"Pak Cik, Hana mohon izin, besok Hana mau ke kota." ucap Hana saat berbicara dengan Pak Dani diteras rumah siang itu, mereka duduk bersebelahan.
"Loh, ngapain kamu ke kota?" tanya Dani yang merupakan adik kandung dari ayah Hana
"Hana mendapat pekerjaan pak, Hana mau bekerja dikota." jawab Hana sedikit takut kalau tidak di izinkan oleh pak Ciknya yang telah menjaga dan membiayai hidupnya selama 2 tahun ini.
Ayah Hana sudah meninggal 2 Tahun lalu, sedangkan Ibu Hana tidak diketahui keberadaannya sampai saat ini.
Ibu Hana pergi dari rumah saat Hana berusia 5 tahun, sepucuk surat darinya yang membuat Ayah Hana ikhlas melepas kepergiannya. Dalam surat itu ia menyebutkan jika sudah tidak tahan hidup miskin dan ingin bekerja diluar Negeri. Surat itu masih dipajang dikamar Ayah Hana, entah mengapa Ayah Hana memajang surat yang sudah dilaminating itu dikamarnya.
Setelah kepergian ibunya, Hana hidup bersama ayahnya. mereka tinggal dirumah sederhana, berdinding papan dan lantai semen. rumah kecil tanpa perabot mewah didalamnya.
Ayah Hana meninggal saat bekerja dikebun karet milik orang kaya didesa itu. Ia meninggal karena kelelahan saat bekerja. Setelah Ayah Hana meninggal Pak cik membawa Hana tinggal dirumahnya, pak cik membiayai pendidikan SMA Hana sampai tamat. baru seminggu yang lalu Hana menyelesaikan ujian akhir disekolah nya.
Pak cik menghela napas, permintaan Hana untuk kekota membuat pak cik berat untuk melepasnya. Tapi pak cik juga tidak punya alasan menahan Hana, bagaimana pun Hana seorang gadis remaja memerlukan uang untuk biaya hidupnya. Sementara gaji Pak cik hanya cukup untuk membiayai anaknya bernama Vera yang suka sekali hidup berfoya-foya.
Pak cik bekerja sebagai mandor lapangan di PT perkebunan sawit yang berada didesa mereka.
istri pak cik bernama Lili merupakan seorang ibu rumah tangga yang rajin membuat kue, hampir setiap hari ada pelanggan yang memesan kue buatannya, hasil dari penjualan kue Lili gunakan untuk keperluan hidup sehari-hari keluarganya.
"Kamu kerja apa?" tanya pak cik
"kerja dirumah makan pak." jawab Hana
"Dari mana kamu dapat pekerjaan itu?"
"Buk Guru Indah yang memberitahu Hana, kalau rumah makan itu memerlukan karyawan, dia juga yang mendaftarkan Hana untuk bekerja disana.
Tadi pagi Buk Guru Indah memberitahu Hana, jika besok pagi Hana sudah bisa mulai bekerja. Rumah makan itu menyediakan tempat tinggal untuk karyawan, jadi pak cik tidak perlu khawatir."
"Ooo syukurlah ada mess nya, Kenapa tidak pernah memberitahu pak cik jika kamu ingin bekerja? pak cik rasa ditempat pak cik kerja ada peluang untuk mu bekerja."
Hana tersenyum mendengar perkataan pak cik nya.
..."Jika saya bekerja didesa ini, artinya saya masih harus tinggal sekamar dengan Vera. maaf pak cik saya sudah tidak tahan dengan kelakuan Vera yang suka menuduh saya mengambil barangnya." batin Hana...
"Saya ingin mencoba hidup mandiri pak cik." jawab Hana agar pak cik tidak tahu betapa muaknya Hana dengan kelakuan Vera.
"Baiklah jika rasanya keputusan mu sudah bulat pak cik akan mendukung keinginan mu untuk bekerja dikota, pak cik harap kamu bisa menjaga diri dengan baik."
