Pagi itu, pagi dimana Hasna yang akan berangkat sekolah sudah bersiap dengan seragam barunya, ya seragam baru karena mulai hari ini dia sudah masuk di sekolah menengah atas (SMA).
Dengan semangat empat lima, Hasna melangkahkan kakinya untuk berangkat kesekolahnya yang baru, tanpa tahu akan seperti apa kehidupan sekolahnya kali ini.
Hari demi hari dia lewati di sekolahnya, tanpa ada masalah yang berarti sampai ditahun ketiga barulah masalah itu datang, dan masalah itu datang setelah dia sakit beberapa hari.
Ya di tahum ketiga Hasna yang terlihat sangat sehat, tiba-tiba jatuh pingsan di sekolahnya dan itu membuat teman satu kelas Hasna panik.
Hasna di bawa keruang UKS, dia di periksa oleh Guru yang bertugas disana dan semuanya normal tidak ada yang serius, mungkin paktor kelelahan penyebabnya pikir guru itu.
Lumayan lama Hasna berada diruang UKS, dan saat sadar Hasna sedikit bingung karena dia berada diruangan yang dia tahu, jika ruangan itu untuk orang yang sedang sakit atau berpura-pura sakit demi menghindari mata pelajaran yang tidak disukai.
Hasna yang sudah sadar dihampiri guru yang bertugas di UKS, Hasna diberi beberapa pertanyaan dan hasna menjawab jika tidak ada yang sakit, dan jawaban Hasna membuat Guru tersebut bernafas lega.
"Syukurlah Na, kamu tidak apa-apa, ibu sempat kawatir karena kamu pingsannya lama" ucap Guru tersebut.
Hasna tersenyum lalu dia meminta maaf karena sudah membuat sang Guru menghawatirkan dirinya.
"Bu kalau tidak ada apa-apa lagi, saya permisi" ucap Hasna yang memang merasa tidak perlu terus berada diruangan tersebut.
Hasna kembali kedalam kelas dengan senyum manis has miliknya, dan teman-teman sekelasnya merasa lega karena Hasna sudah kembali dan terlihat baik-baik saja.
Mereka ingin bertanya tentang keadaan Hasna, tapi karena jam pelajaran sedang berlangsung jadi mereka mengurungkan niat mereka itu, dan bersabar menunggu jam pulang sekolah yang sebentar lagi tiba.
Jam sekolah usai dan beberapa teman sekelas hasna langsung mengelilingi Hasna dan yang lain memilih untuk duduk ditempat masing-masing tapi dengan telinga yang difokuskan untuk mendengar percakapan Hasna.
Teman-teman Hasna bertanya ini dan itu, dan mereka juga menceritakan kejadian saat Hasna pingsan lalu mereka pun menunjuk seseorang yang telah membawa Hasna keruang UKS.
Hasna sedikit kaget karena laki-laki pendiam, tidak pernah berbaur dengan teman sekelasnya itu, mau menggendongnya keruang UKS yang berada sangat jauh dari kelas yang mereka tempati saat ini.
Hasna yang sudah di beri tahu tentang siapa yang sudah menolongnya langsung pamit pada teman-temannya, untuk menghampiri laki-laki pendiam yang biasa dipanggil Hans padahal nama aslinya Burhanudin, entah siapa yang pertama kali memanggil Burhanudin itu dengan nama panggilan sekeren itu.
Hasna sudah berada di dekat Hans, lalu dia mengucapkan terimakasih dan tak lupa juga meminta maaf karena sudah merepotkan.
Hasna yang sudah berterimakasih dan meminta maaf, kemudian langsung pamit untuk pulang, karena tidak ada tanggapan apapun dari Hans itu, dan hal itu tidak membuatnya marah karena memang sifat teman laki-lakinya yang bernama Burhanudin ini, memang seperti itu pendiam atau irit bicara.
Namun tanpa disangka dan diduga saat Hasna mulai melangkahkan kakinya laki-laki itu berkata "Lain kali kalau sudah merasa pusing, langsung pamit ke UKS, jangan sok kuat terus nyusahin orang."
