"Pah mulai hari ini kami akan tinggal disini untuk sementara waktu. Setidaknya sampai usahaku kembali bangkit dan berjalan lancar.." Andra menatap sang papa dengan penuh harap.
Tania hanya bisa pasrah dan menunduk, dia tidak berani menatap sang ayah mertua yang menurutnya sangat dingin, datar dan tidak pernah tersenyum. Bahkan terhadap dirinya yang notabennya sang menantu rumah ini pun Haris jarang sekali tersenyum.
Semua ini harus terjadi karena usaha Andra di bidang properti terancam gulung tikar. Entah karena Andra yang tidak bisa memanage usahanya atau karena persaingan bisnis yang memang sangat ketat dan keras, sehingga usaha yang baru saja dia rintis dua tahun lalu harus bangkrut begitu saja.
Sebenarnya Tania merasa enggan jika harus menumpang hidup dengan mertuanya yang menyandang status duda, tapi Andra tetap memaksa dirinya. Tania lebih memilih tinggal di kamar kontrakan yang sempit tapi mandiri dari pada menumpang disini.
Andra mengatakan Kalau itu semua hanya pemborosan saja, dari pada mengontrak rumah lebih baik uangnya untuk kebutuhan yang lain dan Tania pun sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mengikuti keinginan Andra.
Haris menatap putra tunggalnya dengan senyum sinis dan juga meremehkan, Pria 48 tahun itu sudah menduga jika Andra tidak akan becus mengurus usahanya sendiri. Haris juga sudah meminta Andra untuk belajar bekerja di kantor miliknya saja, yang kebetulan bergerak di bidang kontruksi, tapi Andra menolak mentah-mentah tawaran dari sang ayah. Padahal Haris sudah banyak keluar uang untuk memodali sang putra mendirikan bisnisnya sendiri.
"Berapa lama...?" Datar dan sinis sekali pertanyaan yang keluar dari mulut Haris. Pria itu acuh tak acuh justru fokus dengan beberapa laporan yang ada di tangannya. Hari ini memang hari Sabtu, jadi Haris ada di rumah. Anak manja seperti Andra mau sok-sokan keluar dari rumah, lihat saja baru beberapa bulan saja sudah kebingungan seperti ini.
"Ya aku tidak tahu pah, sampai usaha aku bisa normal kembali mungkin.." sahut Andra sambil menoleh kepada sang istri yang sejak tadi hanya diam saja, Andra Seakan meminta pertolongan dalam hal merayu sang papah agar mereka diijinkan untuk tinggal disini.
"Mas, sebaiknya kita cari kontrakan saja, jangan merepotkan papah" Bisik Tania, Dia merasa tidak nyaman dengan sambutan dari sang ayah mertua yang sangat dingin, sepertinya dia tidak suka dengan kehadiran mereka berdua disini. Padahal rumah ini sangat besar, ada tiga lantai dan hanya di tinggali oleh Haris, mbok Yun, dan juga pak Didi supir sekaligus tukang kebun disini.
"Sudah kamu diam saja, seharusnya kamu itu membantu aku berbicara dengan papah bukan malah merajuk seperti ini.." bentak Andra. Dia merasa sangat marah dan tidak suka dengan perkataan istrinya itu, mereka sudah sering membahas ini tapi istrinya itu tetap saja tidak mau mengerti.
Tania kaget dengan kata-kata yang baru saja di ucapkan oleh Andra. Selama menikah baru kali ini Andra begitu keras berbicara terhadap dirinya.
Haris hanya tersenyum sinis sambil melirik sang menantu yang tidak berani menatapnya, sudah sejak lama dia mencoba memperingatkan wanita muda ini, untuk berpikir ulang saat akan menikah dengan putranya itu. Sebagai seorang ayah dia sangat tahu bagaimana tabiat sang anak dan dia tidak ingin Tania menderita dan menyesal di akhir nanti.
