NovelToon NovelToon

The Miracle Exists

TME 1

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

... 🍒Selamat membaca semua🍒...

Plak!

Suara tamparan keras itu membuat seorang laki-laki hendak keluar dari kamar memejamkan mata sambil menahan diri agar tidak menangis dia urung keluar dari dalam kamar sendiri.

"Sudah berapa kali aku bilang berhenti Kamila!"

"Tampar saja aku mas! Kau tidak usah menasehatiku kita sama, sama-sama tidak benar jadi urus dirimu sendiri jangan urus apa yang aku lakukan."

"Dasar istri durhaka, kurang ajar kamu Kamila!"

"Jika aku istri durhaka lalu bagaimana denganmu Prayuda Surya, laki-laki tidak punya nurani aku menyesal menikah denganmu!" teriak perempuan berumur sekitar 45 tahun itu.

Cih!

Laki-laki paruh baya bernama Prayuda itu berdecit kesal menatap benci sekaligus mara perempuan di hadapan sekarang ini tak lain istri sendiri.

"Kau kira aku bahagia menikah dengan perempuan sepertimu hah! Sudah tukang selingkuh, gila harta pula!" suara Prayuda naik satu otput lebih tinggi dari sebelumnya

Bukan sakit hati telah dihina oleh suami sendiri Kamila justru tertawa sambil menatap jijik suami sendiri. Dia menatap benci laki-laki nyatanya masih berstatus suami tapi tidak pernah berlaku seperti suami pada umumnya.

"Sama-sama tukang selingkuh kenapa berteriak selingkuh! Kau sungguh lucu Prayuda jika dulu kau tidak memulainya aku juga tak akan melakukan hal yang sama, jadi sama-sama anj*ng jangan berteriak anj*ng bodoh!" maki Kamila tidak ada takut-takutnya.

Mereka sudah menikah berpuluh-puluh tahun lamanya tapi hampir 4 tahun belakangan ini rumah tangga Prayuda dan Kamila selalu saja dihias dengan pertengkaran sampai mereka melupakan Erlang anak semata wayang keduanya. Ibu dan ayah itu tidak tahu seberapa terguncang mental putra mereka setiap hari menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya, sayangnya laki-laki 25 tahun itu tidak tahu harus berbuat apa untuk melerai pertengkaran setiap hari dia saksikan.

Erlang merindukan keluarga mereka yang dulu rukun dan harmonis tapi sejak ayahnya membawa perempuan lain ke rumah mereka ibunya pun mulai melakukan hal gila. Mengikuti jejak sang ayah berselingkuh dengan laki-laki lain tak peduli laki-laki muda maupun tua.

Sudah banyak cara yang Erlang lakukan untuk mempersatukan kedua orang tuanya kembali untuk menyudahi pertengkaran setiap hari terjadi tapi semua itu sia-sia yang ada dia akan mendapatkan kekerasan dari ayahnya bahkan tamparan dari sang ibu.

"Sampai kapan kalian akan terus begini?" sudut mata Erlang mengeluarkan cairan bening, dia bicara pada diri sendiri.

Suara keributan tidak terdengar lagi di telinga Erlang membuat laki-laki itu segera keluar dari kamar tapi ketika hendak mengambil tas dari dalam kamar Erlang dapat melihat seorang laki-laki berdiri didekat mobil, melihat hal itu Erlang menghembuskan nafas kasar.

Pantas saja pertengkaran kedua orang tuanya sudah berakhir rupanya sang ibu sudah dijemput oleh kekasih gelap.

"Mau sampai kapan seperti ini?" Erlang menatap tajam mobil hitam pergi menjauh dari rumahnya, dia melihat tadi ibunya masuk ke dalam mobil tersebut.

Keluar dari kamar Erlang dapat melihat rumah sangat berantakan semua barang-barang berserakan di lantai banyak pecahan kaca, Erlang melihat seorang laki-laki duduk di sopa dengan wajah frustrasi.

"Lagi," satu kalimat yang keluar dari mulut Erlang membuat Prayuda mengangkat kepalanya.

"Mau sampai kapan ayah? Jika seperti ini kenapa tidak kalian selesaikan dengan dua cara, pilihan ada pada kalian berdua. Perbaiki semua yang sudah kalian bangun dari awal atau berpisah," ucap Erlang dengan nada dingin.

