NovelToon NovelToon

Dear, Mantan Gebetan

Pulang ke Kampung Halaman

Mbak baru pulang merantau ya?" tanya lelaki yang saat ini sedang menyetir mobil ini.

"Iya, pak. Kelihatan banget ya?" jawab seorang wanita yang duduk di bangku penumpang dan dia pun tersenyum pada lelaki yang merupakan supir taksi online di aplikasi berwarna hijau.

"Dari tadi kelihatan kalau mbak kaget melihat gedung-gedung yang tinggi. Kayaknya lama gak balik ke sini ya, mbak?" tanya supir yang bernama Adi Setiawan dalam aplikasi g**b.

"Iya pak, sudah hampir enam tahun, makanya kaget. Dulu jalan gak selebar ini, gedung-gedung tinggi itu juga belum ada. Seingat saya dulu hotel Mutiara sudah bangunan paling tinggi." kata wanita itu menyebutkan nama sebuah hotel lima lantai.

"Wah, lama ya mbak. Hotel itu sekarang udah kalah jauh Mbak. Bahkan sekarang banyak hotel yang lebih mewah dibangun. Sejak kota ini dibangun pelabuhan internasional, pembangunan sekarang dimana-mana. Harga rumah dan tanah juga naik." kata supir itu lagi.

Wanita itu mengangguk, dia pun memandang ke arah jendela. Jejeran cafe dan toko-toko membuatnya tertarik.

Dulu tempat itu adalah daerah persawahan sekarang tempat itu sudah berganti.

Sungguh cepat waktu berputar dan wanita itu pun menghela nafas dengan cukup keras.

"Semuanya sudah berubah, bahkan hidup dan statusku juga berubah." kata wanita itu dengan lirih.

Mobil berwarna merah itu pun turun di sebuah rumah yang terlihat sederhana dibandingkan dengan rumah di sekelilingnya.

Tak banyak berubah, rumah yang memiliki banyak kenangan itu hanya berubah di beberapa sisi saja.

Dulu rumah itu tak memiliki garasi, sekarang sudah ada garasi dan juga tertutup carport. Teras rumah juga sudah berubah menjadi minimalis.

Pak Adi, supir taksi online membantu menurunkan barang-barang bawaan yang cukup banyak.

Padahal sebagian sudah dikirim melalui ekspedisi. Dan mungkin masih dalam perjalanan karena baru dikirim kemarin.

Wanita itu pun membuka pagar rumah yang tak dikunci itu. Sepi, itulah keadaan rumah ini.

"Ini ya pak ongkosnya." kata wanita itu mengeluarkan selembar uang berwarna merah.

"Kembaliannya ambil saja pak, masuk bandara tadi kan bapak bayar." ucapan wanita itu menghentikan Pak Adi yang sedang mengobok-obok tasnya, mencari kembalian.

"Masih banyak lebihnya ini, mbak." kata lelaki yang diperkirakan berusia empat puluh tahunan itu.

"Nggak apa-apa pak, rejeki buat keluarga di rumah." kata wanita itu.

"Terima kasih ya, mbak. Semoga rejekinya makin lancar." ucap pak Adi dengan tulus.

"Sama-sama, pak."

Pak Adi pun memasuki mobilnya dan pergi setelah membantu meletakkan barang-barang ke teras depan rumah.

Wanita cantik itu pun mengetuk pintu rumah yang berwarna cokelat.

"Assalamualaikum." kata wanita yang berusia dua puluh empat tahun itu.

"Waalaikumsalam." suara sahutan dari dalam rumah itu pun terdengar. Mata wanita itu sudah mulai berkaca-kaca. Dia rindu, merindukan wanita pemilik suara itu.

Ceklek!

Suara kunci yang terbuka membuat wanita itu tak sabar menunggu untuk memeluk wanita pemilik rumah itu.

"Raina, kamu ini nak? Kamu pulang?" suara histeris terdengar dari bibir wanita tua itu. Lalu memeluk wanita muda yang sudah berlinang air mata.

"Bu, maafin Iin. Sekarang Iin minta ijin mau pulang dan tinggal bersama ibu." kata wanita itu menangis sesenggukan di pelukan wanita yang melahirkannya dan membesarkannya dengan kasih sayang.

Raina Wulandari, wanita cantik berhidung mancung dengan wajah oriental. Jika dilihat sepintas wajahnya mirip dengan artis Tiongkok, Dilraba Dilmurat.

