Di sebuah aula hotel yang sudah di hias tampak para muda mudi yang tengah berpesta dengan menggunakan gaun yang indah. Mereka saling bercerita mengenai kelulusan mereka yang sudah di depan mata dengan tangan yang memegang anggur di tangan mereka.
Tampak juga sosok pria dengan tuxedo berwana hitam tengah berdiri dengan tampan dengan minuman di tangan kanannya dan wanita-wanita yang mencoba untuk mengerubunginya tapi pria tersebut sama sekali tidak memperdulikannya.
"Hei Angkasa setelah selesai S1 apa yang akan kau lakukan." Ujar sosok wanita dengan tubuh indahnya dan di balut dengan gaun berwarna merah tua itu menambah kesan seksi dan elegan disana.
"Aku akan ke London untuk S2 setelah itu melanjutkan perusahaan yang ada di Indonesia." Jawabnya lalu meneguk minuman yang ada di tangannya sejak tadi.
"Wow sungguh masa depan yang sudah terjamin." Sahut pria yang baru saja tiba.
"Bagaimana denganmu Esther ?" Tanya pria yang baru saja datang itu.
"Oh aku ingin menjadi model saja sama seperti ibuku." Jawabnya dengan santai.
"Bagaimana denganmu Mike ?"
"Oh aku tentu saja akan membuka Bar hehehe." Ujar Mike dengan sangat mudah.
Mereka mulai bercerita banyak mengenai bisnis dan rencana ke depannya hingga mata elang Angkasa menatap sosok gadis menggunakan gaun berwarna biru dengan rambut yang di urai dengan bagian lehernya yang di biarkan terekspos.
"Apa yang kau lihat ?" Tanya Mike pada pria itu.
"Wow siapa dia ? aku tidak pernah melihatnya ? apa dia memang seangkatan dengan kita ?" Ujar Mike yang saat ini tengah menatap gadis itu juga sama seperti Angkasa.
Melihat kedua temannya itu membuat Ester juga melirik ke arah sana.
"Hmm aku sepertinya mengenalnya....."
"Oh ya dia Mentari bukan ? gadis pendiam yang sering menggunakan kaca mata itu dan selalu bersama kawan-kawan cupunya itu." Ujar Ester.
Angkasa yang mendengar hal tersebut langsung menatap tajam pada Ester. Sebenarnya ia juga tau dari tadi jika itu Mentari.
"Wow ternyata gadis itu sangat cantik jika saja dia ingin berdandan sedikit." Ujar Mike yang terkenal dengan laki-laki buaya itu.
Tidak ada perkataan lagi diantara mereka hingga akhirnya Mike mencoba untuk mendekati gadis itu.
"Aku akan pergi menemuinya." Ujar Mike yang langsung berjalan ke arah mentari.
Sedangkan disisi lain Mentari hanya terus berdiam diri di sudut ruangan. Ia sangat menyesal menggunakan gaun yang di rekomendasikan oleh teman-temannya itu. Gadis itu benar-benar malu menggunakan pakaian yang cukup terbuka menurutnya itu. Bahkan tak jarang banyak lelaki hidung belang yang mengajaknya bicara atau bahkan menggodanya sama hal nya seperti Mike yang mencoba untuk menggodanya dengan rayuan mautnya.
"Kau sendirian saja mentari, mau aku temani ?"
"Tidak."
"Oh ya nanti kau pulang dengan siapa ? biar aku yang mengantarmu pulang."
"Aku dengan temanku."
"Oh begitukah ? dimana temanmu itu aku tidak melihatnya ?" Tanya Mike yang semakin mendekatkan dirinya pada Mentari.
"Dia sedang pergi."
"Oh begitu kah ? jika begitu..." Ujar Mike yang sudah sangat dekat dengannya. Mentari sangat takut bahkan dia dapat mencium aroma alkohol dari pria itu.
'Apa dia mabuk ? aku harus pergi dari sini.' Pikir Mentari.
"Aku pergi dulu."
"Kemana ?"
"Ke kamar mandi." Jawab Mentari yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari pria tersebut.
Namun nyatanya gadis itu tidaklah ke kamar mandi, dia memutuskan untuk keluar dari aula hotel tersebut dan berniat untuk pulang saja. Suasana pesta seperti ini sangat tidak cocok dengan dirinya yang Introvert rasanya benar-benar tidak nyaman.
