Gadis itu menarik napasnya dengan dalam dan kembali menghembuskannya, entah kegiatan itu sudah berapa kali ia lakukan. Yang jelas, hatinya kini sungguh sakit dan ia tidak mungkin menangis sekarang. Ia melihat pantulan dirinya di cermin, sesosok gadis dengan gaun pengantin dan jangan lupa riasan yang seharusnya semakin mempercantik dirinya kini. Namun yang dapat ia lihat didalam cermin itu hanya seorang gadis yang menyedihkan, gadis yang tidak bisa menentukan takdirnya sendiri.
Klek!
“Kau sudah siap honey?”
Seorang wanita paruh baya memasuki ruangan itu, penampilannya juga terlihat amat cantik. Bagaimana tidak? Ini adalah hari pernikahan putri satu-satunya, dan ia harus mempersiapkan semuanya secara maksimal.
Gadis bersurai cokelat itu hanya mengangguk. Bahkan untuk tersenyum saja ia sekarang tidak bisa, ini begitu menyakitkan. Hari ini seharusnya hari yang paling ia nanti sepanjang hidupnya, hari dimana hanya satu kali ia merasakan seperti ini. Namun, semua ekspetasi mengenai kebahagiaan dihari ini seolah musnah, terbang bersama seseorang yang tidak akan pernah menjadi suaminya.
“Jessie, ibu mohon. Tolong, untuk kali ini ikutilah perintah ayahmu. Hanya untuk kali ini, okay?”
Jessica memandang sang ibu dengan berkaca-kaca. Dengan cepat ia memeluk sang ibu, ia tidak bisa memendam ini semua. Ini sungguh menyakitkan, ia benar-benar menangis di pelukan sang ibu. Tidak peduli make up yang telah susah payah ia kenakan itu luntur begitu saja. Bisa saja calon suaminya itu tidak jadi menikahinya hanya karena ia terlihat jelek dihari pernikahan ini. Jessica tersenyum kecil, andai saja hidupnya memang semudah itu.
“Ibu, mengapa ayah sangat jahat padaku?”
“Shhh.”
Wanita yang dipanggil ibu itu merenggangkan pelukan mereka. Dengan sangat lembut ia menghapus air mata buah hatinya itu. Sebenarnya ia sangat tahu bagaimana perasaannya. Memang, terkadang suaminya itu sungguh keterlaluan. Putrinya sendiri kini ditukar hanya dengan satu tanda tangan kontrak bisnis. Dan itu begitu menyakitkan baginya.
“Ayah tidak jahat padamu Baby, ini adalah pilihan terbaik untukmu juga. Percayalah, ayah tidak akan mungkin membuatmu menderita.”
---
Suasana didalam apartemen itu terlihat amat sangat berantakan. Lampu hias, pakaian, bahkan beberapa buku terlihat berserakan. Dengan sekuat tenaga pria itu membalikan satu lemari besar. Ia benar-benar sudah gila sekarang, kewarasannya seolah telah meninggalkan tubuhnya. Ia mengacak rambutnya frustasi, lengannya telah berdarah karena amukannya tadi. Ia marah, sedih, kecewa. Ia merasa sangat tidak berguna sekarang.
Tidak lama kemudian, pria itu tertawa, tertawa keras. Seolah ada suatu drama komedi lucu dihadapannya. Sebenarnya ia hanya sedang menertawakan diri sendiri, menertawakan dirinya sendiri yang begitu bodoh. Sebuah deringan ponsel mampu mengembalikan kewarasannya. Ia melangkah pelan dan mengambil ponsel yang telah retak karena bantingannya tadi. Ia tersenyum sinis saat melihat seseorang yang memanggilnya.
Matthew Boltom.
“Kau dimana Mike?” Pria yang mengangkat telpon itu berusaha keras untuk mengatur suaranya. Berusaha untuk tenang seolah tidak terjadi apapun.
“Aku ada perjalanan ke Perancis, tiba-tiba ada urusan mendadak.”
“Jadi, kau tidak datang ke pernikahanku?”
Ingin rasanya Mike tertawa keras atas pertanyaan sahabatnya itu. Bagaimana bisa ia datang ke pernikahan kekasih dan sahabatnya sendiri. Mike terdiam, secara tiba-tiba emosinya kembali naik. Namun ia hanya tersenyum sedih, ini begitu menyakitkan. Sampai kapan ia harus berpura-pura seperti ini?
“Tidak, aku pergi Matt.”
