NovelToon NovelToon

3 Benih Dalam 1 Rahim

Jatuh Tempo

Suasana rumah menjadi begitu tegang, tak kala Barong datang untuk menagih angsuran milik Rudi. Barong yang diperintahkan oleh bosnya yang bernama Sadikin. Terlihat begitu kasar dalam meminta uang angsuran dari Rudi yang sudah jatuh tempo.

"Beri saya kesempatan, saya janji akan melunasi semua hutang saya," pinta Rudi sembari memohon.

Dian yang merupakan istri dari Rudi, terlihat begitu ketakutan melihat Barong yang tidak henti menggertak suaminya. Dian khawatir, suatu hal buruk akan dilakukan oleh Barong pada Rudi. Mengingat Barong yang sudah begitu emosi pada Rudi. Sudah tiga kali ia datang ke rumah, tetapi Rudi tidak juga membayar angsuran yang sudah di sepakati.

"Saya sudah cukup sabar, ini sudah kali ketiga saya datang ke rumah ini. Tetapi uang kalian tidak ada juga. Saya benar-benar kecewa pada kalian berdua, terutama kamu Rudi. Kamu hanya bisa berjanji, tetapi tidak pernah mau menepati janji kamu!" tegas Barong dengan mata melotot.

Linda anak sulung dari Rudi dan Dian, terlihat tidak kuasa melihat ayah dan ibunya yang dimaki oleh Barong. Tetapi Linda tidak bisa melakukan apapun, dia hanya bisa menangis melihat kedua orangtuanya dalam ancaman Barong.

Tidak ubahnya dengan Linda, Sintia yang merupakan adik dari Linda. Juga merasakan kesedihan yang sama dengan Linda. Dia pun terus menangis di dekat Linda. Bahkan Sintia merasakan firasat buruk akan Rudi. Mengingat Barong yang juga membawa sebilah senjata tajam di belakang celana jeans-nya. Jelas itu cukup menakutkan bagi Sintia, mengingat Barong yang memang di kenal sebagai seorang penagih hutang yang kejam.

"Aku khawatir Ayah akan dibunuh oleh Om Barong. Sepertinya Om Barong benar-benar marah pada Ayah. Aku tidak ingin hal itu terjadi Kak. Ayo lakukan sesuatu," ucap Sintia sembari menangis.

Linda semakin erat memeluk Sintia. Dia berdoa, semoga hal buruk tidak akan terjadi pada kedua orangtuanya. Mengingat Barong yang di kenal sebagai seorang yang temperamental.

Mendengar isak tangis dari Linda dan Sintia di pojokan rumah Rudi. Barong seketika tertarik akan kecantikan dari Linda. Mata Barong pun mulai tertarik melirik keberadaan dari Linda yang terlihat begitu manis di pojokan rumah.

Linda yang mulai tidak nyaman dengan tatapan dari Barong. Segera pergi menuju kamar. Tetapi Barong berusaha mengejar Linda yang hendak kabur. Dia tertarik untuk berkenalan dengan Linda.

Sial bagi Linda, baru beberapa langkah. Kakinya tersandung, hingga ia pun langsung terjatuh. Dengan posisi yang ada, Barong semakin tertarik akan Linda yang di kenal sebagai kembang desa tersebut.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Linda dengan tegasnya.

"Jangan galak-galak dong manis. Om hanya ingin berkenalan saja dengan kamu. Siapa tahu, kamu mau jadi istri kedua Om," jawab Barong dengan begitu genitnya.

Rudi dan Dian pun langsung melindungi Linda dari Barong. Mereka meminta Barong tidak mendekati putri mereka. Sebab Linda bukan seorang yang suka dengan pria beristri seperti Barong.

"Saya mohon, jangan ganggu anak saya. Saya janji, saya akan melunasi semua hutang saya secepatnya," ucap Rudi kembali memohon.

"Saya tidak percaya! Ingat Rudi, seminggu yang lalu. Kamu berkata hal yang sama. Mana janji kamu itu? Kamu bohong, kamu tidak menepati janji kamu. Jadi jangan pernah berani bilang hal yang sama lagi. Saya tidak akan pernah percaya dengan mulut manis kamu lagi!" ucap Barong dengan tegasnya.

