NovelToon NovelToon

Kampung Santet

1. Ngetest

Prashadi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh enam tahun. Berkulit sawo matang, berambut ikal dan memiliki sepasang mata yang menyorot teduh. Keistimewaan raganya itu tentu saja membuat Prashadi dikagumi banyak wanita. Meski pun begitu Prashadi hanya setia pada satu wanita yang selama ini menjadi kekasihnya.

Orangtua Prashadi bernama Supriyadi dan Titik, adalah pedagang beras yang cukup sukses di wilayah mereka tinggal. Keduanya memiliki toko beras di pasar yang laris diserbu pembeli setiap hari.

Prashadi merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak perempuan Prashadi bernama Pramita, sedangkan adik laki-lakinya bernama Panji. Ketiganya hidup rukun dan saling menyayangi.

Hubungan Prashadi dengan kekasihnya yang bernama Kayla telah terjalin hampir dua tahun. Namun kedua orangtua Prashadi terang-terangan menentang hubungan mereka. Menurut Supri dan Titik, Kayla bukan lah wanita yang tepat untuk Prashadi karena sosoknya yang sombong dan manja.

" Kamu butuh pendamping yang dewasa Pras. Bukan yang manja dan sombong kaya si Kayla itu. Percuma cantik kalo ga bisa apa-apa. Nanti malah jadi beban buat Kamu," kata Titik suatu hari.

" Beban apa sih maksud Ibu. Sebagai laki-laki dan kepala keluarga nanti, kan memang sudah seharusnya Aku menanggung semuanya," sahut Prashadi dengan santai namun berhasil mengejutkan Titik.

" Eh, apa Kamu bilang Pras ?. Kamu berniat menikahi Kayla ya. Jangan harap Ibu bakal merestui pernikahanmu kalo Kamu tetap milih Kayla jadi Istrimu !" kata Titik marah.

" Tapi Bu ...," ucapan Prashadi terputus karena Supri yang baru saja tiba, memotong kalimatnya dengan cepat.

" Bapak juga ga setuju !. Kenapa Kamu belum mutusin Kayla sih Pras ?. Kamu kan udah tau Bapak sama Ibu ga suka sama dia," kata Supriyadi.

" Tapi ga suka juga kan harus ada sebabnya Pak," sahut Prashadi.

" Oh jadi Kamu mau tau apa sebabnya Bapak ga suka sama Kayla ?" tanya Supriyadi.

" Iya Pak," sahut Prashadi.

" Perlu kamu tau, selama menjalin hubungan sama Kayla, Kamu berubah. Jadi ga sopan dan pembangkang. Bukan cuma Bapak yang menilai begitu, tapi semua orang. Itu yang bikin Bapak ga suka sama si Kayla. Belum jadi Istri aja udah bisa bikin Kamu membangkang, apalagi kalo udah jadi Istri nanti. Bisa-bisa Kamu nginjek-nginjek orangtuamu ini Pras !" kata Supriyadi sambil melotot.

" Betul. Harusnya Kamu sadar Pras, itu artinya Kayla ga baik buat Kamu. Kalo dia baik, harusnya dia bisa memberi efek baik juga buat Kamu bukan malah sebaliknya !" kata Titik.

" Ada apa sih ini ?. Pagi-pagi udah pada ribut. Suaranya kedengeran sampe luar lho ...," sela Pramita tiba-tiba.

Semua orang menoleh kearah Pramita yang berdiri di ambang pintu. Titik pun bergegas menghampiri Pramita lalu membantunya duduk di sofa ruang tamu dengan hati-hati.

" Ada apa Mita, bayimu baik-baik aja kan ?. Kenapa ke sini ?. Kamu kan bisa telepon, nanti Ibu yang ke rumahmu," kata Titik sambil mengusap perut Pramita yang membuncit itu dengan cemas.

" Aku dan bayiku gapapa Bu. Aku abis jalan-jalan sesuai anjuran Bu Bidan. Pas lewat depan rumah kok Aku denger suara ribut-ribut, makanya Aku mampir. Emang apa sih yang diributin ?" tanya Pramita.

" Biasa Mit. Adikmu Pras itu suka sekali bikin darah tinggi Ibu kumat. Udah disuruh mutusin Kayla, kok malah mau dinikahin. Siapa yang ga kesel jadinya," sahut Titik sambil cemberut.

" Oh itu," kata Pramita sambil tersenyum.

" Kok malah senyum-senyum sih Mit. Ini serius lho. Bapak sama Ibu ga setuju kalo Pras nikah sama Kayla !" kata Titik gusar.

Pramita pun menoleh kearah Prashadi untuk meminta penjelasan namun sang adik hanya menggedikkan bahunya.

" Ada baiknya Kamu pertimbangkan keinginan Bapak sama Ibu Pras. Jujur Aku juga ga sreg sama si Kayla itu. Selain manja, orangnya juga agak sombong ya. Kalo ngomong tuh tinggi banget. Itu nyebelin tau ga. Dan setelah beberapa kali ketemu Aku juga tau kalo dia ga tulus sama Kamu. Bahaya lho Pras. Kalo dia nikah sama Kamu dia kan bakal jadi Adik iparku juga. Terus gimana cara ngeblandnya kalo sejak awal aja terlalu banyak perbedaan begini Pras ...," kata Pramita sambil mengusap-usap perutnya yang membuncit itu dengan lembut.

