NovelToon NovelToon

Cintaku Kembali

Susan

Seorang gadis kecil terlihat menyebrang jalan, berusaha mengejar bola mainannya yang menggelinding. Tampak sebuah mobil mendekat ke arah gadis kecil itu. Bukannya mengerem malah mobil itu semakin menancapkan gasnya. Seorang lelaki mengejarnya dan berusaha untuk meraihnya. ibu gadis itu melihat anaknya yang berlarian mengejar bola di jalanan juga segera lari karena melihat ada mobil mendekat. Namun terlambat, gadis itu tertabrak bersama lelaki yang berusaha menyelamatkannya dan mobil yang menabraknya kabur begitu saja.

"Alea, sayang. Bangun nak, bangun." Teriak ibu itu pada anaknya yang sudah tergeletak lemas di pangkuannya dengan darah yang mengalir dari belakang kepalanya.

"Rudi, bangun Rud." teriak ibu anak itu juga kepada lelaki yang berusaha menyelamatkan anaknya.

Orang orang di sekitarnya segera memanggil ambulans untuk menyelamatkan gadis kecil itu. Ada juga yang memeriksa keadaan lelaki itu. Tak lama ambulans datang, dan segera membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat.

Dua belas tahun kemudian.

Pagi yang cerah, seperti biasanya Susan berangkat ke sekolahnya. Setiap hari, Susan berangkat naik sepeda, karena jarak sekolah yang tidak terlalu jauh. Susan bersekolah di SMA negeri karena otaknya yang lumayan pintar jadi dia dengan mudahnya masuk sekolah negeri. Keluarga Susan juga golongan menengah ke bawah, makanya Susan berusaha agar selalu rajin belajar agar dapat beasiswa dan tidak menyusahkan keluarganya untuk urusan biaya sekolah.

Disekolah ada panggilan rapat untuk anggota ekskul pramuka. Susan salah satunya. Setelah semua berkumpul di aula sekolah, rapat pun dimulai oleh pak Joko ketua Organisasi pramuka di sekolahnya.

Pak Joko mengatakan kalau di sekolah akan diadakan acara minggu depan. Dan akan banyak peserta dari sekolah lain yang akan ikut serta dalam acara ini. Sedangkan Susan dan teman temannya diminta menjadi panitia acara ini. Susan menjadi seksi dokumentasi bersama Deni temannya.

Setelah satu minggu berlalu, persiapan acara besok sudah selesai. Susan berharap acara akan berjalan dengan lancar dan sukses. Karena mungkin ini adalah acara yang terakhir sebelum dia melepas jabatannya sebagai anggota pramuka sebelum menghadapi UAN.

Hari ini Susan berangkat pagi sekali, karena harus persiapkan tempat untuk penyambutan peserta acara yang pagi ini akan datang. Satu persatu bis dari sekolah lain yang mengangkut peserta telah datang. Susan tak menyangka kalau akan sebanyak ini. Ternyata banyak teman semasa SMPnya dulu yang ikut. Salah satunya adalah Aril, Susan tak menyangka kalau akan ada teman SMPnya yang akan mengenalinya seperti Aril. Karena Susan bukan termasuk anak yang mudah bergaul makanya dia ikut ekskul pramuka agar dapat banyak teman.

"San.." panggil Aril.

"Iya..ada apa?"sahut Susan.

" Ingat aku tidak?" tanya Aril.

Susan berfikir sebentar untuk mengingat, kemudian dia tersenyum dan menjawab," Aril ya..?".

"Ingat ternyata, ngapain disini?".

"Nggak liat nih..?"jawab Susan sambil menunjukan kartu pengenalnya.

"Ohh..duluan ya," kata Aril sambil berlari mengejar teman temannya yang sudah masuk lebih dulu.

Acara demi acara berlalu, tugas Susan sebagai seksi dokumentasi tidak begitu merepotkan, karena ada si Deni yang lebih dominan, katanya ngambil gambar sambil tebar pesona. Ya suka suka dia lah yang penting acaranya berjalan dengan lancar. Susan kadang selama acara hanya duduk santai di belakang mengamati acara tanpa sekalipun melaksanakan tugasnya, mau bagaimana Deni tidak memberinya kesempatan sekalipun. Sampai sampai Susan ditegur sama ketua panitia si Raffi.