Sebenarnya ia datang ke hotel ini hanya untuk melihat orang yang sudah lama ia sukai selama masa perkuliahan ini tidak lebih dari itu. Dan dia juga berdandan seperti ini semuanya karena dua temannya itu yang terus saja memaksanya. Makanya ia mau berdandan seperti putri raja saat ini.
Ia perlahan berjalan di antara kamar-kamar yang berada di hotel tersebut hingga.
"Hmmphh." Sosok tangan menutup mulutnya dari belakang lalu membawa tubuh kecil itu memasuki salah satu kamar.
"Ugh..Siapa kau ?" Tanya Mentari yang tidak dapat melihat siapapun.
"CEKLEK." Ruangan itu langsung terang saat lampu telah dihidupkan.
"Kau ? kenapa kau membawaku ke sini ?" Tanya Mentari bingung.
"Jawab Angkasa !" Ujarnya dengan sedikit menaikan nadanya karena pria itu hanya diam saja.
Mentari bingung benar-benar bingung kenapa bintang acara ini justru berada di tempat ini dan juga bersama dengan dirinya.
"Ternyata kau tau namaku ya Mentari."
Ujar pria itu dengan menatap tajam ke arah gadis tersebut. Mentari berpikir sejenak bagaimana mungkin dia tidak mengenal sosok paling populer di kampusnya dan juga pria yang ia sukai dalam diam itu.
"Kau selalu diam saat aku menegurmu dulu bahkan terlihat sangat cuek, aku berpikir kau sama sekali tidak mengenalku." Ujar pria itu.
"Ma_Maaf aku memang tidak tau bagaimana cara merespon orang lain." Ujar gadis itu dengan sedikit menunduk.
"Kau selalu saja begitu tidak mau menatapku." Ujar pria bernama Angkasa itu lalu menarik dagu gadis itu dengan kasar agar menatapnya.
"A-aku mau pulang..." Cicit gadis itu. Jantung Mentari rasanya mau copot saat ini.
"Pulang ?" Suara berat pria itu terdengar jelas di telinga Mentari karena jarak mereka yang begitu dekat.
"Angkasa...a-aku mohon..."
"Kau berpenampilan menggoda seperti ini mencoba menggoda siapa hmm ?"
"A-aku tida..."
"Bohong...dari tadi kau terus berbicara dengan pria-pria bajingan itu dan sekarang kau bilang tidak."
"BUGH." pria itu memukul dinding yang berada di belakang Mentari membuat gadis itu terpekik takut.
"A-aku tidak mengerti hiks kau ini kenapa hiks..."
" SIALAN !" Ujar Angkasa mengusap wajahnya dengan kasar.
Umpat Angkasa saat merasa ada yang aneh pada tubuhnya, tadi niat hatinya hanya ingin menakuti gadis kecil itu dan meminta penjelasan tentang sikapnya selama ini tapi kenapa sekarang tubuhnya sangat panas bahan ia tidak dapat mengalihkan pandangan pada dada milik gadis itu dan juga leher jenjangnya.
"Aakh bugh." Angkasa menarik tubuh kecil itu lalu mendorongnya hingga terjatuh ke atas kasur yang berada di ruangan tersebut.
"Ang-angkasa...hiks kau mau apa ?" tanyanya saat pria itu yang saat ini tengah menindihnya.
"CUP."
"Hmm."
"Buka mulutmu Mentari." Ujar pria itu dengan nada rendahnya dan juga mata yang sudah di penuhi nafsu itu.
"Ti-dak." Ujar Mentari dengan menggelengkan kuat kepalanya. Ia memang menyukai pria tersebut tapi dia tidak ingin melakukan hal-hal ini dengan orang yang bukan dalam ikatan yang sah baginya.
"CUP." Angkasa tidak perduli, ia justru kembali mencium gadis itu dan menggigit bibir gadis itu hingga mau tidak mau Mentari memberikan akses pada pria tersebut.
"Ah..hmm." Suara laknat itu begitu saja keluar dari bibir Tiara saat tangan pria itu yang mulai masuk ke dalam gaunnya.
"Ber-berhenti hmm ah... kumohon angkasa..." Ujar gadis itu yang masih mencoba terus untuk menghalangi tangan pria tersebut hingga akhirnya saat ini ia benar-benar sudah tidak berpakaian sama sekali berbeda dengan Angkasa yang bajunya masih utuh.
"Hiks...angkasa...a-aku mo-mohon ini salah hiks hiks." Ujar gadis itu yang mencoba lari tapi selalu bisa di tahan oleh pria tersebut.