Dengan cepat ia mematikan panggilannya. Dengan sekali bantingan, ponsel itu hancur tak tersisa. Kali ini suara tawa Mike kembali terdengar, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur king size miliknya. Ia lelah, sungguh sangat lelah. Entah mengapa kehidupan tidak pernah berpihak padanya. Keluarganya hancur saat ia menduduki bangku menengah pertama. Dan kini, seseorang yang amat ia cintai harus dimiliki oleh sahabatnya sendiri. Gadis itu, gadis itu yang menjadi semangat ia hidup hingga sekarang. Bagaimanapun kedepannya, ia akan tetap menunggu. Menunggu sampai Jessica menjadi miliknya lagi.
Six months later…
Bola mata hijau pria itu menatap keseliling, lebih tepatnya ke beberapa sekerumunan anak kecil yang sedang mengantri es krim beberapa meter dari tempat mereka duduk. Senyuman tipis terlihat dari bibir pria itu. Matanya melirik kearah seorang wanita yang duduk bersebelahan dengannya. Sudah enam bulan lamanya ia bertahan, bertahan dalam satu hubungan yang entah berakhir dimana. Ia mengingat tempat ini, ini dulu adalah tempat dimana mereka bertemu ditengah kesibukan yang mereka jalani masing-masing. Tidak pernah berpikir sebelumnya jika tempat ini adalah tempat mereka menyembunyikan hubungan mereka dari dunia.
“Jess.”
Suara berat seorang Mike terdengar. Wanita disebelahnya yang merasa terpanggil menoleh. Jessica Villegas, atau lebih tepatnya enam bulan terakhir menyandang status sebagai Nyonya Boltom, Jessica Boltom. Jessica dapat dengan jelas membaca apa yang sedang dipikiran Mike saat ini. Seseorang yang mungkin bisa disebut sebagai kekasihnya, lebih tepatnya kekasih gelapnya.
“Apa kau lelah Mike?” Mike hanya tersenyum sedih atas pertanyaan Jessica. Apa Jessica memang bertanya atau sekedar sedang mengujinya dengan pertanyaan tersebut.
“Aku mencintaimu.”
Mike menatap Jessica dengan dalam, seolah menyampaikan semua perasaannya saat ini. Dengan sekali gerakan, Jessica sudah dalam pelukannya. Ingin rasanya ia menangis, mengapa keberuntungan tidak pernah berpihak padanya? Sudah hampir enam tahun ia menjadi kekasih Jessica, bahkan sampai gadis itu menikah dengan orang lain. Mike tersenyum sedih.
“Bisa kau tinggalkan Matt untukku sekarang?”
Jessica melepaskan pelukan mereka. Ia menatap mata Mike, ada tatapan sedih sekaligus kecewa disana. Jessica hanya menunduk. Tidak, ia tidak bisa melepaskan Matt sekarang. Sejujurnya ia sangat takut dengan ayahnya, dan ia tidak dapat membayangkan apa yang ayahnya lakukan jika ia sampai meminta pisah dengan Matt.
“M..Mike, aku tidak bisa sekarang. Aku.. tidak bisa meninggalkan Matt sekarang.” Ujar Jessica lembut. Mike mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras saat nama pria itu disebut oleh bibir tipis ‘wanitanya’.
“Salahkan bila aku bersamamu?” Mike menatap Jessica lembut.
“Tid-“
“Salahkah bila aku menginginkanmu?”
“Michael-“
“Salahkah bila hanya aku yang boleh menyentuhmu?!”
“Cukup Mike!” ujar Jessica meninggi. Ia memeluk Mike erat. Berusaha meminta maaf lewat pelukannya. Mike membalas pelukannya tak kalah erat.
“Maaf, maaf, aku minta maaf.” Suara lirih Jessica terdengar, Mike menghembuskan napasnya pelan. Berusaha menenangkan dirinya, ia terlalu emosi saat mendengar nama pria itu disebutkan oleh bibir tipis ‘wanitanya’. Mike mulai meregangkan pelukannya, ia menghapus air mata yang berada diwajah cantik ‘wanitanya’ itu.
“Tidak, seharusnya aku yang minta maaf. Aku yang terlalu egois, seharusnya aku mengerti, aku tidak bisa memilikimu sepenuhnya.” Ujar Mike lembut. Jessica menunduk, ia merasa bersalah.
______________________________
Mobil berwarna silver itu memasuki istana besar keluarga Boltom. Mobil mewah itu hanya berisi seorang wanita mungil cantik dengan perasaan was-was. Ia takut suaminya akan pulang lebih cepat dengan apa yang ia kira. Ia keluar dari mobil miliknya dan mulai berlari kecil menuju pintu utama rumah besar itu. Dugaannya benar, pintu utama itu tidak terkunci dan itu bertanda bahwa suaminya telah pulang dari luar kota.