"Maaf" ucap Hasna sambil menunduk setelah berbalik menghadap Hans dan Hans yang memang sudah mau pergi, langsung pergi meninggalkan Hasna tanpa berkata-kata lagi.
"Na orangnya udah pergi" ucap salah satu teman Hasna yang bernama Nabila.
Hasna mengangkat kepalanya dan memang sudah tidak ada dia di hadapannya "Cepet banget perginya" balas Hasna.
"Ya cepet kan saat dia ngomong tadi dia sudah mau pergi jadi pas udah selesai langsung pergi."
"Ko aku gak sadar" balas Hasna.
"Ya gak bakalan sadar, orang kamu minta maafnya sambil nunduk dan pasti sambil meren bukan?" balas Nabila lagi.
Hasna tersenyum karena yang dikatakan Nabila memang benar dan setelah itu Hasna langsung mengajak teman-temannya yang masih ada dikelas untuk pulang.
Malam telah datang dan Hasna yang akan mulai tidur merasa jika seluruh badannya terasa panas dan dia yang tidak mau membuat orangtuanya kawatir, lebih memilih untuk menikmati rasa panas di sekujur tubuhnya, dengan Air mata yang terus mengalir tanpa henti, dan rasa panas itu berhenti saat jam menunjukan pukul tiga dini hari.
Hasna yang merasa lelah langsung tertidur dan saat pagi telah datang, sungguh dia tidak mampu untuk membuka matanya.
"Na, nana kamu sudah bangun, atau tidur lagi?" tanya bu Indah sambil masuk kedalam kamar Hasna dan disana dia melihat Hasna masih memejamkan matanya.
Bu indah langsung mendekat dan dia beniat untuk membangunkan Hasna dengan menggoyangkan bahu Hasna, tapi baru juga tangannya menyentuh bahu Hasna rasa panas dari tubuh Hasna langsung dirasakan bu Indah.
"Astagfirullah Nana badan kamu panas sekali" ucap Bu Indah panik dan dia langsung menempelkan tangannya dikening Hasna.
Bu Indah yang merasakan panas di kening Hasna lebih panas langsung berteriak memanggil sang suami.
"Bapa.. bapa... kemari!!" teriak bu Indah yang panik sambil terus mencoba membangunkan Hasna yang ternyata sudah tidak sadarkan diri bukan masih tidur.
"Ya Allah, Nana kamu kenapa? bukannya semalam kamu baik baik saja?" tanya bu Indah pada Hasna yang masih tidak sadarkan diri.
Pak Hasan yang mendengar teriakan sang istri langsung menuju kamar Hasna, dimana suara bu Indah terdengar dari sana.
"Bu! ada apa?" ucap pak Hasan yang kini ikut panik lantaran melihat Bu Indah sedang menangis sambil mencoba membangunkan Hasna.
"Ini Nana dari tadi gak bangun-bangun dan badanya panas sekali" jawab Bu Indah tanpa melihat wajah sang suami.
Pak Hasan bergegas menghampiri istri dan anak keduanya yang memang masih memejamkan mata, lalu dia mengecek suhu tubuh Nana dengan tangannya, dan setelah itu dia langsung mengambil ponsel Nana yang berada di dekat kepala Hasna, untuk menghubungi Bidan Desa yang kebetulan rumahnya tidaklah terlalu jauh.
Panggilan tersambung dan pak Hasan langsung meminta Bidan tersebut untuk segera kerumahnya dan sang bidan desa setuju.
Tidak lama menunggu sang Bidan pun akhirnya datang dengan membawa alat medisnya.
"Mang ada apa? tumben Hasna sakit?" tanya Bidan tersebut pada pak Hasan yang sudah menunggunya diteras rumah.
"Mamang kurang tahu, tapi Dia deman tinggi dan sampai sekarang belum sadar-sadar," jelas Pak Hasan sambil membawa bidan tersebut masuk rumah.
Setelah bu Bidan berada didalam kamar Hasna dia langsung memeriksa Hasna dan melakukan apa yang harus dia lakukan.
Sementara Bu Indah dan pak Hasan mereka hanya bisa melihat sambil terus berdoa agar Hasna tidak kenapa-kenapa.