"San kenapa hanya duduk terus? kamu nggak gantian sama Deni? Dari tadi ku lihat dia terus yang pegang kamera,, kamu tak pernah sekalipun,."

"Maaf kak, sebenarnya yang minta Deni sendiri, katanya sambil tebar pesona kali aja ada cewek yang kecantol,, hehe." jawab Susan jujur. Susan berani bicara santai memang kak Raffi orangnya nggak terlalu serius kalau bicara dengan temannya di luar acara. Kak Raffi pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.Lalu memanggil Deni.

"Den..!!" teriak kak Raffi.

Deni yang mendengar namanya dipanggilpun segera berlari menuju kak Raffi, "Ada apa kak?".

"Biarkan sekali sekali Susan melakukan tugasnya, jangan biarkan dia makan gaji buta." sambil bercanda menoyor kepala Deni.

"Kok jadi aku yang salah??" bantah Susan. Deni pun mengerti dan menyerahkan kameranya ke Susan.

"Sudah nggak usah nglawan perintah." jawab Deni. Susan hanya mendengus kesal. Kak Raffi dan Deni kemudian tertawa melihat Susan

Acarapun berlalu dengan cepat, waktunya istirahat. Di lorong sekolah Susan bertemu lagi dengan Aril yang menyapanya dulu.Susan hanya tersenyum sambil berlalu, karena dia sangat lelah. dan ingin segera tidur malam ini. Besok masih banyak acara lagi.

Acara pagi ini dimulai dengan olahraga di lapangan, Susan berada di barisan tengah bercampur dengan peserta. Dia melakukan olahraga dengan setengah hati, karna tubuhnya rasanya remuk semua, tidak terbiasa tidur dilantai. Semalam dia tidur di lantai seperti yang lain, dia bisa tidurpun karna sudah di puncak kelelahannya. Sampai pagi ini bangun pun masih terasa lelah. Aril yang berada di sampingnya terus memperhatikannya. Tetapi Susan tidak menyadari kehadiran Aril, dia sibuk menguap sesekali dan mengucek matanya menahan kantuk. Sampai Aril menyapanya dulu.

"Hei San,?!"

Susan menoleh sambil menutup mulutnya yang menguap. Susan kaget, sekejab ngantuknya langsung hilang, karna malu dilihati oleh Aril.

"Iya, sejak kapan kamu disitu?" jawab Susan.

"Ya udah dari tadi lah, kamunya aja yang gak nyadar ada cowok ganteng disebelahmu, karna sibuk ngantuk."

"Hehe, tau aja, kamu perhatiin dari tadi ya?" tanya Susan.

"Iya, mang kenapa ngantuk gitu?"

"Nggak bisa tidur semalam, nggak biasa tidur dilantai, bisa tidur udah sekitar jm 2an, mangkanya masih ngantuk banget." jelas Susan.

Mereka pun melanjutkan olahraganya, setelah selesai dilanjut dengan sarapan dan bersiap siap untuk acara selanjutnya.

Susan segera sarapan dulu, ya menu nasi bungkus seperti biasanya kalau ada acara seperti ini isinya ya nasi mi dan telur. Susan masih merasa malu karena kejadian tadi pagi itu. Bisa bisanya dia tidak menyadari sedang diamati oleh Aril. Lagi ngantuk lagi.

Acara pertama pagi ini dimulai, pengisi acara pak Joko sendiri. Beliau memberikan materi seputar kehidupan sosial dalam keluarga. Semua peserta memperhatikan, kecuali Susan. Kali ini Susan bertugas dulu, bawa kamera. Foto sana, foto sini, mondar mandir, membuatnya lelah juga.

"Kayak gini si Deni suka banget, capek gini, katanya enak sambil tebar pesona. Ini gara gara kak Raffi nih, coba kemaren dia nggak tegur aku pasti lagi nyantai nih aku duduk di belakang." kata Susan dalam hati.

