"Kamu jahat Rain, kenapa kamu tega? Kenapa kamu mau menikah denganku setelah setengah tahun pernikahan kita berjalan? Kenapa gak tunggu kita bercerai? Yara sahabatku, sekarang dia mengandung bayimu sudah masuk tiga bulan, Rain,"
Mikhaila Danya Bimantara, 28 tahun wanita cantik berwajah lembut dan kalem, berambut lurus sebahu, pemilik toko bunga segar Mikha's Florist, pembawaannys tenang dan selalu tersenyum.
Wanita cantik dengan wajah lembut dan kalem itu menatap sendu suaminya yang hanya bisa terdiam duduk di sofa kamar mereka.
"Ceraikan aku jika kamu mencintai Yara, aku gak apa-apa Rain, tidak ada yang harus kamu pikirkan lagi tentangku, kita bercerai, nikahi Yara kamu sudah membuatnya mengandung bayimu, maafkan aku jika sampai sekarang kita tidak pernah melakukan kewajiban sebagai suami istri," Mikha wanita cantik itu tidak ingin menangis di depan suaminya.
Pernikahan mereka memang suatu kesalahan, Rain merasa berhutang budi pada papi Mikha yang memintanya menikahi putrinya saat papi Mikha sakit keras.
Papi Mikha sudah meninggal sebulan setelah Mikha dan Rain menikah.
Suami istri tersebut sedang berada di sofa di kamar mereka.
Rain terdiam wajahnya menunduk.
"Aku tidak bisa menceraikan mu Mikha, janjiku pada almarhum papi untuk menjagamu, aku tidak bisa menceraikan mu," suara lirih dari bibir pria tampan kakak angkat Mikha yang dibesarkan oleh papi Bimantara, papi kandung Mikha.
"Kamu tidak bisa egois gitu Rain, kamu ceraikan aku nikahi Yara, dia sedang mengandung bayimu, aku gak papa, Rain," Mikha menatap tajam ke suaminya.
Rain mengetatkan rahangnya, dirinya merasa tidak sanggup jika harus menceraikan wanita cantik adik angkatnya ini.
Rain akui dirinya tidak mencintai Mikha, Rain sudah menganggap Mikha adiknya sendiri saat di minta oleh papi Bimantara untuk menikahi Mikha itu semua karena keadaan yang memaksa.
Mereka menikah siri di depan papi Bimantara, pernikahan mereka belum tercatat secara negara.
Apakah Rain akan menceraikan Mikha? Bagaimana dengan mami Zayna pasti akan sangat kecewa dengan dirinya.
Rain Bagaspati, 30 tahun, lelaki tampan dan hangat, seorang CEO di perusahaan Bimantara Grup, perusahaan milik papinya Mikha, sebenarnya Mikha lah yang seharusnya menjabat sebagai CEO di Bimantara Grup, hanya saja Mikha belum bersedia, Mikha merupakan pemilik Bimantara Grup yang sesungguhnya setelah papinya meninggal.
Rain merupakan anak sahabat papi Bimantara yang meninggal dunia bersama istrinya akibat kecelakaan tunggal saat itu, perusahaan Bagaspati diambil alih oleh keluarga besar dari papa nya Rain, kecelakaan tersebut belum diketahui karena apa sampai sekarang.
Keberadaan Rain tidak di ketahui oleh keluarga besar Bagaspati, papi Bimantara lah yang mengetahui cerita sesungguhnya tentang Rain putra angkat yang sangat disayanginya.
Kedua suami istri tersebut masih diam-diaman di kamar mereka. Rain belum membuat keputusannya.
"Aku harus pergi ke toko bunga sekarang, sebaiknya kamu pergi jumpai Yara, kemarin dia. sudah bertemu denganku dan menceritakan semuanya," Mikha berdiri dari duduknya.
Rain mengangkat kepalanya menatap kepergian istri yang tidak di cintainya itu.