Ucapan Pramita membuat Prashadi tersentak. Meski diucapkan dengan santai, namun mampu membuat Prashadi tersentuh dan mengingat kembali apa yang terjadi.

Selama ini Prashadi tahu Kayla sulit membaur dengan keluarganya karena menurut Kayla keluarganya terlalu kaku. Prashadi berusaha memahaminya dan berharap semua membaik seiring waktu nanti.

Tapi ucapan Pramita yang mencerminkan ketidak nyamanan itu membuat Prashadi ikut tak nyaman. Bagi Prashadi kenyamanan Pramita sangat penting karena sang kakak lah yang akan menggantikan kedudukan kedua orangtuanya kelak jika mereka telah meninggal dunia.

Di sudut lain Supriyadi dan Titik nampak saling menatap sambil tersenyum melihat kebimbangan di wajah Prashadi. Mereka bahagia mengetahui ucapan Pramita cukup 'ampuh' untuk menyadarkan Prashadi.

Tiba-tiba Prashadi bangkit lalu meraih tangan kedua orangtuanya dengan paksa untuk berpamitan.

" Aku berangkat sekarang Bu. Ntar kalo kesiangan bisa-bisa dapat SP," kata Pras.

" Iya. Dipikirin ya Pras, jangan dianggap enteng permintaan Bapak sama Ibu tadi," kata Titik mengingatkan.

" Iya Bu," sahut Prashadi.

" Anterin Mbakmu sekalian biar bisa istirahat Pras. Kasian kalo sendirian, soalnya Bapak sama Ibu mau ke toko sebentar lagi," kata Supriyadi.

" Iya Pak. Ayo Mbak ...," ajak Prashadi yang diangguki Pramita.

Kemudian Prashadi melangkah ke teras rumah, menstarter motornya lalu menoleh kearah Pramita.

" Pelan-pelan aja ya Pras," pinta Pramita sambil duduk di belakang Prashadi.

" Iya Mbak. Udah belum ?" tanya Prashadi sambil melirik kearah kaca spion.

" Udah ...," sahut Pramita.

" Aku berangkat Pak, Bu. Assalamualaikum ...," kata Prashadi.

" Wa alaikumsalam. Hati-hati Pras ...," kata Titik yang diangguki kedua anaknya.

Prashadi pun melajukan motornya perlahan meninggalkan kedua orangtuanya yang menatap lekat kearahnya.

Tak ada perbincangan apa pun sepanjang perjalanan menuju rumah mertua Pramita. Kedua kakak beradik itu nampak terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Usai mengantar sang kakak, Prashadi melanjutkan perjalanan menuju ke perusahaan tempatnya bekerja yaitu sebuah pabrik yang memproduksi berbagai jenis kain. Prashadi menjabat sebagai Supervisor selama tiga tahun terakhir di perusahaan itu. Dan di sana pula Prashadi bertemu dengan Kayla yang kemudian menjadi kekasihnya.

Prashadi kembali mengingat permintaan keluarganya tadi. Sebenarnya tanpa diminta pun Prashadi bermaksud menyudahi hubungannya dengan Kayla. Prashadi mulai merasa tak nyaman dengan sikap Kayla. Apalagi belakangan Kayla juga mulai banyak menuntut ini dan itu yang menurut teman-teman Prashadi terbilang tak wajar.

Prashadi tiba di halaman perusahaan. Dia pun memarkirkan motornya dan menoleh saat Kayla menyapanya.

" Selamat pagi Sayang ...," sapa Kayla dengan ramah.

" Ck, apaan sih Kamu. Aku kan udah bilang, jangan panggil kaya gitu kalo di pabrik atau jam kerja. Ga enak sama yang lain," kata Prashadi sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

" Maaf Aku lupa. Gimana Pras, apa Kamu udah siapin uangnya ?" tanya Kayla.

" Uang apa ?" tanya Prashadi pura-pura lupa.

Tiba-tiba terbersit dalam pikiran Prashadi untuk 'ngetest' Kayla. Dia ingin melihat bagaimana reaksi Kayla jika uang yang dia janjikan dipinjam oleh keluarganya.

" Uang buat beli motor Aku Pras. Kamu kan janji mau beliin Aku motor," sahut Kayla.

" Oh itu. Tenang aja, Aku udah siapin kok," sahut Prashadi hingga membuat Kayla tersenyum.

" Makasih ya Pras. Tambah sayang deh sama Kamu ...," kata Kayla sambil menggelayut manja di lengan Prashadi.

" Iya sama-sama. Tapi maaf sebelumnya,uangnya dipinjem dulu sama Mbak Mita buat persiapan melahirkan. Mbak Mita khawatir ga bisa melahirkan normal dan harus operasi Caesar, makanya pinjem uang Aku. Nanti kalo bayinya udah lahir pasti diganti kok. Gapapa kan kalo beli motornya diundur dulu ...?" tanya Prashadi.