Kesal dengan tangan gadis itu yang terus menghalanginya membuat Angkasa melepaskan dasinya dengan sensual lalu mengikatkannya pada kedua tangan gadis itu agar tidak menggangu nya lagi.
"Jadilah anak baik maka aku akan melakukannya dengan lembut." Ujar pria itu tepat di dekat telinga Mentari.
"Aku mohon !! hiks lepaskan aku !! apa salahku padamu hiks hiks !! Angkasa....hiks.."
Hingga akhirnya pria itu mengambil kesucian yang seharusnya ia jaga itu. Berulang kali gadis itu memohon tapi pria itu tampak tetap tidak perduli dan terus melancarkan aksinya. Akhirnya malam itu menjadi saksi bisu bagaimana Mentari yang terus memohon tapi pria itu terus saja menggagahinya tanpa perduli isakkan dari tubuh kecil di bawah kungkunganya itu.
'Kenapa kamu melakukan ini padaku Angkasa...kamu benar-benar jahat.' Pikir gadis itu saat sebelum benar-benar menghilang.
Sedangkan pria tersebut masih sibuk dengan aktivitas nya hingga akhirnya ia telah selesai ia lalu menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh gadis itu. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan juga gadis itu sebelum akhirnya tertidur.
"Aku minta maaf tapi aku tidak menyesal." Ujar pria tersebut .
Satu Setengah tahun sebelumnya
Pagi yang indah bagi sosok gadis yang saat ini tengah bersiap untuk ke kampus.Seperti biasa karena gangguan penglihatan ia selalu menggunakan kacamatanya walaupun minusnya tidak terlalu tinggi hanya 1 (satu) saja. Tapi yang namanya sudah terbiasa ya mau bagaimana lagi.
Gadis itu mengikat rambutnya dengan tinggi lalu segera mengambil buku yang memang sudah ia persiapkan dari malam hari.
"Yes akhirnya hari senin."Ujarnya dengan sangat senang. Jika orang lain cenderung membenci hari itu tapi berbeda dengan mentari yang justru sangat menyukai hari itu.
"Dring,dring,dring." benda pipi itu bergetar membuat perhatian Mentari tertuju pada benda itu. Sebuah benda yang menjadi bentuk teknologi yang pasti dimiliki oleh rata_rata penduduk bumi saat ini. Milik mentari tidaklah begitu bagus itu hanya handphone second yang dibelinya tapi syukurlah benda itu yang membantunya dari awal perkuliahan.
"Hallo, iya ini aku udah siap kok bentar lagi aku ke bawah." Jawabnya dengan terburu-buru memasang sepatu dan mengambil tas tidak lupa dengan botol minum yang selalu ia bawa.
Kos yang di tempati gadis itu cukup terbilang sederhana dengan harga yang murah yang sangat cocok dengan kantong pelajar sepertinya.
"Padahal ini masih jam tujuh dan kuliah baru akan dimulai jam 8 kenapa mereka sangat ingin cepat-cepat." Gumamnya dengan pelan sambil menuruni tangga kosannya yang tampak sepi karena mahasiswa rata-rata lebih suka menyendiri dikamar mereka masing-masing tanpa berniat untuk keluar.
"Ayo pergi." Ajak Mentari pada dua orang temannya yang saat ini tengah menunggu di kursi panjang yang memang berada di depan kosannya itu.
"Ayo.." Ujar dua orang temannya itu yang memang seperti anak kembar padahal beda ibu dan beda ayah.
Mereka melangkahkan kaki dengan sesekali bercerita masalah perkuliahan dan hal lainnya yang menurut mereka menarik.
"Wih mobil siapa tu ...." Ujar Ita saat melihat mobil sport berwarna hitam melewati mereka.
"Oh ituuu mobil si Angkasa, anak kelas A," Ujar Ira.
"Kok kamu tau jika itu Angkasa ?" Tanya Mentari yang sejujurnya ia juga mengenal Angkasa karena mereka pernah sekelas waktu semester satu dan dua karena memang saat itu pembagian kelas dipilih acak oleh Fakultas.
"Tentu saja tau Tar, di fakultas maksud ku satu kampus ini siapa yang tidak mengenal tu anak, udah ganteng, kaya, keren, pintar, ya walau pun sedikit cuek." Ujar Ira yang mendapat anggukan dari Ita karena ia juga tau tentang Angkasa.
"Jangan bilang kamu nggak tau dia Tar ? kan kamu gitu sudah banget ngingat muka orang."
