NovelToon NovelToon

Lilin Kecil Dari Om Kapten

1. Main jodoh-jodohan.

"Gila ya.. Kapten Probo benar-benar buat sakit kepala." Gerutu seorang Prada saat dirinya terlambat ikut apel pagi.

"Jangan banyak bicara, hitung lagi daunnya..!! Sudah berapa tadi?" Kata seorang Prada yang lain.

"Aduuuhh.. di ulang lagi donk."

Prada tersebut menghitung jumlah daun pada pot bonsai kesayangan Kapten Prabayudha. Dankinya itu terkenal begitu garang dan antipati pada wanita, pria yang kaku, dingin, bahkan hampir tidak pernah tersenyum pada siapapun, jangankan pada wanita.. pada anggota dan rekannya pun tidak. Duda muda yang membuat para anggotanya memilih meninggal di tempat jika harus bersinggungan dengan Danki Prabayudha.

"Sembilan ratus dua. Ya.. fix, sembilan ratus dua." Kata Prada tersebut.

"Itu paritnya kurang dalam, kalau banjir rumahmu ikut terendam..!!!!!"" Suara keras seorang Danki menegur anggotanya.

"Siaaap..!!!"

~

"Sembilan ratus satu. Kamu tidak menghitungnya dengan benar ya..!!"

"Siap.. salah..!!" kata Prada tersebut sudah gemetar ketakutan.

"Itulah jika rasa sayangmu pada makhluk Tuhan hanya setengah hati. Mulai sekarang ajak semua tanaman saya untuk bicara dari hati ke hati..!!" Perintah Kapten Prabayudha.

"Saya?? Bicara dengan tanaman bonsai?" Tanya Prada tersebut bingung.

"Siapa lagi?? Kamu yang bikin salah. Jangan sampai daunnya berguguran.. Awas saja kau ya..!!" Ancam Kapten Prabayudha.

"Si_ap.. Danki..!!" 'Dasar Danki edan.'

:

"Paaaaaaaaa.." Seorang gadis meluncur dengan kencang menggunakan sepatu roda memasuki kawasan di larang melintas. Disana Kapten Prabayudha sedang memberikan arahan pada anggotanya saat apel usai jam kerja.

"Ya Allah, Astaghfirullah." Pekik Danki tersebut.

braaaaaakkk..

"Dankii.....!!!" Para anggota berlarian membantu Dankinya yang terpelanting bersama seorang gadis yang memaknai sepatu roda.

"Jabang bayi lanang wedhok.. darimana datangnya kamu ini???" Gerutu Bang Probo, ia bergumam sendiri karena tak sanggup mengangkat tubuhnya yang terasa remuk tak karuan.

"Ayo bantu Danki..!!"

Dari jauh, Pak Dallas dan Pak Taufan tercengang melihat keributan. Mereka berdua sedang melaksanakan kunjungan kerja. Mereka berjalan sendiri sambil melihat lapangan tembak yang baru saja di bangun oleh Kapten Prabayudha.

"Keributan apa disana?" Tanya Pak Dallas.

"Ijin Komandan, seorang gadis menabrak Danki di lapangan apel penutupan." Jawab Prada yang ikut mengawal jalannya kunjungan.

"Ya ampun, anak siapa itu?" Pak Taufan sampai menggeleng dan berdecak gemas.

"Laahh.. itu Gita." Tunjuk Pak Dallas.

"Lahdalaaaah.. piye to?" Pak Taufan segera berlari melihat keributan di lapangan apel.

:

"Om ini nggak mau menyingkir."

"Diam kamu Gita..!! Sudah salah, masih ngotot..!! Memang Danki bicaranya disana. Memangnya mau dimana lagi?? Pinggir kali???" Tegur Papa Taufan.

Gita memonyongkan bibirnya tidak terima dengan omelan sang Papa.

"Tidak apa-apa Om. Cuma masalah kecil." Kata Bang Probo.

"Oke. Thanks.. Bye..!!"

"Gitaaaaaa...!!!!" Papa Taufan sampai berteriak melihat kelakuan putrinya yang kurang ajar. "Hormati Bang Probo, dia calon suamimu..!!"

"Haaaahh..?????????" Bang Probo rasanya syok mendengarnya.

"Apa Pa?? Nggak mau Paa.. Gita punya pacar. Masa Papa rela Gita menikah sama om-om." Protes Gita tidak terima.

...