Tak heran Erlang berkata seperti itu hatinya sudah kebal hidup penuh dengan kegelapan tidak ada hari-hari tanpa pertengkaran kedua orang tuanya, bahkan Erlang sampai lupa cara tersenyum. Erlang akui memang dulu keluarganya tidak terlalu harmonis karena sang ayah begitu mudah bermain tangan tak peduli pada dirinya ataupun sang ibu.

Tapi jika boleh jujur Erlang lebih suka keluarganya yang dulu masih ada kata harmonis dan rukun yang dapat disematkan tapi 4 tahun terakhir ini keluarga mereka benar-benar berantakan.

Prayuda tak bergeming atas perkataan sang putra, dia dapat melihat dengan jelas tatapan kecewa dan benci dari sorot mata Erlang secara bersamaan.

"Ayah tidak lelah?" Prayuda tetap diam membuat Erlang kembali bersuara.

"Aku tidak akan berpisah dengan wanita sialan itu Erlang! Dia telah menghancurkan semuanya yang ada dalam hidupku maka aku juga akan melakukan hal sama."

Perkataan ayahnya membuat Erlang tertawa hambar sungguh benarkah yang berdiri di depanya ini seorang ayah dan suami yang dikenal baik oleh orang-orang diluar saya.

Dia iblis bukan laki-laki baik jika kalian semua ini tahu! Aku ingin melihat sampai kapan semua kekayaan yang mereka miliki ini akan bertahan. Aku berharap banyak para pengkhianatan di kantor Prayuda itu agar segera bangkrut.

Jika orang lain ini usaha atau pekerjaan orang tua mereka lancar dan terus jaya tidak dengan Erlang dia ingin semua harta keluarganya habis apakah ayah dan ibunya itu akan tetap sombong setelah jatuh miskin.

Sungguh Erlang tidak peduli jika nanti dia menjadi seorang gelandangan asal Sang Kuasa menghukum orang tuanya.

"Harusnya anda sadar tuan Prayuda yang terhormat siapa disini memulai memercikan api? Aku berkata seperti ini bukan semata-mata membela ibu. Tapi apa yang kalian berdua lakukan itu salah, suatu saat nanti jika tanganku ini mengotori kalian berdua tolong jangan salahkan aku."

Deg!

Hati Prayuda tergoncang mendengar kalimat terakhir putranya. "Apa maksud kamu, Erlang!"

"Aku pun tidak tahu, kita tidak akan tahu bukan apa yang akan terjadi di masa depan."

Plak!

Entah setan apa yang merasuki Prayuda tiba-tiba saja menampar keras pipi Erlang sampai meninggalkan jejak merah disana. Namun Erlang sama sekali tidak merasa sakit dia sudah kebal diperlakukan seperti ini yang ada justru rasa benci semakin tertanam di dalam hatinya.

"Jangan jadi anak kurang ajar Erlang!" maki Prayuda semakin marah. "Kamu dan ibumu itu sama! Sama-sama kurang ajar."

"Jangan pernah samakan aku dengan wanita itu dan aku juga tidak sama denganmu Prayuda kalian berdua itu bukan orang tua lebih tepatnya manusia berhati iblis!"

Dug!

Pas bunga melayang mengenai dahi Erlang hingga berdarah tapi Prayuda pelakunya tidak merasa bersalah sama sekali dia malah tersenyum puas berhasil melukai putranya sendiri.

Para pekerja yang melihat semua itu pura-pura tidak tahu sungguh mereka kasihan dengan tuan muda yang selalu diperlakukan buruk oleh orang tua sendiri. Awalnya memang Erlang tidak pernah melawan tapi lama-lama ibu dan ayahnya benar-benar membuat Erlang muak, jika logikanya tidak lagi bekerja mungkin Erlang sudah menghabisi orang tuanya dengan tangan sendiri beruntung Erlang masih bisa berpikir dengan jernih.

"Sini kamu!"

TME 2

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

... 🍒Selamat membaca semua🍒...

"Sini kamu!"

Tatapan tajam itu mengarah pada laki-laki muda di hadapan pria paru baya suara sang ayah semakin meninggi membuat Erlang tak bisa beranjak dari sana. Sekarang dia tidak dapat pergi begitu saja setelah mendapatkan tatapan tajam itu.

Erlang pasrah ditambah lagi dia melihat tangan sang ayah mulai meraih sebuah cambuk berukuran sedang.

"Duduk!" maki Prayuda.