"Trimakasih pak cik." ucap Hana merasa legah karna mendapat restu dan dukungan dari orang yang menyayanginya walaupun belum mampu berbuat adil terhadap dirinya.
"Oooh jadi kamu diam-diam sudah mengatur rencana untuk pergi dari rumah ini?" tanya Bibi yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah
"Gak papa lah Bun Hana pergi, kamar ku sempit kalau terus ada Hana." jawab Vera yang juga keluar dari rumah
"Kalau Hana pergi gak ada lagi dong yang boncengin Bunda kepasar, kewarung, Nemani bunda masak, bantu bunda nyuci." jawab Bibi heboh mendengar ucapan Vera.
"Kan ada Ayah Bun." jawab Vera menjawab ucapan Bundanya
"Kalau Ayah mu bisa, dari dulu Bunda gak mungkin pergi sama Hana." jawab Bibi lebih heboh lagi
"Kalau gitu Bunda usaha dong pandai bawa motor, jadi kemana mana gak ngerepotin orang lain." jawab Vera tidak mau kalah
"Udah, jangan ribut terus, malu didengar tetangga." jawab pak cik menengahi anak dan istrinya agar berhenti berdebat.
Pak cik hanya akan menegur Vera jika Vera terus menjawab ucapan Bundanya, sementara Jika Vera menjahili Hana pak cik bersikap acuh, ia bersikap seolah-olah Vera sedang mengajari Hana dan yakin Hana dan Vera akan kembali akur.
"Maaf bibi, Hana memang berencana memberi tahu bibi jika Hana sudah mendapat pekerjaan." ucap Hana lembut
"kerja apa kamu?" tanya Vera
"Kerja dirumah makan." jawab Hana
"Alah kerja jadi pramusaji aja sok-sok' an gak mau kasih tau Bunda." ucap Vera sombong
"Ya sudah, mungkin sudah waktunya Bibi harus mandiri lagi." jawab Bibi pasrah mendengar Hana mendapat pekerjaan dikota
"Kalian terlalu memanjakan Vera, kalian tidak mau menyuruh Vera untuk bekerja, semoga Vera berubah dan peduli kepada kalian disaat aku tidak lagi disini." ucap Hana didalam hatinya tetap mendoakan yang terbaik untuk keluarga pak cik nya.
...****************...
Setelah sholat subuh Hana menunggu kedatangan travel yang siap mengantarnya ke alamat.
Hana membawa tas ransel dan kresek hitam untuk menempatkan barang yang ia bawa, tas ransel yang dipakai Hana merupakan tas sekolah yang ia beli bersama ayah nya saat masuk sekolah SMA.
Hana tidak memiliki barang bawaan yang banyak, semenjak tinggal bersama pak cik, Hana hanya pernah dibelikan baju lebaran satu stel dan sendal sepasang, selebihnya Hana memakai pakaian yang pernah ia beli saat ayahnya hidup.
Hana tetap bersyukur karena ia masih bisa mendapatkan uang saku selama sekolah setiap harinya dari pak cik dan uang tambahan dari Bibi jika Hana selesai mengantar kue ke pelanggan yang minta di antarkan ke alamat. Uang dari Bibi bisa iya simpan dan akan digunakan jika ada keperluan mendesak.
Tadi malam setelah selesai berkemas Hana mengambil uang simpanannya dan menghitungnya.
"Alhamdulillah aku masih punya simpanan 98.000" ucapan Hana bersyukur, uang itu nantinya akan ia gunakan untuk membayar ongkos mobil.
*******
Pak cik dan Bibi mengantar Hana masuk ke mobil travel.
"Berapa ongkos sampai ke Rumah makan Lintas Sekawan?" tanya pak cik pada supir travel yang sudah biasa mengangkut penumpang dari desa ke kota.