"Apa-apaan ini Yah? Aku sudah bilang tidak akan menikah lagi. Aku juga sudah punya anak perempuan, nggak ada mikir nikah lagi. Kasihan anak Yah."

"Tapi kamu juga perlu ada yang urus. Ayah selalu kepikiran kalau setiap hari kamu masak sendiri, makan sendiri. Ayah tau rasanya kesepian." Kata Ayah Dallas. "Sudahlah Probo, Akila tidak akan kembali lagi."

"Aku sudah mati rasa Yah. Kesepian itu hanya ilusi, di pakai wirid juga hilang rasanya. Seharian capek kerja langsung tidur, nggak mikir kesana." Jawab Bang Probo.

"Ayah nggak enak sama Om Taufan, Le. Lagipula Gita juga baik sekali. Anaknya sopan, ramah, pintar, dewasa, keibuan........."

"Jangan banyak promosi Yah, kejadian tadi sudah menjelaskan betapa dewasanya putri kecil Pak Taufan." Kata Bang Probo.

"Di coba dulu..!!"

"Nikah bukan untuk bahan percobaan."

"Nanti cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Anggap saja ini ta'aruf." Bujuk Pak Dallas.

"Maaf Yah, kali ini tidak. Aku ingin memiliki Faradhea saja dalam hidupku." Tolak Bang Probo.

"Bagaimana kalau............."

//

"Sekali tidak, tetap tidak.. Merdekaaaaa..!!!" Pekik Gita.

"Pelankan suaramu.. malu kalau Om Dallas dengar. Bang Probo itu laki-laki yang baik......."

"Duda dua kali Pa. Dia pasti laki-laki b******k. Mana ada perceraian dua kali kalau laki-laki tidak buat ulah." Sambar Gita.

"Heehh.. jangan ngawur Gita. Biar Papa ceritakan..!!!"

"Nggaaaaakk.. Papa tau arti demonstrasi atau tidak????" Teriak Gita.

"Demokrasi, sayang..!!"

"Ya itulah.. Kalau memang dia laki-laki yang sebaik itu, seharusnya si Probo itu sudah kawin Pa." Kata Gita berapi-api.

"Nikah, sayang."

"Terserah lah, pokoknya Gita nggak mau kawin. Titik.. koma.. jebrettttttt..!!!!!!"

Papa Taufan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hmm.. bagaimana kalau kita buat perjanjian."

"Apa??" Tanya Gita.

"Gita maunya apa?" Papa Taufan balik bertanya.

.

.

.

.

2. Garangnya Kapten Prabayudha.

Bang Probo meletakan surat perjanjian di atas meja kerjanya bersamaan dengan Gita yang juga meletakan surat perjanjian.

Bang Probo hanya berdehem melihat banyaknya tumpukan kertas dengan berbagai banyak tulisan yang entah apa isinya sedangkan dirinya sendiri hanya menulis dua poin di atas kertas.

"Apa isinya?" Tanya Papa Taufan.

"Pertama.. Menurut apa kata suami. Kedua.. tidak banyak menuntut." Jawab Gita.

"Masih wajar." Kata Papa Taufan.

"Pa.. poin kedua berbahaya. Tidak banyak menuntut. Bagaimana kalau Om Probo berniat mencelakai Gita. Terjadi penculikan dan penyekapan lalu Gita di karungin, yang paling parah Pa.. apa Papa mau Gita di racun??"

Papa Taufan menepuk dahinya, kepalanya terasa mau pecah memikirkan Gita putri kecilnya.

"Itu kamu tau, lalu kenapa kamu membuat poin perjanjian sebanyak ini kalau kamu yakin saya akan menyekap dan meracuni mu." Kata Bang Probo.

"Wanita independen harus punya pertahanan diri yang kuat." Dengan lantang Gita bersuara.

"Uang saku mu darimana, Neng?"

"Dari Papa, sama Abang." Jawab Gita.

Sekarang Bang Probo yang menggeleng gemas. "Bukan main. Pecah kepalaku."

Ayah Dallas tertawa cekikikan melihat Gita, sungguh segala apapun dari Gita terasa begitu menghiburnya. "Kalau saja aku ini masih muda, pasti sudah kunikahi putrimu. Sayangnya aku cinta mati sama Beeya."

"Sudahlah, kau dengan Beeya saja. Biar Gita di tangani langsung sama putramu ini." Kata Papa Taufan.