" Lho kok gitu ?. Emang Suaminya Mbak Mita kemana ?. Kan dia yang berkewajiban nyediain dana melahirkan, bukan Kamu," kata Kayla kesal.

" Suaminya Mbak Mita udah nyiapin semuanya kok. Ini kan cuma buat jaga-jaga aja. Kalo Mbak Mita harus dioperasi, kan pasti perlu biaya tambahan juga buat bolak balik ke Rumah Sakit nanti," sahut Prashadi.

" Harusnya ga Kamu kasih semua, separo aja kan bisa. Bilang aja Kamu lagi ada keperluan dan uang itu mau dipake sekarang," kata Kayla tak terima.

" Mana bisa begitu. Mbak Mita udah beberapa kali keguguran karena rahimnya dinyatakan lemah. Kehamilan yang sekarang pun sangat beresiko dan Aku ga bisa mengabaikan keinginan Mbak Mita yang bisa aja jadi keinginan terakhirnya. Kamu paham ga sih apa maksudku ?" tanya Prashadi sambil menatap Kayla lekat.

Bukannya menjawab, Kayla justru menghentakkan kakinya ke lantai sambil memalingkan wajahnya kearah lain. Melihat Kayla yang merajuk membuat Prashadi kesal. Dan saat itu lah Prashadi bulat dengan tekadnya.

Saat Prashadi akan menyampaikan maksudnya, tiba-tiba suara bel masuk menggema di seantero pabrik. Prashadi pun mengurungkan niatnya lalu bergegas melangkah menuju kantor.

Kayla yang masih merajuk nampak berdiri menunggu dan mengabaikan suara bel itu. Dia mengira Prashadi akan membujuknya seperti biasa.

Namun setelah beberapa saat menunggu, Kayla pun harus menelan kecewa karena Prashadi tak melakukan apa-apa. Saat Kayla menoleh, dia terkejut melihat Prashadi meninggalkannya begitu saja.

Kayla pun bergegas mengejar Prashadi lalu menariknya ke halaman samping kantor.

" Ada apa lagi Kayla ?" tanya Prashadi sambil menepis tangan Kayla.

" Kamu nih gimana sih. Aku marah kok malah ditinggal ?!" tanya Kayla.

" Ya terus Aku harus gimana ?" tanya Prashadi lelah.

" Dibujuk kaya biasa dong. Masa gitu aja ga tau," sahut Kayla kesal namun membuat Prashadi menggelengkan kepala.

" Tapi Aku emang ga mau ngebujuk Kamu lagi Kayla. Aku capek, bosen. Kita putus aja ya," kata Prashadi sesaat kemudian.

Ucapan Prashadi tentu saja mengejutkan Kayla. Dia menatap Prashadi dengan tatapan tak percaya.

" Pu ... putus ?" ulang Kayla gugup.

" Iya. Kita ga cocok Kay. Kamu terlalu egois dan Aku ga sabar ngadepin tingkahmu yang kekanakan itu. Daripada saling menyakiti terus, lebih baik Kita putus aja," sahut Prashadi.

" Ga bisa !. Aku ga mau putus Pras. Aku sayang sama Kamu ...," kata Kayla sambil berusaha menyentuh lengan Prashadi.

" Tapi Aku udah ga sayang sama Kamu Kay," sahut Prashadi sambil menggeleng.

" Jangan kaya gini dong Pras. Aku minta maaf deh kalo Aku salah. Ok, Aku ga bakal ungkit soal uang yang Kamu pinjemin ke Mbak Mita. Tapi please jangan putus yaa ...," pinta Kayla penuh harap sambil menggenggam lengan Prashadi.

" Maaf Kay, Aku ga bisa. Pokoknya mulai sekarang Kita selesai. Paham kan ...?" tanya Prashadi sambil menurunkan tangan Kayla dari lengannya.

Dan setelah mengatakan itu Prashadi kembali meneruskan langkahnya dan meninggalkan Kayla begitu saja.

" Prass ...," panggil Kayla namun Prashadi mengabaikannya.

Kayla nampak terpukul dengan sikap Prashadi. Kedua matanya pun berkaca-kaca. Dia tak menyangka jika aksi merajuknya kali ini justru jadi bumerang untuknya karena Prashadi mengakhiri jalinan kasih mereka.

" Kok gini sih. Ga mungkin Pras mutusin Aku. Dia kan cinta banget sama Aku ...," gumam Kayla sambil menggelengkan kepala.

" Kayla ngapain di situ ?. Masuk Kay ...!" panggil beberapa teman Kayla dari ambang pintu pabrik.

Kayla pun mengangguk lalu bergegas mengikuti temannya.

Diam-diam Prashadi mengamati punggung Kayla yang menjauh. Dia tersenyum puas karena berhasil mengakhiri hubungannya dengan Kayla.

" Semoga setelah ini Lo nemuin pendamping yang tepat yang lebih segalanya dari Kayla ya Pras ...," kata Abdi tiba-tiba sambil menepuk bahu Prashadi.

