...Happy reading...
...^^^^^^^^^^^^^^^^°^^^^^^^^^^^^^...
"Menikahlah dengan kak Andra, Lun. Kakak mohon... Anggaplah ini sebagai permintaan terakhir kakak." suara Aleena terdengar parau, namun begitu jelas ditelinga Luna hingga membuat Luna melepaskan genggamannya dari tangan sang kakak yang tengah terbaring lemah diatas brankar rumah sakit.
Kedatangan Luna kerumah sakit memang untuk melihat kondisi kakaknya yang menjadi korban kecelakaan tunggal semalam. Diruangan itu juga sudah ada suami Aleena, yaitu Rafandra Harrison dan kedua orang tuanya, Tuan dan Nyonya Harrison.
Luna Adelia Clarissa, seorang gadis yang memiliki kepribadian ceria. Saat ini usianya baru menginjak 21 tahun. 20 tahun lalu Aleena dan Luna terpaksa harus hidup terpisah karena perceraian kedua orang tuanya. Hingga dua bulan lalu Luna kembali mencari keberadaan papa dan kakaknya setelah mamanya meninggal dunia karena kecelakaan.
Saat kedua orang tuanya bercerai usia Luna baru 1 tahun, sementara Aleena berusia 6 tahun. Berbeda dengan Aleena yang hidup berkecukupan, Luna harus menjalani getirnya hidup bersama dengan mamanya selama 20 tahun ini.
Luna menatap Damar, papanya yang juga berada di ruangan itu. Pria itu menganggukkan kepalanya seolah meminta Luna untuk menyetujui permintaan terakhir kakaknya.
"Tidak kak, aku tidak mau. Mana mungkin aku menikahi kakak iparku sendiri." tolak Luna.
Aleena menoleh ke arah suaminya yang sedang berdiri disampingnya sambil menggenggam erat tangannya yang satu lagi.
"Sayang... tolong jaga dan cintai adikku, Luna." Aleena merasa bersalah pada adik kandungnya itu hingga dia ingin Luna merasakan kebahagiaan yang tidak pernah Luna rasakan sejak Luna kecil. Walaupun Aleena tidak bersalah dalam hal ini, tapi dia ingin menebus semuanya pada Luna. Dia ingin melihat Luna bahagia.
Andra tidak menjawab ucapan istrinya, dia hanya bisa menangis tergugu mendengar permintaan istrinya itu. Aleena menatap kembali ke arah Luna, menatapnya dengan penuh harapan, berharap Luna akan mengabulkan permohonan terakhirnya itu.
"Lu-Luna... Belajarlah untuk mencintai kak Andra. Menikahlah dengannya, kakak mohon....."
Kondisi Aleena yang kritis membuatnya tidak bisa bicara banyak. Dia merasakan dadanya semakin sesak dan nafasnya begitu berat. Pandangannya seketika memudar dan semuanya tiba-tiba nampak gelap. Genggaman tangan Aleena pada Andra pun terlepas.
Tiiiiiiitttttttttt.....
Suara monitor rumah sakit berbunyi, menandakan bahwa pasien sudah meninggal dunia. Para dokter dan suster yang juga berada di ruangan itu langsung mengambil tindakan cepat. Dua keluarga menunggu dengan cemas, mereka berharap akan ada keajaiban untuk Aleena.
"Kami mohon maaf, pasien sudah meninggal dunia." ucap dokter dengan nada suara lemas.
"Tidak! Putriku tidak mungkin meninggal. Cepat selamatkan dia, Aleena harus tetap hidup." Damar berlari dan memeluk tubuh Aleena, dia tidak menyangka putri kesayangannya itu harus pergi secepat ini.
"Kak Aleena, bangun kak...." tangis Luna.
Tubuh Luna terasa lemas, tiga bulan lalu dia juga merasakan hal yang sama saat mamanya meninggal dirumah sakit. Padahal dia juga baru mengetahui tentang keberadaan papa dan kakaknya dari cerita mamanya sebelum meninggal dunia. Namun sekarang dia juga harus kehilangan Aleena, kakaknya.