"Seorang pria pantang membentak wanita, apalagi itu istri kamu.. Apa selama ini kamu tidak memberi nafkah dengan benar kepada istri kamu, hingga bisnis kamu bisa bangkrut? kamu harus ingat Andra kelancaran usaha kita itu berkat doa istri juga, kalau istri bahagia dan tercukupi pasti usaha kita juga akan lancar" Haris kembali mengingatkan putranya itu.
Pria matang yang masih terlihat tampan dan menawan Itu menatap tidak suka kepada putranya. Entah menurun dari siapa sifat putranya ini, bahkan almarhum sang istri adalah wanita yang baik, sopan, penurut, dan juga taat beragama. Tidak seperti Andra yang suka membangkang.
Seketika Haris ingat, Andra meniru sikapnya semasa masih muda dulu. Tapi yang membedakannya dulu Haris sangat ulet dalam menjalankan bisnis, sehingga bisa sesukses seperti sekarang ini. Haris juga sangat mencintai istrinya bahkan hingga wanita yang telah melahirkan putra semata wayangnya itu meninggal, Haris tidak pernah ada keinginan untuk menikah lagi. Sangat berbanding terbalik dengan Andra yang lebih senang bermalas-malasan dan suka bermain wanita.
"Bukan seperti itu pah, mungkin aku hanya salah memilih istri saja, jadi bukannya memberikan aku rejeki yang banyak ini malah membawa sial. Harusnya aku tahu itu dari awal jadi kejadian seperti ini tidak akan terjadi" sahut Andra dengan pedas sambil melirik kearah Tania.
Deg
Sontak Tania mengangkat kepalanya, Dia menatap tidak percaya pada perkataan suaminya itu, bisa-bisanya dia mencari kambing hitam atas kebangkrutan usahanya itu.
"Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu mas?" ucap Tania bahkan kini matanya sudah memanas dan Tania yakin jika dia sebentar lagi akan menangis. Dia benar-benar tidak suka dengan apa yang di ucapkan Andra terhadap dirinya dan itu membuatnya sakit hati.
"Andra, ingat jangan melimpahkan kesalahan kepada orang lain, tidak ada istri yang membawa sial, sebenarnya kamu yang tidak becus mengurus usaha itu. Kenapa usaha kamu bisa bangkrut seperti sekarang ini..!" Bentak Haris sambil mengebrak meja.
Andra terkejut, sejujurnya dia takut mendapatkan kemarahan sang papah, dia sangat takut jika Haris murka dan bisa-bisa dia di coret dari daftar ahli waris, jika itu semua sampai terjadi dia harus bagaimana.
"Papah akan ijinkan kalian untuk tinggal di sini selama satu tahun, jika kamu masih tidak bisa membenahi bisnis kamu itu jangan harap papah akan kembali merasa kasihan dan menolong kamu..!" ancam Haris.
Haris paling tidak suka kalau ada yang bersikap kasar terhadap seorang wanita, apalagi tipe menantunya yang lugu dan polos, tentu saja sangat mudah untuk di tindas oleh putranya ini.
"Terimakasih pah, aku janji akan berusaha untuk bisa bangkit lagi dan memperbaiki semuanya.." janji Andra dengan wajah berseri-seri sambil memeluk tubuh sang papah.
Haris hanya bisa menghela napas panjang, sekeras apapun dia terhadap Andra, tetapi tetap saja sebagai seorang ayah dia tidak akan tega melihat putranya hidup menderita sementara dia bergelimang harta. Lagi pula Andra adalah putra satu-satunya, kepada siapa lagi nanti hartanya akan turun kalau bukan untuk Andra.
"Tan, bilang terima kasih sama papah, jangan hanya diam saja.." bentak Andra, tapi kali ini tidak begitu keras karena takut Haris akan kembali marah terhadap dirinya dan bisa-bisa dia di usir saat itu juga dari rumah ini.
"Iya mas." ucap Tania gugup.
Dengan takut Tania pun pada akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap wajah sang ayah mertua.
"Terimakasih pah, sudah mengizinkan kami untuk tinggal di sini." ucap Tania gugup.