Tiba di akhir acara, Susan mengambil gambar dari barisan tengah. Sambil berjongkok, eh nggak tahunya, yang duduk disampingnya itu si Aril. Susan menggerutu dalam hati, "K**enapa bisa ketemu lagi sih, kan masih malu soal tadi pagi." Susan hanya tersenyum melihatnya. Lalu melangkah pergi.

Susan berusaha menghindari Aril karena malu. Di acara selanjutnya Susan menyerahkan kamera ke Deni, bergantian alasannya. Padahal alasan sebenarnya agar bisa menghindar dari Aril. Susan duduk di deretan belakang yang masih ada beberapa kursi kosong. Sesaat sebelum acara dimulai ada beberapa peserta yang baru masuk, Susan tidak memperhatikannya ternyata salah satunya Aril dan dia memilih duduk di samping Susan. Susan yang menoleh karna ada seseorang yang duduk disampingnya, langsung kaget ternyata yang di niati untuk dihindari malah sekarang duduk bersebelahan. Susan menepuk dahinya pelan sambil membuang tatapannya ke arah lain.

"Hai," sapa Aril.

"Hi juga" jawab Susan, memaksakan dirinya untuk menatap Aril.

"Sudah nggak ngantuk lagi?"

Susan menggelengkan kepalanya, pipinya merah karena malu, kenapa bahas ngantuk lagi sih, gerutu Susan dalam hati.

"Mohon perhatiannya, acara akan segera di mulai mohon mematikan ponsel atau mensilentnya, agar tidak mengganggu acara nantinya, terima kasih," pengumuman dari kak Raffi.

Acara pun dimulai, semua peserta memperhatikan. Susan dan Aril pun menyudahi obrolannya.

Cinta Deni untuk Susan

Susan dan Aril menyudahi obrolan mereka, acara segera dimulai.

Selama acara Susan tidak merasa tenang, karena merasa kalau Aril sedari tadi memperhatikannya. Sampai sampai untuk menoleh ke arahnya pun tak berani karena takut beradu tatap. Tapi tak lama kemudian, Aril mengajak Susan bicara.

"Susan..?" panggil Aril setengah berbisik, karena takut mengganggu acara.

"Iya," jawab Susan.

"Kamu kenapa ikut ekskul pramuka?" tanya Aril.

"Maksudnya?"

"Ya, kenapa ikut pramuka? Kan ada ekskul lain yang lebih ke hobi kebanyakan cewek, kayak tari atau musik gitu." jelas Aril.

"Owh itu karena emang aku mau punya banyak teman tanpa harus susah susah mendekati mereka, karna di pramuka kan di utamakan kebersamaan. Dan lagi di pramuka tidak membedakan gender, mau cowok atau cewek bisa masuk bahkan tanpa keahlian khusus." jawab Susan.

"Emang kamu gak takut waktu ada uji mental?" tanya Aril lagi.

"Hidupku udah keras, kalau cuma uji mental di pramuka aku anggap hanya angin lalu." ucap Susan.

"Enteng banget kayaknya, aku saja yang cowok kadang suka ngeri kalau udah lihat kakak kakak kita itu marah marah apalagi kalau mereka sedang mencari cari kesalahan kita." kata Aril.

"Ya santai aja sih, kan yang terpenting kebersamaan. Kalau sampai aku melakukan kesalahan kan nggak akan aku saja yang kena marah tapi semua akan kena marah, pokoknya di pramuka kita hidup atau mati kita harus bersama." jawab Susan disertai senyum manisnya.

Susan dan Aril masih terus mengobrol hingga berhenti karena dikagetkan oleh Deni yang tiba tiba duduk di samping Susan dan menyuruh mereka menyudahi obrolan mereka.

"Susan udahan dulu kalau ngobrol, gantian nih aku capek." titah Deni sambil menyerahkan kameranya. Susan menerima kamera itu dan langsung berdiri.

"Aku bertugas dulu," pamit Susan pada Aril. Aril menjawab hanya dengan anggukan dan senyumannya.