"Aku tau kok, kami pernah sekelas saat semester awal dulu." Ujar Mentari.
Bukan hanya kenal tapi mereka dulu pernah chatan beberapa kali ya walaupun hanya untuk bertanya tugas. Tapi jika di dunia nyata mereka justru seakan-akan tidak kenal.
"Wow kenapa kau tidak bilang dari dulu ha ?" Ujar Ira dengan terkejut hingga menutup mulutnya sedangan Ita juga seperti itu.
"Ya kalian tidak pernah bertanya."
"Jadi...apa Angkasa mengenalmu ?" Tanya gadis itu.
"Iya, kami pernah chatan."
"Ha !" Jawab mereka dengan kompak.
"Dia juga beberapa kali menolongku untuk mengantarkan tugas kuliah." Jawab Mentari dengan enteng.
"Ini gila !!"
"Apanya...cuman sekedar itu kami tidak ada hubungan apapun lagi."
"Kejar saja Angkasa Tar...kan kamu juga jomblo."
"Huh woi sadar diri tu perlu, Angkasa dengan kita itu sangat jauh jadi tidak akan mungkin pernah ada hubungan seperti itu." Ujar Mentari dengan tenang yang mendapati anggukan dari kedua temannya itu.
"Bagaimana dengan Joko ?" Tanya Ita yang disetujui oleh Ira.
"Aku nggak mau, dia bukan tipeku." Tolak Mentari dengan cepat.
"Apasih Ta, si Joko itu bahkan sudah gonta ganti pacar berapa kali padahal wajahnya biasa saja tapi tebar pesona sana sini dengan rayuan mautnya.
"Iya juga sih eh tapi tadi kamu setuju juga loh Ra..."
"Tidak aku jelas melihat mu ikut mengangguk tadi." Jawab Ita dengan cepat.
"Tidak tu..".
"Eh sudahlah jangan bahas itu lagi sebentar lagi kita akan sampai nanti ada yang dengar bisa malu kita."
Akhirnya mereka telah tiba di tempat yang mereka tuju. Perlahan tiga orang gadis itu langsung menuju kelasnya yang saat ini mereka tengah memasuki awal semester 6 dan tentunya kelas mereka akan kembali di acak.
"Kali ini kita akan sekelas siapa ya ?" Tanya Ita yang sudah tidak sabaran.
Perlahan orang-orang sudah mulai mengisi kursi-kursi yang berada disana. Saat ini tiga orang itu tengah duduk di bangku paling depan karena menurut cerita dosen kali ini sangat suka bertanya pada siswa yang suka duduk di belakang.
Beberapa saat mereka menunggu hingga akhirnya sosok pria tampan memasuki ruang kelas tersebut.
"Ha... benarkah ini kita sekelas dengan angkasa ?Tanya Ita dengan penuh semangat.
"Waww kita benar-benar sangat beruntung." Ujarnya.
"Hmm." Jawab Mentari berpura-pura acuh padahal dirinya sendiri sedang sangat berdebar apalagi pria itu yang duduk tepat di belakangnya.
Pelajaran berjalan dengan sedikit menegangkan karena seperti kata orang dosen tersebut benar-benar menanyai setiap mahasiswa yang duduk di belakang.
"Bagaimana pendapat mu Angkasa ?" Tanya dosen itu yang tiba-tiba saja menunjuk ke arah Angkasa.
"Menurut saya....saya tidak tau bu," Ujarnya dengan santai dengan senyum di wajahnya.
'Kenapa dia tidak tau seharusnya ia sangat mengetahui mengenai hal itu, karena Angkasa bukanlah anak yang bodoh.' Karena pemasaran Mentari menoleh ke arah belakang dimana dosennya itu masih berdiri di sana dan menasehati pria itu.
"Bagaimana kau tidak tau ini pelajaran...." Ujar panjang lebar dosen tersebut tapi Angkasa hanya mengangguk tapj seperti tidak perduli. Hingga akhirnya mata pria itu besitatap dengan Mentari yang saat ini tengah melihat kebelakang.
"Hai." Gumam pria itu dengan senyuman manisnya.
"Ha." Mentari benar-benar terkejut lalu kembali membalik tubuhnya.
Hingga akhirnya jam kelas ini telah selesai mentari mencoba untuk segera mungkin keluar dari sana. Jantungnya benar-benar tidak bisa jika terlalu lama dekat dengan pria itu.
"Ayo cepat kita keluar aku ada kelas lain." Ujar Mentari pada kedua temannya.