Rain masih bingung harus bagaimana. Apa yang akan mami Zayna pikirkan tentang dirinya jika dirinya menceraikan putri tunggalnya. Pastinya akan kecewa dengan dirinya.
Rain menghela napas, ponsel di meja berbunyi.
Yara is calling..
Rain tidak mengangkatnya, ia membiarkan saja ponselnya terus berdering. Dirinya sedang kalut. Rain sedang tidak fokus.
Rain melihat istrinya sudah bersiap untuk pergi. Mereka harus sarapan sebelum berangkat, Rain juga harus berangkat ke kantornya.
***
Di perusahaan Sadewa Grup, seorang lelaki tampan, dengan sisiran klimis di rambutnya, wajahnya sangat manly, rahang tegas, bulu mata tebal dengan sorot mata yang tajam, hidung mancung dan bibir yang tidak terlalu tebal, lelaki dengan auranya yang mendominasi memasuki lobby kantor bersama asisten setianya, Farzan.
Fabyan Alkandra Sadewa, 30 tahun, CEO Sadewa Grup, lelaki gagah dan tampan dengan sorot mata tajam bak elang yang mengintai mangsanya, lelaki dingin, dominan dan tidak suka berhubungan dengan yang namanya wanita, meski ia lahir dari seorang wanita, dan butuh wanita untuk dicintai dan melahirkan keturunan ahli waris Sadewa kelak.
Alka panggilan sehari-hari, berjalan dengan tegap dan kepala yang tegak hanya dengan lirikan saja ia mengetahui keadaan di sekelilingnya.
"Apa hari ini jadi meeting dengan Bimantara Grup? Jam berapa meeting nya? Di mana?"
"Jadi Pak, jam 10.00 nanti rapat dengan mereka di Cafe Morning Pak, ini rapat perdana kita dengan CEO baru Bimantara Grup setelah Pak Bimantara yang sebelumnya memimpin meninggal Pak,"
"Baiklah persiapkan semuanya, proyek ini sudah lama kita tunggu-tunggu,"
"Baik Pak,"
Keduanya sudah memasuki lift. Lift berhenti di lantai 6. Mereka berdua keuluar dari lift.
Alka berjalan menuju ke ruangannya, Farzan sudah duluan masuk ke ruangannya.
"Selamat pagi Pak," sapa Reena sekretaris Alka.
"Pagi Reena, sudah siapkan semua untuk rapat pagi ini?"
"Sudah pak, sekalian mau mengingatkan ke Bapak, hari ini ulang tahun nyonya besar Maura Pak. Sore Bapak di minta tuan besar ke rumah dengan membawa bunga segar belinya di toko Mikha's Florist pak,"
"Baiklah kamu pesankan aja bunga mawar merah buket besar nanti sore biar saya langsung ke sana mengambilnya,"
Alka dengan suara beratnya meminta sekretarisnya memesan buket bunga mawar buat ulang tahun maminya sore nanti.
Mami sangat pemilih maunya bunga segar di toko bunga yang di pilihnya, Mikha's Florist.
Alka memasuki ruangannya menuju ke meja kerjanya. Alka seorang lelaki yang perfeksionis, dirinya sangat detail dan serius.
Pagi ini mereka akan mengadakan rapat perdana dengan Bimantara Grup di Cafe Morning. Sudah sering Alka ke cafe tersebut sekedar bertemu dengan klien atau sahabat-sahabatnya.
Di Cafe Morning, seorang wanita sedang duduk bersama kliennya. Wanita berwajah kalem tersebut tidak menyadari kalau suaminya juga ada di Cafe Morning untuk meeting dengan kliennya dan sedang bersama seorang wanita yang di kenalnya.
Dua lelaki tampan masuk ke dalam cafe, wanita yang sedang bersama kliennya tanpa sengaja menatap pengunjung yang baru masuk, begitu juga dengan lelaki tampan tersebut, mata mereka bersirobok, saling menatap tak berkedip.
Wanita tersebut segera mengalihkan pandangannya ke samping, lelaki tersebut mengernyitkan alisnya.