Maklum saja ibu Raina adalah wanita keturunan tionghoa yang menikah dengan sang ayah yang masih memiliki garis keturunan arab.

Cukup lama mereka berpelukan dan menangis haru di ruang tamu rumah itu. Bu Vivi terlihat begitu bahagia melihat putri sulung yang selalu dirindukannya itu pulang.

"Akhirnya kamu pulang, In. Kamu udah makan?" tanya Bu Vivi, ibu Raina.

"Belum Bu, tadi pagi cuma sarapan roti aja. Rupanya pesawatnya delay hampir dua jam." kata Raina.

"Kamu makan dulu ya, ibu udah masak sayur asem. Ibu mau telepon Zaki dulu. Dia pasti senang dengar kamu pulang." kata Bu Vivi kemudian mengajak Raina masuk ke ruang tengah yang cukup luas itu.

Ruangan itu sudah sedikit di renovasi, tak ada lagi sekat yang memisahkan ruangan itu dengan dapur. Ruang itu hanya dipisahkan dengan partisi cantik yang memajang foto-foto dan juga piala-piala.

Kupandangi sebuah foto yang tampak usang. Foto seorang pria gagah yang menggunakan seragam kebanggaannya.

Pria yang merupakan cinta pertama Raina, pria yang mencintai dan menyayangi dengan tulus.

"Maafkan Iin pak." ucap Raina dengan lirih.

Tangan Raina mengelus foto itu dengan sayang, air matanya pun menggenang kembali. Mengingat jika dia sangat jahat dan kejam. Bahkan saat sang ayah menghembuskan nafas terakhir dan dimakamkan, Raina tak datang untuk melihat untuk yang terakhir kalinya.

Saat itu Raina terlalu mencintai seorang pria asing yang menjanjikan harapan palsu, sampai takut untuk membantah ucapan pria itu. Raina rela meninggalkan keluarga yang menyayanginya di usia yang sangat belia.

Dan kini dia kembali dengan rasa penyesalan yang menggunung karena semuanya sudah terlambat dan tak bisa diubah.

Menyesal Pun Tak Ada Gunanya

"Jadi kamu gak dikasih apapun sama mantan suami kamu, mbak? Kamu gak nuntut harta gono-gini?" tanya Zaki dengan kesal setelah tau sang kakak yang kembali ke rumah orang tua mereka setelah bercerai dari suaminya.

"Bisa cerai aja mbak udah bersyukur, Ki. Yang penting mbak bisa lepas dari Aa Bayu." kata Raina yang terlihat santai membongkar barang-barang yang dibawanya.

"Tapi mbak, ba**sat banget laki-laki itu. Mbak kurang apa coba, semuanya mbak korbankan buat laki-laki itu." ucap Zaki dengan jengkel.

"Mbak mandul, itu alasan dia menceraikan mbak. Dan wanita yang sekarang menjadi istrinya sedang hamil. Itu sudah cukup, Zaki." kata Raina sambil merapikan lipatan pakaian dari dalam koper.

"Cih, hamil anak perselingkuhan aja bangga." kata Zaki dengan kesal.

Zaki lebih muda tiga tahun dari Rania, juga saudara laki-laki satu-satunya. Rania memiliki seorang adik perempuan yang usianya terpaut jauh darinya dua belas tahun.

Zahra nama si bungsu, yang kehadirannya tak di duga. Karena ibu kebobolan dan hamil Zahra diusia yang tak muda lagi, tiga puluh delapan tahun.

Saat aku meninggalkan rumah, Zahra masih kecil dan sekarang sudah menginjak kelas satu SMP.

"Gak boleh begitu, Zaki. Itu udah takdir mbak kamu. Sekarang support mbak kamu supaya bisa membuka lembaran baru." kata ibu yang duduk di sebelah Raina masih sibuk membantu Raina mengeluarkan barang-barang dari dalam kardus mi instan.

Barang-barang itu adalah baju-baju yang masih baru dan masih terbungkus plastik. Barang-barang jualan online milik Raina yang dia selamatkan dan titipkan ke tetangga dekat rumah mantan suaminya sekaligus pelanggan Raina.

Sejak mengetahui perselingkuhan mantan suaminya, Raina mulai mengemasi barang-barang dagangannya juga barang-barang pribadi miliknya. Untunglah Raina memiliki tetangga baik yang menjadi sahabatnya selama tinggal di sana, Utari

Awalnya mereka kenal karena Utari sering membeli pakaian yang dijualnya. Karena sering berlangganan akhirnya lama-lama mereka berteman baik. Bahkan Utari yang pertama kali mengatakan padanya jika Bayu sering berjalan-jalan dengan seorang wanita di CFD.