"Oh begitukah ? ayo kita pergi.? Ajaknya dengan cepat.
Mereka bertiga pun pergi dari sana lalu berhenti di salah satu tempat duduk yang memang sudah di sediakan oleh pihak kampus.
"Tar katanya ada kelas kok kita malah ke sini." Ita benar-benar bingung dengan temannya ini.
"Maaf aku hanya tidak suka terlalu lama disana ?"
"Kenapa ?"
"Ntahlah hanya tidak suka saja, tempat itu terasa terlalu ramai saja."
"Oh benar mungkin itu karena ada Angkasa disana." Jawabannya.
"Iya mungkin begitu."
Mereka bertiga pun pergi dari sana lalu berhenti di salah satu tempat duduk yang memang sudah di sediakan oleh pihak kampus.
"Tar katanya ada kelas kok kita malah ke sini." Ita benar-benar bingung dengan temannya ini.
"Maaf aku hanya tidak suka terlalu lama disana ?"
"Kenapa ?"
"Ntahlah hanya tidak suka saja, tempat itu terasa terlalu ramai saja."
"Oh benar mungkin itu karena ada Angkasa disana." Jawabannya.
"Iya mungkin begitu."
...****************...
Mereka mengobrol singkat disana tanpa menyadari jika sedari tadi ada sosok pria yang terus memperhatikan mereka dari tempat yang tidak jauh darinya.
"Apa ini yang dinamakan kelas." Gumamnya pelan dengan mata tajamnya itu.
"Kenapa Tar kok kamu kayak nyari sesuatu gitu ?" Tanya Ita yang melihat sahabatnya itu tampak melirik ke kanan dan ke kiri.
" Aku merasa seperti ada yang memperhatikan ku." Ujar Mentari dengan tersenyum canggung. Dia tidak mungkin di ikuti setan jam segini kan.
"Hais Tar kamu selalu saja begitu aneh sekali." Timpal Ira.
"Aku juga nggak tau."
"Udah-udah mungkin itu cuman kamu aja yang terlalu sensitif." Ujar Ita yang mencoba menengahi.
"Oh ya udah ayo kita pulang kan sudah tidak ada mata kuliah lagi." Ajak Tari yang merasa malas jika terus berada di sekitar kampus itu.
"Hmm ayo."
Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang karena tidak ada alasan untuk mereka terus berada di sana.
Akhirnya Mentari bisa berada di atas kasurnya lagi. Walau terbilang tipis tapi menurut Mentari kasur ini sudah jauh dari kata cukup.
"Hmm lelah nya..." Ujar gadis itu lalu mengambil handuk untuk membersihkan dirinya.
Setelah membersihkan dirinya Mentari langsung mengganti bajunya dan tertidur nyenyak.
Seminggu sudah waktu berlalu dan saat ini adalah dimana ia akan kembali berada di kelas yang sama dengan pria itu.
Gadis itu hari ini menggunakan kemeja bewarna putih dan celana bewarna moka ya begitulah dan cukup simpel.
Di kursinya kemarin mereka masih menunggu dosen datang dan juga teman-teman mereka yang mulai berdatangan.
Lagi-lagi sosok pria itu datang dan membuat kehebohan di kelas tersebut terutama untuk para gadis-gadis yang memang banyak di kelas tersebut.
Kali ini pria itu menggunakan Hoddie berwarna hitam dengan celana bewarna moka lalu tersenyum. Entah perasaan Mentari saja jika pria itu tersenyum padanya yang membuat gadis tersebut langsung memalingkan pandangannya.
Tapi senyum tadi seperti menandakan sesuatu seperti kemenangan disana.
Hingga jam perkuliahan akan dimulai lalu pria itu yang membuka Hoddie yang di kenakannya.
'Kemeja putih.'
Pria itu memakai baju yang berwarna sama dengan yang di kenakan Mentari seakan-akan mereka adalah pasangan hari ini.
"Ehem."
"Ehem."
Suara deheman dari dua temannya itu yang membuat Mentari hanya tertunduk. Saat ini ia benar-benar merasa senang tapi dia tidak ingin memperlihatkannya.
"Bagaimana bisa kalian couple begini ? apa sudah janjian sebelumnya ?" Bisik Ita tepat di telinga milik gadis itu.
"Itu hanya kebetulan."
"Jangan-jangan kalian jodoh ?" Ujar Ira yang tampak sangat bersemangat.