Andra tidak bisa menahan kesedihannya, dia berjalan mundur, menjauh dari brankar yang sedang ditiduri oleh istrinya. Andra memilih untuk keluar ruangan IGD, dia berjalan dengan sempoyongan. Tubuh pria itu nampak bergetar, dia merasa belum siap kehilangan istri yang sudah dia nikahi selama satu tahun ini.
Andra menyenderkan tubuhnya didinding rumah sakit, perlahan dia menjatuhkan dirinya dan terduduk diatas lantai dengan lemas. Kedua tangannya menjambak rambutnya dengan kuat, dia ingin berteriak sekeras mungkin, betapa hancur dan sakitnya hatinya saat ini melihat wanita yang sangat dia cintai sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
...❣️❣️❣️❣️❣️...
Acara pemakaman hari ini dihadiri oleh dua keluarga besar. Pemakaman berlangsung dengan dramatis. Soraya yang adalah ibu sambung Aleena terus menangis. Dia merasa terpukul atas kepergian Aleena yang tiba-tiba itu.
Damar menarik tangan Luna, dia mengajak Luna untuk menjauh sedikit dari makam Aleena. Dia ingin mengatakan hal yang serius pada putrinya itu.
"Jika kamu merasa keberatan dengan permintaan terakhir Aleena, papa tidak akan memaksa kamu." Damar sengaja bertanya pada Luna lebih dulu sebelum mereka berkumpul dengan keluarga Harrison dan membicarakan tentang wasiat terakhir Aleena saat dirumah sakit.
Damar tau permintaan Aleena begitu berat untuk Luna. Hingga dia tidak ingin memaksa Luna untuk menjalankan wasiat itu, dengan menikahi kakak iparnya sendiri.
Luna tidak menjawab, dia melihat ke arah orang-orang yang sedang mengelilingi makam kakaknya. Pandangannya tertuju pada Andra, pria itu terus terdiam sejak keluar dari rumah sakit.
Luna mengingat kebaikan Aleena selama dua bulan ini. Aleena begitu bahagia bisa bertemu dengannya, adik kandungnya. Bahkan Aleena rela beberapa kali menginap di rumah papanya demi ingin lebih dekat dengan Luna.
"Walaupun baru dua bulan bertemu dengan kak Aleena, tapi kakak begitu baik padaku. Aku tidak tau kenapa kak Aleena meminta ini padaku. Aku tidak ingin mengecewakan kakak." ucap Luna.
"Pernikahan bukan hal yang mudah, Luna. Apalagi kamu dan Andra tidak saling mencintai. Bagaimana kalian akan menjalani pernikahan ini nanti kedepannya." Damar tidak ingin perceraian yang terjadi antara dirinya dengan istri pertamanya juga terjadi pada anak-anaknya.
"Lalu apa papa tega membuat kak Aleena sedih? Kak Aleena tidak pernah meminta apapun padaku, aku tidak ingin membuat kak Aleena sedih dan kecewa. Aku akan menerima pernikahan ini walaupun aku dan kak Andra tidak saling mencintai."
Damar menghela nafas berat, dia tidak bisa bisa melarang Luna lagi. Damar merasa sangat bahagia karena Luna dan Aleena begitu saling menyayangi. Walaupun Aleena harus pergi dengan begitu cepat.
Selesai acara pemakaman, dua keluarga itu berkumpul di kediaman keluarga Harrison.
"Sesuai permintaan terakhir Aleena, kita disini untuk membicarakan tentang pernikahan Andra dan Luna. Papa terserah pada kalian berdua saja, mau menjalankan wasiat itu atau tidak. Papa tidak akan memaksa karena kalian kan juga belum saling mengenal." ujar tuan Antonio, papa Andra.
Soraya segera menjawab ucapan tuan Antonio, "Apa sebaiknya kita pertimbangkan lagi permintaan terakhir Aleena itu. Luna baru saja berkumpul dengan kami kembali. Dia baru memulai kehidupan baru, kami tidak ingin memaksa Luna untuk menikah dengan nak Andra."
Damar menimpali ucapan istrinya. "Kalau saya terserah anak-anak saja. Karena mereka yang akan menjalaninya."