"Ya elah gitu aja pamit, nggak akan di ambil cewek lain kok tenang aja, aku jagain," sahut Deni sambil menaik turunkan alisnya yang tebal itu. Susan tanpa menyahut perkataan Deni langsung memukul bahu Deni sedikit keras hingga si empunya melenguh kesakitan. Bahkan lenguhannya sedikit dibuat buat. Susan yang melihat itu malah makin kesal apalagi saat Deni mulai bicara lagi.

"Mas mau aja sama cewek kasar kayak dia, putusin aja. Ntar aku kenalin sama teman cewek ku yang lebih cantik dan nggak maen kasar kayak dia," kata Deni.

"Hehh, emang situ punya kenalan cewek cantik? perasaan dari kemaren gagal terus kalau mau deketin cewek sok sok an mau kenalin cewek sama dia. Dasar jomblo akut." cibir Susan sambil melangkah pergi menyudahi perdebatan mereka yang tidak berfaedah itu.

Deni kesal karena memang perkataan Susan tak dapat disangkalnya. Deni memang udah setahun ini menjomblo, bukan karena nggak laku tapi udah ada seseorang yang telah mengisi hatinya. Dan seseorang itu masih belum tahu akan perasaan Deni pada orang itu.

Deni pov.

Kak Raffi memanggilku, aku segera berlari menghampirinya. Ternyata aku ditegur karena aku melakukan tugasku sendiri tanpa mau bergantian dengan Susan. Memang aku yang meminta dengan alasan ingin tebar pesona pada cewek cewek yang ikut serta dalam acara ini. Sebenarnya bukan itu alasan utamanya, karena aku tak ingin melihat Susan kacapekan. Walau tugas ini terlihat mudah, nyatanya tugas ini melelahkan juga. Karena saat semuanya hanya duduk diam mendengar materi, tugasku membuatku selalu bergerak kesana kemari untuk mengambil gambar.

Dengan berat hati aku menyerahkan kamera yang ku bawa itu pada Susan. Susan pun menerimanya yang kemudian segera melanjutkan tugasku.

"Perhatian sih perhatian tapi nggak gitu juga caranya. Dia bisa dianggap tidak bertanggung jawab akan tugasnya." kata kak Raffi setelah Susan pergi menjauh dari kami.

"Iya, maaf." ucapku pada kak Raffi. Kak Raffi memang mengetahui perasaanku pada Susan, karena selama ini aku selalu cerita padanya. Aku akan lebih berhati hati lagi, jangan sampai aku malah membuat masalah untuk Susan.

Aku mulai menyukai Susan sejak kami pergi kemah tahun lalu. Saat itu aku sedang kesulitan saat mau menyalakan api untuk memasak menggunakan kayu bakar, memang tenda putra dan putri dari sekolah kami bersebelahan jadi Susan melihatku yang kesulitan. Kemudian dia membantuku untuk menyalakan apinya. Aku tak menyangka kalau dia malah begitu mudahnya menyalakan apinya, karena ku pikir dia seperti cewek lainnya yang tidak suka berkutat dengan kegitan dapur, ternyata aku salah. Susan bilang kalau dia terbiasa di dapur bahkan dia sering menggunakan kayu bakar ketimbang kompor saat memasak. Aku kagum dengannya, sudah pintar, cantik, dan padahal usianya juga masih muda tapi sudah terbiasa dengan urusan dapur.

Setelah menyalakan apinya, aku mulai memasak karena aku dapat tugas bagian masak, tentu saja dibantu Susan yang sudah menawarkan bantuannya tadi dan aku segera menerimanya. Saat memasak Susan semakin terlihat cantik apalagi dengan penampilan sederhananya itu, semakin membuat jantungku berdebar lebih kencang. Aku yang melamun saat itu dikejutkan panggilan Susan kepadaku.

"Deni.. Denii..!!? Susan sedikit berteriak memanggilku, karena aku yang tidak menjawabnya.

" Iya, butuh apa?" tanyaku.