Barong pun semakin agresif mendekati Linda. Dia semakin mendekat ke arah Linda yang ketakutan akan sikap genit yang di tunjukkan oleh Barong. Linda benar-benar merasa gelisah dengan apa yang di lakukan oleh Barong pada dirinya. Sehingga Linda harus berlindung di tubuh ibunya. Dia khawatir, Barong akan melakukan tindakan yang tidak senonoh pada dirinya.

Untung di waktu yang tepat, Deni datang dengan amplop berisi uang. Deni sepertinya berhadapan menjual motor miliknya. Deni sudah berjanji pada Linda untuk menjual motor miliknya tersebut. Sehingga Deni punya uang untuk melunasi semua hutang dari keluarga Linda.

"Jangan pernah kamu bersikap kurang ajar pada pacar saya!" tegas Deni.

Barong yang sudah hampir menyentuh tubuh Linda. Seketika mengurungkan niat. Dia membalikkan tubuhnya ke arah Deni. Melihat wajah Deni yang terlihat begitu percaya diri dengan uang yang ada di dalam amplop.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Barong pada Deni.

Deni berjalan mendekat ke arah Barong. Dia segera membuka amplop berisi uang. Sebelum langsung menaruh amplop itu tepat di dada Barong, seraya berkata. "Bawa uang ini, dan segera pergi. Sebelum aku melakukan tindakan yang kasar padamu!"

Barong tidak langsung pergi dari hadapan Deni. Dia menghitung nominal uang yang ada di dalam amplop. Saat nominal uang itu sudah sesuai kesepakatan. Barong pun segera pergi dari hadapan Deni dan yang lainnya. Tetapi Barong kembali mengingatkan pada Rudi, jika dia tidak boleh telat untuk membayar uang angsuran bulan berikutnya. Jika telat, hal yang sama akan di lakukan oleh Barong pada keluarga Rudi.

Linda pun langsung memeluk Deni. Dia mengatakan banyak terima kasih pada Deni yang sudah mau membayar angsuran dari Rudi. Linda tidak tahu lagi, jika Deni tidak datang saat ini. Mungkin saja dirinya akan mendapatkan pelecehan dari Barong.

Deni pun mencoba menenangkan Linda. Di mana Deni akan selalu berusaha untuk melindungi Linda dan keluarganya. Deni berjanji akan selalu menolong keluarga Linda dari segala malapetaka yang datang. Sehingga Linda tidak harus merasa takut dengan apa yang terjadi.

Tidak hanya Linda yang berterima kasih pada Deni. Kedua orangtuanya pun melakukan hal yang sama. Rudi memuji Deni yang berani mengambil resiko. Dia merasa Deni memang pantas untuk menjadi calon menantunya. Seorang pria penuh rasa tanggung jawab.

"Terima kasih Den. Bapak tidak tahu lagi, jika tidak ada kamu saat ini. Mungkin Barong akan melakukan tindakan yang kurang ajar pada Linda. Untung kamu datang ke sini di waktu yang tepat," puji Rudi.

"Sama-sama Pak, Deni juga senang bisa menolong Bapak dan Ibu. Lagipula itu adalah kewajiban bagi Deni juga. Jadi sudah seharusnya Deni melakukan hal itu untuk menyelamatkan Linda dari godaan pria genit tersebut," balas Deni dengan wajah santai.

"Ibu juga mau mengucapkan terima kasih pada Deni. Ibu khawatir dengan Linda, jadi Ibu benar-benar merasa beruntung dengan kedatangan dari Deni di waktu yang tepat ini. Ibu merasa Deni adalah seorang yang luar biasa. Terima kasih Den sudah menolong keluarga kami," ucap Dian penuh semangat.

"Sama-sama Bu. Deni melakukan itu dengan dasar ketulusan dan cinta Deni pada Linda. Jadi Deni akan melakukan apapun untuk

membuat Linda bisa terlindungi," tutup Deni dengan bijak.

Ajakan Kerja

Lela datang ke rumah Linda dengan sebuah berita gembira. Lela mendapatkan informasi dari pihak restoran. Jika ada lowongan yang bisa di isi oleh Linda sebagai seorang pelayan. Lela pun siap memberikan informasi itu pada Linda. Sehingga Linda bisa memiliki kesempatan untuk berkarir di restoran tempat Lela bekerja.