Soraya segera menyenggol lengan suaminya yang duduk disampingnya. Dia merasa tidak setuju dengan pernikahan Luna dan Andra, dia ingin suaminya mendukung keputusannya itu. Namun Damar sudah memasrahkan semua keputusan ditangan Luna. Luna pasti tau apa yang terbaik untuk dirinya.
Tuan Antonio menatap kearah Andra, sejak tadi putranya itu hanya terdiam. Antonio merasa wajar karena Andra begitu mencintai Aleena, pasti tidak mudah bagi Andra untuk menerima kepergian Aleena yang terjadi begitu cepat.
"Andra, keputusan ada ditangan kamu sekarang. Papa akan mendukung apapun keputusan kamu itu." ucap Tuan Antonio pada Andra.
"Kamu tidak harus menikahi Luna, sayang. Jadi jangan anggap permintaan Aleena kemarin sebagai beban. Kamu pertimbangkan baik-baik ya?" ujar Nyonya Devina, mama Andra.
Semua orang menatap pada Andra, mereka menunggu jawaban dari pria yang baru saja menyandang status sebagai duda itu. Kemudian Andra segera bangun dari duduknya, masih dengan wajah dinginnya Andra menatap satu persatu orang yang berada di ruangan itu.
"Aku akan menikah dengan Luna. Siapkan acara pernikahan untuk kami besok."
...❣️❣️❣️❣️❣️...
💐Like dan komennya aku tunggu lho kakak-kakak 💐 🥰🙏
Keputusan Andra untuk menikahi Luna sesuai permintaan terakhir Aleena tentunya menjadi perdebatan antara Soraya dan Damar. Karena sejak dulu Soraya sebenarnya ingin menjodohkan putra keluarga Harrison itu dengan anak kandungnya, Felicia Mercury.
"Mas! Kenapa kamu tidak protes tadi? Kita masih memiliki anak lain yang bisa menikah dengan Andra, kenapa harus Luna, mas?" Soraya segera duduk disamping suaminya, saat ini mereka sudah berada dirumah mereka.
"Ini keinginan Aleena, papa tidak bisa melarang. Lagipula nak Andra juga menyetujui rencana pernikahan ini, lalu apa yang harus dipermasalahkan??" Damar merasa sangat kesal karena istri keduanya itu selalu saja menyalahkan setiap tindakan yang dia lakukan, sepertinya dirinya tidak pernah benar dimata Soraya.
Satu tahun lalu saat Andra dan keluarganya datang untuk melamar Aleena, Soraya juga protes dengan alasan Felicia juga sangat mencintai Andra. Bahkan Felicia lebih dulu mengenal Andra daripada Aleena.
"Kamu kan tau mas kalau Felicia sangat mencintai Andra. Kenapa tidak Felicia saja yang menikah dengan Andra? Luna kan baru berkumpul dengan kita. Sebaiknya Luna jangan menikah dulu mas, lagipula usia Luna masih sangat muda, Felicia jauh lebih dewasa dan lebih pantas untuk menggantikan Aleena sebagai istri Andra."
Felicia memang saat ini sudah berusia 24 tahun dan sudah pantas untuk menikah. Dulu diam-diam Damar dan Soraya menjalin hubungan gelap dibelakang istri pertama Damar, Dania. Sehingga saat Aleena berusia 2 tahun, Damar sudah memiliki putri lain yaitu Felicia. Hingga saat Felicia sudah berumur 4 tahun, Soraya datang menemui Dania dan menceritakan tentang hubungan dirinya dengan Damar yang sudah menikah siri dan sudah memiliki seorang anak.
Damar menarik nafas panjang, "Papa tidak bisa berbuat apa-apa ma, semua keputusan ada di tangan nak Andra. Dia tau apa yang harus dia lakukan."
Soraya merasa kesal mendengar ucapan suaminya, dia segera bangun dari duduknya.
"Kamu memang tidak berguna, mas. Tidak pernah bisa diandalkan!"
Setelah berkata seperti itu Soraya langsung pergi kekamarnya, meninggalkan Damar sendirian duduk di sofa ruang tengah. Pertengkaran seperti ini sudah biasa untuk Damar. Sebagai istri, Soraya memang tidak pernah menghargai dirinya sebagai seorang suami. Sifat Soraya sangat berbeda sekali dengan istri pertamanya, Dania. Dania adalah wanita yang lembut dan penuh dengan kasih sayang. Sekarang Damar menyesal karena dulu telah tergoda dengan Soraya hingga dia berselingkuh dibelakang Dania.