Dengan nyaris tidak mengeluarkan suara, wanita mungil itu membuka pintu besar dengan cat putih itu. Secara perlahan ia mulai berjalan masuk kedalam rumah itu bagaikan seseorang yang akan mengambil barang berharga yang ada didalam rumah.
“Dari mana saja kau?” Langkahnya terhenti. Jantungnya mula berdetak kencang. Sekarang apa? Apakah Matt akan memarahinya? Wanita itu menoleh kearah sumber suara, pria itu sedari tadi berada dibelakang pintu. Dan bodohnya ia baru menyadarinya.
“Sejak kapan kau pulang?”
“Kau belum menjawab pertanyaanku.”
Wanita itu tidak bisa berkutik. Sejujurnya, ia sangat tidak pandai untuk berbohong. Tetapi jika ia tidak berbohong, semuanya akan hancur. Wanita itu menunduk, ia menyesal tidak datang lebih cepat beberapa menit dari pria ini.
“A..Aku dari rumah teman.”
“Siapa temanmu?”
Bang! Ia tidak bisa menjawab pertanyaan dua kata itu. Ia takut, sangat takut semua yang ia lakukan akan terbongkar. Apa yang keluarganya katakan mengenai hal berdosa yang telah ia lakukan? Mungkinkan ia masih dianggap sebagai anggota keluarga Villegas? Tapi bagaimanapun juga Mike adalah orang yang sangat dicintainya, sangat sangat ia cintai. Dan ia tidak bisa untuk meninggalkan pria itu.
“A..Angelina.”
Wanita mungil itu berkata dengan penuh kehati-hatian. Mata mungilnya berusaha menatap wajah suaminya yang sedang mengerutkan keningnya. Ia tahu, Matt tidak akan mengenal nama wanita yang baru saja ia sebutkan. Bahkan ia pun tidak tahu siapa nama wanita yang baru saja disebutkannya.
“Siapa dia? Kau tidak pernah menceritakannya padaku.” Otaknya mulai berjalan cepat mengenai kebohongan apa selanjutnya yang ia butuhkan. Mungkin sampai kapanpun kebohongan akan terus berlanjut dan berlanjut dalam hidupnya.
“Ia baru saja pulang dari Los Angeles. Jadi, aku tidak pernah menceritakannya padamu. Mungkin lain kali aku akan mempertemukanmu dengannya.” Jawabnya pelan. Mempertemukan dengan Matt? Hei, ia saja tidak tahu siapa wanita itu.
“Baiklah, aku percaya padamu Jessie” Matt tersenyum dan membuat Jessica ikut tersenyum tipis.
“Jess.”
Jessica menoleh, namun saat ia menoleh dengan cepat Matt meraih pinggangnya dan memeluknya erat. Mendekatkan tubuh lelah mereka berdua. Jari panjang Matt mengelus lembut pipi mulus Jessica membuat jantung wanita mungil itu berdetak kencang.
“Aku…
Kata-kata Matt menggantung membuat Jessica menahan napasnya. Sejujurnya ia tahu apa yang Matt akan katakan selanjutnya. Tapi, ia tidak bisa memenuhinya. Ia takut, ia sangat takut apa yang ia pikirkan tentang pemikiran Matt.
“Aku menginginkanmu.”
Bang! Ia benar. Jessica menunduk dalam. Ia tidak bisa mengabulkannya dan entah sampai kapan ia tidak bisa mengabulkannya. Dari awal pernikahan mereka, Matt sudah berkata seperti itu, namun ia selalu berkata belum siap. Namun sejujurnya yang membuat ia belum siap adalah, bagaimana perasaan Mike nantinya.
“Aku.. Aku belum siap Matt, maaf.”
Wanita mungil itu menunduk dalam, liquid bening itu berlinang dimata mungilnya. Seharusnya ia tidak selingkuh dibelakang pria baik ini, seharusnya ia menolak pernikahan ini dari awal, seharusnya ia tidak sangat mencintai Mike seperti ini.
Jari panjang Matt mengangkat wajah mungil Jessica membuat manik mata Jessica bertemu dengan manik matanya. Matt menatap ‘wanitanya’ iba. Sejujurnya ia tidak bermaksud membuat Jessica menangis, ia hanya menginginkan ‘wanitanya’.
“Maaf Matt, maaf, maaf, maafkan aku.”