Kedatangan dari Lela langsung di sambut gembira oleh Linda. Lela yang memang kerap pulang ke rumah di kala libur. Terlihat begitu rindu akan Linda. Apalagi mereka di kenal sebagai teman yang cukup dekat. Linda pun langsung mengajak Lela masuk ke dalam kamar. Di mana mereka akan mengobrol banyak di kamar Linda.

Tetapi Lela yang sudah ada janji dengan ibunya. Tidak bisa menerima tawaran dari Linda. Dia harus segera pergi ke pasar untuk membeli perhiasan emas yang di minta oleh ibunya. Apalagi Lela baru saja menerima gaji. Tidak heran Lela pun mengajak ibunya untuk pergi ke toko perhiasan. Bentuk kasih sayang seorang anak pada ibunya.

"Maafkan aku Lin. Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di rumah kamu," ucap Lela.

"Kenapa?"

"Ibuku mengajak pergi ke toko emas. Dia memintaku membeli beberapa perhiasan emas. Kebetulan aku baru saja mendapatkan gaji dan bonus. Jadi aku bisa membeli perhiasan yang memang ibuku inginkan," terang Lela dengan penuh senyuman.

Linda yang belum bisa membuat ibunya bahagia dengan materi yang bisa di berikan. Terlihat begitu sedih menyaksikan fakta akan kebahagiaan yang bisa di berikan oleh Lela pada ibunya. Linda merasa gagal sebagai seorang anak. Di mana tidak bisa membahagiakan kedua orangtuanya.

Melihat Linda yang bersedih, Lela segera menenangkannya. Lela meminta maaf pada Linda, sebab dia tidak bermaksud untuk pamer. Dia hanya bercerita saja, akan dirinya yang akan pergi ke toko perhiasan. Tidak ada maksud untuk pamer, apalagi membuat hati Linda bersedih.

Linda sama sekali tidak merasa Lela pamer. Dia memaklumi itu, Linda hanya sedih akan dirinya yang belum bisa berbuat banyak untuk keluarganya sendiri. Terutama untuk ibunya, itu yang buat Linda merasa sedih.

"Aku merasa gagal sebagai seorang anak. Di mana seharusnya aku bisa membantu perekonomian keluargaku sendiri. Tetapi aku tidak bisa melakukan itu. Padahal aku berharap bisa berbuat banyak. Tetapi aku gagal melakukan itu semua. Aku benar-benar merasa gagal," ucap Linda mulai sedikit menangis.

Lela pun langsung memeluk Linda yang terlihat begitu payah. Dia menenangkan Linda di bahunya. Mengatakan, jika Linda pun sudah begitu berkontribusi dalam keluarganya sendiri. Sehingga tidak ada hal yang harus membuat Linda merasa bersedih.

"Tidak ada yang harus kamu sesali. Apa yang sudah terjadi, itu adalah hal yang terbaik. Kamu hebat Linda. Aku yakin, kedua orangtua kamu bangga," jelas Lela.

Linda menghela nafas sedalam mungkin. Mencoba menenangkan dirinya yang terus merasa tidak layak untuk keluarganya sendiri. Linda harus benar-benar meyakinkan diri, akan dirinya yang bisa lebih baik lagi. Apalagi Linda sudah melakukan banyak hal yang sudah di jalani. Tidak salah bagi Linda untuk selalu merasa beruntung bisa berada di tengah kehangatan yang ada.

Linda semakin tenang, dan mulai semakin membaik. Apalagi saat Lela mengatakan jika dirinya memiliki sebuah informasi yang bagus. Di mana ada lowongan kerja di restoran. Mungkin saja Linda tertarik untuk masuk di tempat kerja dari Lela.

"Tapi apa Deni akan mengizinkanku untuk bekerja di Jakarta. Aku pikir itu akan sulit untuk bisa di lakukan," ucap Linda dengan wajah murung.

"Aku pikir dia harus mengerti. Tidak selamanya kamu akan seperti ini. Kamu di rumah, tidak menghasilkan apapun. Lebih baik kamu bekerja untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Aku tahu, kamu pun ingin membahagiakan keluarga kamu. Memberikan perhiasan untuk Ibu kamu. Handphone yang bagus buat adik kamu. Bisa juga motor buat Bapak kamu. Aku yakin akan hal itu. Kamu harus berani untuk mengatakan yang sebenarnya pada Deni," turut Linda.