...❣️❣️❣️❣️❣️...
Keesokan harinya...
Sejak semalam Andra tidak bisa tidur, dia terus mengurung diri di dalam kamar sambil memandangi foto mendiang istrinya. Kepergian Aleena yang begitu tiba-tiba menyisakan kesedihan yang sangat dalam dihati Andra. Aleena adalah sosok wanita berhati lembut, mungkin sepanjang hidupnya Andra akan sulit untuk jatuh cinta lagi pada wanita lain walaupun Andra sudah memutuskan untuk menikah dengan Luna sesuai keinginan terakhir Aleena.
"Aleena, sayang. Kenapa kamu harus pergi secepat ini. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu, aku sangat mencintai kamu, Aleena."_ kata hati Andra.
Andra berjalan menuruni tangga dengan menggunakan kemeja putih dan jas berwarna hitam. Semua orang sudah menunggunya untuk mengucapkan ijab kabul. Lalu dia duduk disamping Luna yang sudah memakai baju kebaya berwarna putih.
Dan pernikahan itu pun akhirnya terjadi. Dalam sekali tarikan nafas Andra menyebutkan nama Luna didepan para saksi dan wali nikah hingga kini mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan itu hanya dihadiri oleh dua keluarga tanpa mengundang tamu lain. Karena mereka masih dalam keadaan berduka atas meninggalnya Aleena.
Tuan Antonio menghampiri Damar yang sedang berdiri termenung didepan rumahnya. Antonio sangat mengerti sekali dengan kesedihan Damar, pasti sangat berat bagi Damar untuk melepaskan Luna karena mereka baru saja bertemu setelah terpisah selama 20 tahun lamanya.
"Damar, sekarang Luna sudah menjadi menantu dikeluarga Harrison. Jadi mulai hari ini Luna akan tinggal disini bersama dengan kami." ujar tuan Antonio mengingatkan status baru Luna.
"Saya tidak keberatan, memang sudah seharusnya Luna ikut dengan suaminya karena dia sudah menikah. Tapi, jika Luna melakukan kesalahan tolong dimaklumi tuan Antonio. Dia masih harus beradaptasi dengan lingkungan barunya." jawab Damar yang mengkhawatirkan keberadaan Luna ditengah-tengah keluarga Harrison.
Damar memang bekerja diperusahaan milik keluarga Harrison. Itulah sebabnya dia sangat patuh pada tuan Antonio. Damar hanya merasa takut jika Luna tidak bisa mengimbangi keluarga itu dan Luna akan merasa malu atau dipermalukan nantinya.
Tuan Antonio menepuk-nepuk punggung Damar, "Jangan khawatir, kami pasti akan memperlakukan Luna dengan baik disini. Kami akan memperlakukan Luna seperti kami memperlakukan Aleena."
Damar hanya menganggukkan kepalanya, dalam hatinya dia tetap merasa khawatir. Kemudian mereka segera bergabung dengan Luna dan Andra yang sedang duduk bersama dengan Soraya dan Devina diruang tengah.
Andra masih nampak terdiam dan tidak banyak bicara. Pembicaraan itu hanya obrolan antara kedua orang tua saja karena Luna juga memilih untuk diam.
Setelah mengobrol cukup lama, kini waktunya Damar dan Soraya untuk berpamitan pulang.
"Luna, papa sama mama pulang dulu ya nak? Kamu baik-baik ya disini." Damar mengatakannya dengan menangis. Baru dua bulan dia berkumpul dengan putri bungsunya itu, namun sekarang dia harus kembali berpisah karena Luna harus tinggal dengan suaminya.
Luna memeluk Damar, dia berusaha untuk tidak menangis. Dia tidak ingin membuat papanya semakin bertambah sedih.
"Papa jangan khawatir, Luna pasti bisa menjaga diri dengan baik. Luna sudah besar, pa." ucap Luna.
