Terkadang sebagai seorang manusia harus memikirkan orang-orang yang ada di sekitar tapi Aluna dan Bara saling percaya kalau mereka bisa menyatukan cinta mereka walaupun mungkin berbeda hal-hal yang mungkin tidak mereka restui.
Bara menanyakan langsung kepada Aluna apakah mau menerima kekurangannya? Tiba-tiba aja ditanya seperti ini rasanya Aluna merasa kaget banget dan ngerasa bingung kenapa tiba-tiba aja Bara menanyakan hal seperti ini karena sebelumnya dia tidak pernah menanyakan hal ini.
"Ya nggak kenapa-napa sih aku tiba-tiba aja nanya kayak begini sama kamu emangnya aku nggak boleh nanya kayak begini sama kamu? Soalnya kalau misalkan nggak aku tanyain nanti kamu bakalan ngerasa bingung! Apalagi kan sebentar lagi kita itu bakalan lulus sekolah jadi ibaratnya itu ya nggak ada salahnya aku nanyain hal begini sama kamu."
Aluna dengan polosnya mengatakan kalau misalkan ya hubungan mereka harus dilanjutkan karena mereka nggak ada konflik atau permasalahan sama sekali karena mereka sangat yakin untuk bisa lanjut ke area yang jauh lebih baik walaupun mungkin mereka panjang banget perjalanannya karena mereka sebentar lagi bakalan lulus sekolah.
Karna kebetulan tadi malam Bara baru saja mendapatkan sebuah kabar kalau misalkan dia bakalan di kuliahkan ke luar kota jadi ibaratnya itu pertemuan mereka bakalan berkurang dan bakalan susah banget untuk ketemu.
"Em sebenarnya apa sih yang bikin kamu tiba-tiba aja nanya kayak begini sama aku, pasti ada sesuatu dong yang pengen kamu kasih tahu sama aku tapi kamu nggak berani untuk memberikan tahu itu."
Bara menggaruk kepalanya tidak terasa gatal sama sekali dan ia pun rasanya sulit banget untuk mengatakan karena nggak mau berpisah dengan Aluna dan takutnya nanti Aluna bakalan menghindar jadi nggak mau untuk membicarakan hal ini tapi karena udah terlanjur ya udah dikasih tahu aja.
"Bara apa sih yang bikin kamu tiba-tiba aja terdiam kayak begini? Ayo buruan kamu kasih tahu aku apa sebenarnya kamu maksud biar aku paham dan biar aku saling mengerti! Aku nggak kenapa-napa kok kalau misalkan kamu jujur sama aku yang paling penting itu kamu jujur sama aku."
"Em , jadi sebenarnya aku tuh ketika sudah lulus sekolah aku bakalan di kuliahkan ke luar kota sebenarnya sih aku nggak terima tapi itu adalah mimpi aku selama ini ketika aku waktu kecil sebelum aku kenal sama kamu, menurut kamu kira-kira aku mengikuti saja nggak ya keinginan dari kedua orang tuaku? Tapi di sisi lain aku nggak mau LDR sama kamu dan aku nggak mau pisah sama kamu apalagi kan ketika nanti kuliah pastinya intensitas bertemu ya kita itu bakalan berkurang jadi aku nggak mau kalau misalkan kayak begitu tapi aku juga memiliki masa depan yang pengen cerah."
Aluna langsung paham kenapa tiba-tiba aja Bara mengatakan hal seperti itu kepadanya, dan ia pun mencoba untuk mendukung pasangannya dalam hal apapun walaupun mungkin ini adalah sesuatu hal yang sangat terberat sekali.
"Em kalau misalkan apapun itu yang terbaik untuk kamu aku selalu mendukung apapun itu, kamu nggak usah berpikirnya aneh-aneh yang paling penting adalah bagaimana caranya aku mau menerima kamu dan kamu mau menerima aku dengan sangat baik. Kamu tahu kan kita ini masih sekolah ibaratnya masih tanggungan dari orang tua kita apalagi nanti ketika kamu kuliah itu menjadi tanggungan orang tua kamu juga jadi aku nggak mau kalau misalkan gimana-gimana banget."
Bara memegang kedua tangan Aluna dan ia pun meyakinkan kalau misalkan sampai kapanpun mereka berdua nggak akan pernah berpisah dan sampai kapanpun mereka akan terus bersama.