" Lo ngomong apaan sih Di, ga jelas ...," kata Prashadi.

" Ayo lah Pras, ga usah berkelit lagi. Gue tau Lo baru aja mutusin Kayla. Iya kan ?" tanya Abdi sambil menaik turunkan alisnya.

" Jangan sok tau Lo !" kata Prashadi.

" Bukan sok tau, tapi Gue emang tau Pras. Soalnya Lo berdua ngobrolnya di samping jendela yang deket sama mejanya si Roy. Tuh liat, mereka semua juga denger kok ...," kata Abdi sambil menunjuk kearah meja rekannya.

Prashadi menoleh dan melihat beberapa rekan kerjanya sedang menatap iba kearahnya. Prashadi pun menepuk dahinya dengan keras hingga membuat semua rekannya itu tertawa.

" Dasar gila Lo pada. Orang sedih bukannya dihibur malah diketawain," omel Prashadi.

" Ga usah sedih Pras. Dunia ga selebar kol*or kok ...," gurau Abdi disambut tawa rekan-rekannya.

" Iya. Yang selebar kol*or kan cuma otak Lo," sahut Prashadi ketus.

Lagi-lagi semua orang tertawa. Prashadi pun ikut tertawa. Dia bahagia karena mendapat support dari rekan-rekannya itu.

\=\=\=\=\=

2. Ketemu Artha

Setelah mengakhiri hubungan dengan Kayla, 'kehidupan' Prashadi pun berangsur membaik. Dia jadi sosok yang ramah, santun dan bijak seperti biasanya. Tentu saja itu menggembirakan Supriyadi dan Titik. Kedua orangtua Prashadi seolah merasa menemukan kembali anak mereka yang sempat 'hilang' itu.

Hal serupa pun dirasakan oleh hampir semua rekan kerja Prashadi. Mereka mendukung keputusan Prashadi yang mengakhiri hubungan tak sehatnya dengan Kayla. Bahkan mereka tak segan menjadikannya sebagai topik pembicaraan saat mereka berkumpul seperti saat ini.

" Lo lebih welcome sekarang Pras. Santai dan ga panikan," kata Roy sambil menatap Prashadi lekat.

" Masa sih. Perasaan Gue mah sama aja," sahut Prashadi.

" Beda lah. Tanya aja sama yang lain," kata Roy sambil melirik kearah rekan-rekannya.

" Betul Pras. Biasanya kan kalo lagi ngumpul kaya gini Lo gelisah banget, padahal baru sebentar Kita duduk. Yang nyebelin tuh karena Lo sering bolak-balik ngeliat jam kaya takut ketinggalan kereta," sahut Abdi sambil mencibir.

" Takut ketinggalan kereta atau takut dimarahin Kayla," sindir Ari disambut tawa rekan-rekannya.

Prashadi cuma nyengir menanggapi sindiran Ari.

" Iya sorry. Gue emang sayang banget sama Kayla sampe ga nyadar kalo rasa sayang Gue itu justru dimanfaatin sama dia. Kayla udah ngiket Gue dengan peraturan yang kadang bikin Gue bingung, ya seperti jaga jarak dari Kalian misalnya. Alasannya pun kadang ga masuk akal. Tapi anehnya kenapa Gue mau aja digituin dulu," kata Prashadi sambil menggelengkan kepala.

" Satu lagi yang bikin Gue tambah sebel sama Lo Pras. Lo tuh jadi ga logis karena dengan gampangnya ngeluarin uang buat Kayla. Kalo jumlahnya kecil sih wajar ya, namanya juga orang pacaran. Tapi Lo sampe rela ga makan siang cuma gara-gara mau hemat biar bisa beliin apa yang Kayla mau. Duh, kalo inget itu pengen nampol aja rasanya," kata Abdi berapi-api namun kembali disambut tawa semua orang.

" Sabar Bro. Coba Lo liat mukanya si Pras sekarang. Dia pasti nyesel udah pernah ngelakuin itu dulu," kata Ari sambil menunjuk wajah Prashadi yang memerah.

Semua orang menoleh kearah Prashadi sambil tertawa.

" Dan untungnya Pras ga jadi beliin si Kayla motor. Andai jadi beli terus mereka putus kan nyesek Bro ...," sela Abdi yang diangguki rekan-rekannya.

" Kalo dipikir-pikir, tingkah Lo yang nyebelin itu kaya orang kena pelet Pras. Bener ga sih Bro ?" tanya Faris tiba-tiba hingga mengejutkan rekan-rekannya.

Semua orang menghentikan tawanya lalu saling menatap satu sama lain termasuk Prashadi.

" Masuk akal. Pras jadi be*go karena dipelet sama Kayla," sahut Abdi mantap.

" Jangan suudzon lah Di. Secara fisik Kayla itu emang menarik kok. Kalian juga mengakui itu kan ?. Buktinya Kalian heboh waktu tau Gue jadian sama Kayla," kata Prashadi membela diri.