Ya, Erlang tidak dapat melawan walaupun kata-katanya sering terdengar pedas meluncur dari mulut untuk menekan orang tuanya tapi untuk menyakiti fisik Erlang tidak mampu melakukan hal tersebut.

"Lepas tasmu, Erlang!"

Tidak ada jawaban dari Erlang tapi dia tetap menuruti sang ayah untuk melepaskan tas hitam yang berada di punggung.

Serek....

Satu cambukan keras mendarat sempurna di punggung Erlang, dia tidak menangis, tidak pula merasa sakit seakan semua yang Erlang rasakan sudah mati rasa. Bahkan bekas cambukan dari sang ayah dua hari lalu belum kering sekarang Erlang sudah mendapatkan cambukan lagi.

Bukan hanya sekali Prayuda mencambuk putra semata wayanya tapi berkali-laki tak peduli Erlang merintih kesakitan atau tidak.

"Dengar Erlang ini akibatnya jika melawan orang tua!" tekan Prayuda berlalu pergi dari hadapan Erlang setelah puas menyiksa putra sendiri.

Kepergian ayahnya membuat Erlang tertawa kecut. Tawa penuh akan luka dan rasa sakit. "Lakukan sesukamu ayah bahkan sampai aku meregang nyawa pun silakan, bukan aku hanya boneka di rumah ini!"

Darah segar mengalir dari punggung Erlang, dia tidak peduli buru-buru bangkit dari sana ketika melihat seorang mendekat.

"Den biar bibi obati."

"Tidak apa bi, Erlang baik-baik saja. Tolong bereskan kekacauan ini saja."

"Tapi den..."

"Erlang baik-baik saja bi, Erlang tidak berbohong. Titip rumah ya sebentar lagi Erlang harus pergi."

Bi Minah mengangguk patuh dia tidak dapat memaksa majikan mudanya itu. Sebenarnya bi Minah sudah lama ini berhenti bekerja di rumah itu tapi melihat Erlang yang selalu disiksa oleh kedua orang tua sendiri membuat bi Minah sungguh tidak tega untuk meninggalkan Erlang sendiri.

Usai ganti baju Erlang segera pergi setelah berpamitan dari dengan bi Minah. "Aku harus mencari tempat tinggal, sudah tidak sanggup harus bertahan di rumah nyatanya seperti neraka." Erlang menatap rumah megah di depanya dengan tatapan sedih.

Sejenak setelah menatap rumah berwarna putih itu Erlang berlalu untuk mencari tempat tinggal baru. Mencari beberapa tempat pilihan Erlang jatuh pada sebuah kos-kosan kecil jauh dari rumahnya dekat dari tempat kuliah.

"Disini saja lebih baik, ayah dan orang-orangnya tidak akan bisa menemukan aku disini, tidak apa walaupun hanya kos-kosan kecil tidak masalah," keputusan Erlang sudah bulat.

Selesai membayar uang muka Erlang merasa perut keroncongan memutuskan untuk mencari makan. Dia memutuskan makan di sebuah restoran sedikit jauh dari tempatnya mencari tempat tinggal tadi.

Baru saja kakinya melangkah masuk pandangan pertama yang Erlang lihat kedua orang tuanya sedang tersenyum bahagia di hadapan rekan bisnis mereka.

"Benar-benar munafik," Erlang tersenyum kecut melihat pemandangan indah tapi sebenarnya menyakitkan.

Andai pemandangan saat ini Erlang lihat bukan sebuah kebohongan dia pasti akan sangat bahagia sayangnya semua palsu.

Bruk!

Erlang dan seorang gadis tidak sengaja bertabrakan. "Maaf saya tidak sengaja," ucap gadis itu masih menunduk.

Hmmm.

Merasa Erlang memaafkannya gadis itu segera kembali duduk di mejanya bersama seorang teman. Tempat mereka tidak jauh dari meja kedua orang tua Erlang.

"Erlang sini sayang," panggil Kamila ketika tak sengaja melihat kehadiran putranya setelah orang yang menabrak Erlang sudah tidak ada.

Dengan langkah malas Erlang berlajan menuju meja makan tempat kedua orang tuanya.

Cek!

"Sial! kenapa harus bertemu disini kalau begini orang-orang akan tambah percaya dengan julukan keluarga Prayuda yang selalu harmonis."

Tiba-tiba sebuah ide bagus muncul di kepala Erlang membuat dia sedikit senang. "Baiklah biar aku yang melakukannya."

