Jambi, 17 Februari 2024
...****************...
Selamat membaca..
Brum... Brum.... Brum...
Suara mobil yang dikendarai dengan kecepatan di atas rata-rata terdengar saling bersahutan dengan mobil yang lainnya.
Dua orang wanita dengan pakaian hitam berada di mobil tersebut dengan salah satunya menyetir mobil dan satunya lagi sedang membalut luka di lengannya dengan sapu tangan.
"Come on Mia! Ayo tunjukkan kemampuan mu yang sebenarnya! Aku tidak mau kita menjadi santapan lezat bajingan itu! " pekik wanita yang sedang mengikat sapu tangan tersebut dengan wajah geram.
"Shut up Helena! Diam saja di sana dan jangan mendikte ku jika kau masih ingin hidup! Cepat hubungi Albert jika kita membutuhkan bantuan! " bentak perempuan yang bernama Mia dengan sangat kesal.
"Fuck..! Sepertinya misi kita kali ini ada yang membocorkan nya karena selama ini kita tidak pernah ketahuan sedikitpun! Ada penghianat dalam tim kita atau dari petinggi di atas kita! " umpat perempuan yang bernama Helena dengan geram.
"Mungkin saja, sekarang kita fokus untuk selamat dulu malam ini! Berpegangan Helena! " sahut Mia sambil fokus menyetir mobil nya.
Tidak berapa lama dia buah mobil berhasil mendekati mereka dan membenturkan sisi mobil mereka hingga Mia banting stir ke kiri dengan tubuh terombang-ambing ke kiri dan ke kanan.
"Sialan mereka! Tembak mereka Helena sewaktu ada kesempatan! Aku akan mendekat kan diri di sisi kanan! " perintah Mia dengan geram dan membentur mobil lawan nya di sebelah kanannya hingga mobil lawannya berjalan di luar aspal.
Dor... Dor... Dor..
Helena melepaskan beberapa tembakan yang semuanya meleset dan Mia semakin kesal karena mereka di kepung dari sisi kanan dan kiri sekaligus.
"Oh Shitt... ! " umpat Helena saat mobil mereka di tembak lawan dari arah kiri namun berhasil di hindari Mia hingga yang terkena hanya bagian belakang mobil.
"Helena, beberapa meter lagi ada hutan! Akan aku arahkan mereka agar masuk ke dalam hutan tersebut! Bahan bakar kita sudah hampir menipis dan kita tidak mungkin terus melajukan mobil tanpa bahan bakar! " ucap Mia pelan.
"Oke, kita masuk ke hutan saja! Aku sudah mengirimkan sinyal darurat pada Albert dan mudah-mudahan mereka segera mencari kita setelah mendapat kan sinyal tersebut! " sahut Helena sambil memasukkan peluru di pistol yang ia pegang.
Dua buah pistol yang sudah terisi penuh ia selipkan di pinggang dan dua buah lagi ia serahkan pada Mia.
"Mia, jika terjadi sesuatu padaku tolong sampaikan permintaan maaf ku untuk Pierre karena aku tidak bisa mengabulkan permintaan nya! " ucap Helena tiba-tiba.
"No Helena! Kita pasti selamat dan kau sampaikan sendiri pada Pierre! " sahut Mia dengan gelengan kepalanya.
Mia berhasil mendahului mobil lawan nya dan langsung memasuki hutan dengan menambah kecepatan hingga mobil lawan nya tertinggal jauh di belakang.
"Kita berhenti di sana dan lebih baik kita melawan mereka di atas tanah bukan di dalam mobil! Ambil semua senjata yang masih ada! " ucap Mia dengan menghentikan mobil nya.
Dua perempuan tangguh itu bergegas keluar mobil setelah mengambil semua senjata yang bisa di pakai untuk melawan musuh.
Helena meringis karena lengannya tidak sengaja bergerak berlebihan hingga darahnya merembes ke sapu tangan yang tadi diikat nya.