Deni dengan sebungkus nasi padang, datang ke rumah Linda. Deni awalnya menyambut baik keberadaan dari Lela. Tetapi saat Deni mendengar informasi lowongan kerja yang diberikan oleh Lela pada Linda. Di saat itu, Deni mulai marah pada Lela.

"Hakikat perempuan itu tidak bekerja. Jadi biarkan dia berada di rumah. Tapi pria yang harus bekerja," ucap Deni dengan wajah kesal.

"Itu benar. Jika kebutuhan dari si perempuan itu bisa tercukupi. Tetapi jika tidak? Apa salahnya jika memang dia mau bekerja. Mungkin dia ingin mengubah nasibnya jadi jauh lebih baik. Tidak seharusnya dia di larang dengan alasan apapun," balas Lela menohok.

Deni melempar nasi Padang yang di bawanya. Dia mulai menatap wajah Lela dengan tatapan yang begitu tajam. Ada kemarahan yang di rasakan oleh Deni akan Lela. Tidak heran, Deni pun terlihat begitu marah dengan apa yang di lakukan oleh Lela pada dirinya.

"Dengar yah. Saya masih mampu membiayai Linda. Tidak seperti cowok kamu yang pengangguran itu. Dia hanya bisa jadi beban buat kamu saja. Tidak bisa melakukan apapun!" ucap Deni semakin marah.

"Bisa membiayai. Buktinya apa? Mana coba! Aku tidak bisa melihat ada perhiasan di tangan Linda. Handphone dia juga, tetap sama saja. Aku rasa sebentar lagi, handphone dia sudah tidak bisa digunakan untuk aplikasi baru. Jadi mana yang kamu bilang bisa membiayai. Kamu jangan ngarang Deni. Jelas-jelas kamu gagal sebagai cowok. Kamu melarang Linda untuk bekerja, padahal Linda pun ingin kehidupan yang lebih layak. Melihat dunia luar, bukan di kurung seperti ini. Kamu masih pacar Linda, bukan suami darinya!" tegas Lela.

Deni semakin marah pada Lela. Dia mengepalkan tangannya. Merasa apa yang di katakan oleh Lela sudah begitu keterlaluan pada dirinya. Namun sebelum Deni melakukan tindakan yang cukup keras pada Lela. Linda langsung menahan Deni sekuat tenaga. Dia meminta Deni untuk tidak melakukan hal bodoh tersebut. Sebab Lela hanya mengatakan apa yang di lihatnya saja. Itu pandangan dari Lela. Sehingga sudah seharusnya bisa di terima oleh Deni. Bukan justru menghardik Lela dengan kekerasan.

Lela sendiri merasa sudah tidak nyaman berada di sana. Dia hanya mengingatkan pada Linda untuk menerima tawaran pekerjaan yang diberikan oleh Lela. Sebab kesempatan itu tidak datang dua kali. Linda harus memikirkan peluang itu sebaik mungkin, jika tidak. Bukan tidak mungkin peluang yang besar itu akan menjadi sia-sia bagi seorang Linda.

Setelah menimbang, Linda pun memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan yang diberikan oleh Lela. Dia mengaku siap untuk bekerja di restoran tempat Lela bekerja. Linda yang memiliki banyak uang seperti Lela. Oleh sebab itu Linda siap pergi ke Jakarta untuk bekerja di restoran tempat Lela bekerja.

Keputusan dari Linda di tentang dengan keras oleh Deni. Tetapi itu sudah keputusan bulat yang tidak bisa di ganggu gugat oleh Deni. Linda ingin bisa membahagiakan kedua orangtuanya. Terutama melunasi hutang dari ayahnya pada bos Barong. Sebab itu yang membuat hidup keluarganya tidak tenang.

Deni sudah tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya setuju dengan keputusan dari Linda untuk bekerja. Di mana Deni dan Linda akan melakukan hubungan jarak jauh. Walaupun hanya berbeda kota saja. Deni pun bisa kapan saja bertemu dengan Linda. Mengingat jarak dari desa ke kota yang tidak terlalu jauh.

"Aku mohon kamu harus paham dengan keputusan yang aku ambil. Aku melakukan ini untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluargaku. Tidak mungkin aku akan bergantung pada kamu terus menerus. Jadi aku harap kamu akan mengerti dengan kondisiku saat ini," ucap Linda menggenggam tangan Deni.