"Iya aku selalu mendukung apapun yang terbaik untuk kamu kok kamu nggak usah ngerasa gimana-gimana yang paling penting adalah kita saling berkomunikasi dan saling percaya aja kalau misalkan kita tuh baik-baik aja, ya memang sih agak susah apalagi kan kita itu masih muda jadi ibaratnya pikiran kita itu meledak-ledak tapi yang paling penting adalah kamu mendukungkan apa yang aku lakukan dan aku bakal mendukung apa yang kamu lakukan demi masa depan kita berdua gitu!"
Walaupun mereka bisa dikategorikan masih muda dan masih SMA tapi pikiran mereka begitu sangat cemerlang sekali memikirkan sesuatu hal yang baik memikirkan hal-hal ke depannya nanti seperti apa, sangat jarang sekali seseorang yang menjalin hubungan seumuran itu memiliki sesuatu pencerahan di masa depan itu seperti apa dan mereka mampu menjalani itu.
Banyak sekali teman-teman sekolah mereka yang tidak merestui mereka karena berbeda karakter dan berbeda status sosial tapi mereka meyakinkan diri kalau misalkan mereka bisa melalui semuanya dengan sangat baik apabila mereka sama-sama mau berjuang untuk langkah ke depannya nanti seperti apa.
"Kamu nggak perlu khawatir dan nggak perlu ragu yang paling penting adalah aku selalu yakin sama kamu aku selalu peduli sama kamu apapun yang terbaik untuk kita berdua nanti ya. Aku nggak kepikiran deh bakalan berpisah sama kamu tapi kamu harus janji sama aku. Kamu jangan pernah ninggalin aku dan kamu jangan pernah berpikiran untuk putus dari aku pokoknya aku akan tetap bareng sama kamu sampai kapanpun."
"Iya mudah-mudahan aja kita berdua bisa mengikat janji satu sama lainnya, aku nggak mau kalau misalkan seolah-olah ini hanya sekedar ucapan biasa padahal kita emang benar-benar mau meraih masa depan kita berdua dengan cara kita berbeda-beda, kalau aku sih ketika sudah lulus sekolah aku bakalan cari pekerjaan karena aku tuh pengennya juga membantu orang tua enggak mau menyusahkan mereka karena kan aku kan bukan dari golongan orang kaya."
"Aku bisa kok membiayai hidup kamu walaupun mungkin aku bakalan bekerja keras, aku nggak kenapa-napa aku pengen kita sama-sama kuliah kamu nggak usah kepikiran tentang biaya."
Aluna tersenyum dengan ucapan Bara nggak semudah itu untuk membalikan telapak tangan ini hanya sekedar ucapan yang mudah banget untuk dikatakan tapi nyatanya sangat sulit banget untuk dijalani apalagi seorang perempuan itu nyatanya harus bisa bekerja keras untuk bisa membahagiakan keluarga karena Aluna adalah anak pertama jadi nggak mau untuk membebankan kedua orang tua.
"Aku bakalan kasih tahu deh sama orang tuaku kalau misalkan kamu juga pengen kuliah pasti mereka mau kok kamu nggak usah berpikiran aneh-aneh ya."
"Gak usah aku nggak mau ngerepotin orang tua kamu dan itu bukan kapasitas orang tua kamu untuk ngebantu aku kok."
Tapi Bara tetap kekeh untuk membantu Aluna untuk kuliah biar sejajar.
"Mah, aku boleh nanya sesuatu hal yang penting nggak? Tapi aku harap Mama jawab dengan sangat jujur ya aku nggak mau kalau misalkan mama cuma sekedar ngerasa gimana-gimana sama aku."
Bara seketika langsung menanyakan kepada mama apakah memang benar dirinya ingin dikuliahkan ke luar kota? Seketika mama langsung merasa senang banget ketika Bara menanyakan hal itu kepadanya, padahal Bara sama sekali nggak ada niatan untuk arah sana langsung melainkan hanya sekedar bertanya biasa saja tapi kenapa tiba-tiba aja mama ngomong kayak begitu?
"Ya emang aku ngomong kayak begitu tapi kan cuma sekedar nanya doang nggak ada sesuatu hal yang gimana-gimana banget? Aku sebenarnya sih nggak mau untuk berpisah sama Aluna soalnya kan aku udah ngejalin hubungan sama dia dari lama tapi ketika keluar kota aku rasanya nggak mau berpisah sama dia apalagi kan nanti aku bakalan sibuk dan bakalan susah."
"Kamu lebih memilih mantan kamu atau masa depan kamu? Kamu sadar nggak sih masa depan kamu itu jauh lebih cerah dari pada masa depan percintaan kamu yang paling penting itu adalah kamu harus bisa menjalani kehidupan kamu dengan sangat baik jangan memikirkan sesuatu hal yang aneh-aneh."