"Ayo Helena kita harus cepat masuk ke hutan dan mencari tempat aman untuk berlindung! " teriak Mia dengan berjalan terlebih dahulu ke dalam hutan.
Dengan setengah berlari Helena mengikuti langkah Mia yang berjalan di depan nya memasuki hutan lebat yang tidak banyak di datangi orang karena terlihat menyeramkan dari luar.
Mereka masuk lebih ke dalam hutan yang tampak jarang di jamah tangan manusia.
"Hutan ini seperti belum di masuki manusia saking sulitnya medan yang di tempuh! " ucap Helena sambil menghalau ranting-ranting yang menggores tubuh mereka.
"Kau benar, karena hutan ini masih baru biasanya banyak binatang buas yang bersembunyi di dalam nya karena musuh kita bukan hanya manusia laknat itu tapi juga binatang buas yang ada di hutan ini! Tetap waspada dan tajam kan pendengaran di sekitar kita! " sahut Mia dengan mata awas berjalan di depan Helena.
"Aku mengerti! " jawab Helena patuh.
Entah mereka sial atau musuh yang terlalu hebat membuat lawan mereka yang di dalam mobil tadi berhasil menemukan mobil mereka yang berhenti di pinggir hutan.
"Sialan, mereka sepertinya masuk ke dalam hutan! Ayo berpencar mencari mereka hidup atau mati! Jangan biarkan dua wanita itu lolos jika kalian tidak mau menjadi santapan kucing si Bos! " perintah salah satu musuh Mia dan Helena sambil mengumpat dan menendang mobil nya dengan kesal.
Empat orang di sebelah barat dan tiga lagi di sebelah timur termasuk pria yang mengumpat tadi masuk ke dalam hutan dengan membawa senjata laras panjang di tangan nya.
"Bos, aku mencium bau darah di sini! " teriak rekannya yang di sebelah barat.
"Oke, ayo balik arah ke arah barat karena wanita sialan itu sudah pasti di sana! Dasar wanita sialan! Susah sekali membunuhnya hingga aku harus masuk ke hutan ini! " jawab pria yang mungkin pimpinan dari kelompok tersebut dengan umpatan nya.
Helena dan Mia istirahat sejenak di bawah pohon sambil meminum air di botol yang mereka bawa untuk melepas lelah.
"Makanlah roti ini untuk mengganjal perut! " ucap Mia menyerahkan sebungkus roti yang ia ambil dari dalam ransel yang di sandang.
"Thank you! Tampaknya hutannya semakin gelap dan kita harus mencari tempat berlindung dari cuaca dan binatang buas! " sahut Helena sambil mengunyah roti yang di berikan Mia.
"Kau benar! " ucap Mia juga sambil memakan roti nya.
Baru mau melepaskan penat nya terdengar suara yang berisik dari kejauhan.
"Suuttt, diam sebentar! Aku mendengar suara-suara! " bisik Mia dengan menutup mulut dengan telunjuknya dan menajamkan pendengaran nya.
"Oh shiit! Bajingan itu menemukan jejak kita Helena! Kita harus cepat pergi dari sini! " umpat Mia kesal.
Helena yang juga kesal karena lelahnya belum hilang langsung mengikuti langkah Mia masuk ke dalam hutan.
"Bos, itu mereka! " teriak musuh yang melihat punggung Helena dari jauh.
Dor... Dor... Dor...
"Aakhh.... ! " jerit Helena saat satu peluru menembus paha nya.
"Brengsek! " pekik Mia langsung balik badan bersembunyi di batang pohon dan ikut melepaskan peluru nya pada musuh hingga terdengar teriakan musuh yang ternyata mengenai dua dari tujuh musuh yang mereka hadapi.
Helena yang merasa gerakan nya terhambat akhirnya bersandar di bawah pohon besar sambil mengokang senjatanya.
"Mia, lari lah dulu masuk ke dalam hutan! Selamat kan dirimu dan biarkan aku yang menghadapi mereka di sini! Kau harus selamat agar bisa mencari tau siapa penghianat yang membuat kita seperti ini! " ucap Helena dengan wajah yang memucat karena kehilangan banyak darah.
