucap rania sesaat setelah menerima kabar dari supir pribadi nya yang terkena musibah, ban mobilnya bocor...
"Kalau gitu kita ke kantin dulu, yuk.."
Rania tampak ragu menerima ajakan eliza,
Kruukk..kruuukkk..
Saat rania masih menimbang tawaran eliza, tiba tiba saja cacing di perutnya bernyanyi tanpa permisi, membuat rania tersenyum canggung pada eliza...
Eliza tertawa, "Udah yuk. Jangan kelamaan mikir, kasian tuh cacing di perut lo udah pada demo.." Eliza mengapit tangan rania, kemudian memaksa rania agar menyamakan langkah kaki mereka..
"Mau pesen apa ??" tanya eliza saat mereka sudah berada di kantin,
"Samain aja deh sama lo, el.."
"Gue mau makan bakso. gak apa apa ??"
Rania mengangguk.. "Iya, itu aja. Tapi gue bakso nya aja ya, el. O,ya.. Lo mau minum apa, biar gue yang pesen.." Rania mencoba untuk mengakrabkan diri dengan eliza, melihat sejauh ini eliza baik, rania pun jadi tak enak hati sempat meragukan eliza yang murni hanya ingin berteman dengan nya..
"Gue air mineral aja." jawab eliza sebelum gadis itu berlalu untuk memesan makanan..
Rania sudah kembali duduk di kursi nya tadi setelah membeli minuman untuk diri nya dan eliza, namun beberapa orang yang entah datang dari mana langsung duduk mengelilingi rania..
Rania tak menghiraukan, meski terganggu, tapi dia memilih untuk diam saja dan kembali sibuk melihat ke layar ponsel boba nya...
"Oh. Jadi ini maba yang kemaren gak ikut kegiatan Ospek ??" Salah seorang wanita bertubuh sintal bicara dengan suara yang sengaja kencang. Seolah orang orang di sana harus juga mendengar ucapan nya..
Rania hanya melirik sesaat, namun sedetik kemudian melihat lagi ke layar ponsel nya. Hal yang seperti ini sudah biasa di alami mahasiswa baru, anggap saja ini adalah pelajaran non akademis untuk menguatkan mental nya.
Jika di hitung, yang duduk mengelilingi rania ada sekitar 5 orang, empat di antaranya perempuan, sementara satu nya seorang laki laki namun terlihat gemulai. Jika di lihat dari cara mereka bicara, tentu mereka adalah kakak kelas alias Kating rania.
Lirikan rania yang seolah acuh, membuat para kating itu langsung menatap tidak suka. Tentu saja, tatapan rania terkesan menyepelekan. Walau rania tak berniat untuk melakukan hal itu.
"Belagu banget lo anak baru!! Songong lo, ya.." Salah satu dari kelima orang itu langsung berkacak pinggang menatap rania dengan tatapan permusuhan..
"Nama lo siapa ? Harusnya lo punya adab dong sama kating lo di kampus ini!!"
Rania meletakkan ponsel nya, menatap satu persatu wajah wajah yang sudah memaki dan memarahi nya secara tidak jelas..
"Kating ??" beo rania, "Kakak Tingkat maksudnya ??" tanya rania lagi dengan wajah innocent nya..
"Kating yang seperti apa yang harus saya hormati ?? Seperti kalian yang bisa nya menindas mahasiswa baru, begitu ??"
"Sorry!! Tujuan saya di sini buat nyari ilmu bukan nyari muka!!" ucap rania dengan penuh penekanan di setiap kata nya. Mereka tidak tau saja bahwa disini sebenarnya rania lah kakak tingkatnya. Hanya karena rania putus kuliah di tengah jalan kala itu, membuatnya harus mengulang lagi dari awal..
Kelima Kating itu pun sampai terbengong menatap tak percaya ada maba yang bisa seberani rania. Selama ini mereka yang biasanya menindas para maba seketika nyali nya menciut melihat tatapan tajam dari rania.
"Kalau sudah tidak ada yang di bicarakan, silahkan kalian pergi karena kursi yang kalian duduki harusnya menjadi tempat teman saya duduk..."
🌿
🌿
‼️Jangan lupa Like, Komentar dan Vote nya, ya.💜
Bintang 5 nya juga jangan lupa, biar otor semakin semangat untuk berkarya 🔥
🌿
🌿
Brak!
Satu kating yang lain tiba tiba menggebrak meja.