"60.000 bang." jawab supir itu
"Nih, aku bayarkan ongkos anak ku, tolong antarkan dia sampai ke tujuan." ucap pak cik sambil menyerahkan uang 100.000 kepada supir travel. Supir itu mengambil uang pak cik dan memberikan kembaliannya.
"Hana, ini untuk mu." ucap pak cik sambil menyodorkan uang berjumlah 140.000
"Trimakasih pak cik." ucap Hana dengan mata berbinar.
Hana sangat bahagia mendapatkan uang dari pak cik, belum pernah Hana mendapatkan uang sebanyak itu dari pak cik selama ini. Biasanya setiap kali berangkat sekolah pak cik akan memberi Hana uang jajan 5.000 rupiah.
Uang jajan yang diberikan pak cik tidak akan cukup jika Hana tidak membawa bekal dari rumah, untungnya Hana selalu bisa membawa bekal dari rumah karena Bibi rajin memasak dan mengizinkan Hana untuk membawa bekal kesekolah.
Berbeda dengan Vera, Vera setiap hari akan diberi uang jajan tidak kurang dari 20.000, Vera selalu menghabiskan uang yang ia dapat karena tidak pernah membawa bontot dari rumah.
Mobil yang ditumpangi Hana melaju dengan cepat menuju kota.
Jam 09.00 pagi mobil yang ditumpangi Hana sampai ditempat yang buk Indah sebutkan. Sebuah rumah makan dengan parkiran luas dan bangunan yg terlihat elegan, terbuat dari bata yang kokoh dipadukan dengan kayu kayu pilihan dan dinding kaca sekeliling yang membuat pengunjung memiliki jarak pandang yang luas.
"Benar kamu kerja disini?" tanya supir travel saat Hana turun dari mobilnya
"Iya bang," jawab Hana karena supir travel itu masih tidak terlalu tua dari Hana
"Makan disini lumayan mahal loh, bisa jadi gaji mu besar." ucap Abang supir
"semoga bang, aamiin." jawab Hana sambil tersenyum
"Trimakasih bang, saya kedalam dulu." ucap Hana pamit pada bang supir.
Hana memasuki rumah makan itu dari pintu utama, terlihat beberapa karyawan sedang menyapu, merapikan kursi dan membersihkan kaca.
"Cari siapa dek?" tanya salah satu dari mereka dan berjalan menghampiri Hana yang baru beberapa langkah masuk kedalam area rumah makan itu.
"Saya mau bekerja disini pak." jawab Hana
"Maksud nya, kamu diterima kerja disini?" ucap laki-laki sebaya pak cik Hana itu.
"Iya pak, saya sudah diterima dan disuruh datang pagi ini." jawab Hana memperjelas ucapan bapak itu.
"Ooo ya sudah, kamu terus saja jalan kebelakang, disebelah kiri ada bangunan cat putih kamu masuk saja kesana." ucap laki-laki itu ramah.
"iya pak, trimakasih." ucap Hana sambil memperlihatkan senyum indahnya.
Hana melanjutkan langkahnya keluar dari ruang makan menuju ruang belakang yang disebutkan bapak tadi.
Hana mengetok pintu, terdengar seseorang menyuruhnya masuk.
"Kamu Hana?" tanya pria yang tadi menyuruhnya masuk, sambil duduk di kursi kerjanya.
"Iya." jawab Hana
Pria itu melihat Hana dari ujung kepala sampai ujung kaki, Hana sedikit gerogi dengan tatapan pria itu.
"Sudah pernah kerja?" tanya pria itu
"Belum, tapi saya sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah." jawab Hana sedikit gugup
"Oh, kamu untuk sementara saya posisikan di bagian kamar mandi dulu ya, kamar mandi disini ada sepuluh. Di Sana ada dua, disana ada empat, dibelakang ada empat." ucap pria itu sambil menunjuk arah yang ia sebutkan.
"Kebetulan bagian yang biasa ngurus kamar mandi lagi sakit. Jadi kamu gantikan dulu." kembali pria itu berucap.