"Tidak Helena, kita harus bersama-sama sampai mati! Kau adalah partner ku dan kita berdua harus selamat! " tolak Mia sambil meraih lengan Helena memapahnya agar berdiri.
"Tidak Mia, ini akan sia-sia! Aku memperlambat langkah mu dengan kondisi ku! Larilah Mia, biarkan aku menyelesaikan misi terakhir ku dengan mati terhormat! " ucap Helena pelan dengan mata penuh permohonan.
"Oh Shitt.. ! " Umpat Mia sambil menghalau air mata yang tiba-tiba turun di pipinya.
Dor... Dor... Dor...
Suara tembakan kembali terdengar hingga Helena kembali memohon agar Mia mengikuti perintahnya.
"Tangkap mereka! Jangan sampai lolos! " teriak musuh saat mereka berhasil menemukan Helena dan Mia.
"Larilah Mia, lari! " teriak Helena sambil melepaskan tembakan balasan ke arah musuh yang jaraknya hanya beberapa meter dari nya.
"Kejar yang satunya dan biarkan yang ini aku tangani! " teriak pimpinan musuh yang tersenyum menyeringai berjalan mendekati Helena sambil menodong kan senjata nya.
Tiga orang langsung berlari mengejar Mia yang masuk lebih dalam ke dalam hutan.
Mereka saling melepaskan tembakan hingga Mia terpojok karena peluru nya habis dan ada air terjun tidak jauh dari tempat ia berdiri.
Dor..
"Akh... " jerit Mia karena satu peluru menembus perut nya hingga ia memuntahkan darah segar.
"Menyerah lah Nona! Kau sudah di kepung dan ikut kami berkumpul bersama temanmu tadi! " ucap salah satu musuh dengan tersenyum penuh kemenangan.
"Dalam mimpi mu bajingan! " teriak Mia mengumpat sambil menjatuhkan dirinya ke dalam jurang air terjun.
"Perempuan sialan! " teriak musuh yang terkejut melihat Mia menjatuhkan dirinya ke jurang air terjun yang sangat tinggi.
Bersambung....
Jambi, 17 Februari 2024
...****************...
Selamat membaca..
"Aaaaaaaaaa! " teriak seorang perempuan dengan suara kencang yang melengking hingga langsung terduduk dari tidur panjangnya.
Teriakan kencang tersebut membangunkan semua orang hingga ke bangunan yang lainnya.
"Ai Lin... ! " gumam pria paruh baya yang juga ikut terbangun sambil bergegas keluar kamarnya.
"Tuanku, anda terbangun juga! " sapa seorang pelayan pria dengan menunduk hormat di samping pintu kamar.
"Itu suara Ai Lin pelayan Chu! " ucap pria paruh baya tersebut meminta pendapat pelayan nya.
"Benar Tuanku! " jawab nya dengan hormat.
"Ayo kesana pelayan Chu! Akhirnya Ai Lin ku sadar juga dari tidur panjang nya! " ajak majikannya dengan wajah sumringah.
Pelayan Chu mengikuti Tuannya dari belakang menuju Paviliun teratai tempat tinggal putri satu-satunya majikannya.
Tidak hanya pria paruh baya itu yang datang ke Paviliun teratai tapi juga dua pemuda tampan yang datang dengan wajah cemas pada adik bungsu mereka.
"Pei Lin, Wang Lin! Kalian datang juga? " ucap pria paruh baya itu saat berada di depan pintu kamar putri nya.
"Ayah... ! " sahut dua pemuda itu menyapa ayah mereka dengan hormat.
Sementara itu Mia yang tiba-tiba terbangun menjadi bingung saat mengamati tempat itu bukan seperti kamar nya atau rumah sakit.
"Ya Tuhan Nona, akhirnya Anda sadar juga! Saya akan memanggil Tuan menteri untuk ke sini! " seru seorang wanita muda dengan linangan air mata penuh haru mendekati Mia.