Raina yang awalnya masih mempercayai suaminya hanya mengatakan jika itu teman kantor suaminya. Padahal dalam hati Raina sangat sakit saat Utari menunjukkan foto Bayu yang bergandengan tangan dengan seorang wanita yang dia kenal sebagai teman kantor suaminya, Widya.

Pantas saja ibu mertuanya menyambut Widya dengan baik beberapa waktu belakangan ini. Rupanya ibu mertuanya sudah tau jika Bayu berselingkuh dengan Widya bahkan sampai hamil.

"Kamu gak niat balikan lagi sama si air kobokan itu kan?" tanya Zaki dengan tatapan tajamnya, mirip tatapan bapak jika ingin mengetahui anak-anaknya berbohong atau tidak.

"Nggak lah, Zakiyah. Ngapain mbak pulang ke sini kalau ada niat mau balik sama dia. Mau alasan apapun, kalau udah selingkuh apalagi sampai bobok bareng nggak akan merubah pendirian mbak." kata Raina sambil tersenyum miris.

Raina merasa sangat bodoh, dulu dia memaksa kedua orang tuanya merestui Bayu agar menikah dengannya setelah lulus SMA. Bahkan nekat mencoba membunuh dirinya dengan mengiris pergelangan tangan saat sang ayah menentang hubungan mereka.

Ayahnya sepertinya sudah punya firasat jika Bayu bukan laki-laki yang baik untuk putrinya.

Setahun setelah menikah, Raina diajak pindah oleh Bayu ke kota asalnya. Karena kontrak kerjanya di sini sudah selesai.

Sejak itulah kehidupan Raina berubah drastis. Jauh dari orang tua, harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Tinggal dengan mertua yang terlalu perfeksionis dan bermulut pedas.

Bahkan sejak saat itu suami dan ibu mertuanya membatasi komunikasi antara Raina dengan keluarganya. Beberapa kali Raina merengek pada suaminya agar diijinkan pulang saat hari raya, namun selalu ditolak oleh Bayu dengan berbagai macam alasan.

Beberapa kali orang tua Raina yang mengalah dan mengunjungi putri sulungnya di kota kembang itu.

Puncaknya adalah dua tahun lalu saat mendengar kabar ayahnya terjatuh di kamar mandi dan terbentur di bagian kepala.

Ayahnya koma selama lima hari dan selama itu Raina memohon pada ibu mertua dan suaminya agar mengijinkannya pulang namun tak sekalipun mereka menggubris.

Raina sempat nekat ingin pulang, namun lagi-lagi mantan suaminya mengancam akan menceraikannya jika berani meninggalkan rumah tanpa seijinnya.

Raina yang saat itu masih memiliki rasa cinta yang besar pada suaminya tentu sangat takut jika Bayu benar-benar menceraikannya.

Tapi sejak saat itu hubungan Raina dan suaminya tak harmonis seperti sebelumnya. Raina lebih pendiam dan tertutup. Bayu yang dulunya tak pernah berkata kasar padanya saat itu sering memakinya.

Taring Bayu sepertinya tumbuh setelah ayah meninggal, karena dia tau Raina sudah tak memiliki orang yang bisa melindunginya segenap jiwa raga.

Raina menatap sendu pigura besar berisi foto keluarganya saat Zaki pelantikan tiga tahun lalu. Zaki dan ayahnya menggunakan seragam yang sama berdiri di belakang ibunya yang duduk bersama si bungsu Zahra.

Betapa sedih hatinya saat melihat foto itu, tak ada dia di sana. Berapa banyak waktu yang terbuang hanya untuk setia pada laki-laki bejat itu. Menyesal rasanya tak berguna lagi sekarang.

Mencoba Bangkit Walaupun Sakit

"Mbak, ini simpan dimana?" tanya Zahra adik kecil Raina yang sudah beranjak remaja.

"Di sini saja dulu, Ra. Mbak mau pajang di patung terus difoto buat diupload ke medsos mbak." kata Raina memintanya menyimpan beberapa pakaian yang masih baru.

Zahra beberapa melirik sebuah celana kulot berwarna coklat susu yang sedang di foto Raina.