"Ya Tuhan, kenapa jantungku berdegup kencang, ada apa ini...?" ucap Tania di dalam hati dan tanpa sadar dia memegang dadanya sendiri.
"Ya, Kalian bisa menempati kamar kamu yang dulu. Mbok Yun juga sudah membersihkannya" ucap Haris tanpa melihat ke arah anak dan menantunya.
"Iya pah, kami ke atas dulu, sekali lagi terimakasih karena papah sudah mengijinkan kami untuk tinggal disini sementara waktu.." setelah mengatakan itu Andra segera saja menaiki setiap anak tangga untuk menuju ke kamarnya di lantai atas bahkan dia tidak menghiraukan sang istri yang menyeret dua koper besar dengan susah payah bahkan ketika menaiki tangga.
"Permisi pah.." Pamit Tania sopan.
Haris hanya menganggukkan kepalanya saja, dia menatap punggung sang menantu yang masih sangat muda itu, sejujurnya dia merasa kasihan terhadap menantunya ini tapi mau bagaimana lagi.
"Mbok!" panggil Haris
"Iya tuan, ada apa tuan memanggil si mbok...?" tanya mbok Yun sambil mendekat kearah majikannya
"Mulai hari ini Andra dan Tania akan tinggal disini jadi tolong urus semuanya, dan untuk makanan juga tolong tambah porsinya"
"Den Andra dan non Tania mau tinggal di sini tuan, si mbok seneng dengernya.. jadi si mbok juga tidak kesepian lagi dan rumah ini pun menjadi ramai.." ucap mbok Yun yang merasa sangat senang dengan kabar yang di dengarnya barusan.
Bukan tanpa sebab mbok Yun begitu senang mendengar berita ini, dia sudah sangat lama bekerja untuk keluarga Haris. Bahkan sebelum Haris menikah dia sudah bekerja di rumah ini, tentu saja dia pun menganggap Andra layaknya anak sendiri.
"Kelihatannya kamu senang sekali mbok, harusnya mbok kesal dan juga marah, tugas mbok di rumah ini jadi bertambah banyak." Haris merasa heran dengan tingkah sang asistennya itu.
"Tidak apa-apa tuan, itu bukan masalah besar buat si mbok.. kalau begitu si mbok pamit ke belakang dulu mau lanjut masak.." mbok Yun pun segera meninggalkan Haris seorang diri
"Iya.."
Haris pun kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi, tapi entah kenapa, bukannya fokus dengan pekerjaannya Haris malah teringat dengan menantunya itu, ini memang kali pertama dia bisa agak dekat dengan menantunya itu.
Bukan tanpa sebab, dari awal dia merasa sangat canggung saja jika bertemu dengan Tania. Mungkin kalau istrinya masih ada dia akan memperlakukan Tania lebih baik lagi.
Di tambah dengan jadwal yang sangat padat membuat Haris sangat jarang sekali bertemu dengan anak dan menantunya itu.
"Kamu rapihkan baju-baju ku ke lemari, ingat harus rapi. Aku mau mandi dulu.. !" perintah Andra
"Iya mas." Jawab Tania
Lalu dia mulai mengeluarkan baju-baju milik Andra dan menatanya ke dalam lemari besar di kamar itu. Setelah selesai kini giliran baju miliknya sendiri untuk masuk ke dalam lemari yang kosong.
Ceklek
"Mana baju ganti untuk aku..?" Tanya Andra sambil menatap tajam istrinya itu.
"Mau pakai baju santai apa gimana mas?" tanya Tania balik
"Tentu saja baju bagus, celana dan kemeja." sahut Andra tidak suka dengan pertanyaan istrinya itu.
Tania pun segera memberikan baju yang di minta sang suami dan memberikannya, sedangkan Andra melepaskan handuk dan melemparkannya sembarangan sehingga mendarat mulus di wajah Tania.