Wanita dan lelaki tersebut tidak saling mengenal tetapi pandangan mata mereka sama-sama tidak berkedip saat beradu pandang.
"Nona Mikha," panggil wanita di depannya.
Lelaki tampan yang lewat di samping wanita yang di panggil Mikha tersebut mendengar nama wanita itu di panggil.
Mikha, batin lelaki tampan tersebut.
Lelaki tampan dan asistennya mendatangi meja tempat klien mereka sudah duduk di sana.
Wanita yang dipanggil nona Mikha oleh kliennya tersenyum ke kliennya.
"Iya nona Michelle, bagaimana? Apa sudah dipilih bunga-bunga yang mau nona pesan untuk acara nanti sore?"
"Iya nona, berhubung ini pesanan dari tuan saya untuk acara istri sahabatnya, saya pesan yang ini ya nona untuk buket bunganya, tiga buket nona, apa bisa nona langsung yang mengantarkannya karena saya buru-buru mau berangkat ke luar kota siang ini, ini kartu namanya yang harus nona selipkan di buketnya, saya minta tolong ya nona Mikha,"
"Baiklah nona Michelle, nanti sore saya yang antar ke rumah sahabat tuan nona Michelle,"
"Baiklah kalo begitu terimakasih sebelumnya nona Mikha, ini alamat Tuan Sadewa yang istri nya merayakan ulang tahun nanti sore, sekali lagi terimakasih nona Mikha, saya permisi dulu,"
"Sama-sama nona Michelle, nanti sore saya kabari jika sudah saya antar bunganya ya nona,"
"Baiklah, sekali terimakasih nona Mikha sudah menolong saya,"
Nona Michelle beranjak dari duduknya pergi meninggalkan Mikha seorang diri.
"Mikha," panggil seseorang.
Mikha menoleh, tatapan mata mereka beradu.
Mikha menatap wanita yang sangat di kenalnya itu wajah Mikha datar. Wanita itu sahabat baiknya tapi entah mengapa Mikha merasa di khianati oleh suami dan sahabatnya itu.
"Boleh aku duduk?" ucap wanita sahabat Mikha tersebut.
"Duduk lah Yara, masih ada waktu sebelum aku harus ke toko," ucap Mikha datar suaranya tanpa penekanan, tetap lembut.
"Mikha maafkan aku, ini tidak seperti yang kamu pikirkan Mikha," ucap Yara.
"Apa kamu tau apa yang aku pikirkan Yara?" tanya Mikha tetap tenang.
"Aku hanya memikirkan bayi dalam kandungan ini ia butuh papanya,"
Raut wajah Mikha mulai berubah, ia tidak suka dengan kata-kata sahabatnya ini.
"Maksdumu?" suara Mikha masih tenang tapi mulai tegas.
"Biarkan Rain menikahi ku, aku tak apa jadi yang kedua, Mikha," lirih suara Yara.
"Aku tidak mau ada yang kedua, tidak ada Yara, aku sudah bicara dengan Rain, sebaiknya kamu tanyakan ke dia, jangan mendesak dan memaksaku untuk kepentingan dirimu Yara, aku kira selama ini persahabatan kita tulus, tapi nyatanya kamu bermain di belakangku,"
"Kamu salah Mikha, kamu lah yang mengambil Rain dari diriku, aku dan Rain saling mencintai makanya tumbuh benih di rahimku,"
"Melakukannya dengan suami orang? Ciiih, apa menurut mu, itu suatu kebanggaan? Ingat Yara jangan membawa bayi dalam rahimmu untuk membuat aku harus tunduk dengan kemauanmu, aku rasa keputusanku jelas ke Rain, tanyakan sama Rein, aku harus kembali ke toko,"
Mikha beranjak dari duduknya ia akan pergi meninggalkan Yara. Bertemu dengan Yara membuat dirinya bad mood.
"Mikha, aku belum selesai bicara, aku akan tetap menikah dengan Rain, menikah secara negara juga, bayi ini harus mendapatkan akte Mikha," Yara menegaskan ke Mikha.