Tidak ada kata apapun dari Deni. Dia segera melepaskan tangan Linda. Sebelum akhirnya pergi dengan penuh rasa kecewa. Deni merasa kecewa dengan keputusan dari Linda yang memilih untuk hijrah ke kota dalam mencari pekerjaan.

Padahal Deni berharap masih bisa bersama dengan Linda.

Mencari Kontrakan

Sekalipun masih merasa kesal dengan keputusan yang di ambil oleh Linda. Deni harus tetap mencari kontrakan untuk tempat tinggal Linda. Deni ingin Linda tinggal di kontrakan yang aman dan nyaman. Sehingga Linda bisa merasa seperti berada di rumahnya sendiri.

Pagi-pagi Deni sudah datang ke rumah Linda dengan motor butut milik pamannya. Motor Deni yang sudah di jual untuk melunasi hutang Rudi. Sehingga kini Deni menggunakan motor butut pamannya untuk berpergian ke manapun.

Linda sudah terlihat begitu cantik dengan kaos pendek yang di kenakan. Deni yang tidak ingin Linda masuk angin. Meminta Linda untuk menggunakan jaket. Sehingga resiko masuk angin pada Linda akan berkurang dengan menggunakan jaket.

Linda sebenarnya malas untuk mengenakan jaket. Tetapi demi menuruti permintaan dari Deni. Linda segera kembali ke dalam rumahnya. Dia mengambil jaket yang diminta oleh Deni.

Baru Deni menyalakan motornya saat sudah melihat Linda dengan jaket tebal yang membungkus tubuhnya. Deni pun langsung meminta Linda untuk segera menaiki motor. Sebab mereka akan segera melakukan perjalanan ke sekitar area tempat Linda akan bekerja. Mungkin saja ada kontrakan kosong yang bisa di isi oleh Linda. Sehingga Linda tidak perlu bolak-balik Jakarta-Puncak.

Sepanjang perjalanan, Linda merasa bahagia. Sebab akhirnya dia bisa bekerja seperti yang di harapkan oleh dirinya selama ini. Apalagi Linda memiliki misi yang cukup mulia. Dia ingin membahagiakan kedua orangtuanya. Sudah pasti, misi itu akan menjadi misi yang penuh tantangan. Tetapi Linda siap melakukan yang terbaik. Sehingga dia akan bekerja dengan baik.

"Aku hanya berpesan saja padamu. Jika bekerja nanti, kamu harus berhati-hati bergaul. Apalagi kamu bekerja di kota. Tentu saja ada banyak hal baru yang akan kamu ketemui. Jadi kamu harus berhati-hati lagi," ucap Deni.

"Iya Sayang. Aku pasti berhati-hati lagi. Aku juga akan selalu menjaga hatiku buat kamu. Tidak akan pernah membuka hati ini untuk orang lain. Aku janji akan hal itu," balas Linda.

Tiba di perkampungan yang tidak jauh dari tempat Linda akan bekerja. Deni dan Linda mulai berinteraksi dengan penduduk lokal. Deni menghentikan motornya tepat di sebuah warung yang di penuhi oleh ibu-ibu yang sedang bergosip.

Sembari membeli dua botol minuman kemasan. Deni mulai mencari informasi perihal kontrakan kosong yang ada di kampung. Sehingga itu akan memudahkan Deni dalam mencari kontrakan yang baik untuk Linda.

"Kalau boleh tahu, di sini lokasi kontrakan sebelah mana yah Bu?" tanya Deni pada penjaga warung.

"Ada Mas. Kontrakan saya masih ada yang kosong satu. Kalau Mas mau, saya bisa antar," jawab salah seorang warga.

Deni dan Linda pun langsung tersenyum mendengar jawaban dari seorang warga tersebut. Mereka merasa beruntung, bisa dengan mudah mendapatkan informasi kontrakan yang memang di butuhkan. Tetapi Deni harus melihat terlebih dahulu, lokasi kontrakan tersebut. Juga melihat keseluruhan dari kontrakan yang akan di tempati oleh Linda.

6 petak kontrakan, dengan sebuah gerbang berwarna hitam. Sepertinya tempat ini jauh lebih aman, dari beberapa kontrakan yang sudah Deni lihat sebelumnya. Halaman yang luas dan bersih, serta bangunan yang masih baru. Semakin menambah kesan baik di mata Deni. Dia semakin yakin, jika kontrakan ini adalah tempat yang cocok untuk di tempati oleh Linda.