Handuk yang berhasil mendarat ke wajah Tania itu pun pada akhirnya jatuh ke pangkuannya. Wanita itu hanya bisa diam dan mengelus dada dengan sikap sang suami. Walau hatinya teramat sakit dan merasa tidak dihargai, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dia tidak ingin pernikahannya yang baru seumur jagung harus kandas karena masalah-masalah seperti ini, dia harus bisa mempertahankan keutuhan rumah tangganya.
Sejak menikah, Tania baru tahu sifat asli sang suami, temperamen, keras dan egois. Tapi dia tidak ingin menyesali semua itu, dia hanya kenal dengan Andra beberapa bulan saja dan dia pun langsung menerima lamaran pria itu, pria yang ingin segera menikahinya.
Andra pun segera memakai baju yang di berikan Tania, jujur saja dia Ingin segera pergi dari kamar ini, agar bisa terhindar dari istrinya yang membuat dia selalu kesal.
Tania yang melihat Andra sangat rapi pun tidak bisa menghentikan ke ingin tahuan nya.
"Mas mau kemana..?" Tanya Tania hati-hati dia tidak ingin mendapatkan kemarahan lagi dari sang suami sudah cukup hari ini dia merasa terhina dan sakit.
"Bukan urusan kamu, aku mau pergi kemanapun itu semua tidak ada hubungannya dengan kamu sama sekali.. jadi jangan banyak bertanya" ucap Andra sambil menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh, hingga aromanya tercium begitu menyengat.
"Tapi aku ini istri kamu mas, jadi aku harus tahu kemana saja suamiku pergi?" Tania pun akhirnya memberanikan diri untuk menjawab.
"Kamu tahu aku sangat menyesal menikah dengan kamu. Sudah miskin, jelek, bodoh, dan yang paling aku sesali ternyata kamu itu juga perempuan pembawa sial.. bisanya hanya menengadahkan tangan saja pada suami..!" Setelah mengucapkan kata yang cukup kasar dan pedas itu, Andra pun bergegas Keluar dari kamar.
Tania hanya bisa menatap punggung Andra, hingga pria itu benar-benar hilang dari pandangannya.Tania berjalan ke arah meja rias, lalu dia berdiri di depan kaca rias.
Dia memperhatikan dirinya di sana, apa memang sekarang dia sudah tidak menarik lagi di mata suaminya.
Tania adalah wanita yang lembut, dengan wajah cantik dan berkulit putih, Hidungnya pun mungil dan lancip, sedangkan bibirnya pink alami walaupun tanpa make up sedikitpun. Dia pun melihat kearah tubuhnya yang tergolong ideal.
Rambutnya hitam panjang, sungguh sangat sempurna bagi lelaki yang memang benar-benar mencintanya apa adanya. Entah apa yang membuat Andra tiba-tiba menikahinya dulu, dan kenapa juga dia dengan cepat bisa menerima lamaran dari lelaki yang belum lama dia kenal.
Tania yang hidup sebatang kara, berpikir jika hidupnya akan bahagia jika sudah menikah nanti, setidaknya ada seseorang yang mau memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dia tidak perlu bersusah payah mencari pekerjaan lagi.
"Pah bagi uang dong.. Aku mau jalan.." Ujar Andra dengan mudahnya.
Haris yang masih berada di ruang keluarga sontak mengernyitkan dahinya heran, Apalagi melihat sang putra yang sudah rapi dan wangi, anehnya tanpa ada Tania di sampingnya.
"Mau kemana kamu...?" Tanya Haris
"Mau ketempat teman pah, siapa tahu dia berminat mengajak aku bekerjasama.." sahut Andra sambil duduk di samping Haris
"Kenapa harus ketempat teman kamu segala, kamu tidak perlu repot-repot seperti ini. Kamu bisa bekerja di perusahaan papah, kamu juga bisa mulai dari staf yang paling bawah" ujar Haris
"Tidak mau pah.. papah ini gimana sih masa aku di kasihnya hanya jadi staf biasa saja, apa kata karyawan lain dan juga teman-teman ku, apalagi yang mereka tahu aku ini anak dari pemilik perusahaan, bisa malu nanti aku nya pah.." sahut Andra langsung menolak mentah-mentah tawaran dari Haris
"Lantas kamu mau jadi apa...?? CEO..?? usaha milik kamu sendiri saja bangkrut karena kamu tidak becus mengurusnya apalagi perusahaan besar milik papah..." Haris benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir anaknya ini.