Bang Probo memijat pangkal hidungnya, sungguh dirinya benar-benar tidak ingin menikah dengan Gita. Bukan karena Gita terlalu buruk, tapi kisah cintanya yang telah kandas membuatnya merasa gagal menjadi seorang suami dan juga laki-laki. Terlebih rasa kehilangan begitu membekas dan menyakitkan.

"Kapan lagi dapat gadis cantik sepertiku?" Gita duduk tak beraturan hingga ujung pahanya nampak jelas dalam pandang mata Bang Probo.

"Gitaaa..!!! Astagaaa..!!!"

plaaaaakk..

Papa Taufan menendang kaki Gita yang tidak sopan.

Bang Probo pun langsung menundukan kepala. Selama bertahun-tahun ia berusaha menahan diri dari hal berbau wanita. Terkadang rindu menyerang dan semua adalah hal yang wajar namun dirinya tidak ingin di perbudak oleh nafsu yang menyesatkan.

"Saya permisi sebentar, masih ada sedikit pekerjaan yang belum saya selesaikan. Silakan di lanjutkan.." Bang Probo memberi kilas senyum lalu meninggalkan tempat.

~

Dering ponsel berbunyi, Bang Probo melihat nama Abangnya disana. Ia pun mengangkatnya.

"Daddy....." Sapa di seberang sana.

"Hai sayang, anak Daddy sudah mandi sore?" Tanya Bang Probo, senyumnya selalu mengembang jika berhadapan dengan putri kecilnya.

"Sudah Dad. Oya Dad.. besok Dhea mau acara pelepasan di TK. Daddy bisa datang?" Tanya Dhea.

Bang Probo terdiam sejenak, sebenarnya ia ingin sekali datang, tapi hanya Bang Arok yang lebih pantas mendampingi acara tersebut.

"Bukankah Mama sama Papa bisa mendampingi Dhea. Daddy masih ada pekerjaan, sayang..!!" Kata Bang Probo beralasan pada putrinya.

"Papa tidak bisa datang, Daddy juga. Seperti biasa, kalau Mama tidak bisa jemput Dhea sekolah.. hanya Daddy yang bisa datang, tapi pasti sendiri.. tanpa Mommy."

Sungguh di hati Bang Probo terasa pedih mendengar keluh kesah putrinya. "Dhea sayang. Ingat yang selalu Daddy katakan?"

"Ingat."

"Apa, sayang??"

"Dhea harus bersyukur dan harus tetap bahagia. Ada Papa dan Daddy yang selalu sayang sama Dhea, juga Mama yang luar biasa yang tidak akan putus do'a untuk Dhea." Jawab Dhea lembut.

"Anak pintar. Sekarang dimana Papa. Daddy mau bicara."

"Ini.. di samping Dhea. Oya Dad, kalau kesini bawakan adik bayi ya..!!"

"Owalah ndhuk.. minta sama Papa. Jangan sama Daddy..!! Sekarang cepat serahkan ponselnya sama Papa..!!"

Terlihat Dhea menyerahkan ponselnya pada Bang Arok.

"Tolonglah Bang, Abang saja yang berangkat dalam acara itu..!!" Pinta Bang Probo dengan wajah memelas.

"Gadis kecilmu sudah semakin besar. Sejak Dhea PAUD, kamu tidak pernah mau datang dalam acara pentingnya. Seberapapun aku ingin hadir, Dhea ingin Daddy-nya ada disana. Sesekali senangkan hatinya. Bukankah Ayah dan Om Taufan kesana bawa misi perdamaian. Ajak saja Gita..!!" Saran Bang Arok.

"Jadi Abang sudah tau?? Kau kan tau aku tidak mau di jodohkan. Di jodohkan saja tidak mau apalagi menikah, Bang." Jawab Bang Probo.

"Ada tagihan adik tuh." Kata Bang Arok.

"Jangan cari masalah lah, Bang..!! Kau buatkan saja sama Annya. Untuk satu itu aku nggak sanggup." Tolak Bang Probo.

"Eehh.. kamu nggak mode main Paijo, kan???" Tanya Bang Arok.

"Nggak usah ngawur Bang..!! Sudah.. aku sibuk. Nggak urus Paijo..!!" Bang Probo memutuskan panggilan telepon nya. Kepalanya semakin berat dan berdenyut memikirkan banyak hal. "Nikah.. nikah.. nikah saja yang ada di pikiran mereka. Ini lagi si Dhea minta adik, mau nyolok sama siapa dah?? Masa iya Daddy-nya di suruh tarung sama botol." Gerutunya.