“Hei, itu tidak masalah. Aku tahu perasaanmu My Jessie.” Matt tersenyum lembut membuat Jessica kembali tersenyum tipis. Ia jahat, ia sangat jahat menyakiti hati pria sebaik Matt. Ia sungguh sangat jahat.
Perlahan Matt mendekatkan wajahnya dengan wajah Jessica. Ingin merasakan manisnya bibir mungil itu, walaupun ia menginginkan lebih dari bibir mungil itu. Lengan kanan Matt melingkar sempurna dipinggang ramping Jessica, sedangkan lengan kirinya menekan kepala wanita itu.
Jarak diantara mereka menghilang, Matt menyesap bibir mungil istrinya itu. Melampiaskan semua nafsunya kepada bibir mungil itu. Sedangkan Jessica yang dapat perlakuan seperti itu hanya dapat membalasnya. Karena ini merupakan kewajibannya. Lengan Jessica melingkar pada leher Matt.
Jessica membuka mulutnya membuat lidah Matt dengan cepat masuk kedalam mulut itu. Organ tidak bertulang itu beradu, menciptakan suasana panas diantara mereka. Saliva mereka bertukar. Lengan Jessica berusaha mendorong tubuh Matt menjauh, ia sudah kehabisan napas. Namun pria itu tidak menggubris dorongan sang istri. Ia kurang puas, ia tidak puas.
“M..Matthh..”
Matt menjauh. Dengan cepat Jessica menghirup napas sebanyak mungkin. Ia bisa merasakan bagaimana nafsu tinggi Matt dari ciuman itu. Matt tersenyum melihat napas Jessica tersenggal. Kedua lengannya berada diatas bahu wanita itu, sedangkan matanya tidak berhenti menatap Jessica yang tersenggal.
“Jessie, aku sangat sangat mencintaimu.”
Jessica menoleh, menatap manik mata Matt yang serius menatapnya. Matt tidak berbohong, itu yang ia tangkap dari tatapan mata Matt. Jessica menatapnya sedih, Matthew tolong jangan buatku semakin bersalah dengan semua perlakuanmu.
Jessica tersenyum tipis. Lengan Matt memeluk erat pinggang ramping Jessica, bagaikan menyalurkan semua cintanya kepada wanita mungil itu.
Deringan ponsel membuat Matt mengerjapkan matanya pelan. Matt menoleh kearah meja kecil samping tempat tidurnya, itu ponsel milik sang istri. Keningnya mengkerut, dimana istrinya? Apa ia sedang ditoilet atau didapur? Kepalanya menoleh kearah jam dinding, masih pukul 01.15. dan tidak mungkin Jessica menyiapkan sarapan sekarang.
Rasa ingin tahu Matt muncul. Ia penasaran, siapa yang menghubungi ‘wanitanya’ semalam ini. Ia mulai duduk di tempat tidur dan lengan panjangnya berupaya meraih ponsel milik Jessica. Diponsel sang istri tertera nama “Angelina.” Haruskah ia mengangkatnya?
“Jangan angkat Matt!”
Matt menoleh, peringatan tajam Jessica membuatnya diam. Jessica berlari kearahnya dan dengan cepat mengambil ponsel yang berada digenggamannya. Jessica mulai berjalan keluar dari kamar mereka berdua. Matt merasa kejanggalan dari tingkah istrinya. Haruskah Jessica memperingatkannya setajam itu bila hanya seorang teman yang menghubunginya?
Matt bangkit dari tempat tidur dan ingin menemui istrinya. Sebenarnya ia ingin tahu apa yang istrinya bicarakan dengan seseorang dengan nama ‘Angelina’ itu. Kaki panjang Matt mencari keberadaan Jessica dan wanita mungil itu sedang berada didapur.
“Aku tidak bisa.”
“Hei, Mengertilah.”
“Iya, besok aku akan ke apartemenmu.”
Lengan panjang Matt melingkari pinggang ramping Jessica dan membuat wanita mungil itu sedikir terkejut.
“Aku mencintaimu.”
Bisik Matt pelan disamping telinga Jessica. Jessica terkejut dengan apa yang Matt katakan. Sebenarnya ia tidak terkejut dengan apa pernyataan Matt, namun ia sangat was-was bahwa seseorang yang sedang menghubunginya akan mendengarnya.
“Matt.. bisakah kau melepaskan pelukanmu. Kau tahu aku sedang apa bukan?”