Damar melepaskan pelukannya, dia membelai wajah putrinya itu dengan lembut. Dari kecil Luna tidak mendapatkan perhatian dari dirinya, bahkan sekarang pun dia seperti tidak diijinkan untuk menjaga dan mengurus Luna.
"Sudahlah, mas. Ayo kita pulang, ini sudah malam. Kasian Felicia sendirian dirumah." Felicia memang tidak mau hadir dipernikahan itu, sehingga Soraya harus berbohong jika putrinya itu sedang tidak enak badan karena masih sangat kehilangan Aleena. Padahal Felicia sedang merasakan kecewa untuk yang kedua kalinya.
Setelah berpamitan, Damar dan Soraya pun meninggalkan kediaman keluarga Harrison. Tuan Antonio memandang ke arah Andra dan Luna, saat ini mereka masih berdiri didepan rumah setelah mengantarkan kedua orang tua Luna.
"Andra, bawa Luna kekamar. Luna pasti lelah dan ingin beristirahat." ucap tuan Antonio.
Andra hanya menganggukkan kepalanya, kemudian dia menatap Luna sebentar sebelum berjalan masuk ke dalam rumah. Luna terpaksa harus mengikuti berjalan dibelakang Andra. Mulai malam ini dia harus menjalani kehidupan barunya sebagai nyonya Rafandra Harrison.
Andra masuk kedalam kamar, lalu dia membalikkan badannya dan menatap Luna. Luna yang merasa Andra terus menatapnya merasa sangat gugup, apalagi ini adalah pertama kalinya dia berada dalam satu ruangan bersama dengan seorang pria.
"Sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Aleena dihati aku, sekalipun kamu adalah adik kandungnya." ucap Andra, pria itu menatap Luna dengan tatapan dingin.
Luna menganggukkan kepalanya mengerti, lagipula dia juga tidak mencintai Andra. Pernikahan mereka hanya untuk sekedar menjalankan wasiat dari Aleena saja. Kemudian Andra masuk ke dalam kamar mandi dan meninggalkan Luna yang masih berdiri terpaku. Luna memandang ke arah ranjang, itu adalah ranjang milik Aleena. Haruskah malam ini dia tidur di ranjang itu bersama dengan Andra?
Tok...
Tok...
Tok...
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Luna. Devina masuk ke dalam kamar itu karena memang kebetulan pintu kamar itu belum ditutup.
"Ta-tante..."
"Kok Tante sih? Panggil mama dong, sekarang kamu kan sudah jadi istri Andra, menantu mama." protes Devina pada Luna.
"I-iya mama..."
Devina tersenyum dan mengusap wajah Luna sebentar. Kemudian dia menunjukkan koper Luna yang dia bawa.
"Mama kesini untuk anterin koper kamu. Sama ini, mama punya hadiah buat kamu." Devina memberikan paper bag ditangannya pada Luna.
Tiba-tiba wajah Devina berubah sedih dan matanya berkaca-kaca, "Mama tau ini pasti tidak mudah untuk kamu. Tapi mama percaya pilihan Aleena pasti tidak akan salah."
Devina segera keluar dari kamar putranya setelah berkata demikian, dia menutup pintu kamar itu dengan rapat. Luna menatap pintu yang sudah tertutup rapat itu. Dia merasa Aleena begitu beruntung karena semua orang sangat menyayanginya.
Kemudian Luna menarik kopernya kepinggir ranjang setelah Devina keluar. Dia menaruh paper bag yang diberikan mama mertuanya itu diatas ranjang, Luna membuka paper bag itu dan mengeluarkan isinya, seketika matanya langsung membulat sempurna melihat sebuah lingerie berwarna merah yang begitu menerawang. Bisa-bisanya ibu mertuanya menyiapkan hal seperti itu untuknya?
Ceklek...
Pintu kamar mandi terbuka, Andra keluar dari dalam kamar mandi dan sudah mengganti bajunya dengan kaos berwarna putih dan celana panjang putih. Luna yang merasa kaget langsung menyembunyikan lingerie ditangannya kebelakang tubuhnya. Sangat memalukan rasanya jika Andra melihat benda haram itu.
Andra berjalan mendekati Luna, gadis itu nampak sangat gugup sekali. "Ada apa? Apa yang kamu sembunyikan?"