Raina tersenyum melihat tingkah malu-malu adik bungsunya. Tak seperti Zaki, si bontot Zahra lebih kalem.

"Ra, kamu jadi model mbak mau? Nanti mbak upah pakai baju yang kamu suka. Kalau upah uang mbak belum bisa." kataku pada Zahra.

Terlihat Zahra sangat antusias dan mengangguk namun tak lama terlihat lagi wajah murungnya.

"Tapi aku malu mbak, aku gak biasa jadi model. Aku kalau selfi aja kamu banget senyumnya." katanya polos.

"Nggak foto sampai wajah kamu kelihatan kok, nanti mbak atur gimana biar wajah kamu gak kelihatan." kata Raina memberikan semangat pada adiknya.

Padahal Zahra itu cantik, hanya saja memang tak memperdulikan penampilan saja. Sehingga terlihat tomboi karena sering memakai kaos dan training bekas kakak laki-lakinya.

Akhirnya Zahra pun mau dan mengganti celana kulot yang tadi diliriknya dan atasan tunik berwarna putih beserta jilbab berwarna senada dengan celana tadi.

Badan Zahra cukup besar untuk ukuran anak tiga belas tahun. Tubuhnya juga tinggi, sehingga bagus jika dijadikan model untuk pakaian yang dijual Raina.

Setelah sesi foto-foto selesai, Raina memilah dan mengeditnya agar lebih menarik. Para customer biasanya akan tertarik pada gambar produk sebelum menanyakan stok barang dan harganya.

"Ini mbak, mau dibungkus lagi bajunya?" tanya Zahra membawa pakaian yang tadi dikenakannya. Terlihat pakaian itu sudah rapi dilipat Zahra.

"Nggak usah, Ra. Itu buat kamu sebagai upah pertama kamu udah bantuin mbak. Nanti kalau orderan mbak semakin banyak mbak bakal ngasih upah buat kamu." kata Raina yang tersenyum melihat ekspresi bahagia adiknya.

"Makasih ya, mbak. Nanti Ara bantu posting jualan mbak di medsos ku. Sekalian medsos mas Zaki juga, dia kan banyak teman yang udah punya istri dan anak. Pasti banyak yang mau order." kata Zahra dengan semangat.

Raina tertawa melihat semangat adiknya. Dulu saat dia tinggal, Zahra masih SD. Sekarang sudah besar dan mengerti keadaan orang tua dan kakak-kakaknya.

Azzahra Khairunnisa, si bungsu yang mencoba kuat kehilangan ayah diusianya yang masih kecil bahkan belum lulus SD.

Dibandingkan Raina dan Zaki, Zahra paling dekat dengan ayahnya. Bahkan Zahra cenderung murung dan pendiam setelah ayah meninggal dunia.

Raina memandangi keadaan ruangan 2 x 2 meter itu dengan tatapan sendu. Saat ini hampir separuh tabungan Raina terkuras untuk ongkosnya pulang ke kampung halamannya serta modal merenovasi dan menghias gudang kecil rumah orangtuanya yang dijadikan sebagai tempat menyimpan sekaligus studio foto barang-barang dagang onlinenya.

Sisa tabungannya dia niatkan untuk biaya melanjutkan kuliah. Dulu ayahnya selalu ingin agar Raina kuliah dan menjadi sarjana.

Walaupun terlambat tapi dia masih bisa mengejar ketinggalannya. Raina bertekad akan mewujudkan keinginan almarhum ayahnya.

Raina mulai memosting semua barang yang tadi dia foto dan videokan. Setelah itu dia pun mulai scrolling postingan-postingan teman di dunia maya nya.

Mata Raina berembun saat melihat postingan seorang yang pernah sangat dekat dengannya, bahkan di hatinya.

Foto sang mantan suami yang memeluk mesra seorang wanita di tempat tidur. Tubuh mereka hanya ditutupi selimut dan Raina yakin jika mereka tak mengenakan apapun di baliknya.

'You are awesome, my love ♥️'

Caption yang menyayat hati Raina dan tak tahan lagi menahan tangisannya. Selama ini Bayu tak pernah memperlakukannya semanis itu. Bahkan Bayu jarang menunjukkan jika Raina adalah istrinya di depan umum apalagi di medsos.

Mereka seperti orang asing yang tinggal dan berbagi tempat tidur saja. Dan Raina baru menyadari jika ternyata Bayu hanyalah lelaki bren**ek yang hanya mau enaknya saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!