" Iya sih, Kayla emang cantik. Tapi sayangnya diantara sekian banyak cowok keren di perusahaan ini, dia cuma tertarik sama Lo Pras. Jadi wajar kalo Kita mikir Lo kena pelet," sahut Ari yang diangguki rekan-rekannya.

" Ah, sia*an Lo. Bilang aja Lo iri karena Kayla ga milih Lo yang notabene lebih ganteng daripada Gue," sahut Prashadi ketus namun justru membuat Ari tertawa terbahak-bahak.

" Ga lah Pras, Gue ga iri sama Lo. Kayla kan bukan type Gue," kata Ari di sela tawanya.

" Udah ga usah bahas itu lagi guys. Yang penting kan si Pras udah ga sama sama Kayla lagi. Terus gimana sama rencana Kita main futsal bareng Sabtu besok. Jadi ga ?" tanya Faris mengalihkan pembicaraan.

" Jadi dooonngg ...," sahut semua orang bersamaan.

" Ok. Kalo gitu Kita ketemuan di lokasi aja ya. Jam enam pagi. Yang telat atau ga bisa datang, tolong kasih kabar biar Kita ga saling nunggu tanpa kepastian," pinta Faris.

" Siap Bos ...!" sahut semua orang hingga membuat Faris tersenyum.

\=\=\=\=\=

Hari yang disepakati pun tiba.

Sejak pagi Pras sudah terlihat sibuk mencari sepatu bola kesayangannya. Dan saat mengetahui sepatu kesayangannya itu dipakai sang adik, Prashadi pun marah.

" Ga usah ngomel Pras, pake sepatu yang ada aja kenapa sih. Kan Kamu sendiri yang ngasih ijin Panji buat make sepatu itu kapan pun dia mau !" kata Titik mengingatkan.

Ucapan sang ibu membuat kemarahan Prashadi mereda. Akhirnya Prashadi mengalah lalu berangkat dengan sepatu lain.

Di jalan Prashadi berpapasan dengan Ari yang sedang berboncengan dengan seseorang.

Awalnya Prashadi dibuat terkejut karena jalannya dihadang oleh motor lain. Apalagi sang pengendara motor memintanya menepi. Namun Prashadi tersenyum saat mengenali siapa pengendara motor itu.

" Pras !" panggil Ari sambil membuka kaca helmnya.

" Lo Ri, Gue kira siapa. Kenapa ...?" tanya Prashadi sambil menepi.

" Gue nebeng sama Lo ya. Soalnya motor Gue mau dibawa sama Adek Gue nih," sahut Ari.

" Ok ...," kata Prashadi.

Ari pun tersenyum lalu turun dari motor setelah menyerahkannya kepada sang adik.

" Jangan ngebut Tha. Inget ya, motor ini baru aja keluar bengkel gara-gara Kamu tabrakin ke pembatas jalan Minggu kemarin," kata Ari.

" Ga janji ya Kak ...," sahut adik Ari sambil tersenyum.

Prashadi yang semula tak peduli pun menoleh karena terkejut saat mengetahui adik Ari adalah seorang perempuan. Saat itu Prashadi tak bisa melihat wajah adik Ari karena gadis itu mengenakan helm yang tertutup. Selain itu penampilan adik Ari juga lebih mirip pria daripada perempuan.

" Tha ...," panggil Ari hingga membuat sang adik yang bernama Artha itu menoleh.

" Iya Kak, iya. Udah ya, Aku buru-buru nih ...," kata Artha lalu melajukan motor sang kakak dan meninggalkannya begitu saja.

Melihat cara Artha mengendarai motor membuat Prashadi dan Ari menggelengkan kepala.

" Adek Lo keren juga Ri !" puji Prashadi sesaat setelah Ari duduk di belakangnya.

" Ck, keren apanya. Gitu-gitu udah ngabisin motor tiga tuh Pras," kata Ari kesal.

" Masa sih ?" tanya Prashadi tak percaya.

" Ck, iya beneran. Yang pertama motor Om Gue, kedua motor Bokap Gue. Dua-duanya ga bisa selamat karena ancur seancur-ancurnya gara-gara dipake kebut-kebutan. Nah yang terakhir motor Gue. Beruntung masih bisa dibetulin. Kalo sampe tuh motor rusak lagi, Gue ga tau mau ngomong apa. Tobat punya Adek perempuan tapi tingkahnya ngalahin cowok !" sahut Ari putus asa namun justru membuat Prashadi tertawa.

Cerita singkat Ari membuat Prashadi penasaran. Dan rasa penasaran Prashadi terjawab beberapa jam kemudian saat Artha datang menjemput sang kakak. Saat itu Artha tampil lebih feminim karena membiarkan rambutnya tergerai begitu saja.

Ari berdiri untuk menyambut kehadiran Artha. Tak lupa dia memperkenalkan sang adik kepada semua rekan kerjanya termasuk Prashadi.

" Menarik ...," batin Prashadi sambil terus mengamati Artha diam-diam.

\=\=\=\=\=

Hari itu Prashadi sedang berada di mini market karena ingin membeli beberapa keperluan pribadi. Saat sedang asyik memilih, tiba-tiba Prashadi dikejutkan dengan suara benda yang jatuh dari sebuah rak etalase.