Luna berpura-pura tertawa untuk menutupi kepanikannya. "A-aku mau mandi dulu kak!"
Luna langsung berlari cepat kedalam kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras. Luna sampai tidak sadar jika dia tidak membawa baju ganti dan malah membawa lingerie pemberian mama mertuanya kedalam kamar mandi.
...❣️❣️❣️❣️❣️...
💐 Ditunggu like dan komennya ya kakak-kakak 🤗💐
Luna merasakan jantungnya berdegup dengan kencang hanya karena sebuah lingerie. Luna mencoba mengatur nafasnya, menariknya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara pelan-pelan.
"Kak Aleena, apa yang harus aku lakukan pada suami kakak itu? Aku tidak pernah tidur dengan seorang pria, bagaimana ini??" gumam Luna pelan karena takut terdengar oleh Andra.
Luna dibuat kembali kaget saat dia memandang lingerie berwarna merah ditangannya.
"Ya Tuhan, kenapa aku membawa barang haram ini? Tidak mungkin aku memakainya kan?" Luna melemparkan lingerie itu kearah wastafel, lalu dia menempelkan telinganya ke pintu. "Apa dia sudah tidur ya? Sebaiknya aku mandi saja dulu sambil menunggu kak Andra tidur, baru aku bisa mengambil koperku."
Akhirnya Luna memutuskan untuk mandi lebih dulu. Dia segera membuka kain yang menempel di tubuhnya sembari mengisi bathtub. Beruntung selama dua bulan ini Aleena sudah mengajarinya banyak hal sehingga dia bisa menggunakan kamar mandi milik orang kaya. Karena biasanya Luna hanya tinggal dikontrakkan kecil bersama dengan ibunya.
Sementara itu Andra tengah duduk ditepi ranjang, dia memegang foto mendiang istrinya yang terbingkai dengan indah.
"Aleena, apa kamu bahagia sekarang, sayang? Aku sudah memenuhi keinginan terakhir kamu." gumam Andra pelan.
Andra sangat mencintai Aleena, hingga dia selalu menuruti apapun keinginan istrinya itu. Beruntung Aleena adalah wanita yang pengertian dan tidak pernah meminta hal yang aneh-aneh padanya. Kecuali keinginan terakhir Aleena ini. Dan Andra pun terpaksa harus mengabulkannya demi mendiang istrinya itu.
Kemudian Andra meletakkan kembali foto itu diatas nakas, dia memandang ke arah pintu kamar mandi. Sudah hampir satu jam tapi Luna belum keluar dari kamar mandi. Andra segera bangun dan mengetuk pintu kamar mandi itu. Andra tidak berniat untuk melakukan malam pertama dengan Luna, dia hanya khawatir terjadi sesuatu dengan Luna didalam sana. Kehidupan seperti ini pasti sangat awam bagi Luna karena belum terbiasa.
Andra mengetuk pintu itu dengan pelan, "Apa ada yang kamu butuhkan?"
Tidak ada sahutan dari Luna, hingga Andra ingin kembali mengetuk pintu namun tiba-tiba Luna membuka pintunya dengan pelan. Luna hanya menunjukkan wajahnya saja karena dia hanya memakai handuk saja. Sebenarnya sejak tadi Luna ingin keluar tapi dia merasa malu saat melihat Andra sedang duduk di tepi ranjang sambil melamun memandangi sebuah foto, hingga Luna mengurungkan niatnya untuk keluar dari kamar mandi.
"Maaf kak, aku lupa tidak membawa baju ganti. Bisakah kakak membantuku untuk mengambilkannya?" Luna mengatakannya dengan ragu-ragu. Dia takut Andra akan marah padanya.
Andra melihat ke arah koper Luna yang berada di sisi ranjang. Dia mengambil koper itu dan menaruhnya diatas ranjang. Kemudian Andra membuka koper itu untuk mengambilkan baju ganti untuk Luna. Namun Andra dibuat terkejut saat yang dia lihat pertama kali adalah bra dan ce-lana da-lam wanita. Luna memang menaruh pakaian dalamnya paling atas saat berkemas dirumah papanya tadi siang.