"Iya pak, gak papa." jawab Hana
"Perkenalkan Nama saya Ihsan saya manajer disini, ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Ihsan
"Boleh saya tau dimana saya harus meletakkan barang saya?" tanya Hana
"kamu bisa meletakkan barang mu di mushola." jawab Ihsan
"Kata buk Indah, disini disediakan tempat tinggal." jawab Hana
"Indah? Siapa dia?" tanya Ihsan
"Dia guru saya, dia yang mendaftarkan saya bekerja disini." jawab Hana
"Maaf sepertinya dia salah dalam memberimu informasi. Kami tidak menyediakan tempat tinggal karyawan, kecuali marbot mushola."
Ucapan Ihsan membuat Hana kaget, Hana bingung dimana ia akan tinggal nantinya. Setelah selesai bekerja.
"Silahkan kamu mulai bekerja, dan pastikan semua kamar mandi dan WC sudah bersih sebelum jam 11.00, silahkan keluar." ucap Ihsan dengan wajah serius.
Hana keluar dari ruang Ihsan dan berjalan menuju mushola, Hana meletakkan tas dan plastik hitam yang ia bawa didalam mushola, tidak lupa Hana mengambil semua uangnya yang ada di tas dan menyimpannya didalam saku celana yang saat ini iya pakai.
Marbot mushola menghampiri Hana yang masih berada didalam mushola.
"Adek dari mana? Tanya pria itu
"Saya dari desa Kembang Sari pak." jawab Hana sambil melihat orang yang menyapanya
"Oooh, mau ke toilet?" tanya Marbot mengira Hana pelanggan yang singgah pagi ini.
"Tidak pak, saya ditugaskan untuk membersihkan toilet." jawab Hana
"Oh kamu karyawan baru?" tanya pria itu
"Iya. saya tinggalkan barang saya disini dulu ya pak?." ucap Hana sambil menunjuk tas nya.
"Oh, oke, dijamin aman." jawab Marbot itu pada Hana
Hana tersenyum dan segera menuju kamar mandi untuk memulai pekerjaannya.
Jam 10.55 menit Hana selesai membersihkan kamar mandi.
"Hana, kamu ke dapur dulu, bantu disana." ucap Ihsan saat melihat Hana duduk didepan Mushola.
Hana yang baru saja duduk langsung berdiri dan bergegas menuju dapur, sampai di dapur banyak yang meminta pertolongan pada Hana mulai dari mengambil baskom, sendok hingga mengipas ikan bakar.
"Wah, Hana kamu cekatan dan sangat ringan tangan." ucap Budi yang bertugas di bagian pemanggangan.
Hana tersenyum mendengar pujian dari Budi
"Ayo kita makan, ini sudah jam makan siang." ajak Budi
"Baiklah, aku juga sudah lapar." jawab Hana
Mereka berjalan menuju tempat makan para karyawan, disana sudah tersedia aneka hidangan yang boleh mereka ambil sesuai keinginan.
Hana melihat pak Ihsan makan diruang itu, ia duduk sendiri dan terlihat menikmati makan siangnya
"Ah iya, aku belum punya tempat tinggal, aku akan menemui pak Ihsan setelah makan siang." batin Hana
Selesai makan siang Hana melihat pak Ihsan yang tengah mengobrol dengan seorang pria, Hana tidak melihat wajah pria yang menjadi lawan bicara pak Ihsan karena posisinya membelakangi Hana.
"Kalau aku temui sekarang, pak Ihsan marah gak ya? Tapi aku juga gak bisa menunggu lebih lama lagi, aku harus segera mencari kos-kosan sebelum malam " batin Hana.
Hana memberanikan diri menemui pak Ihsan, Hana berdoa semoga pak Ihsan tidak memarahinya karena menganggu pembicaraannya bersama temannya.
"Siang pak Ihsan." ucap Hana menyapa
Mendengar namanya dipanggil Ihsan menoleh begitu juga dengan lawan bicaranya.