"Kalau boleh minta tolong, ikatkan rambutku, gerah banget nih. Tanganku terlanjur kotor, nanggung. Tuhh, ada karet di kresek bekas sayur tadi. Tolong ya." pinta Susan. Dan tentu dengan senang hati aku membantunya.

" Tapi gak pa pa nih, kan bekas sayur. Nggak takut kotor nih?" tanya ku sambil mengambil karet yang ditujuk Susan tadi.

"Iya gak papa bentaran doang, buruan," jawab Susan.

Akupun tidak menunggu lama, langsung aku ikat rambutnya dengan karet yang ku ambil tadi. Aku mengikat rambutnya tinggi dan aahh..aku mencium harum rambutnya, membuatku semakin menyukainya.

Sejak saat itu aku diam diam sering memperhatikan Susan, berusaha untuk mendekatinya. Namun sepertinya Susan sangat fokus untuk belajar dan tidak menyadari kalau aku mendekatinya untuk bisa lebih dari seorang teman untuknya. Aku terkadang perhatian padanya tapi terkadang sengaja juga untuk mengganggunya. Itu ku lakukan agar selalu ada alasan untuk berada di dekatnya.

Seperti saat ini, aku sedang melihatnya sedang bertugas. Kasian aku padanya, kelihatan sekali kalau dia sudah lelah, tak lama setelah itu dia menghampiriku dan menyuruhku untuk menggantikan tugasnya. Aku pun dengan senang hati melakukannya, sampai acara selesai.

Setelah istirahat sebentar, acara dimulai lagi. Aku masih melakukan tugasku, aku lihat Susan duduk di bangku paling belakang. Sesekali aku mencuri waktu untuk melihatnya di belakang. Aku melihat ada seseorang yang duduk disamping Susan, seorang cowok yang beberapa kali selalu menyapa Susan saat berpapasan di jalan atau dalam acara ini dari kemarin. Aku melihat Susan sepertinya dia sudah lama mengenal cowok itu, karena mereka terlihat akrab saat bicara. Bahkan sesekali aku melihat Susan tersenyum sambil memandang cowok itu. Lebih tepatnya Susan senyum tersipu malu. Apa ini, bahkan saat bercanda denganku pun dia tidak pernah tersenyum seperti itu. Lama lama aku tidak tahan juga, iya aku cemburu melihatnya. Aku segera menghampiri Susan dan menyuruhnya untuk bergantian. Dengan sedikit berdebat, akhirnya dia pergi juga. Dan sekarang aku yang duduk di sebelah cowok yang mengobrol dengan Susan tadi.

"Hai gue Deni, lo siapa?" tanyaku sambil menyodorkan tanganku untuk bersalaman dengannya.

"Gue Aril." jawabnya singkat.

"Udah lama kenal Susan? sepertinya kalian akrab sekali." tanyaku lagi.

"Lumayan, dia teman smpku dulu." jawab Aril.

Aril menyatakan cinta

"Udah lama kenal Susan? sepertinya kalian akrab sekali."tanyaku lagi.

"Lumayan, dia teman smpku dulu." jawab Aril.

"Oh gitu, jadi kalian udah deket dari dulu?" tanyaku lagi.

"Tidak juga, aku baru ketemu dia lagi kemarin sejak lulus smp. Memang kenapa kau ingin tahu sekali seperti apa hubunganku dengannya? Apa kau juga menyukainya?" jawab Aril dan berbalik bertanya.

"Juga? maksudnya?," tanyaku berpura pura tidak mengerti.

"Sudahlah mengaku saja, akupun menyukainya. Jangan salahkan aku kalau aku akan mendahuluimu untuk menyatakan cintaku. Jika dia menerimaku maka jangan pernah mengungkapkan perasaanmu dan tetaplah jadi sahabatnya." terang Aril panjang lebar.

Aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa menebak hatiku begitu mudah. Apa terlihat sekali dari tingkahku. Baru pertama kali dia melihatku dia langsung bisa mengerti hatiku, tapi kenapa Susan yang setiap hari bersamaku malah tidak menyadarinya.

"Apa hakmu menyuruhku seperti itu, aku akan menjadikan dia milikku. Jadi kau jangan terlalu berharap." kataku tegas dengan menatapnya tajam.