"Siapa kau?? Kenapa pakaian mu seperti itu? " tanya Mia dengan kening berkerut.
Perempuan muda itu membekap mulutnya sendiri mendengar perkataan Nona mudanya yang sama sekali tidak mengenal dirinya. Air mata perempuan muda itu bertambah deras mengalir di pipinya karena Nona nya tampak berbeda.
Brak..
Belum juga perempuan muda itu menjawab pintu kamar nya di buka paksa dari luar. Tiga orang pria dewasa dengan berbagai usia memasuki kamar tersebut dengan wajah panik dan cemas.
"Ai Lin, apa kau baik-baik saja? Mana yang sakit biar ayah panggilkan tabib untuk mengobatinya! " tanya seorang pria paruh baya dengan wajah cemas berjalan mendekat ke arah Mia.
Mia yang di panggil Ai Lin menjadi heran dan bingung. Apalagi pria tua itu memanggil dirinya dengan ayah yang mana Mia tidak punya ayah di dunia nya hingga membuat Mia semakin berlipat kerutan di kening nya.
"Maaf, Tuan siapa? Saya bukan Ai Lin tapi Mia! Dimana ini dan kenapa saya ada di sini? " jawab Mia dengan raut wajah yang bingung terlebih lagi melihat pakaian aneh yang mereka kenakan termasuk pakaian nya.
Mendengar perkataan Mia, pria paruh baya itu menghela napas nya dan langsung memasang wajah datar.
"Selain aku dan anak-anak ku silahkan keluar dari ruangan ini! Pei Lin, tutup pintu nya rapat-rapat! " perintah pria paruh baya tersebut dengan suara tegas penuh wibawa.
Dua orang pelayan wanita yang tadi di kamar itu langsung keluar begitu mendengar perintah Tuan besar mereka.
Pria paruh baya itu mengeluarkan cahaya berwarna ungu terang yang perlahan menyelimuti semua ruangan yang Mia tempati.
"Kamar ini sudah ayah pasang pelindung hingga tidak ada satupun yang mendengar kan pembicaraan kita! " ucap pria yang mengaku ayah itu sambil mengambil tempat duduk di samping Mia yang masih terkejut melihat apa yang terjadi di depan nya.
"I-itu sihir??? " ucapnya dengan wajah shock.
"Mei-mei, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau sangat berbeda sekali! Gege sangat merindukan mu Mei-mei! " tanya Pei Lin anak tertua dengan wajah sendu.
"Kau juga tidak mengenali kakak kedua mu Mei-mei! " tambah Wang Lin ikutan sedih.
"Kalian bicara apa? Aku tidak mengerti! Kenapa aku bisa ada disini? Ya Tuhan, tempat apa ini? " ucap Mia masih belum mengerti apa yang telah terjadi padanya.
"Minumlah dulu, kau pasti terkejut tiba-tiba berada di tempat ini! " ucap pria paruh baya yang duduk di samping nya sambil mengulur kan sebuah cangkir tembaga yang sudah berisi air putih.
Karena tenggorokannya kering Mia menerima cangkir tersebut dengan tangan yang gemetaran.
"Terimakasih Tuan! " sahut Mia sopan.
"Ayah, aku ayah mu! Nama mu Zhao Ai Lin! " ujar pria paruh baya itu lagi dengan penuh penegasan.
"Tuan jangan bercanda, saya bukan Ai Lin tapi saya Mia! M-i-a! " sahut Mia menggelengkan kepalanya dengan menekankan ejaan namanya.
Pria paruh baya yang mengaku ayahnya itu menghela napas panjang sembari kembali duduk di sisi ranjang Mia.
"Wang Lin, ambilkan cermin dan berikan pada adikmu! " perintah pria tua itu dengan tegas.
Wang Lin langsung beranjak dari duduk nya mengambil sebuah cermin bulat yang berada di atas meja kecil di kamar tersebut. Ia lalu mendekati Mia yang masih duduk di atas ranjang nya dengan berbagai macam pikiran.