Prashadi menoleh dan terkejut saat melihat Artha sedang menahan rak agar tak jatuh menimpa seorang anak kecil. Di sekitarnya terlihat benda-benda yang berserakan.

Seorang pramuniaga wanita pun datang menghampiri lalu menarik sang anak agar menjauh dari rak. Melihat Artha yang kesulitan menahan beban rak yang lumayan berat, Prashadi pun sigap membantu agar rak kembali ke posisi semula.

" Kamu gapapa Tha ?" tanya Prashadi sambil mengamati Artha dari atas kepala hingga ujung kaki.

" Gapapa Mas. Makasih ...," sahut Artha sambil tersenyum.

" Sama-sama. Kamu sama siapa ke ...," namun ucapan Prashadi terputus karena keributan yang terjadi.

Rupanya ibu sang anak tak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang dibuat oleh anaknya.

" Sejak tadi Saya perhatikan Anak Ibu memang mengacau. Dia sengaja menjatuhkan benda-benda dari atas rak dan anehnya Ibu diam aja ngeliatnya. Padahal bukan cuma satu barang yang dijatuhin, tapi banyak Bu ...," kata pramuniaga toko.

" Ini kan kecelakaan. Kok bisa-bisanya Anak Saya yang disalahin," sahut wanita itu.

" Ini bukan kecelakaan tapi kesengajaan karena Ibu membiarkannya terjadi. Andai Ibu sigap melarang, mungkin kekacauan ini ga bakal terjadi !" kata pramuniaga toko kesal.

" Betul. Anak itu juga masukin beberapa barang di keranjang Saya. Udah Saya larang tapi malah ngeyel. Dan waktu Saya aduin ke Ibunya, eh Ibunya malah cuek," kata seorang pengunjung yang diangguki pengunjung lain yang rupanya juga mendapat perlakuan serupa dari anak itu.

" Iya. Dia juga ngambilin belanjaan di keranjang Saya tadi. Waktu Saya kasih tau kalo barang yang dia ambil ada di rak, eh dia malah kabur sambil ngeledek. Kan ngeselin jadinya. Gara-gara dia waktu Saya terbuang percuma karena harus ngejar-ngejar dia tadi," kata seorang wanita dengan kesal.

Mendapat 'serangan' bertubi-tubi dari pengunjung dan pramuniaga toko membuat ibu sang anak pun panik. Dia menarik tangan sang anak lalu berusaha melarikan diri.

Namun di ambang pintu mini market langkah ibu dan anak itu terhenti karena dihadang oleh dua security.

" Apa-apaan ini. Saya mau keluar kenapa dihalangin ?!" tanya wanita itu dengan lantang.

" Ibu selesaikan dulu urusan di dalam, baru boleh pulang," sahut security dengan tenang.

" Ini ga adil. Anak Saya yang terluka tapi kenapa Saya yang harus tanggung jawab ?!" tanya wanita itu.

" Itu kan salah Ibu. Kalo Ibu mengawasi Anak Ibu dengan baik, dia ga bakal bikin ulah yang merugikan semua orang," sahut security.

" Betul !. Lagipula ini bukan pertama kalinya Kalian begini. Kami hanya minta Ibu bayar ganti rugi untuk semua kerusakan yang dibuat Anak Ibu hari ini saja. Kalo Ibu menolak, Kami terpaksa laporkan ini ke Polisi. Ingat ya Bu, Kami punya rekaman CCTV yang membuktikan semua kelakuan Anak Ibu ini. Dia memang ga bakal dipenjara karena dia masih Anak-anak. Tapi Ibu yang harus bertanggung jawab karena sudah melakukan pembiaran dan Saya rasa para pengunjung ga keberatan menjadi saksi," kata security lainnya dengan tegas disambut tepuk tangan para pengunjung mini market itu.

Ucapan sang security membuat wanita itu gemetar ketakutan. Sedangkan sang anak ikut ketakutan dan mulai menangis sambil memeluk ibunya dengan erat.

" Terserah Ibu mau pilih sanksi yang mana. Pilih masuk penjara atau ganti rugi semua barang yang udah diancurin sama Anak Ibu," kata security sesaat kemudian.

Akhirnya wanita itu menyerah. Dia memilih opsi kedua. Dan saat security membawa ibu dan anak ke ruang Manager untuk mempertanggung jawabkan semuanya, para pengunjung pun bersorak gembira.

" Kayanya mereka bakal kapok ke sini lagi," kata Artha.

" Bukan kapok tapi emang ga bisa masuk Tha. Aku rasa setelah ini pihak mini market bakal menandai mereka dan melaramg mereka masuk ke sini," sahut Prashadi.

" Iya Mas," kata Artha sambil tersenyum.

Sejak hari itu Artha dan Prashadi kerap bertemu di mini market yang sama. Karena seringnya bertemu, tumbuh lah benih cinta di hati keduanya.

Setelah tiga bulan melakukan penjajagan, Prashadi pun berniat menjadikan Artha sebagai kekasih. Di luar dugaan, ternyata Ari mendukung niat Prashadi.