Andra segera memalingkan wajahnya, biasanya dia hanya melihat milik Aleena saja. Sepertinya sekarang dia juga harus terbiasa melihat apapun milik Luna karena mereka sudah satu kamar.
Akhirnya Andra memutuskan untuk menutup koper itu kembali dan menariknya ke arah kamar mandi. Pintu kamar mandi masih terbuka sedikit karena Luna masih berdiri dibelakang pintu dan sedang menunggu Andra.
"Ini, kamu ambil sendiri saja. Aku akan keruangan kerjaku dulu untuk mengurus beberapa pekerjaan. Jadi kamu bisa tidur duluan, tidak perlu menunggu aku." Andra segera pergi meninggalkan kamarnya. Andra tidak benar-benar pergi untuk bekerja, sebenarnya Andra hanya ingin menghindari kecanggungan antara dirinya dan Luna. Hingga dia memilih untuk menyendiri di ruangan kerjanya.
Setelah mendengar pintu kamar ditutup, Luna segera menarik kopernya kedalam kamar mandi. Lalu dia memilih baju untuk dia pakai.
Luna melirik ke arah lingerie yang dia gantungkan dikamar mandi.
"Semua ini gara-gara kamu. Kalau tidak ada kamu pasti aku sudah membawa baju ganti tadi dan tidak perlu berlama-lama didalam kamar mandi." Luna berbicara pada lingerie, seolah-olah lingerie itu bisa mendengarnya.
Selesai memakai bajunya, Luna segera keluar dari kamar. Luna memandang ke arah ranjang, sebenarnya dia sudah sangat mengantuk dan lelah, tapi dia takut Andra akan marah jika dirinya tidur diatas ranjang. Akhirnya Luna memutuskan untuk tidur disofa saja.
Luna merebahkan dirinya diatas sofa, dia memandangi foto pernikahan Aleena dan Andra yang terpajang di dinding kamar itu. Luna menghela nafas berat, mungkin mulai malam ini dia harus terbiasa dengan kehidupan barunya sebagai istri seorang Rafandra Harrison.
Perlahan mata Luna terpejam, dia sudah tidak kuat untuk menahan rasa kantuknya.
...🌲🌲🌲🌲🌲...
Soraya masuk ke dalam kamar putrinya saat mendengar kegaduhan dari dalam kamar itu. Rupanya Felicia sedang melempar dan membanting semua barang-barang dikamarnya hingga kamar itu sekarang sudah nampak seperti kapal pecah.
"Sayang, kamu ini apa-apaan sih? Berisik tau! Kalau papa denger gimana?" ujar Soraya, beruntung Damar sudah tidur, hingga saat mendengar Felicia sedang mengamuk, dia langsung mendatangi kamar putrinya.
"Ma! Kok mama diem aja sih pas kak Andra nikah sama Luna. Harusnya mama ngajuin aku buat gantiin kak Aleena. Mama kan tau aku cinta banget sama kak Andra." wajah Felicia nampak sangat kesal, dia tidak terima dengan pernikahan Luna dan Andra.
"Mama juga sudah bilang begitu sama papa kamu. Tapi Andranya mau nikahin Luna, jadi mama tidak bisa berbuat apa-apa." jawab Soraya. Kemudian Soraya berjalan mendekati Felicia dan mengusap-usap rambut putrinya. "Kamu tenang saja sayang, pernikahan mereka tidak akan mungkin berlangsung lama. Mereka tidak saling mencintai, dan Luna kamu tau sendiri."
Soraya yakin Andra tidak akan kuat lama dengan sikap Luna yang kampungan dan kekanak-kanakan. Luna memang sangat berbeda dengan kakaknya, Aleena. Aleena adalah seorang wanita yang dewasa dan lembut. Jadi wajar saja jika Andra jatuh cinta pada Aleena. Tapi Luna? Tidak mungkin seorang Affandra Harrison bisa jatuh cinta pada seorang wanita seperti Luna.
...🌲🌲🌲🌲🌲...
Luna menggeliat pelan, lalu dia membuka matanya perlahan dan mulai mengumpulkan nyawanya. Dia lupa semalam tidur jam berapa, bahkan dia tidak mendengar Andra kembali ke kamar.