"Ambil cermin itu dan lihat lah wajah mu! Aku tidak peduli kau siapa, yang jelas saat ini kau adalah putri ku Zhao Ai Lin. " ucap pria paruh baya itu lagi dengan penuh penekanan.
Mia mengambil cermin bulat yang di sodorkan pria muda yang mengaku kakaknya. Begitu ia melihat siapa yang di cermin Mia langsung berteriak histeris karena itu bukan wajahnya.
"Aaaaaaaaa.. ! I-itu bukan wajah ku? Kenapa aku bisa di sini? Tubuh siapa ini? " teriak Mia histeris sambil meraba-raba wajahnya.
Untung saja karena kaget ia tidak melemparkan cermin itu, Wang Lin yang melihat adiknya menjerit histeris langsung merebut cermin itu dan menaruhnya kembali di meja kecil.
"Pei Lin, Wang Lin! Kalian ingat Ai Lin sekarat saat berusia 3 tahun? Di saat itulah roh kakek kalian mendatangi ayah dan mengatakan jika jiwa adik kalian tidak mampu membendung kekuatan istimewa keluarga kita yang ada di dalam tubuhnya. Suatu saat nanti jiwa adik kalian akan pergi dan digantikan jiwa yang kuat meskipun itu jiwa yang lain. Sekarang itu lah yang terjadi pada Ai Lin, jiwa adik kalian sudah pergi pada saat ia dalam masa vegetatif 3 bulan ini dan jiwa lain yang menempati tubuh nya! " ucap pria paruh baya dengan wajah serius.
"Aku tidak peduli ayah, meskipun jiwanya jiwa asing tapi tubuhnya adalah Ai Lin ku dan akan selamanya menjadi Ai Lin ku, adik kecil kesayangan ku! " sahut Pei Lin tegas.
"Aku juga ayah! Siapapun jiwa nya dia tetap Mei-mei kecil ku! " tambah Wang Lin juga.
Mia yang telinga nya peka mendengar semua perkataan mereka dengan jelas meskipun saat ini pikiran entah kemana.
"Ya Tuhan?? Bagaimana bisa aku terdampar di zaman ini? Sepertinya ini zaman china kuno! Lihatlah pakaian mereka dan pakaian ku seperti pakaian Dilraba Dilmurat yang main film kolosal yang sering di tonton Helena dulu! Helena, yah Helena! Bagaimana keadaan Helena di dunia ku? Apakah ia selamat atau ia juga mati seperti ku? Keanehan ini benar-benar membuat kepalaku pusing! " batin Mia sembari memijit kepalanya.
Bersambung...
Jambi 19 Februari 2024
...****************...
Selamat membaca...
Mia atau sekarang di panggil Ai Lin sedang membersihkan diri di bantu dua pelayan di bilik pemandian.
Sebenarnya ia risih, tapi ia tidak bisa menolak karena di zaman ini tugas pelayan sampai sejauh itu, apalagi Ai Lin tidak bisa memakai pakaian nya seorang diri karena ia sama sekali tidak paham cara memakai hanfu kuno itu.
"Nona, keringkan tubuh anda biar tidak masuk angin! " tegur salah satu pelayan yang membantunya karena Ai Lin melamun di dalam bak air.
"Ah iya, " sahut Ai Lin tersadar dari lamunan nya tentang masa depan nya di zaman ini.
"Huft, semangat Mia! Sekarang diri mu sekarang adalah Ai Lin yang mempunyai keluarga yang menyayanginya dan punya banyak uang! Tidak seperti dirimu yang dulu anak yatim piatu yang tidak tau siapa orang tuanya dan miskin lagi hingga harus bekerja keras untuk hidup! Sekarang mungkin waktu mu untuk menikmati hidup dengan keluarga yang baru! Kesempatan tidak datang dua kali Mia, jadi semangat lah! " gumam Mia alias Ai Lin lirih yang hanya dia sendiri yang bisa mendengar nya.