Mikha yang sudah berjalan, mengepalkan tangannya kuat-kuat. Hatinya terasa teriris meski pernikahannya dengan Rain pernikahan yang di inginkan papinya, tetapi sebenarnya Mikha memiliki rasa untuk suaminya tersebut.
Kakak angkatnya itu sudah membuatnya jatuh cinta. Cinta dalam diam yang Mikha rasakan. Mikha menyukai kakak angkatnya sejak dirinya beranjak remaja. Umur mereka hanya berjarak 2 tahun aja.
Rain yang perhatian yang selalu menjaga dan melindunginya, Rain yang tampan dan gagah yang banyak di sukai teman-teman sebayanya juga kakak kelas nya. Rain yang hangat, ketua OSIS, Rain, Rain, Rain selalu ada aja topik yang di bahas oleh siswi di sekolahnya dari kelas sembilan sampai Kelas sepuluh.
Rain merupakan kakak angkat Mikha, Rain cinta pertama Mikha yang bertepuk sebelah tangan. Mikha gak tau juga gimana perasaan Rain sesungguhnya ke dirinya.
Rain sangat perhatian ke dirinya, Rain akan selalu antar jemput jika ia sekolah atau les, kebersamaan mereka dari kecil, membuat benang asmara muncul si hati remaja seorang Mikha.
Yara melihat kepergian Mikha begitu saja, Yara yang cinta dengan Rain, dirinya lah yang sengaja membuat Rain meniduri dirinya. Yara mengambil kesempatan ke Rain lelaki yang di cintainya. Rain tidak pernah mencintai Yara hanya ada satu nama di hatinya, teman sekelasnya yang sekarang entah dimana keberadaannya.
Mikha berjalan keluar cafe dirinya baru sadar jika ada mobil Rain di halaman parkir. Mobil itu tidak nampak olehnya saat dirinya datang tadi.
Rain ada di cafe ini juga? Apa Rain janjian dengan Yara atau ada hal lainnya? Tapi kenapa aku tak bertemu dengan Rain tadi?
Mikha membuka pintu mobilnya, ia malas memikirkannya. Mikha masuk ke mobil dan melajukan mobilnya ke toko bunganya yang selalu ramai pengunjung
***
Sementara di cafe di ruangan VIP, Alka dan Rain sedang membahas kerjasama mereka.
Alka dan Rain ternyata pernah satu kampus saat sama-sama mengambil S2 di luar negeri.
Mereka kenal dekat saat sama-sama satu kampus dan satu kelas di manajemen bisnis.
Setelah membahas rapat pertama mereka, mereka melakukan perbincangan santai.
"Apa kabar, Alka?" tanya Rain yang memang ramah kepada siapa saja.
"Aku baik Rain, setelah sekian lama baru kali ini kita bertemu kembali,"
"Ya sebelumnya aku menghangdel perusahaan milikku sendiri masih kecil-kecilan, setelah papi meninggal baru aku yang memimpin, sebenarnya istriku sih, dianya belum mau masih asyik dengan dunianya,"
"Oh ya, kamu sudah menikah?" tanya Alka.
"Masih baru, belum setahun, baru setengah tahun, nantilah aku kenalin kalo kamu gak sibuk,"
"Ya sibuk yang selalu di cari-cari,"
Mereka ngobrol panjang lebar tentang bisnis yang pastinya.
Kedua lelaki tampan tersebut sudah biasa berkecimpung di dunia bisnis bagi Alka, yang sudah menggantika papinya 3 tahun yang lalu, dirinya semakin memahami trik, intrik di dunia bisnis.
Rain sendiri di dunia bisnis miliknya juga sudah lama hanya saja gaung bisnis miliknya sendiri masih berada di level bawah, untuk naik level Rain harus bekerja keras.
Rain ingin membangun bisnisnya sendiri karena Bimantara Grup bukan miliknya. Itu milik istrinya, istri yang tidak pernah di sentuhnya.