Setelah melakukan tugasnya bu Bidan berkata "mang, bi, kalau boleh tahu apa Hasna pernah mengeluhkan sakit ditubuhnya atau tidak?"
Jawaban kedua orangtua Hasna adalah tidak, mereka tidak pernah mendengar Hasna mengeluh sakit apapun.
"Baiklah kalau begitu saya pamit dulu dan nanti setelah Hasna sadar kabari saya" ucap bu Bidan yang berniat akan kembali memeriksa keadaan Hasna setelah Hasna sadar.
"Apa tidak bisa bu bidan disini saja," punta Bu Indah yang takut terjadi sesuatu pada Hasna saat Bu Bidan sudah pergi.
Bidan desa yang mengerti kekawatiran bu Indah berkata "Bibi dan memang, tenang saja Hasna tidak apa-apa, dia hanya demam tinggi yang biasanya disebabkan penyakit kulit" jelas Bu Bidan.
"Penyakit kulit?" ulang Bu Indah yang terkesan tidak percaya dengan keterangan yang di berikan sang bidan tersebut.
"Iya, karena yang terjadi pada Hasna adalah ciri-ciri seseorang yang sedang mempunyai penyakit bisul, itulah kenapa saya tadi bertanya apa Hasna pernah mengeluh sakit ditubuhnya atau tidak?" jelas Bu Bidan
"Tapi selama ini anak saya hidup denhan bersih jadi itu tidak mungkin Bu" ucap Bu Indah yang masih belum percaya jika alasan panas tinggi sang anak disebabkan penyakit bisul.
"Iya, saya juga tahu jika Hasna selalu menjaga kebersihan tumbuhnya dengan baik, dan karena alasan itulah kenapa saya meminta bibi dan memang untuk segera menghubungi saya lagi jika Hasna sudah sadar!" jelas Bu Budan
Hasna yang tadi tidak sadarkan diri, kini mulai membuka matanya, sesaat setelah bidan desa pergi.
Hasna yang sudah sadar langsung dipeluk bu Indah yang sangat meng hawatirkan dirinya, dan setelah merasa cukup memeluk Hasna bu Indah berkata "Nana katakan apa ada yang kamu rahasiakan dari ibu?"
Hasna menghela nafasnya karena baru juga dia membuka mata sudah dihadapkan dengan pertanyaan yang entah mengapa pertanyaan biasa itu, terdengar seperti omelan ditelinganya.
"Ibu ku sayang, aku ini baru sadar, aku ingin minum dulu haus," ucap Hasna yang memang tidak bermaksud mengalihkan pembicaraan tapi sang ibu ternyata berpikir demikian.
"Jangan mengalihkan bembicaraan!" ucap Bu Indah, dengan tangan yang mengambil air hangat yang sudah dia sediakan untuk Hasna.
Hasna yang memang haus langsung menerima Air yang diberikan Bu Indah dan langsung meminumnya sampai habis.
"Terimakasih bu" ucap Hasna dan sang ibu tidak menjawab ucapan Hasna, karena fokusnya kini kembali pada apa yang dirahasiakan Hasna padanya, entahlah Bu Indah sangat yakin jika Hasna merahasiakan sesuatu darinya.
"Jadi apa yang ibu tidak tahu, tolong Na, katakan apapun itu, yang ibu tidak tahu, baik itu hal yang penting atau pun tidak" ucap Sang ibu memohon.
"Yang ibu tidak ketahui apa ya?" ucap Hasna malah bercanda dan hal itu membuat ibu Indah yang memang merasa khawatir naik darah karena merasa dipermainkan oleh sang anak.
"Nana! ibu serius tadi bu bidan bilang kalau kemungkinan besar panas tubuh kamu ini berasal dari sebuah penyakit kulit, dan dia bertanya pada ibu apa kamu pernah mengeluh sakit atau tidak, dan jawaban ibu tidak, kamu tahu tidak saat tadi bu bidan bertanya seperti itu perasaan ibu itu seperti apa?" ucap Bu Indah dengan suara tinggi has emak emak yang sedang mengomel.