Saat melihat penghuni kontrakan lain, tidak ada sosok pria yang mendiami kontrakan. Semuanya hampir di isi oleh perempuan. Deni yang sedikit cemburuan, tidak ingin ada lelaki lain yang akan mendekati Linda. Bukan tidak percaya akan cinta dari Linda, tetapi Deni hanya berjaga-jaga saja.

Kontrakan kosong itu berada di paling pojok. Di mana lokasi kontrakan itu berada di dekat mesin air. Tidak ada masalah bagi Deni, terpenting kontrakan itu bersih dan nyaman. Sudah lebih dari cukup untuknya.

Linda yang mengikuti semua saran dari Deni. Menerima apapun yang Deni katakan. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Semuanya di kuasai oleh Deni, ia hanya menuruti apa yang Deni katakan. Tidak mau beradu argumentasi. Mengingat uang bulanan pertama Linda mengontrak, tentu akan di bayar oleh Deni. Sehingga Linda tidak bisa berkomentar apapun. Selain mengiyakan setiap yang Deni katakan.

Begitu masuk ke dalam kontrakan. Deni semakin merasa cocok dengan kontrakan tersebut. Tidak ada keraguan dari dalam dirinya. Ia pun segera menjabat tangan dari pemilik kontrakan. Di mana Deni bersedia untuk menyewa kontrakan tersebut.

"Saya mau Bu. Sepertinya tempatnya cukup enak dan bersih. Jadi saya mau ambil kontrakan ini," ucap Deni dengan penuh senyuman.

"Baik kalau Mas mau mengambil kontrakan ini. Biaya perbulannya sejuta. Bisa bayar setengah dulu, sisanya kalau Mas memang mau pindah ke kontrakan ini," ucap pemilik kontrakan.

Deni segera merogoh saku celananya. Mengambil beberapa lembar uang yang ada di dompet. Tidak ada keraguan, Deni langsung membayar penuh biaya sewa kontrakan. Deni membayar sejuta untuk kontrakan yang akan di tempati oleh Linda.

Pemilik kontrakan itu pun langsung memberikan kunci kontrakan pada Deni, saat sudah menerima uang pembayaran. Dia merasa senang, sebab Deni langsung membayar penuh yang kontrakan. Beberapa orang hanya membayar uang DP. Mereka seperti tidak serius untuk membayar kontrakan.

Begitu pemilik kontrakan itu telah pergi. Linda langsung mengambil kunci kontrakan dari tangan Deni. Dia segera mengunci pintu kontrakan dari dalam. Menutup rapat jendela kontrakan dengan gorden berwarna hitam. Sebelum berpose dengan tubuh yang menggoda di hadapan Deni.

"Apa kamu tidak mau melewatkan kesempatan ini?" tanya Linda dengan pose yang semakin menggoda iman Deni.

"Melewatkan dalam hal apa?" tanya balik Deni dengan wajah bingung.

Linda segera menghampiri Deni dengan langkah penuh keyakinan. Menaruh kedua tangannya melingkar di leher Deni. Sebelum mengatakan kata-kata seksi di telinga Deni. Kata Seksi yang langsung merangsang Deni. Deni pun langsung menggendong tubuh Linda menuju kamar di kontrakan tersebut. Kebetulan di kamar itu sendiri sudah ada kasur. Sehingga aktivitas cocok tanam yang diharapkan oleh Linda dan Deni akan berjalan sesuai dengan harapan keduanya.

Namun baru akan memulai dengan saling membuat tato di bagian leher masing-masing. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kontrakan. Sepertinya pemilik kontrakan kembali datang. Hingga Deni pun langsung segera berinisiatif untuk membuka kembali pintu kontrakan. Dia kembali mengenakan pakaian yang sudah di lepaskannya tersebut.

"Ada apa Bu?" tanya Deni membuka pintu kontrakan.

"Tidak ada. Hanya saja, saya ingin mengambil kasur yang ada di dalam kontrakan. Pemilik kasur ingin mengambil kasur itu hari ini," jawab pemilik kontrakan.

Mendengar kasur itu akan segera diambil oleh pemiliknya. Linda yang berada di atas kasur, segera bergegas. Dia menghampi

ri Deni dan pemilik kontrakan tepat di depan kontrakan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!