Deg
"Ya Allah ganteng sekali teman pak Ihsan." batin Hana saat keduanya bertemu pandang
"Ada apa Hana?" tanya Ihsan
Sapaan pak Ihsan membuat Hana kembali fokus pada tujuannya.
"Boleh saya izin keluar? Saya mau mencari kos-kosan untuk tempat tinggal." jawab Hana
"Apa kamu serius belum memiliki tempat tinggal?" tanya Ihsan
"Ya pak, kalau saya tidak mencari sekarang saya tidak tahu harus tidur dimana nanti malam."
"Ya sudah, saya izinkan. nanti sore kamu haru kembali kesini untuk membersihkan toilet."
"Apa tidak boleh besok pagi saja saya kesini dan membersihkan toilet nya pak?"
"Kamu ini baru kerja sudah banyak permintaan. Sekarang kamu cari dulu kontrakan, jika sudah dapat telpon saya, kali aja baru berapa meter dari sini kamu sudah dapat kontrakan, ngapain harus nunggu besok baru kerja." jawab pak Ihsan kesal dengan permintaan Hana
"Ini kartu nama saya, hubungi saya jika kamu sudah menemukan kontrakan." ucap Ihsan sambil memberikan kartu namanya kepada Hana.
"Baik pak," jawab Hana tampa membantah lagi ucapan Pak Ihsan.
Hana mengambil kartu nama yang diberikan pak Ihsan dan segera bergegas meninggalkan ruang makan itu.
"Kelihatannya karyawan kita tadi masih sangat muda." ucap Adam
"Iya, dia yang direkomendasikan oleh Ibunya Rina. Masih SMA." jawab Ihsan
"Loh kok bisa diterima?" tanya Adam kaget karna mempekerjakan anak yang masih sekolah.
"Kata Rina, dia tinggal nunggu hasil kelulusan. Anak broken home katanya."
"ooo, kasian sekali, tapi sepertinya dia tidak memiliki beban hidup seperti anak broken home yang biasa aku temui, dia terlihat menikmati hidupnya dan tidak terlihat putus asa." Jawab Adam saat memikirkan wajah Hana sewaktu pandangan mereka bertemu.
"Ya deh pak psikolog, jurusan apa? usaha apa!" ledek Ihsan kepada Adam yang saat ini masih kuliah di semester akhir dan sedang sibuk membuat skripsi.
Adam tertawa mendengar ucapan sahabatnya.
Rumah makan Lintas Sekawan merupakan usaha yang dirintis oleh Ihsan dan Adam, keduanya bekerja sama dalam mengelola dan menjalankan bisnis kuliner.
Adam selaku pemasok dana terbesar menjabat sebagai Manajer utama, Ihsan menjabat sebagai Manajer kedua. Orang tua Adam sebagai penasehat dan pemantau bisnis tersebut.
Ihsan lebih tua 1 tahun dari Adam, Ihsan sudah menyelesaikan kuliahnya dengan gelar Sarjana Ekonomi.
***
Hana berjalan kaki keluar dari area rumah makan Lintas Sekawan, ada gang kecil disebelah tembok rumah makan tempat Hana bekerja. Hana memasuki jalan itu, rumah pertama ditemui Hana memiliki pagar sekeliling, Hana yakin jika penghuni rumah itu tidak menerima anak kos.
Hana terus melanjutkan perjalanannya menuju rumah kedua yang tidak berapa meter jaraknya dari rumah pertama.
"Assalamualaikum, siang buk."
"Ya, siang. Cari siapa?" tanya ibu yang Hana temui
"Saya mau tanya, apakah ibu menyediakan kamar kos?" tanya Hana
"Oh, kamu cari kos. Saya gak nerima dek, coba kamu jalan lagi lurus, nanti di ujung jalan ini kamu belok kiri, disana banyak rumah kos- kosan." jawab ibu itu.