" Tapi Lo harus extra sabar ya Pras. Adek Gue ini unik banget. Dia baik dan setia tapi sedikit urakan. Gue inget, Artha pernah bikin cowoknya nangis. Mantannya itu dihajar sampe babak belur sama Artha cuma gara-gara teleponan sama temen ceweknya," kata Ari.

" Gue udah tau cerita itu Ri. Tapi Gue yakin Artha punya alasan melakukan itu. Artha cuma memperjuangkan haknya aja kok," sahut Prashadi santai.

Mendengar pembelaan Prashadi membuat Ari tersenyum. Dia senang karena akhirnya Artha menemukan sosok tepat yang mengerti dirinya.

" Gimana Tha ...?" tanya Prashadi usai menyatakan perasaannya pada Artha.

Artha nampak gugup. Berkali-kali dia menghela nafas panjang untuk mengurai kegugupannya itu.

" Aku ...," Artha sengaja menggantung ucapannya.

" Kenapa, Kamu khawatir ketauan sama Ari ya. Tenang aja Tha, Aku udah bilang sama Ari tentang Kita dan dia ga keberatan kok. Dia nyerahin semuanya sama Kamu. Asal Kamu nyaman, Kita ...," ucapan Prashadi pun terputus karena Artha memotong cepat.

" Iya Mas. Aku bersedia jadi pacar Kamu," kata Artha setelah mengetahui Ari mendukung hubungannya dengan Prashadi.

Prashadi pun tersenyum lalu meraih jemari Artha dan menggenggamnya dengan erat. Prashadi bahagia karena cintanya terbalas.

Dalam hati Prashadi berniat mengenalkan Artha kepada keluarganya. Prashadi yakin keluarganya akan menerima kehadiran Artha karena kepribadian gadis itu sangat berbeda dengan Kayla.

" Semoga Artha bisa mengambil hati Ibu, Bapak dan Mbak Mita. Kalo itu terjadi, mungkin ga lama lagi Aku bisa menyudahi masa lajangku ini," batin Prashadi penuh harap.

\=\=\=\=\=

3. Kok Marah ...?

Namun sayang harapan Prashadi tak berbanding lurus dengan kenyataan. Harapannya agar Artha diterima oleh kedua orangtuanya sebagai calon pendampingnya kelak tak terwujud.

Semua bermula saat Prashadi mengajak Artha ke rumah untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. Artha tak keberatan dengan permintaan Prashadi karena sebelumnya Prashadi juga telah datang ke rumah dan berkenalan dengan keluarganya.

Sebelumnya kedua orangtua Artha telah mengenal Prashadi sebagai rekan kerja Ari. Dan saat mengetahui Prashadi menjalin kasih dengan Artha, mereka nampak tak keberatan. Hal itu ditandai dengan sikap mereka yang semakin hangat.

" Saya minta ijin mau ngajak Artha ke rumah Om," kata Prashadi saat datang menjemput Artha.

" Tentu saja boleh. Kapan ?" tanya ayah Artha yang bernama Hisyam dengan ramah.

" Sekarang Om," sahut Prashadi.

" Apa Artha udah tau ?" tanya Hisyam sambil melirik kearah istrinya.

" Udah Om," sahut Prashadi.

Mendengar jawaban Prashadi membuat ibu Artha yang bernama Ina itu bangkit dari duduknya lalu menyusul sang anak ke dalam.

Ina pun masuk ke kamar Artha dan melihat gadis itu sedang mematut diri di depan cermin. Saat itu Artha sudah mengenakan out fit berupa setelan celana panjang dan blouse berenda.

" Jangan pake baju itu Tha, ga sopan. Pake gaun dong. Kan mau ke rumah calon Mertua," kata Ina sambil melangkah menuju lemari.

" Ish, Bunda nih. Aku kan sama Mas Pras belum tentu nikah. Kenapa bilang gitu sih," sahut Artha.

" Lho kenapa memangnya. Bunda liat Pras itu serius sama Kamu Tha. Ga kaya mantanmu yang sukanya main-main ga jelas. Padahal umurnya lebih dewasa dibanding Pras," kata Ina sambil mencibir.

Kemudian Ina menyodorkan sebuah gaun berwarna pink kearah Artha.

" Aku harus ganti Bund ?" tanya Artha.

" Iya. Sekarang ya Tha ...," sahut Ina.

Meski sedikit kesal karena harus ganti baju, tapi Artha menuruti permintaan sang bunda. Tak lama kemudian Artha keluar dari kamar mandi dan telah berganti pakaian. Ina tersenyum melihat penampilan Artha yang jadi lebih 'cewek' itu.

" Kok ketawa sih Bund, lucu ya ...?" tanya Artha.

" Ga kok. Kamu bagus pake itu. Bunda ketawa karena seneng, akhirnya ada juga cowok yang bisa bikin Kamu berubah dan kembali ke kodrat semula sebagai cewek," sahut Ina sambil menyentuh wajah Artha dengan sayang.