"Namanya juga baru merintis pah, jadi wajar saja kalau gagal lagi pula usaha ku itu terlalu banyak pesaingnya, ditambah aku juga belum berpengalaman.." Andra mencoba membela diri, dia tidak mau jika harus di salahkan oleh Haris karena usahanya yang sudah gulung tikar.
"Kamu sadar belum berpengalaman, kenapa dulu sok-sokan ingin membuka usaha sendiri. Akhirnya apa bangkrut dan siapa yang rugi...?? papah yang rugi" ucap Haris dengan geramnya
"Papa ini kenapa sih sama anak sendiri saja itung-itungan gitu. Lagi pula nanti juga aku yang akan mengelola semua perusahaan papah.." sahut Andra dengan entengnya.
Andra merasa karena dia anak satu-satunya, sudah pasti semua aset dan usaha Haris akan di wariskan kepadanya jadi dia juga tidak perlu repot-repot untuk bekerja.
"Sepertinya kamu sangat yakin sekali kalau papah akan mewariskan semua aset papah untuk kamu..." Sinis Haris.
Ternyata otak anaknya ini sudah bergeser dan minta untuk di pukul biar kembali ketempat semula.
"Tentu saja, aku anak papah satu-satunya.. memangnya papah mau memberikan harta papah ini untuk siapa..?? mau papah sumbangkan atau papah mau kasih mbok Yun..??" ucap Andra sedikit was-was dan juga curiga terhadap papahnya ini.
"Apa kamu tidak berpikir kalau papah mungkin saja akan menikah kembali dan dari pernikahan papah itu pun menghasilkan anak. Tentu saja jika papah kembali memiliki anak semua harta papah akan di bagi rata bukan hanya milik kamu saja.." Haris pun merasa sangat puas melihat ekspresi wajah Andra yang mulai terlihat panik
"Apa papah mau menikah lagi..?? siapa wanita itu...??" tanya Andra penasaran
"Kalau memang ada yang cocok kenapa tidak, lagi pula papah masih belum terlalu tua, papah juga kaya. Sekali menjentikkan jari saja puluhan wanita akan antri di depan papah" ujar Haris dengan sombongnya.
Dan memang benar apa yang di katakan Haris, dia kaya dan juga mempesona bahkan di usianya yang hampir menginjak kepala lima dia masih terlihat seperti usia 40 an. Di bandingkan dengan Andra aura dan juga pesona Haris tentu saja lebih unggul.
"Nggak usah mengada-ngada pah.. memangnya ada wanita yang akan mencintai papah dengan tulus, aku yakin mereka hanya mengincar harta papa saja." sahut Andra dengan kesal.
Dia tidak suka dan tidak ingin kalau papahnya sampai menikah lagi, bisa-bisa posisi dia terancam.
"Papah rasa itu tidak masalah, wanita memang harus materialistis dan kita sebagai laki-laki harus bisa memberikan yang terbaik untuk mereka"
"Ya sudah, Terserah papah saja yang jelas sekarang aku minta uang udah keburu telat nanti.. siapa tahu juga bakalan ada yang nawarin kerjaan sama aku" ucap Andra dengan tidak sabaran
Haris menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang putra tapi dia tetap mengambil dompet di saku celananya dan memberikan sejumlah uang kepada Andra. awalnya Andra sangat senang tapi setelah menghitungnya dia sedikit kesal.
"Kok cuma satu juta sih pah..? " Protesnya
Bisa untuk beli apa uang segitu, untuk mengajak pacarnya makan saja tidak akan cukup. Kenapa papahnya ini berubah menjadi sangat pelit.