"Ijin Danki.. ini botol mau di bawa kemana?" Tanya Prada Faizal.

"Singkirkan itu botol. Saya nggak mau dekat sama botol dengan alasan apapun." Perintah Bang Probo kemudian berjalan menjauh.

"Duuhh.. bagaimana sih Danki. Katanya minta botol untuk di jadikan pot estetik. Kenapa sekarang jadi marah." Gumam Prada Faizal hanya bisa pasrah mendengar omelan Kapten Prabayudha. "Danki PMS kali ya? Sebentar tenang, sebentar marah. Hwuuuww.. duda kurang setrum."

Bang Probo menyambar speaker di meja samping lapangan barak bujangan.

"Untuk seluruh bujangan.. guling botol di lapangan sekarang juga..!! Untuk kamu.. Prada Faizal. Sikap tobat..!! Biar kepalamu yang kurang setrum itu segera tersambung." Perintah Bang Probo.

"Ampun Danki.. siap salah..!!" Kata Prada Faizal gelagapan. Ternyata sejak tadi Kapten Prabayudha mendengar gerutunya dan kini seluruh mata menatap padanya.

.

.

.

.

3. Tantangan maut.

"Gita suka anak-anak atau tidak?" Tanya Bang Probo pada Papa Taufan.

"Selama ini Papa tidak begitu paham. Gita anak terakhir, sudah pasti dia hanya ingin hanya dia yang ingin di manja." Jawab Papa Taufan.

Bang Probo mengangguk, semua terasa lebih sulit. Entah kenapa di dalam kepalanya langsung terpikirkan sosok ibu tiri yang tidak bisa mencintai putrinya.

"Baiklah Pa, saya paham."

"Jadi bagaimana? Kamu bersedia menikah atau tidak?" Tanya Ayah Dallas.

"Beri saya waktu..!!"

braaaaakkk..

Gita membuka pintu dengan kencang dan mengagetkan seisi ruangan.

"Tolooong..!!!!!" Teriak Gita ketakutan.

"Ada apa Gita??????" Tanya Papa Taufan.

Mbbbkkkkkk...

"Astaghfirullah..!!!!" Bang Probo menyambar HTnya. "Taja ke ruangan saya.. sekarang juga..!!!!!!!!!"

~

Tanpa sadar Gita sesenggukan di pelukan Bang Probo. Tubuhnya gemetar dan nyaris pingsan. Puluhan kambing peliharaan Kompi lepas begitu saja saat Gita mencoba memberi makan. Tak hanya itu, kambing tersebut merusak ruangan Danki dan memakan beberapa lembar berkas.

"Minum dulu..!!" Bang Probo membuka gelas teh di mejanya lalu mengangsurkan ke bibir Gita.

"Gita takut, nggak mau ketemu kambing lagi." Ucapnya setelah minum dari Bang Probo.

"Siapa suruh kamu sebegitu lancang memberi kambing itu makan."

"Kambingnya bunyi terus, pasti kelaparan. Lihat saja ini sudah beranjak malam." Kata Gita.

"Kamu nggak usah memikirkan kambing makan dalam tiga fase waktu. Di sana sudah ada rumput, mereka bisa makan sendiri. Memangnya dia seperti manusia????? Pakai di suapi segala." Tegur Bang Probo.

"Benar-benar om-om yang kolot, tidak punya rasa kasihan, dengan hewan saja tidak kasihan, apalagi sama manusia."

dggg..

Hati Bang Probo terketuk mendengar ucap Gita. Di tatapnya dengan lekat paras wajah berkeringat serta wajah ketakutan dari Gita. Deru nafasnya pun tak beraturan.

"Sana, beri makan lagi kambing-kambing itu..!!"

"Nggak aahh. Om pengen ada korban jiwa???" Kata Gita.

"Nggak usah lebay dek. Hanya di sruduk kambing saja tidak akan menghilangkan nyawa, kecuali kamu di sruduk banteng."

Papa Taufan dan Ayah Dallas saling pandang melihat putra putri nya bersahutan jawaban perkara kambing.

Gita yang kesal balik melotot memberi tatapan mautnya, kakinya pun menginjak kaki Bang Probo sekuatnya.