"Aku tau sih dan dia juga mengizinkan aku untuk kuliah di luar kota, yang paling penting itu kata dia adalah komunikasi satu sama lain dan ya walaupun dia ngomong kayak gitu aku tetap aja ngerasa berat susah untuk ngelupain masa-masa kita berdua karna kita sering jalan bareng."
"Em kamu nggak boleh ngomong kayak gitu dong yang paling penting itu adalah masa depan kamu yang jauh lebih cerah!"
"Oh iya Mah, aku pengen nanya deh kira-kira pembiayaan masuk kuliah itu mahal atau enggak ya? Soalnya aku juga pengen nyuruh dia untuk masuk kuliah sebenarnya kata dia sih nggak ada biaya untuk masuk ke sana kira-kira Mama bisa nggak membiayai keperluan dia untuk kuliah, kasihan tahu kalau misalkan dia nggak kuliah."
Mama malah tertawa terbahak-bahak atas apa yang diucapkan oleh Bara rasanya semudah itu banget padahal sama sekali nggak seperti apa yang dipikirkan oleh Bara, karena kuliah itu membutuhkan uang yang cukup lumayan banyak dan nggak semudah itu untuk menjalaninya kalau nggak ada pembiayaan atau perekonomian yang cukup.
"Em dia juga ngomong kayak begitu sih kalau misalkan sangat susah banget ngejalanin kalau kita nggak ada uang, tapi aku nggak mau pisah sama dia ya ampun kenapa sih susah banget hidup."
Mama memegang pundak Bara mengatakan hidup itu tidak semudah apa yang kita pikir harus banyak banget lika-liku yang harus kita jalani, apalagi Aluna bukan dari kalangan orang kaya jadi ibaratnya itu bakalan terhalang dan sebenarnya sih mama dari hati yang paling dalam tidak merusak hubungan mereka berdua pengen sang anak bisa meraih masa depan dan meninggalkan masa lalu yang sangat suram banget yaitu memiliki pasangan seperti Aluna.
"Em tapi mama merestui kan hubungan aku sama Aluna selama ini? Aku nggak mau deh kalau misalkan aku ngejalanin hubungan tapi orang tua aku nggak suka sama dia."
"Em kamu minta jawaban jujur atau jawaban gak jujur nih? Soalnya kalau misalkan mama jujur kamu nanti bakalan kecewa bakalan nggak suka makanya mama selama ini hanya sekedar memendam biasa doang."
Lantas membuat Bara langsung terkejut dengan kata-kata mama karena selama ini Mama tidak pernah menunjukkan rasa ketidaksukaannya dengan Aluna. "Em sebenarnya Mama itu tidak merestui hubungan kalian berdua Mama tuh pengen kamu memiliki masa depan yang jauh lebih cerah, tapi kalau misalkan kamu bahagia sama dia ya udah jalanin aja Mama setuju setuju aja kok berusaha untuk melakukan yang terbaik juga untuk hidup kamu."
"Apa gara-gara dia itu bukan dari golongan orang kaya? Kenapa sih mah selalu membeda-bedakan seseorang padahal ketika kita cinta dan sayang sama seseorang ya kita harus jalani untuk masalah perekonomian itu bisa dicari nantinya kenapa harus kayak begitu."
"Kamu nggak tahu aja bagaimana cara hidup yang benar seperti apa, Mama bukannya nggak merestui Mama itu takut aja dengan masa depan kamu yang nantinya gimana-gimana. Kamu tahu nggak papa kamu tuh berjuang untuk memperjuangkan kita semua dengan uangnya jadi ibaratnya Mama nggak mau itu terulang kembali Mama tuh pengen kamu mendapatkan seorang perempuan yang sederajat sama kamu, walaupun mungkin kamu masih SMA tapi masa depan kamu tuh jauh lebih bisa dikejar dan Mama nggak mau ngelihat kamu itu cuma sekedar di situ-situ doang kamu paham kan arti yang Mama maksud ini?"
"Jadi aku nggak direstuin hubungannya sama Aluna? Aku nggak mau sampai kapanpun berpisah sama dia Mah sampai kapanpun juga aku akan tetap sama dia sampai kapanpun, ya ampun kenapa sih malah kayak begini ya udah deh aku nggak mau kuliah di luar kota nanti mau bakalan menjawabkan aku sama dia."
"Kamu nggak boleh ngomong kayak begitu dong ini demi masa depan kamu, masa kamu bakalan bikin orang tua kamu kecewa sih? Kamu sadar nggak sih kehidupan itu tidak mau tentang percintaan masih banyak hal-hal yang bisa kamu kejar!"