"Punya bekingan lo di kampus ini sampai berani sama kita kita, hah ??" kedua mata gadis itu melotot, seperti hendak memangsa rania hidup hidup..
Rania memang terlahir dengan kekurangan, meski begitu rania adalah sosok yang berani dan tak gentar pada gertakan yang menurutnya seperti angin lalu itu. Tak ada yang lebih menakutkan dalam hidup rania selain datang nya kematian.
Ya, hanya satu yang rania takutkan di sepanjang perjalanan hidupnya, MATI. Karena kematian adalah sesuatu yang rahasia, seperti hal nya jodoh dan rezeki, itu semua urusan yang Maha Kuasa. Tapi bagi rania, waktu nya di dunia ini tidak akan lama lagi. Jadi sebisa nya, selama hayat masih di kandung badan, rania akan memanfaatkan itu sebaik mungkin.
Rania bangun dari duduk nya, menatap wanita itu dengan menaikkan satu sudut bibirnya. Tanpa sepatah kata, rania langsung pindah tempat duduk. Percuma jika meladeni para kating yang sok paling berkuasa seperti mereka. Rania hanya ingin kuliah dengan tenang. Lagi pula, diri nya tidak ikut ospek pun sudah dengan persetujuan pihak kampus. Jadi tidak ada urusan lagi dengan mereka mereka yang sok jagoan. Dari pada mengajak ribut seperti ini, alangkah lebih bijaksana nya sebagai senior mereka bertanya langsung pada pihak kampus, alasan mendasar apa nama rania di coret dari kegiatan tersebut. Jadi tidak akan timbul fitnah seperti sekarang ini.
"R-ran..." saat rania berbalik, eliza nampak terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sebab, suara riuh yang saling bersahut sahutan sudah menjadi warna alami di area lingkup kampus, jadi eliza pikir suara suara itu bukanlah suara keributan..
Rania tersenyum lalu mengajak eliza untuk pindah tempat duduk.
"Awas lo ya, jangan harap lo bisa tenang kuliah di kampus ini!!" tunjuk salah seorang dari kating itu yang berpakaian serba ketat. Kedua gunung kembar nya bahkan terlihat menyembul keluar, karena terlalu sesak...
Semua mata tertuju pada rania. Mungkin mereka bertanya tanya, siapa gadis yang berani melawan kakak tingkat yang beberapa di antara nya memiliki power di kampus tersebut. Ada yang anak dari dosen killer dan juga ada anak dari wakil rektor yaitu pria gemulai yang juga ikut melabrak rania tadi.
Para kating itu pun kemudian pergi. Mungkin kesal karena ternyata rania tak selemah yang mereka kira
Dan tak lama dari kejadian tadi, pesanan bakso rania dan eliza pun datang..
"Lo anak siapa sih, ran ? Berani banget lawan mereka ??" tanya eliza penasaran,
Rania menahan tawanya, "Ya, anak ayah dan ibu gue lah, el. Pertanyaan lo ada ada aja sih!!" Rania meneguk beberapa kali air mineral nya. Cukup lelah juga meladeni kating tadi, serasa langsung terkuras seluruh energi di tubuh nya.
"Bukan gitu, ran. Lo tau gak, katanya di antara mereka ada anak nya wakil rektor, tau!! Tapi gue juga kagak tau yang mana.."
"Ah. Bodo amat. Bukan urusan gue, el. Lagian gue nggak ikut ospek juga ada alasan nya, kan.."
"Jadi mereka ngelabrak lo karena lo gak ikut ospek ?? Astaga!! Memang nya kenapa sih lo bisa gak ikut, padahal disana banyak kating yang ganteng tau, gue aja naksir sama salah satu kating kita.." Wajah eliza berbinar kala mengingat wajah seorang pria yang tak lain adalah kating yang mengospek nya kemarin.
Rania menggeleng tak percaya, ternyata eliza bukan hanya gadis yang mudah akrab tapi dia juga mudah jatuh cinta...
Setelah itu, mereka pun makan siang dengan sedikit obrolan yang ringan..
"Lo di jemput siapa, el ??"
Selepas makan siang, keduanya pun memutuskan untuk pulang..
"gue di jemput om gue, adik dari nyokap. Bentar lagi juga dateng.."
"Yaudah, gue temenin lo dulu sampai jemputan lo datang.." Sebenarnya supir pribadi keluarga bagaskara sudah tiba dan menunggu rania di depan gerbang kampus, namun rania memilih untuk menemani eliza dulu, tak enak juga rasanya jika langsung pergi meninggalkan eliza begitu saja...