Entah pernikahan seperti apa yang mereka jalani saat ini, pernikahan tanpa rasa cinta, pernikahan yang hambar, keduanya menyibukkan diri masing-masing. Saat ini pernikahan mereka sedang di terjang prahara.
Rain sendiri tidak tau bagaimana ia harus memutuskan pernikahannya dengan Mikha. Meski sebenanya tidak susah untuk di ucapkan, mereka menikah secara siri, untuk memutuskan Rain harus menalak istrinya tersebut.
Rain belum mampu mengucapkan kata pisah untuk istrinya meski pernikahan mereka juga bukan pernikahan normal seperti yang lainnya.
"Rain, kita akhiri sampe sini ya meetingnya," Alka memecah lamunan Rain.
"Oh iya Alka, maaf agak melamun tadi,"
"Ya, gak papa namanya juga pengantin baru, dimaklumi kok,"
"Baiklah kita akhiri sampai di sini, minggu depan kami akan ke kantor kalian," ucap Rain.
"Baik, terimakasih, kami tunggu," ucap Alka.
"Oke bro, sukses ya,"
Mereka berpisah sambil melakukan tos.
Alka dan asisten Farzan keluar setelah Rain dan asistennya keluar.
Di lantai satu Alka tanpa sengaja melihat Rain sedang berbincang dengan cewek yang sama yang tadi pagi Alka lihat sedang duduk berdua dengan Rain.
Alka mengira jika wanita itu adalah istrinya Rain. Si wanita tampak sengaja bergelayut di lengan Rain.
Alka yang melihat jadi geli sendiri. Alka tidak suka dengan wanita manja, bagi Alka wanita manja hanya menyusahkan saja pasti. Wanita manja pasti butuh banyak perhatian dari lawan jenisnya. Alka tidak menyukai itu.
"Kita ke kantor bos?" tanya Farzan ke bosnya.
"Iya aku ke kantor sebentar, nanti aku akan pergi ke toko bunga, buat mami ultah, jangan lupa kau datang juga Zan, nanti mami mencari-cari anak kesayangan pulak, haha,"
"Sialan lo Al,"
Ya di luar dari kerjaan mereka, Farzan adalah adik sepupu Alka, yang berbeda umur dua tahun. Farzan merupakan anak dari adik perempuan papinya Alka, tante Deandra.
Mobil Alka melaju di jalanan, Farzan mebawanya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Jangan kamu gas lagi, Farzan, apa kamu mau mati?!"
Farzan tertawa terkekeh-kekeh, "Slow bro, ini belum apa-apa lagi," Farzan memang suka balapan sama seperti Alka. Mereka pencinta olahraga otomotif khusus nya balapan yang memacu adrenalin jika balapan di jalanan.
Dalam waktu 10 menit mobil yang dikendarai Farzan sudah di parkiran khusus top management.
Alka dan Farzan begegas masuk ke gedung kantor yang terasa adem, keduanya merasa gerah berlama-lama berada di luar gedung.
Alka harus segera menyelesaikan pekerjaannya, jam setengah empat nanti dirinya akan mengambil pesanan buket bunga buat maminya di Mikha's Florist.
Dari Cafe Morning Mikha meninggalkan sahabatnya kembali ke toko bunga miliknya. Toko bunga Mikha's Florist sudah berdiri sejak 3 tahun lalu. Mikha's merintisnya dari nol. Mikha dibantu sahabat lainnya Dewinta.
Mikha dan Dewinta bersahabat dengan Yara juga, hanya saja untuk toko bunga Mikha hanya meminta tolong Dewinta untuk membantunya di toko.
Toko bunga Mikha's Florist di dirikan Mikha karena dirinya sangat menyukai bunga. Dengan memandang bunga yang bermekaran bisa membuat hati siapa saja yang melihatnya akan mendapatkan ketenangan meski pikiran sedang ruwet.