"Tidak" jawab Hasna lempeng tidak perduli jika sang ibu sedang kesal.
"Nana!" bentak bu Indah yang kini rasa kesalnya sudah berubah jadi amarah.
"Iya maaf, tapi beneran bu, nana tidak merasa sakit ditubuh Nana, ya memang kemarin juga Nana sempat tidak sadarkan diri disekolah dan cukup lama tapi guru yang memeriksa Nana bilang jika Nana hanya kecapean" jelas Hasna.
Bu Indah yang belum yakin seratus persen berkata "Kamu tidak sedang membohongi ibu kan?"
"Tidak Bu, nana tidak bohong jika tidak percaya ibu bisa langsung bertanya pada guru Nana?" jawab Hasna.
"Iya ibu percaya, tapi bu bidan bilang jika panas tubuhmu biasanya disebabkan penyakit bisul" ucap Bu Indah yang memberitahukan apa yang menjadi alasannya tidak langsung percaya dengan ucapan Hasna.
"Jujur Bu Hasna memang tidak merasakan sakit tapi sudah beberapa hari ini telinga Hasna sering terasa panas" ucap Hasna yang pada akhirnya berkata jujur pada sang ibu karena dia juga mulai merasa khawatir mengingat sudah dua kali dia pingsan.
Bu Indah yang mendengar ucapan Hasna langsung mengecek telinga Hasna tanpa bertanya dulu telinga yang mana yang tersa panas.
"ibu bukan yang kiri rapi yang kanan" ucap Hasna saat sang ibu memeriksa telinga kirinya.
"Dari tadi kek ngomong" ucap Bu Indah dan kini dia langsung memeriksa telinga kanan Hasna.
Memang terlihat lebih merah jika dibandingkan dengan telinga kiri Hasna "Na apa sakit" ucap Bu Indah saat menekan telinga kanan Hasna.
"Aww, kalau sekarang baru sakit" ucap Hasna dan untuk memastikan apakah rasasakit itu datang karena penyakit atau karena ditekan Bu Indah pun menekan telinga kiri hasna, dan setelah itu bu Indah berkata "apa rasa sakitnya sama ?".
"Tidak Bu, yang kanan sangat sakit, kalau yang kiri ya sakit biasa kalau digituin" jawab Hasna apa adanya.
"Na, apa mungkin penyakit itu ada didalam telinga kamu" ucap Bu Indah yang menduga jika penyakit itu berada ditelinga Hasna.
"Tidak tahu bu" jawab Hasna yang memang tidak tahu, dan setelah itu Hasna berkata lagi "Bu sepertinya hari ini Nana tidak akan masuk sekolah dulu" dan Hal itu sukses membuat Bu Indah merasa semakin cemas karena tidak biasanya Hasna meminta izin padanya untuk tidak bersekolah.
"Na ada yang kamu rahasiakan lagi dari ibu?" ucap bu Fatma yang merasa curiga.
"Tidak bu, Nana hanya takut pingsan lagi disekolah, kasihan teman Nana kalau harus gendong Nana lagi, ibu bisa lihat sendiri, kalau tubuh Nana itu berisi, sedangkan yang kemarin gendong Nana tubuhnya lebih kecil dari Nana" jelas Hasna.
Sang ibu yang mendengar jika Hasna ditolong temannya langsung berkata "Yang nolong cowo apa cewe?".
"Cowo lah bu, mana mungkin cewe" balas Hana tidak habis pikir dengan ucapan sang ibu.
"Ya kali aja Cewe, ganteng gak, pintar gak?" tanya Bu Indah semangay dan Hasna yang kini mengerti kenapa sang ibu sangat bersemangat menanyakan sang penolongnya berkata " gak sekalian, orang tuanya kaya atau tidak bu?"
Sang ibu tersenyum lalu berkata "Kan cuman tanya?"
"Iya tapi biasa aja kali nanyanya, yang jelas Nana tidak pernah berbicara dengan dia, karena dia seperti sebuah salju yang tidak mungkin pernah Nana sentuh" jelas Hasna agar sang ibu tidak berpikir kemana-mana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!