"Tuh, om gue udah datang.." eliza melambaikan tangan nya, dan beberapa detik kemudian mobil sport berwarna hitam berhenti di depan mereka. Mata rania mengikuti ke arah mana yang di tunjuk eliza..
Jendela mobil terbuka, "Ayo, balik!!" suara berat seorang pria serasa menggetarkan hati rania saat jendela mobil mulai terbuka..
"Bentar, om.." ucap eliza pada om nya,
"Ran, yuk balik.."
Tak ada jawaban. Rania hanya diam saja dengan netra yang terfokus pada satu titik..
"Ran..." Eliza mengguncang tubuh rania pelan, membuyarkan lamunan gadis itu..
"Hah ?? Apa el, gue gak denger ??" rania seperti orang bodoh, wajahnya terlihat kikuk,
"hayo, lo liatin om gue sampe segitu nya! Naksir, ya ??"
"Ish!! Apaan sih, lo.. Nggak lah!!" rania mengalihkan pandangan nya..
"Namanya om Aldo, masih jomblo!!" ucap eliza setengah berbisik pada rania..
TIN! TIN!
Suara klakson kendaraan milik om eliza berbunyi kencang, seperti nya si pengemudi sengaja menekan nya kuat kuat..
"Ran, om gue udah ngamuk tuh, gue balik duluan, ya!! Nanti gue salamin deh kalau lo penasaran.." Eliza mengerlingkan mata nya, menggoda rania. "atau lo mau sekalian minta nomor handphone nya ??"
"Ck!! Apaan sih, lo.. Udah sana balik!!"
Eliza cekikikan melihat respon rania yang terlihat jelas sedang salah tingkah...
Rania tersenyum kecut saat kendaraan itu berlalu pergi.. "Sadar, ran. Kamu sama sekali tak punya waktu untuk mencintai siapapun!!" rania bergumam sambil memegang dadanya yang tiba tiba berdetak begitu kencang...
Rania tak pernah memberikan kesempatan pada diri nya untuk tertarik lebih jauh mengenal lawan jenis. Padahal banyak sekali laki laki yang ingin dekat dengan nya. Tapi bagi rania, itu tidak mungkin dan dia pun tidak memiliki keberanian yang cukup untuk memulai satu hubungan. Lagi pula, mencintai dan dicintai adalah hal yang mustahil dalam hidupnya.
Rania menghembuskan nafas kasar, mencoba membuang pikiran pikiran itu dengan segera.
🌿
"Om, temen ku tadi kaya nya tertarik deh sama om.." eliza membuka percakapan sesaat setelah mobil itu bergerak maju..
"Ah!! Bocah.. Om gak suka sama bocah!! Apalagi kalau dia satu frekuensi sama kamu!! BIG NO!!" jawab pria itu dengan enteng nya..
"Ck!! Om gak tau aja, rania itu pemberani tau.. Tadi aja dia berani adu mulut sama kating yang mencoba menindasnya!! Keren banget pokoknya!!"
Pria itu hanya diam, memilih untuk fokus berkendara dari pada menanggapi ocehan eliza. Namun satu yang dia tau, nama gadis tadi, Rania...
"Yaelah, om!! Kalau di ajak ngobrol itu jawab dong.. Aku kaya lagi ngomong sama patung!!" Eliza melipat tangan di depan dada... "Lagian udah umur segini masih aja jomblo!!" ejek nya lagi
"Jangan salah! Ini mah jomblo bukan sembarang jomblo, Om itu jomblo bermartabat!!"
Eliza memutar bola mata nya, malas. "Jomblo bermartabat atau masih ngarepin si ulat bulu itu ??" nada bicara eliza berubah kesal, ya, jika mengingat cerita cinta masa lalu om aldo membuat mood eliza jadi buruk.
Eliza adalah salah satu saksi hidup yang tau betapa hancurnya om aldo saat wanita yang sudah menjadi tunangan nya tiba tiba menikah dengan pria lain.
Ya. Wanita itu, wanita yang selalu menjadi prioritas utama om aldo tega mengkhianati nya, dia menikah dengan sahabat om aldo sendiri.
🌿
🌿
‼️Jangan lupa Like, Komentar dan Vote nya, ya.💜
Bintang 5 nya juga jangan lupa, biar otor semakin semangat untuk berkarya 🔥
🌿
🌿
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!