Ai Lin keluar dari bilik mandi dengan menggunakan kain tipis berwarna putih yang menutupi bagian sensitif nya.
"Meskipun tidak seperti di zaman ku tapi setidaknya pakaian dalam ini lumayan juga untuk membungkus asetku! " celutuk Ai Lin saat berada didalam kamar nya.
Sudah ada dua pelayan lagi yang berdiri di depan ranjang nya. Tanpa banyak perintah dua pelayan tersebut memakaikan pakaian yang berwarna lembut sesuai keinginan Ai Lin yang suka dengan warna-warna lembut seperti soft pink, pastel, ungu muda, hijau muda dan putih.
Tidak hanya itu, mereka juga menata rambut hitam panjang milik Ai Lin dengan kepangan kiri kanan lalu di ikat ke belakang dengan di beri hiasan jepitan bermotif bunga anggrek.
"Ya Tuhan Nona, anda cantik sekali! Wajah anda sungguh cerah dan berwarna! Siapapun yang melihat anda pasti tidak akan berpaling melihat yang lain! " ucap salah satu dari empat pelayan yang melayani nya di kamar.
"Benarkah? Memangnya dulu wajahku tidak secerah ini? " sahut Ai Lin yang juga mengagumi kecantikan wajah yang ia miliki di depan cermin.
"Anda dulu selalu murung dan wajah anda tampak pucat karena kondisi tubuh anda yang lemah Nona! Tapi sekarang semenjak anda terbangun dari tidur panjang, wajah Nona sangat cerah dan juga sangat bercahaya! Nona seperti terlahir kembali! " jawab pelayan itu dengan sangat antusias memberikan pendapat nya.
"Iya Nona, benar yang dikatakan Xia Lu! Kami dulu sedih melihat anda yang selalu murung, tidak bersemangat, dan selalu menolak jika di ajak keluar dari Paviliun teratai! Karena anda selalu mengurung diri di kediaman makanya banyak gosip miring tentang Nona di Kerajaan! " tambah pelayan yang satu nya ikut bicara.
"Jadi begitu? Siapa namamu? Aku lupa! " ucap Ai Lin sembari mengangguk paham.
"Saya Shu Yan Nona, dan yang bicara pertama tadi Xia Lu! " jawab pelayan tersebut dengan sopan.
Ai Lin mengangguk pelan dan tak lama terdengar ketukan pada pintu kamarnya.
"Nona, Tuan Menteri meminta Nona untuk datang ke ruang kerjanya ! " ucap salah satu pelayan yang mungkin dari Paviliun ayahnya.
Ai Lin mengangguk paham dan berjalan mengikuti pelayan itu keluar kamarnya dengan di ikuti empat pelayan yang tadi melayaninya termasuk Xia Lu dan Shu Yan.
Ternyata jarak dari Paviliun teratai tempat tinggalnya lumayan jauh dengan Paviliun ayahnya Menteri Pertahanan Zhao Wei Hu di Kerajaan Tang atau lebih dikenal dengan Dinasti Tang.
Sekarang Mia alias Ai Lin berada di zaman Dinasti Tang pada abad ke 635 M pada pemerintah Raja Tang Zou Li di masa itu. Dinasti Tang berkuasa di Tiongkok selama tiga abad yaitu dari tahun 618-907 M sebelum akhirnya runtuh dan di ganti dengan Dinasti Sui.
Ayah Ai Lin Zhao Wei Hu salah satu Menteri yang bekerja di Dinasti Tang dengan menjabat sebagai Menteri Pertahanan yang memiliki kekuatan militer turun temurun dari keluarga Bangsawan Zhao di masa lalu.
"Apakah ayah memanggil ku kesini? " tanya Ai Lin saat melihat ayahnya bukan di ruang kerja tapi sedang duduk santai meminum teh di sebuah Gazebo sebelah utara Paviliun Matahari.
"Minum teh dulu di sini bersama ayah! Apa kau sudah makan? " ucap Menteri Zhao sambil mengangkat cangkir tehnya di hadapan Ai Lin.