Bara sama sekali nggak terima dengan apa yang diucapkan oleh mama karena sampai kapanpun akan terus bersama Aluna karena Aluna adalah orang yang paling ia cintai sampai kapanpun juga. "Hem, intinya adalah ketika aku sudah mencintai seseorang aku nggak bakalan ngelepasin dia, walaupun mungkin orang-orang yang ada di sekitar aku tuh memisahkan kita berdua, ya udah kalau gitu aku langsung masuk ke dalam kamar ya aku rasanya bete banget ketika Mama ngomong kayak begitu sama aku."
Bergegaslah Bara masuk ke dalam kamar dan ia pun benar-benar merasa kecewa banget nggak nyangka mama tiba-tiba aja ngomong kayak begini pantesan aja menyuruhnya untuk segera kuliah ke luar kota ketika udah lulus.
"Kenapa sih orang-orang yang di sekitar gue tuh selalu menyimpulkan tentang perekonomian dari masa depan, padahal gue juga bisa kali meraih masa depan gue dengan cara gue sendiri, gue juga pengen kayak orang-orang di luaran sana yang bisa menghadapi kehidupannya tanpa harus diikut campuri dengan orang tua."
Bara merasa kesel banget kenapa sih tidak sesuai dengan ekspektasi, apalagi Aluna yang mendukung ketika ia menimba ilmu di luar kota rasanya susah banget padahal mereka udah jelas-jelas menjalin hubungan cukup lumayan lama sekitar 2 tahun jadi ibaratnya udah tahu satu sama lain seperti apa.
Bara melihat Aluna sudah siap sekali untuk berangkat bareng ke sekolah dan segeralah Aluna duduk seperti biasa di belakang dan dari kaca spion pun barang menanyakan kepada Aluna apakah baik-baik saja?
"Iya, aku baik-baik aja kalau lagi pula kamu kenapa tiba-tiba aja nanya kayak begitu perasaan kamu nggak pernah nanyain hal beginian deh sama aku sebelumnya?"
"Enggak, aku kan cuma sekedar nanya doang kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh deh sama aku!"
Cuaca begitu sangat cerah sekali mengantarkan mereka untuk berangkat ke sekolah dengan rasa yang begitu sangat happy sekali.
"Ya udah kalau gitu aku ke kantin duluan ya soalnya aku tuh pengen beli air mineral, air mineral yang ada di dalam tas aku ini udah habis tadi aku minum ketika aku belum berangkat dan aku males banget untuk isinya dengan air putih makanya aku beli ke kantin dulu deh."
Aluna segera bergegaslah menuju ke kantin namun tiba-tiba aja ada beberapa grup atau beberapa circle yang menyindir Aluna yang masih menjalin hubungan dengan Bara. Aluna dan Bara selalu aja menjadi trending topik di sekolah karena mereka menjalin hubungan di status sosial yang sangat berbeda banget, walaupun mungkin barang sudah meyakinkan sampai kapanpun ia akan tetap memilih Aluna tapi sampai kapanpun juga Aluna merasa insecure atau tidak percaya diri karena disindir-sindir oleh perempuan yang oke-oke banget di sekolah ini.
Kalau bukan dari sisi beasiswa maka Aluna nggak akan pernah bisa masuk sekolah di sini karena biayanya cukup lumayan mahal jadi ibaratnya hanya orang-orang kaya aja yang bisa sekolah di sini di tempat yang mewah dan tempat yang sangat bagus banget.
Aluna harus ingat tentang orang tua yang selalu mendukung dalam hal apapun, maka dari itu Aluna tidak boleh egois dengan pikirannya sendiri yang harus marah-marah dengan teman-teman yang ada di sini dan ia pun mencoba untuk tetap tenang tidak mau menggubrisnya.
Ketika sudah membeli air mineral ia pun menyeka air matanya yang tiba-tiba aja jatuh padahal baru aja pagi hari kayak begini udah dibikin baper oleh teman-teman yang nggak suka dengannya, dan segeralah ia menuju ke arah toilet mencoba untuk menghapus riasan wajah yang sangat simpel banget karena bukan tipekal orang yang suka tebal apalagi berangkat ke sekolah.
"Ya Allah kenapa seperti ini sih, hamba juga pengen dianggap seperti mereka, hamba juga pengen bahagia tapi kenapa malah mereka kayak begitu?" batinnya yang merasa sedih banget kenapa sih harus di beda-bedakan dan kenapa harus di kotak-kotakan antara satu dengan yang lainnya, padahal sekolah di sini itu untuk menimba ilmu bukan sesuatu hal yang gimana-gimana banget.