"Terserah padamu." jawab Aril acuh.

Setelah perbincangan yang sedikit membuat otakku panas, aku jadi berfikir bagaimana caraku menyatakan cintaku pada Susan. Selama ini aku belum punya keberanian untuk itu, sekarang malah ada saingan. Bagaimana kalau sampai Susan juga munyukai cowok itu. Apa aku bisa menerima kenyataannya nanti. Hahh, aku jadi tambah kesal memikirkannya.

Aku mengalihkan pandanganku, mencari sosok Susan. Ternyata dia juga memandangku, ah tidak ternyata. ketika aku menoleh pada Aril, Aril juga sedang melihat Susan kemudian tersenyum padanya, dan ku lihat Susan juga membalas senyumnya. Tak lama setelah itu Susan melihatku, aku langsung tersenyum padanya. Tapi tak ku sangka balasannya bukan senyuman, mukanya malah terlihat kesal saat melihatku. Aku sudah bisa menebak isi hati Susan. Sepertinya kali ini aku akan patah hati.

Susan pov.

Kenapa juga Deni tiba tiba datang dan mengganggu ku. Baru juga sebentar acaranya dia udah minta gantian tugas. Padahal aku udah mulai nyaman ngobrol dengan Aril, rasa maluku karena kejadian tadi pagi sudah hilang entah kemana. Tambah kesal lagi Deni menggodaku secara tidak langsung dia menganggap aku sedang berpacaran dengan Aril. Raut mukaku tidak terbayangkan, saat mendengar perkataan Deni. Aku sangat malu pada Aril, dengan cepat tanganku langsung memukul bahu Deni. Malah Deni membuatku tambah kesal dengan mengaduh kesakitan yang sangat dibuat buat, padahalkan aku tidak memukulnya dengan keras. Rasanya kalau saat ini tidak berada di acara seperti ini aku akan menhajar Deni sekuat tenagaku. Untung pikiranku masih bisa jernih menghadapi tingkah Deni yang menyebalkan itu. Selelah mengaduh aduh ria diapun masih menggodaku, hish ingin sekali aku menyumpal mulutnya itu. Sebelum habis kesabaranku, aku segera pergi dari situ dan segera melaksanakn tugasku.

Selama melaksanakn tugasku, sesekali aku melihat ke arah Aril dan Deni. Ku lihat mereka sedang berbincang. Apa yang dibicarakan mereka, timbul pertanyaan itu dalam benakku. Karena aku melihat raut muka mereka yang serius.

Tak lama setelah itu, aku kembali melihat mereka. Tak disangka saat itu Aril juga menatap ku, dia memberi senyum manis padaku. Akupun membalas senyumnya dengan senyuman yang ku buat yang tak kalah manis. Setelah itu aku juga mengalihkan pandanganku pada Deni, ternyata dia juga melihatku dia juga tersenyum padaku. Aku yang masih kesal padanya, langsung merubah wajah senyumku dengan wajah super jutek dan malas untuk melihatnya. Puas sekali rasanya bisa membalasnya, karena ku lihat muka Deni yang terkejut melihat ekspresiku. Aku tertawa dalam hati melihat Deni tersenyum kecut begitu.

Setelah hampir dua jam acara akhirnya selesai, dilajutkan dengan istirahat dan makan siang. Lumayan capek juga badanku, aku berniat membaringkan badanku dulu sebelum makan. Aku segera menuju ruang istirahat panitia khusus cewek. Dan segera beristirahat sejenak, tapi baru juga lima menit berlalu. Seorang teman mengejutkan ku dan mengatakan kalau ada seseorang yang mencariku di luar. Siapa ? pikir ku dalam hati, dengan sedikit malas ku langkahkan kakiku untuk keluar melihat siapa yang mencariku..

"Eh Aril, ada apa?" tanyaku, ketika melihat Aril yang ternyata mencariku. Ku lihat dia sedang menyandarkan diri di daun pintu menyambutku dengan senyum manisnya. Aku juga tak lupa untuk tersenyum juga padanya.