"Apasih Ti-tidak kok." Ujar Mentari padahal dalam hatinya ia sudah sangat mengaminkan hal tersebut.
"Sudahlah ibu mau datang." Ujar Mentari mengalihkan perhatian kedua temannya itu.
Begitulah awal mula pria itu terus saja menggunakan baju dengan warna yang sama dengan yang Mentari kenakan. Ini cukup aneh untuk hanya dibilang sebagai kebetulan tapi gadis itu tidak mau memikirkan yang aneh-aneh mungkin memang warna yang mereka sukai itu sama.
"Tar...aku yakin kalian berdua ada hubungan kan ?" Tanya Ita yang sudah sangat penasaran sama halnya dengan orang-orang yang berada di kelas tersebut.
"Aku tidak, aku tidak ada hubungan apapun dengan Angkasa..." Ujar Mentari karena memang itulah kenyataannya.
"Jadi kenapa kamu bisa memakai baju yang warnanya selalu sama dengan Angkasa ?"
"Ya aku nggak tau." Jawab Mentari dengan cepat.
"BRAK !" Rombongan wanita mendatangi mejanya saat ini.
"Oh jadi ini gadis jalang yang selalu mengikuti Angkasa !" Ujar sosok gadis dengan wajah cantik dan juga baju mahal yang di kenakannya.
"Aku tidak mengikutinya." Jawab Mentari.
"Alah jangan bohong...apa kau mau bilang jika Angkasa yang selalu mengikuti mu gitu ? kau pikir aku percaya ?dasar wanita murahan !"
"Apa sih kalian, Mentari sama sekali tidak mengikuti Angkasa, masalah baju mereka yang selalu sama juga dia tidak tau tapi yang jelas kalian juga siapa kok mencampuri masalah Angkasa pacar juga bukan tapi sok-sokan marah." Ujar Ira membuat dua gadis itu beserta rombongannya terdiam.
"Awas saja kau !" Ujar gadis itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Mentari dan juga teman-temannya.
"Jangan dengarkan mereka ya Tar, emang gitu kalo orang iri mah." Ujar Ita pada Mentari yang hanya diam.
Tapi ternyata gadis-gadis itu tidak berhenti sampai disini. Mereka terus saja mengganggu Mentari mulai dari menyiram gadis itu dengan air comberan, menyembunyikan tas milik gadis itu, dan banyak hal lainnya. Hingga suatu ketika mereka melakukan hal yang sangat tidak terpikirkan oleh Mentari.
"Mentari kau di suruh ambil kursi didalam gudang dengan pak Budi." Ujar salah seorang siswa yang menghampirinya saat akan pulang karena jam sudah sangat sore sedangkan Ira dan juga Ita tidak pergi ke kampus hari ini karena kelas mereka sedang diliburkan sebab dosennya yang sedang sakit.
"Tapi kenapa harus aku ? aku juga tidak terlalu di kenal bagaimana pak Budi tau namaku." Ujar Mentari saat sudah mendekati gudang pada temannya yang berada di depannya itu.
"Maafkan aku Mentari mereka mengancam ku." ujar gadis itu dengan menatap nya.
Lalu tiba-tiba saja ada tangan yang membekapnya dari belakang dan mendorongnya dengan kuat hingga terduduk di lantai dalam gudang itu.
"Kalian ?." Mentari melihat ke arah sosok gadis yang selalu mengganggunya selama ini.
"Selamat tidur bersama tikus pecundang." Ujarnya.
"BRAK !" Pintu tertutup dengan rapat.
"Ester !! aku mohon buka pintunya ! ESTER !!..." Gadis itu terus berusaha membuka pintu tapi hasilnya nihil. Dengan cepat Mentari mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya tapi sayang baterainya telah habis total.
"Oh ya aku bawa casan pasti di tempat ini ada colokan bukan ?" Ujar gadis itu dengan meraba dinding tersebut.
"Ketemu ! bahkan dia juga menemukan saklar lampu di sampingnya."
"KLEK." Ruangan yang gelap itu berubah menjadi terang.
Tapi sayang sungguh sayang tenyata gadis itu meninggalkan casan handphone nya sehingga ia hanya mampu berdiam diri diatas lantai gudang tersebut.
"Ais kenapa harus hari ini aku lupa membawa casan huh." Ujarnya dengan frustasi.
Ia memandang seluruh ruangan tersebut lalu ia melihat sebuah jendela yang tidak cukup tinggi.
"Aku pasti keluar dari sini." Gumamnya dengan pelan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!