Aluna sangat yakin masih banyak orang baik di sekolah ini dan masih banyak orang-orang yang tidak pernah memandang rendah seseorang jadi Aluna tidak boleh menyimpulkan kalau misalkan orang-orang yang di sekolah ini adalah orang-orang yang jahat.
"Kamu kayak habis nangis gitu sih emangnya kamu habis nangis ya?"
Seketika Aluna langsung menyeka air matanya dengan sangat cepat ia menggelengkan kepala nggak mau kalau misalkan pagi-pagi kayak gini dibikin galau dan ia pun mencoba untuk menutupinya dengan tersenyum.
Obrolan singkat sebelum mereka masuk ke dalam kelas ditambah rasanya galau banget.
Bara mengatakan kepada Aluna kalau misalkan sang mama tidak mengerti hubungan mereka, pastinya membuat Aluna tiba-tiba aja merasa kaget ketika mamanya barang mengatakan hal itu kepada Bara, sebenarnya selama ini Aluna sudah mengetahui kalau misalkan orang tuanya barat terutama mamanya Bara itu tidak merestui di hubungannya tapi hanya sekedar menduga-duga.
"Kamu kenapa tiba-tiba kayak sedih gitu, kamu nggak boleh sedih dong walaupun mungkin siapapun nggak merusak hubungan kita tapi sampai kapanpun aku akan tetap memilih kamu!"
"Aku sama sekali tidak merasa sedih kok, jadi aku harap kamu jangan berpikiran yang macam-macam ya. Aku sebenarnya udah tahu juga kalau misalkan orang-orang yang di sekitar kamu tuh tidak merestui hubungan kita berdua aku tahu aku ini bukan dari kalangan orang kaya makanya sampai kapanpun gak pernah direstui sama orang tua kamu dan keluarga kamu."
"Hei, kenapa kamu berpikiran seperti itu sih, kamu nggak usah gimana-gimana aku tuh tahu banget kehidupan aku tuh seperti apa jadi kamu nggak usah berpikiran kalau misalkan aku bakal ninggalin kamu juga."
"Aku nggak kenapa-napa aku nggak pernah kepikiran apa-apa aku cuma ngomong yang sesuai fakta aja jadi aku harap kalau misalkan mau dipisahkan sama aku nggak masalah juga sih."
"Hem, aku jadi males kalau misalkan nyatanya kayak begini aku males untuk menceritakan semuanya."
"Gak papa ngapain juga kamu ngerasa males kok yang paling penting itu kan kita saling tahu satu sama lain kalau misalkan orang tua kamu nggak setuju sama hubungan ini aku tidak mempermasalahkan jadi santai aja."
"Kamu jangan salah paham dong aku ngomong kayak begini pengen kasih tahu doang, kalau misalkan kita berdua tuh harus berjuang ya ampun sebentar lagi kan kita bakalan ujian masa kamu kayak begitu sih dalam bersikap? Emang kamu ada laki-laki lain ya selain aku? Aku nggak mau ah kalau misalkan ada laki-laki lain kalau misalkan kamu kayak gitu siapa laki-laki lain yang pengen deketin kamu!"
"Kamu ngomong apaan sih kok tiba-tiba aja kayak begitu kok nggak ada laki-laki yang ngedeketin aku, aku ini bukan perempuan yang mahal jadi aku harap kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh!"
Tak berapa lama lonceng pun berbunyi segeralah mereka masuk ke dalam kelas mereka masing-masing, Aluna benar-benar merasa nggak enak banget dengan keadaan seperti ini andai saja ia terlahir dari kalangan orang kaya pasti nggak akan pernah terhalang oleh restu oleh orang tuanya Bara.
Tapi di sisi lain Aluna harus bisa bersyukur karena apapun yang terjadi orang tuanya masih utuh sedangkan ada beberapa teman yang ada di kelas nggak utuh pun mereka merasa senang masa diberikan cobaan kayak begini malah menyerah begitu aja sih?
Mereka pun siap untuk memulai pembelajaran pertama dan rasanya nggak mood banget.
"Udah, kamu nggak usah ngerasa gimana-gimana banget kalau misalkan kamu lagi galau kamu cerita aja ya sama aku."
Dia adalah Nabila sahabat Aluna yang dari awal ketemu dan dari awal kenal selalu aja baik nggak akan pernah berubah sampai kapanpun, bahkan Nabila pun sangat cantik sekali sesuai dengan namanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!