"Itu uang yang tidak sedikit dan papah rasa itu amat sangat cukup untuk kamu. Kamu juga harus ingat, kamu itu sekarang numpang makan dan tidur di sini. Dan papa juga harus memberi uang jajan untuk istrimu itu..." ucap Haris
"Ngapain ngasih dia uang jajan segala, itu nggak perlu pah.. Lagi pula dia nggak akan butuh apa-apa, kita kasih makan dia saja sudah untung.."
"Jaga bicara kamu Andra...! Apa papa pernah mengajari kamu bersikap seperti itu terhadap wanita..?" Andra sudah benar-benar membuat darahnya naik dan dia tidak suka dengan perkataan anaknya itu.
"Iya maaf pah, maksud aku tuh Tania nggak perlu di kasih uang, biar aku saja yang pegang jatah miliknya" pinta Andra
"Jangan harap papah akan memberikan uang itu kepada kamu, kalau kamu ingin uang yang banyak, kamu harus berkerja dengan giat jangan hanya malas-malasan dan bermain wanita saja bisanya. Dan ingat jika papah mendengar kamu selingkuh, papah akan langsung mengusir kamu tanpa pikir panjang lagi. ." Ancam Haris
Andra langsung kaget mendengar ucapan Haris, dia juga mendadak salah tingkah dan segera pamit dari pada papahnya kembali mengoceh panjang kali lebar.
"Ya sudah aku jalan dulu pah, takut temen aku sudah nunggu." Andra pun segera pergi dari hadapan Haris.
Haris menghela napas panjang, lalu dia menggerakkan kakinya naik ke lantai atas. Saat ini yang dia butuhkan adalah istirahat dan kebetulan kamarnya ada di samping kamar sang putra. Tadinya dia lebih suka dengan kamar di lantai bawah, tapi sejak Andra pindah dari rumah ini Haris pun memutuskan untuk pindah ke kamar atas.
Sesampainya di depan kamar, dia diam sejenak dan ingin mencuri dengar pada kamar sang putra, yang terdengar hening. Haris kemudian memegang handle pintu dan bersiap membukanya saat mendengar pintu kamar sang putra terbuka.
Ceklek.
"Pah." Tania keluar dari kamar dan tersenyum dengan lembut ke arah ayah mertuanya itu.
"Kamu mau ke bawah..?" Tanya Haris berbasa-basi.
Tidak melepaskan pandangannya sedikitpun dari wajah yang tampak sembab dan Haris menduga dia baru saja menangis. Andra memang benar-benar brengsek, bisa-bisanya membuat Istrinya menangis seperti itu. pada akhirnya dia pun menyesal memberi uang kepada Andra, sudah pasti dia sekarang sedang bersenang-senang dengan kekasih atau selingkuhannya.
"Iya pah, papah mau istirahat..?" tanya Tania sambil mencuri pandang terhadap mertuanya itu, bahkan di usia Haris saat ini dia masih sangat tampan dan mempesona.
"Iya, Nia kamu punya nomor rekening?" Tanya Haris
"Maksudnya rekening apa pah...?" Tanya Tania dengan wajah polosnya
Haris menjadi kesal sendiri menantunya ini memang polos atau bodoh, masa dia tidak mengerti apa yang di maksud Haris barusan.
"Yang papah tanya tentu saja rekening bank, tidak mungkin papah tanya rekening listrik..!" dengus Haris kesal
"Maaf pah, tapi aku tidak punya" Jawab Tania dengan takut, karena sang ayah mertua terlihat kesal dengan dirinya.
"Lalu selama ini bagaimana cara Andra memberi kamu uang..??" Tanya Haris heran.
"Mas Andra selalu memberikan uang cash sama aku pah..."
"Ya sudah.." setelah mengatakan itu Haris pun kemudian masuk ke dalam kamar.
Tania juga segera turun ke lantai bawah, dia ingin mengambil air minum karena tenggorokannya kering, setelah menangis cukup lama tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!