Mikha sampai di tokonya pukul 12.15 tadinya ia ingin sekalian makan siang di cafe, tetapi cancel karena sahabatnya Yara membuat moodnya buruk.
Mikha membuka pintu toko, toko bunga Mikha tidak terlalu besar, tokonya merupakan bangunan Ruko (Rumah Toko) dua lantai. Kantor Mikha bersama Dewinta ada di lantai dua. Toko Mikha Florist milik Mikha sepenuhnya, dirinya membeli ruko ini dari uang tabungan yang di berikan papinya tiap bulan.
Sebelumnya Mikha pernah bekerja sambil kuliah di rumah bunga Nyonya Anggun, beliau pindah kota rumah bunganya di jual.
"Assalamu'alaikum," salam Mikha ke Dewinta dan Vivi staf di Mikha's Florist.
"Waalaikumsalam, kak Mikha," Vivi gadis muda masih kuliah bekerja ikut Mikha dari awal Mikha membuka toko bunganya.
"Waalaikumsalam, Kha," jawab Dewinta yang merupakan kasir di toko bunga Mikha.
"Bagaimana hari ini?" tanya Mikha.
"Hari ini ada beberapa pesanan bunga kak, dari nona Reena sekretaris Sadewa Grup memesan buket bunga mawar merah, katanya nanti yang ambil bos nya langsung sore katanya,"
Mikha menganggukkan kepalanya.
"Ini juga ada pesanan dari nona Celline 3 buket mawar merah, putih dan pink minta yang besar juga, minta nanti sore aku yang antar langsung ke rumah Bapak Sadewo," ucap Mikha sambil meletakkan tas nya di meja.
"Ikut nanti ya Winta temani aku, segan ihh sendirian ke sana, kalo sama ibu Sadewa sih aku kenal, udah langganan di sini, cuma ini kan acara ultah beliau pasti rame,"
"Aman tu Kha, udah yuk kita kerjain buketnya bentar lagi juga sore, cuma tunggu beberapa jam aja lagi,"
"Kuy lah," Mikha dibantu Winta dan Vivi membuat buket pesanan buat ultah nyonya Sadewa.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 sore, buket pesanan sudah selesai berjejer rapi di meja, tampak cantik dengan berbagai warna dan model.
Dari Mikha sendiri ia juga akan memberikan buket bunga mawar berwarna warni ke pelanggan setia buketnya nyonya Sadewa.
Mikha sedang menyiapkan buket bunga yang akan di bawanya saat seorang lelaki tampan dengan kacamata hitamnya masuk ke ruangan. Ia sibuk sendiri tidak menyadari kedatangan lelaki tampan tersebut.
Vivi dan Winta sedang berada di pantry membuat corffe buat mereka.
Lelaki tampan itu membuka kacamatanya, ia mengernyitkan dahinya saat melihat gadis yang tadi pagi di temuinya di Cafe Morning.
"Selamat sore," suara bariton lelaki itu mengagetkan Mikha.
Mikha mengangkat kepalanya. Sama seperti lelaki di depannya, Mikha juga mengernyitkan alisnya.
"Sore, ada yang bisa saya bantu?" Mikha langsung bersikap normal ke lelaki yang tadi pagi sempat bersirobok dengannya, saling menatap.
"Saya datang mau mengambil pesanan dari Sadewa Grup atas nama Reena yang memesan,"
"Oh iya, sebentar say ambilkan," Mikha mengambil buket besar yang berjejer rapi di atas meja.
Alka si lelaki tampan tersebut terus memandangi wajah cantik di depannya ini.
Busyet ada apa dengan aku ini, kenapa aku suka sekali memandang wajahnya? Daya tarik apa yang ada di wajahnya seakan aku terhipnotis dengan wajah cantiknya, Alka bermonolog di dalam hatinya.
"Tuan, ini buketnya," Mikha memberikan buket tersebut ke Alka.
"Baiklah, saya tinggal ambil aja kan? Pembayarannya udah?" tanya Alka dengan wajah dinginnya.
"Sudah Tuan," jawab Mikha sambil tersenyum ramah.