"Astaghfirullah hal adzim.. dasar kancil..!!" Gerutu Bang Probo sampai lupa bahwa di ruangan itu masih ada Pak Taufan.

"Memang Gita suka lompat kancil." Kata Papa Taufan.

"Ehm.. Pak Taufan. Maksud saya bukan begitu." Bang Probo langsung merasa tidak enak dengan dengan Pak Taufan.

"Bohong Pa. Om Probo pasti sudah niat untuk mempermalukan Papa. Masa Papa mau cari calon mantu yang kurang ajar begini." Oceh Gita.

Bang Probo melepaskan pelukannya. "Benar Yah, cari menantu yang benar, lebar sekali mulutnya mirip ikan, mangap terus. Benar-benar pengen ku jejali..............."

"Apa.. apa.. apaaaa???? Jejali apa coba???" Sambar Gita tak ada rasa takutnya sama sekali.

"Okeeee.. kamu menang. Saya ini makhluk waras. Jangan sampai kamu jadi istri saya ya." Ancam Bang Probo.

"Iiiihh.. kenapa? Takut yaaa.. Ahahaha. Tentara gitu loh, takut lawan perempuan." Ledek Gita tak hentinya mengoceh.

"Diem nggak..!!" Gumam Bang Probo masih menghargai Pak Taufan. Rasanya Bang Probo sudah geregetan menanggapi Gita yang banyak bicara.

"Gitaaaaa..!!!" Tegur Pak Taufan.

"Sudah Bang, kita ngopi saja di luar. Biar anak-anak disini, siapa tau ada pencerahan di antara mereka." Ajak Ayah Dallas.

Pak Taufan segera mengikuti langkah Ayah Dallas dan mereka berbincang di warung kopi sore. Bang Probo pun menghempaskan tubuhnya untuk duduk di sofa ruang kerjanya.

Gita tersenyum nakal. Tanpa Papanya, dirinya bisa berbuat semaunya termasuk membuat Bang Probo ilfeel padanya agar pernikahan itu tidak terjadi.

"Sekarang tidak ada siapa-siapa. Om Probo mau nggak.. main sama Gita?" Goda Gita sambil mengusap bagian sensitiff di dada Bang Probo.

"Maaf ya ndhuk, Om Probo nggak main sama bocah. Sudah sana.. main masak-masakan..!!" Kata Bang Probo kemudian menghindar.

"Tapi Gita pintar main loh Om..!!" Gita mengangkat kakinya dan meletakan kakinya yang putih mulus, memakai high heels tepat di depan dada Bang Probo.

Detak jantung Bang Probo berpacu, berlompatan tak karuan. Apalagi tepat di depan matanya terekspos lahan mungil tempat bermain seluncur yang masih di portal rapi.

"Main apa? Jangan sampai kamu yang nangis nantinya, kalau saya yang ambil alih permainan." Ancam Bang Probo.

"Masa?? Waaooww.. Gita jadi penasaran nih Om..!!" Goda si cantik Gita sembari menjulurkan kakinya hingga dagu Bang Probo.

Bang Probo memejamkan matanya. Sungguh kali ini batinnya tergoda, nafsu b****i nya melonjak tinggi tak terkendali, enam tahun lamanya dirinya menyepi dan tidak mendekat pada hal berbau wanita. Jika saja tidak mengingat akan masa lalunya, mungkin saat ini dirinya sudah menggulingkan Gita dan menyelesaikan hasrat prianya.

'Masya Allah, Tuhan. Godaan apalagi ini??? Disaat aku berjalan lurus, kenapa ada saja godaan yang membelokkan jalanku. Tolong kuatkan aku Ya Allah, aku tidak ingin lagi menyakiti hati wanita dan membuatnya menangis. Sungguh aku benar-benar tersiksa melihat wanita yang kucintai menangis.'

"Kita nikah?" Tantang Gita yang masih belum puas menggoda Bang Probo.

"Ayo..!!" Sambut Bang Probo.

Seketika mata Gita membulat besar. Gita sungguh tidak menyangka jika Bang Probo akan menyambut godaannya.

"Kita harus konsisten untuk menolak."

"Kamu takut nikah sama saya?" Tanya Bang Probo jauh lebih santai meskipun di hatinya sama sekali jauh dari kata santai.

"Untuk apa takut. Gita wanita independen."

"Independen lagi, ya sudah.. ayo nikah..!!" Ajak Bang Probo.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!