Matt merasa bersalah. Sebenarnya ia bukan berniat menganggu sang istri. Ia sengaja bertingkah seperti itu untuk menghilangkan semua pikiran negatif yang berada diotaknya saat ini, dan selain itu ia juga berusaha agar seseorang yang sedang menghubungi ‘wanitanya’ akan mendengarnya dan mengetahui bahwa Jessica adalah miliknya. Walaupun itu adalah seorang wanita. Ia terkadang memang sedikit posesif.
“Oh, baiklah.”
Matt tersenyum sendu, tapi setidaknya ia sudah cukup puas dengan apa yang dilakukannya. Matt melepaskan pelukannya dan berbalik arah menuju kamar tidurnya dengan sang istri. Dan kembali pergi kealam mimpi.
___
Mike mengepalkan tangannya, suara pria berucap ‘cinta’ yang menjadi penyebabnya. Tadinya ia menghubungi ‘wanitanya’ ingin mengajak liburan dan refreshing dengan ‘wanitanya’ itu. Namun karena menghubungi ‘wanitanya’ pula ia yang naik pitam.
“Maafkan aku, tadi Matt menganggu. Maafkan aku.”
Suara bersalah seorang wanita diseberang sana membuat ia menghembuskan napasnya pelan. Sejujurnya Mike merasa bersalah dengan ia menjadi selingkuhan seorang wanita yang sudah memiliki suami. Namun, disisi lain ia juga sangat mencintai wanita mungil ini.
“Jadi, kau tidak bisa menemaniku? Apa kau memang mulai melupakanku dan berpaling dengan Matt, Jessica?!”
Mike berucap cukup keras. Ia emosi, sangat emosi. Beberapa detik yang lalu ada seorang pria memeluk ‘wanitanya’. Kapan hanya ia yang dapat memeluk ‘wanitanya’? Kapan hanya ia yang dapat memiliki ‘wanitanya’?
“Bukan seperti itu. Aku janji, aku akan jauh lebih sering ke apartmenmu. Tapi, untuk liburan sekarang-sekarang ini aku tidak bisa. Kumohon, mengertilah.”
Mohon wanita diseberang sana. Mike kembali menghela napas pelan. Memangnya apa yang bisa ia lakukan jika tidak menyetujui ucapan gadis itu. Seharusnya ia memang merelakan Jessica dari awal, merelakan wanita itu dimiliki pria lain. Namun semakin berjalannya waktu, ia juga semakin mencintai wanita ini. Terlebih ia sudah sejauh ini sekarang.
“Baiklah.”
______________________________
Wanita mungil itu mengerjapkan matanya pelan. Ia menoleh kearah samping, disana ada suaminya yang telah dikhianatinya sedang tertidur lelap. Ia menatap lama wajah pria tampan itu, perlahan liquid bening itu mengalir dipipi chubby miliknya. Sebenarnya ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Setelah menikahi Matt semua kebutuhannya selalu terpenuhi, seolah ia memiliki segalanya. Suami yang tampan, harta yang berlimpah atau apapun itu. Namun, yang ia tidak miliki adalah rasa cinta. Rasa cinta untuk Matt, ia tidak memiliki itu.
Jari panjangnya mengelus pipi tirus Matt, ia merasa sangat bersalah. Namun disisi lain ia juga tidak mau kehilangan Mike. Sebenarnya apa yang harus ia lakukan?
“Matt.. Aku pergi.”
Perlahan ia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur. Ingin menyiapkan sarapan untuk suaminya itu. Dan setelah itu ia berjalan menuju kamar mandi, ia akan bersiap menuju apartemen Mike.
___
Matt mengerjapkan matanya pelan, pandangannya silau kala matahari menampakkan sinarnya dari jendela yang terbuka. Ia menoleh kearah samping, wanita yang dicintainya tidak berada disana. Dengan panik ia bangkit dari tempat tidur dan mulai berjalan cepat menuju dapur. Biasanya diwaktu ini, wanita mungilnya sedang menyiapkan sarapan untuknya.
Namun ia tidak menemukan sosok yang ingin dicarinya, yang ia temukan hanya semangkuk bubur kesukaannya dan ada nota disampingnya.
‘Matt, aku pergi. Aku ada urusan, kau makan yang banyak bubur kesukaanmu ini. Aku menyayangimu Matt.’
Bibir tipis Matt tersenyum. Menurutnya, ini merupakan kejutan dari sang istri. Seharusnya kemarin malam ia tidak perlu curiga dengan Jessica yang akan berselingkuh dengan pria lain. Karena ia tahu, wanita sebaik Jessica tidak akan melakukan hal semenyakitkan itu.
“Aku semakin mencintaimu, Jessie.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!