Cantik sekali senyumnya, batin Alka.
"Baiklah terimakasih," Alka mengambil buket bunga mawar yang sudah di pesan buat perayaan ulang tahun maminya.
"Sama-sama Tuan," Mikha masih tersenyum.
Mendapatkan senyum dari gadis cantik berkali-kali, Alka yang sangat dingin dengan cewek menarik ujung bibirnya tipis.
Alka keluar dari toko bunga Mikha, mobilnya melaju pulang ke mansion papinya.
Perayaan ulang tahun maminya memang tiap tahun di rayakan maminya sangat menyukai bunga mawar, di rumahnya tanaman mawar dengan berbagai bentuk dan warna, mami senang merawat bunga- bunga mawarnya.
Mobil Alka sampai di halaman mansion, Alka memarkirkan mobilnya di garasi luas mansion papinya. Alka keluar dari mobil berjalan ke arah rumah utama.
Acara perayaan ulang tahun maminya akan di adakan sore ini jam empat. Alka memberikan salam saat masuk ke rumah, acara ultah mami Maura akan di adakan di taman belakang rumah yang luas.
Alka mencari keberadaan maminya.
"Mami mana Bi?" tanya Alka ke bibi yang berada di dapur.
"Nyonya besar ada di kamar den,"
"Oh ya udah saya ke kamar dulu bi kalo mami tanyain,"
"Iya den,"
Alka menaiki tangga rumahnya, Alka tinggal di apartemen tapi tiap akhir pekan ia pulang ke rumah, mami nya tidak akan berhenti mencarinya kalau akhir minggu dirinya tak menampakkan wajahnya ke maminya.
Alka masuk ke kamarnya membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya.
Alka mandi kilat, ia bergegas memakai kemeja pendek dan celana jeansnya. Rambutnya di sisir ke belakang. Alka tampak segar, dengan parfum mahalnya jika berdekatan dengan Alka, hidung yang terhidu aroma parfumnya akan merasakan kesegaran dan rileks.
Alka turun ke bawah, maminya masih belum kelihatan, Alka mencari-cari keberadaan papi dan maminya. Alka mencari sampai ke teras depan.
Alka sedang berdiri di teras ketika ia melihat mobil yang tadi di lihatnya di toko bunga datang.
Alka mengernyitkan alisnya.
Siapa yang datang? Tumben ada tamu yang datang ke rumah papi, batin Alka. Setau Alka papi mami jarang menerima tamu di rumah kalau bukan masih saudara.
Alka menunggu sampai pengendara mobil keluar dari mobil. Lama Alka menunggu gak turun-turun juga.
Di dalam mobil seorang Mikha masih harus memikirkan gimana caranya agak dirinya tidak bolak balik ke mobil untuk membawa buket bunganya.
Karena gak turun-turun dari mobil Alka mulai curiga yang tidak-tidak.
Kenapa gak keluar-keluar dari mobil , batin Alka.
Alka berjalan ke mobil, tentu ada sesuatu di dalam mobil.
Alka sudah su'udzon saja dengan pemikirannya, pikirannya udah negatif aja.
Dengan bergegas Alka mendatangi mobil yang sudah parkir dari tadi.
Alka menggedor kaca mobil. Wanita di dalam mobil kaget tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu mobilnya. Mikha menoleh ke kaca mobil tapi ia tidak melihat wajah yang mengetok kaca mobilnya. Mikha menurunkan kaca mobilnya.
Alka menurunkan kepalanya ke kaca mobil yang terbuka.
Mikha masih sibuk dengan buket yang dibawanya ada empat buket mawar yang indah-indah. Kepalanya belum kembali ke kaca mobil.
"Nona," panggil Alka.
Deg..
Mikha seperti mengenal suara laki-laki yang mengambil pesanan buket bunga mawar tadi di tokonya.
Mikha menoleh, pandangan mata mereka kembali bertemu.
"Kau!" keduanya bersamaan terpekik kaget.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!