"Emm, nggak ada apa apa. Hanya ingin ngobrol sama kamu. Ganggu nggak?" -- Aril.

"Tidak kok. Aku kirain ada perlu apaan. Udah makan belum?"

"Belum, kamu gimana? kalo belum juga yuk ke kantin, bareng bisa sambil ngobrol kan." ajak Aril padaku.

"Boleh deh, traktir ya, kan kamu yang ngajak hehehe." rayu ku, kan lumayan buat ngirit uang jajanku.

Tanpa menjawab pertanyaanku, dia malah langsung memegang tanganku. Dan menarikku menuju kantin. Tanpa penolakan pastinya aku pun mengikuti langkahnya. Dalam perjalanan ke kantin, dia tidak melepas pegangan tangannya padaku, sampai ada temannya atau juga temanku yang menyoraki, tapi tak di anggap sama sekali olehnya. Dia tetap tak melepas pegangan tangannya, malah aku jadi yang malu, karena diperhatikan banyak orang.

"Muu makan apa? aku pesanin." tanya Aril stelah sqmpai di kantin.

"Soto deh ama es teh manis aja. makasih ya." jawabku sambil nggeloyor aja nyari tempat duduk.

"Itu aja nggak nambah lagi?" tanyanya lagi.

Kalau sebenarnya aku pengen tambah lagi, tapi masak iya cewek udah minta di traktir trus makannya banyak juga. Malu kali, nggak sopan. Akhirnya aku hanya menggelengkan kepalaku.

Tak lama kemudian dia duduk di sampingku dengan sudah membawa dua gelas es teh manis.

"Tunggu bentar lagi makanannya bakal di antar."

"Hemm. Makasih ya udah mau traktir." ucap ku.

"Iya, sama sama. Lain kali gantian ya." katanya.

"Ihh ternyata minta ganti..nggak jadi makasih deh kalo gitu, aku tarik lagi kata kata ku tadi." jawabku dengan nada sedikit kesal, niatnya minta traktir biar ngirit tapi nggak taunya malah minta traktir balik.

"Bercanda, gitu aja ngambek." ucap Aril sambil mengacak rambutku.

Aku pun langsung tersenyum lagi, yess jadi deh ngirit hehehe. Setelah lima menit makanan pun datang. Eh kok banyak sih tanyaku dalam hati.

"Kamu makannya banyak juga ya, Ril."

"Nggak semua buat aku tapi buat kamu juga biar kamu kenyang. Kamu butuh banyak tenaga jadi makan yang banyak. Ok."

"Wah kamu tau aja kalo sebenernya aku lagi laper banget. Karena udah kamu pesenin, aku makan ya.?" ucapku jujur.

"Iya habisin, makanya nggak usah gengsi sama aku. Mau makan banyak ngomong aja nggak usah malu. Aku suka kamu yang apa adanya dan blak blakan." jawab Aril sambil mendekatkan makanan yang dipesannya buat aku. Ada tambahan semangkuk bakso dan juga somay.

Aku yang mendengar jawaban Aril langsung saja mulai makan makanan itu satu per satu. Hingga tandas semua tak bersisa, membuat perutku sedikit kekenyangan.

"Makasih lagi ya Ril, udah nraktir aku. Kenyang nih aku."

"Yakin udah kenyang? nggak mau nambah lagi?" tanyanya.

"Tidak, beneran udah kenyang banget nih aku." jawabku.

"Aku mau ngomong sesuatu nih, dengerin baik baik ya. Aku nggak akan ngulangin lagi." pinta Aril.

"Ngomong aja," jawabku sambil menyruput es teh ku.

"Aku suka kamu San."

"Uhuuk.. uhuuk.., apa?" tanyaku untuk memastikan apa nggak salah yang aku dengar, karena kaget aku jadi tersedak es teh juga. Aku pun jadi menatapnya dengan serius, tak mau kalo sampai aku salah dengar lagi.

"Dengerin sekali lagi baik baik, aku nggak akan ngulanginya lagi."

"Ok ok." jawabku nggak sabar.

"Susan Saraswati, Aku cinta kamu."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!