Luna memiringkan kepalanya kesamping dan melihat sofa yang semalam dia tiduri. Seketika jantungnya seperti berhenti berdetak.
"Kalau sofanya disana, berarti ini???"
Luna segera membalikkan kepalanya kekanan dan melihat wajah tampan yang sedang tidur disampingnya. Luna nampak menegang, dia hampir saja berteriak, namun dia segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Aku sampai lupa jika kemarin aku sudah menikah dengan kakak iparku ini." ucap Luna dalam hati.
Luna memperhatikan wajah Andra yang sedang tertidur miring menghadap kearahnya. Luna memperhatikan wajah Andra, dari keningnya, matanya, hidungnya, dan kini tatapan Luna berhenti dibibir milik pria itu.
Luna menelan salivanya, membayangkan bagaimana jika bibirnya menyentuh bibir itu. Selama ini dia belum pernah berciuman dengan seorang pria, membayangkan saja tidak berani.
"Apa yang sedang aku pikirkan? Otakku pasti sedang bermasalah!" Luna kembali berbicara dalam hati. Kemudian dia segera bangun dan pergi kekamar mandi.
Luna melepaskan semua pakaiannya, dia harus segera mandi sebelum Andra bangun. Beruntung Luna masih meninggalkan kopernya didalam kamar mandi semalam hingga dia tidak perlu meminta Andra untuk mengambilkan pakaian ganti lagi untuknya.
Selesai mandi dan bersiap, Luna segera keluar dari dalam kamar mandi. Dia melihat Andra yang sudah bangun dan sedang duduk di tepi ranjang. Luna menaruh kopernya dipinggir lemari. Dia tidak tau harus menaruh barang-barangnya dimana. Didalam lemari itu pasti sudah penuh dengan pakaian milik Andra dan Aleena. Luna tidak ingin menyingkirkan barang-barang mendiang kakaknya karena takut Andra akan marah.
Kemudian Luna berjalan menghampiri Andra. "eeemmm kak, semalam...."
Luna tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat Andra bangun dari duduknya dan menatapnya dengan tatapan dingin.
"Tidak terjadi apa-apa semalam. Jadi tidak perlu berfikir yang terlalu jauh. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyentuhmu. Pernikahan ini terjadi karena aku tidak ingin mengecewakan Aleena." Andra segera pergi kekamar mandi setelah berkata demikian. Baginya istrinya tetaplah Aleena, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Aleena.
Luna menatap punggung Andra yang semakin jauh dan menghilang dibalik pintu kamar mandi. Sebisa mungkin dia berusaha untuk tetap tersenyum walaupun Andra terus bersikap dingin padanya.
"Kak Aleena, kakak sangat beruntung karena suami kakak sangat mencintai kakak. Sampai kapanpun aku tidak akan bisa menggantikan posisi kakak." gumam Luna dengan pelan.
Kemudian Luna membuka lemari, dia akan menyiapkan pakaian untuk Andra. Kemarin selesai acara pernikahan Andra memang sudah mengatakan dihadapan keluarga mereka jika mulai hari ini dia akan masuk kantor sehingga Luna akan menyiapkan style kerja untuk suaminya itu.
Luna menatap satu persatu pakaian yang sudah dia siapkan diatas ranjang. Sudah ada kemeja putih, celana bahan hitam dan jas berwarna hitam. Luna juga sudah menyiapkan dasi yang senada dengan pakaian yang dia siapkan.
"Apa lagi ya?" Luna mengingat-ingat sepertinya ada yang kurang. Lalu dia membuka lemari lagi dan mencari-cari sesuatu.
Luna membuka laci yang berisikan pakaian da-lam milik Andra. Dia mengambil satu dan membuka benda berbentuk segitiga itu. Mata Luna membulat, dia menjadi sulit untuk menelan salivanya, ini adalah pertama kalinya dia melihat pakaian dalam milik seorang pria.
Ceklek...
Pintu kamar mandi terbuka, sepertinya Andra sudah selesai mandi. Luna buru-buru menyembunyikan ce-lana da-lam milik Andra dibelakang tubuhnya.
...❣️❣️❣️❣️❣️...
💐 Ditunggu like, vote, komen dan hadiahnya ya kakak-kakakku 🥰💐
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!