Kamila dan Prayuda mengenalkan Erlang pada rekan bisnis mereka lalu lanjut mengobrol. Keluarga Prayuda benar-benar terlihat sangat harmonis tak jauh dari tempat mereka duduk ada sepasang suami istri sedang ribut.

"Lihat kalian berbeda sekali dengan mereka," puji rekan bisnis Prayuda.

Justru mereka lebih mengerikan daripada pasangan suami istri itu!

"Kita keluarga jadi harus saling melindungi dan menyayangi," ujar Prayuda.

"Apa yang dikatakan mas Yuda benar," sambung Kamila, ingin sekali rasanya Erlang muntah mendengar perkataan ibu ayahnya bohong belaka.

"Arsyi lihat," ucap seorang yang duduk di meja sebelah Erlang dan keluarga.

Gadis bernama Arsyi itu sedang fokus menyantap makananya harus tertunda sejenak dia memang tidak peduli akan keributan yang terjadi di sebelahnya. Arsyi gadis yang tak sengaja bertabrakan dengan Erlang tadi.

"Why? Farida,"

"Itu lihat." Farida menunjuk meja di sebelah mereka dimana keributan terjadi.

"Lalu apa masalahnya Far itu bukan urusan kita biarkan saja."

"Bukan itu masalahnya lihat keluarga disebelah mereka terlihat sangat harmonis." Arsyi belum tahu kemana arah pembicaraan sahabatnya ini.

Sedangkan Erlang masih bisa mendengar jelas obrolan Arsyi dan Farida.

"Aku masih belum paham."

"Lihat mereka ribut karena suaminya selingkuh perempuan itu memang sangat membahayakan bukan." Arsyi tersenyum mulai paham apa yang ingin dibicarakan oleh sahabatnya.

Gadis berbalut baju dan hijab syar'i itu tidak langsung menjawab perkataan Farida melainkan mengambil sesuatu dari dalam dompetnya.

"Kamu tahu ini, Far?" Arsyi menunjukkan sebuah uang kertas pada Farida.

"Uang, siapa yang tidak tahu dengan benda satu itu."

"Betul." Arsyi mengacungkan jempolnya.

"Kalau perempuan wajar berbahaya karena sesuatu yang bernyawa. Tapi uang benda mati bahkan lebih berbahaya daripada perempuan. Kita semua tahu benda mati tidak dapat melakukan apapun tapi tidak dengan uang." Arsyi menjeda perkataan meneguk air minum.

"Uang benda mati bahkan hanya selembar kertas tapi luar biasa sekali bisa membeli perempuan, bisa membeli kekuasaan, dapat menghancurkan sebuah keluarga jika perempuan hanya menghancurkan satu keluarga kecil saja, uang bahkan bisa menghancurkan keluarga besar, meretakan hubungan pertemanan. Jadi lebih berbahaya mana perempuan dengan benda mati ini."

"Kamu benar Arsyi, kenapa aku baru menyadari hal ini."

"Bukan itu saja Farida, sekarang bahkan uang lebih utama daripada sebuah keadilan dan kehormatan. Keadilan dan kehormatan saja bisa dibeli dengan uang lalu bagaimana yang untuk hal lain?"

Gleg!

Bukan hanya Farida tertegun mendengarkan penjelasan Arsyi, laki-laki tampan yang duduk di meja sebelah mereka pun ikut tertegun mendengar penjelasan Arsyi. Erlang kira dua perempuan duduk di meja sebelahnya akan menggosipkan keributan yang terjadi tentang perselingkuhan baru saja terjadi di restoran tempat mereka makan tapi ternyata disalah.

Penjelasan Arsyi semakin membuat pikiran Erlang terbuka lembar, dia merasa sedikit beruntung mendapatkan penjelasan tak sengaja dari kedua gadis yang duduk di sebelah meja mereka beruntung sang ibu menyuruhnya untuk bergabung.

Erlang melirik ayah, ibunya. "Ayah, ibu, Erlang sudah selesai boleh pergi lebih dulu ada yang harus aku lakukan."

Prayuda dan Kamila mengizinkan Erlang pergi setelah berpamitan dengan rekan bisnis sang ayah.

Maafkan aku ayah, ibu. Aku terpaksa mengambil langkah ini agar kalian berdua tak terus seperti ini. Gadis tadi benar jika masih ada uang semua bisa dilakukan!