"Huh, ayah mengabaikan pertanyaan ku! " sungut Ai Lin dengan wajah cemberut.
Meski begitu ia pun mengambil tempat duduk di kursi sebelah kanan ayahnya.
Menteri Zhao terkekeh melihat wajah cemberut anak kesayangannya yang tampak cerah dan bersinar dengan tubuh nya yang sekarang.
"Apa makanannya sesuai dengan seleramu? Bagaimana perasaan mu setelah dua hari bangun dari tidur yang panjang? " tanya Menteri Zhao dengan lembut sambil mengusap lembut pipi mulus putri nya.
"Makanannya enak ayah dan aku menyukai nya! Meskipun aku belum mengenal seluk beluk kediaman kita tapi aku nyaman di sini dan sepertinya tidak lama lagi aku ingin pergi keluar melihat keadaan di luaran sana! " jawab Ai Lin dengan wajah antusias.
"Tidak boleh! Selama tiga bulan dari sekarang kau di larang keluar dari kediaman kita tanpa seizin ayah dan kedua kakak mu! " sahut Menteri Zhao dengan tegas.
"Ayah... ! Kenapa aku di larang keluar dari kediaman?? Aku kan ingin melihat dunia luar! " rengek Ai Lin dengan penuh permohonan menampilkan muka imutnya pada sang ayah.
Menteri Zhao memaling kan wajah nya kesamping agar tidak termakan rayuan sang putri yang memasang wajah memelas yang sangat imut itu.
Para pelayan yang ada di tempat itu ikutan gemes melihat tingkah Ai Lin yang seperti kucing imut yang minta di elus dan di gendong.
"Ayo kita ke ruang kerja ayah dan akan ayah jelaskan di sana! Pelayan Chu, bawa teh dan camilannya ke ruang kerja ku! " ucap Menteri Zhao pada Ai Lin dan memberikan perintah pada pelayan nya.
"Baik Tuan Menteri! " sahut pelayan Chu patuh.
Dengan wajah cemberut dan bibir mengerucut ke depan Ai Lin mengikuti langkah kaki ayahnya dengan ogah-ogahan karena di larang keluar dari kediaman.
Ia masuk ke sebuah ruangan yang sangat luas dengan berbagai macam buku tertata rapi di semua rak yang ada di ruangan itu. Sebuah meja dengan beberapa kursi mengelilinginya seperti meja pertemuan dengan banyaknya tumpukan kertas di meja tersebut.
Tidak hanya itu, ada sebuah balai-balai seperti sebuah sofa untuk bersantai dengan beberapa bantal duduk yang di sediakan.
"Letakkan di sana dan tunggu di luar! " perintah Menteri Zhao pada pelayan Chu dengan menunjuk meja kecil di samping meja kerjanya.
Pelayan Chu memerintah bawahan nya untuk menaruh teh dan camilannya di meja yang di tunjuk Menteri Zhao.
Setelah selesai mereka memberi hormat sebelum keluar dan menutup pintu. Lagi-lagi Menteri Zhao mengeluarkan cahaya ungu terang dari tangan nya untuk membuat pelindung agar pembicaraan nya tidak bisa di dengar orang lain.
"Ayah punya alasan jelas melarang mu keluar dari kediaman ini selama tiga bulan Ai Lin! " ucap Menteri Zhao sambil duduk di kursinya.
"Apa alasan nya ayah? " tanya Ai Lin penasaran.
"Ayah ingin kau melatih tubuh dan kekuatan mu selama tiga bulan ini agar kekuatan istimewa di dalam tubuh mu berkembang sempurna! " jawab Menteri Zhao lagi.
"Ayah ingin aku menjadi kuat begitu? " tebak Ai Lin.
"Anggap saja begitu dan mulai besok aku akan memulai pelatihan dengan ayah yang akan menjadi guru mu! " sahut Menteri Zhao penuh penekanan.
"Apa??? " pekik Ai Lin shock.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!