"Trimakasih buk." ucap Hana merasa bahagia mendapat informasi dari ibu tersebut.
Hana terus berjalan lurus menelusuri gang sempit itu, Hana berjalan kaki sekitar 200 meter baru kemudian ia menemukan jalan yang lumayan lebar, Hana berbelok ke kiri dan melihat betapa rapat dan padatnya rumah penduduk di daerah itu.
Sudah sepuluh rumah yang Hana tanya, rata-rata sewa kamar perbulannya 300.000 tentu saja Hana tidak sanggup membayar sebanyak itu, apalagi semuanya meminta bayaran diawal.
Hana bingung dan rasanya ia ingin menangis sekeras-kerasnya, "ternyata hidup mandiri itu sangat pahit dan sulit." ucap Hana pelan.
Hana mendengar seruan azan sholat ashar, Hana terus mencari sumber suara itu hingga akhirnya ia menemukan sebuah masjid.
Hana merasa lelah dan letih karna berjalan kaki dari tempat kerja sampai di masjid Ar-rahman, menurut perkiraan Hana posisi masjid itu tepat berada dibelakang rumah makan Lintas Sekawan.
Hana duduk di teras masjid untuk mendinginkan badannya yang kepanasan terkena panasnya terik matahari siang.
"Hey, coba lihat wanita yang duduk di teras masjid itu. Bukankah itu karyawan kita?" tanya Adam pada Ihsan saat mereka akan keluar dari mobil untuk sholat ashar di masjid itu.
"Benar, itu Hana. Kenapa dia disini?" jawab Ihsan heran melihat Hana yang sepertinya sangat kelelahan.
Saat mereka keluar dari mobil Hana bangkit dari tempat duduknya, Hana pergi ke toilet wanita untuk membersihkan badannya yang berkeringat dan mengambil wudhu.
mereka sholat berjamaah, selesai sholat Hana kembali beristirahat diteras masjid . Adam dan Ihsan sudah pergi lebih dulu dan tidak lagi memperhatikan keberadaan Hana.
"Ya Allah dimana aku bisa tinggal sampai uangku cukup untuk menyewa rumah kos," ucap Hana kembali bertanya pada sang penciptanya.
Tiba-tiba sebuah ide melintas di kepala Hana.
"Mushola tempat kerja, iya disana, aku bisa tinggal disana sampai gajian." ucap Hana dengan senyum cantik terukir diwajahnya.
Hana bangkit dan segera pergi dari masjid menuju tempat kerja. Dala perjalanan pulang Hana berencana menemui Marbot mushola dan memintanya untuk bekerja sama agar mengizinkan Hana tidur di dalam mushola setidaknya sampai ia mendapatkan gaji.
"Yah, hanya ini jalan satu-satu nya sampai aku bisa memiliki uang." ucapan Hana seorang diri sambil berjalan kaki menuju rumah makan Lintas Sekawan.
Hana sampai ditempat kerja dan segera mencari Marbot mushola, Hana juga belum tau nama Marbot itu.
"Hana!" ucap Ihsan memanggil Hana saat Hana melewati taman kecil disebelah bangunan rumah makan.
Hana menoleh dan melihat keberadaan Ihsan yang sedang duduk di ayunan taman. Hana menghampiri Ihsan.
"Ada apa pak?" tanya Hana
"Sudah dapat rumah kos nya?" tanya Ihsan
Hana berfikir sejenak
"Kalau aku jujur pak Ihsan marah gak ya?" batin Hana
"Saya be.." ucapan Hana terputus
Ihsan memberi kode agar Hana tidak bicara karna ada panggilan masuk di Hp nya, kemudian Ihsan memberi kode lagi agar Hana pergi.
Hana merasa legah karna tidak jadi memberikan jawaban kepada Ihsan, Hana segera mencari keberadaan Marbot Mushola untuk di ajak kompromi.
*****
💕💕💕 trimakasih sudah membaca 💕💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!