TME 3

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

... 🍒Selamat membaca semua🍒...

Erlang masih aktif mengikuti kuliah disemester awalnya menempuh jenjang S2 tidak ada yang tahu jika anak tunggal Prayuda itu kuliah tanpa biaya dari orang tua. Erlang mendapatkan beasiswa dari kampus dengan usahanya sendiri.

"Lang habis ini mau kemana," seorang laki-laki seumuran Erlang mendekat menghampiri sambil merangkul bahu Erlang.

"Ada urusan," jawab Erlang singkat.

Memang dia tidak punya teman karena Erlang selalu menyendiri selain itu dia tak peduli dengan banyak gadis yang mendekatinya. Erlang sudah tidak percaya namanya perempuan setelah melihat sang ayah berselingkuh ditambah ibu seharusnya menenangkan Erlang meyakin putranya malah melakukan hal sama benar-benar membuat Erlang tidak percaya akan namanya perempuan.

"Nongkrong yuk Lang," ajak Hasbi.

Hasbi satu-satunya orang yang bisa bertahan dengan pria dingin seperti Erlang memang banyak ingin berteman dengan Erlang tapi laki-laki itu benar-benar tidak bisa disentuh. Hasbi saja mendapatkan julukan teman dekat Erlang tapi masih sulit masuk ke dalam kehidupan Erlang.

Walaupun sangat populer di kampus Erlang sungguh tidak peduli akan hal itu. Dari awal memutuskan untuk kuliah Erlang tetap bertahan di Universitas A kota Bandung sampai detik ini.

"Boleh."

"Alhamdulillah." Hasbi sangat senang sekali.

Langsung saja dia menarik tangan Erlang agar ikut denganya. "Pelan-pelan Bi sakit!"

"Santai bro jangan emosi." Hasbi nyengir lalu membawa Erlang ke tempat mereka nongkrong biasa walaupun jarang.

Tak lama motor Hasbi sampai di parkiran cafe mereka berdua segera masuk sudah mendapat tempat duduk Erlang segera membuka laptopnya.

"Astagfirullah orang ini, gue ngajakin lu kesini buat ngobrol Lang malah buka laptop," ketus Hasbi tak habis pikir.

Erlang peduli? oh tentu saja tidak ada hal lebih penting harus dia kerjakan. Pasrah melihat temanya seperti bukan manusia akhirnya Habis memesan makanan saja.

"Kok gue mau teman sama es batu ya," menolong Hasbi bertanya pada diri sediri.

"Ayah, ibu maaf tapi aku harus melakukan hal ini banyak cara sudah aku lakukan untuk kalian sadar tapi hingga sekarang setelah 4 tahun berlalu tidak ada sedikitpun perubahan."

Membuka sebuah web Erlang mulai masuk dalam sistem privat perusahaan Prayuda. Erlang seorang hacker handal tanpa sepengetahun orang lain tentu dengan mudah masuk dalam sistem perusahan sang ayah apalagi dia memiliki akses sendiri.

"Hanya ini cara satu-satunya agar kalian jera, Erlang tak peduli kita jatuh miskin sekali pun. Jangan membuat Prayuda bangkrut tapi bongkar saja kebusukan ayah dan ibu agar nenek, kakek tahu seperti apa kelakuan anak mantu mereka selama ini selalu dibangga-banggakan di depan banyak orang."

Hampir 30 menit Erlang fokus pada laptop hingga membuat Hasbi jengah. "Woi Lang nanti lagi bisa kagak sih," kesal Hasbi.

Tapi kekesalannya tidak berselang lama ketika melihat dua orang perempuan masuk ke dalam cafe yang sama.

"Akhirnya gue ada teman kagak sama es balok satu ini," gumam Hasbi.

"Farida, Arsyi," panggil Erlang membuat dua gadis semester akhir itu mencari sember suara.

"Hasbi."

Jelas sekali raut cerah dari wajah Farida membuat Arsyi memutar malas kedua bola matanya. Sahabatnya ini memang menyukai laki-laki benama Hasbi sekarang sedang menempuh pendidikan S2 di kampus mereka dia lulusan S1 dari ITERA Sumatera.

"Kita kesans ya Arsyi," pinta Farida.

Sejujurnya Arsyi enggan tapi melihat semua tempat sudah penuh dia terpaksa menyetujui permintaan Farida.

"Muka kenapa kak?" tanya Farida melihat wajah Hasbi ditekuk kesal.

"Tu lihat!"

Hasbi menunjuk Erlang menggunakan dagunya. Arsyi dan Farida sudah duduk bersebelahan dengan Hasbi dan Erlang. Arsyi terpaksa duduk di sebelah Erlang karena tidak ada tempa lagi. Farida tentu senang duduk di sebelah Hasbi.

"Aku pesen dulu," pamit Arsyi meninggalkan ketiga orang itu.

"Dia bukan kak Erlang," bola mata Farida membuat sempurna bisa duduk satu meja dengan laki-laki terkenal cuek dan dingin tersebar diseluruh kampus.

Bukan rahasia lagi jika Erlang adalah seorang laki-laki tak tersentuh di kampus mereka. Mendengar namanya disebut Erlang mengalihkan fokusnya dari laptop jadi menatap Hasbi.

"Sorry Lang, abisnya lu dari tadi gue ajak ngobrol malah betah amat sama laptop kan gue kesel juga lihat ada yang kenal disuruh gabung saja daripada gue boringkan."

Erlang mengangguk acuh.

Dam!

"Astagfirullah hal-adzim lihat gue ngomong panjang kali lebar dia cuman ngangguk doang ini makhluk dari mana, Ya Allah, Ya Rabb sebarkan hambamu ini."

Mau meledak rasanya kepala Hasbi tapi dia juga bingung kenapa bisa bertahan berteman dengan orang seperti Erlang.

"Far pesanannya." Arsyi menyodorkan pesanan Farida.

"Makasih tau banget kesukaan gue."

Arsyi tersenyum sambil kembali duduk di tempatnya tidak sadar sedang di tatap oleh seorang bahkan sampai membuat Hasbi heran.

Dia gadis yang kemarin berada di cafe, Hasbi mengenal gadis ini. Erlang masih teringat kata-kata Arsyi di cafe. Karena perkataan Arsyi kemarin di cafe Erlang jadi berani melangkah lebih maju untuk membuat kedua orang tuanya miskin.

"Awas mata copot!" sendir Hasbi membuat Erlang menatap tajam laki-laki yang duduk di depannya.

"Sini deh gue kenalin kalian dulu. Farida, Arsyi kenalin dia Erlang kalian pasti tahu lah ya orang paling populer diseluruh kampus bahkan semua tahu dia dari mahasiswa-mahasiswi S1-S3."

"Betul," sahut Farida sedangkan Arsyi mulai menyantap makanannya.

"Makan," ujar Erlang dingin.

Empat orang itu akhirnya makan dalam diam, ohh tentu tidak hanya Erlang yang terus diam Arsyi sesekali menyahut jika Hasbi ataupun Farida bertanya.

Waktu bergulir.

Setelah makan di cafe tadi Erlang langsung pulang ke rumah orang tuanya. Walaupun dia sudah berhasil mendapatkan tempat tinggal tapi tidak semudah itu Erlang bisa pergi dari rumah mewah bak surga dunia nyatanya seperti neraka. Selaian memikirkan nasib bi Minah, Erlang juga harus menghadapi orang-orang suruhan ayah dan ibu lebih dulu jika ingin pergi memang tidak semudah itu.

"Dari mana kamu Erlang jam segini baru pulang!"

"Kuliah ibu."

"Kuliah bukan kamu sudah lulus?"

Astaga lupa, ibu ayah tidak tahu jika aku melanjutkan study untuk S2.

"Bukan maksudnya dari tempat kuliah Erlang dulu main sama teman."

"Kamu itu sudah dewasa Erlang lebih baik masuk ke kantor ayahmu agar bisa mengambil alih jabatannya."

"Maksudnya?"

"Kamu pewaris tunggal keluarga Prayuda, Erlang jadi harusnya bisa mengambil alih perusahaan jika seperti ini terus ayahmu itu akan terus leluasa."

"Besok Erlang mulai ke kantor."

"Bagus ini baru anak ibu kalau bisa rebut jabatan ayah."

"Bukan ibu dan ayah memiliki jabatan sama di Prayuda group?"

"Sudahlah turuti saja apa kata ibu! Agar ayahmu tidak selalu menghamburkan uangnya untuk wanita lain diluar sana."

"Lalu bagaimana dengan ibu?"

Plak!

"Kamu bilang apa Erlang! Jangan kurang ajar dengan orang tua sendiri aku ini ibumu!"

"Erlang tahu."

Plak....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!