Ucapan sang bunda membuat Artha tersipu malu. Artha mengakui, bersama Prashadi dia menjadi lebih luwes. Itu karena Prashadi tak memaksanya melakukan sesuatu yang tak dia sukai termasuk berpakaian layaknya wanita. Tapi justru sikap Prashadi yang menerima dirinya apa adanya itu lah yang membuat Artha jatuh hati dan nyaman.

" Jangan lupa bawain oleh-oleh buat orangtuanya Pras. Kalo bisa makanan kesukaan mereka. Tapi untuk permulaan bawain kue bolu juga gapapa," kata Ina mengingatkan.

" Iya Bund ...," sahut Artha.

Kemudian Ina dan Artha keluar dari kamar. Saat melihat penampilan Artha, Prashadi pun tertegun.

" Kenapa Mas, aneh ya kalo Aku pake gaun kaya gini ...?" tanya Artha tak enak hati.

" Ga kok. Justru sebaliknya. Kamu tuh cantik banget Tha ...," sahut Prashadi hingga membuat Artha tersipu malu.

Interaksi Prashadi dan Artha membuat Hisyam dan Ina saling menatap kemudian tertawa.

Sadar dirinya ditertawai, Prashadi pun ikut tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Setelah berpamitan, Prashadi pun membawa Artha pergi dengan motornya. Di depan rumah mereka berpapasan dengan Ari yang nampak melambaikan tangan melihat kebersamaan Prashadi dan adiknya.

Saat melintas di depan toko kue, Artha meminta Prashadi menepi.

" Mau ngapain ke sini ?" tanya Prashadi.

" Beli kue buat orangtua Kamu Mas," sahut Artha.

" Ga usah Yang. Orangtuaku kurang suka kue apalagi yang manis kaya gitu," kata Prashadi.

" Tapi Bunda yang nyuruh Mas. Jujur baru kali ini Bunda nyuruh Aku beli kue saat mau nemuin Orangtua pacarku. Biasanya Bunda tuh cuek tau ga," sahut Artha sambil turun dari motor.

Prashadi pun tersenyum karena merasa itu adalah isyarat yang diberikan Ina. Bukan kah itu artinya orangtua Artha itu ingin mengenal orangtuanya. Dan kue itu adalah simbol salam perkenalan yang dikirim melalui Artha.

Tak lama kemudian kemudian Artha keluar dari toko dengan membawa dua kotak besar kue.

" Kok banyak banget Yang ?" tanya Prashadi.

" Ga banyak kok. Jalan yuk, udah mau hujan tuh ...," kata Artha yang diangguki Prashadi.

\=\=\=\=\=

Siang itu rumah Supriyadi terlihat ramai karena sedang ada keluarga besan yang berkunjung. Dan kini mereka duduk di ruang makan untuk menikmati makan siang bersama.

Pramita nampak duduk di samping mertuanya sedangkan suaminya nampak menimang bayi mereka yang tengah terlelap.

" Makan sekalian Her," kata Supriyadi menawarkan.

" Biar Mita duluan aja Pak. Kalo Mita udah kenyang, Saya baru tenang. Karena kalo pabrik susu Anak Saya kenyang, Anak Saya juga ga punya alasan buat rewel," gurau Heri disambut tawa semua orang.

" Bener Her. Kalo Ibunya makan banyak, otomatis persediaan ASI terjamin dan Anak jadi ga rewel. Selain itu Kamu juga ga bakal dicerewetin sama Mita. Iya kan ...," kata ayah Heri di sela tawanya.

Tiba-tiba tawa mereka terhenti saat suara motor Prashadi terdengar memasuki halaman. Semua saling menatap dan penasaran siapa gadis cantik yang dibawa Prashadi.

" Assalamualaikum ...," sapa Prashadi sambil menggamit jemari Artha.

" Wa alaikumsalam ...," sahut semua orang.

" Kamu ngajak siapa Pras ?. Kenalin dong ...," pinta Pramita.

" Iya Mbak. Ini Artha, pacar Aku ...," sahut Prashadi sambil tersenyum.

Jawaban Prashadi membuat semua orang terdiam sejenak. Namun sedetik kemudian semua orang nampak tersenyum lalu berdiri menyambut Artha.

Dengan santun Artha mencium punggung tangan semua orang seperti yang Prashadi lakukan.

" Duduk sini Tha. Makan siang sekalian yuk," ajak Pramita.

" Iya. Ayo makan sekalian bareng-bareng. Yah, walau lauknya sederhana tapi dijamin enak deh. Kamu pasti suka karena Ibu aja suka kok sama masakannya Bu Titik," kata ibu Heri antusias.

" Iya Mbak, Bu, makasih ...," sahut Artha sambil tersenyum.

" Udah ga usah sungkan. Makan dulu, basa-basinya nanti aja. Kalo perut kenyang, Kamu bisa jawab semua pertanyaan Kami nanti," gurau Titik sambil mendudukkan Artha di kursi tepat di samping Pramita.

Artha pun mengangguk. Sesaat kemudian Artha nampak tersenyum lebar saat Titik menuangkan nasi berikut lauk pauknya di atas piring yang disodorkan padanya.

Artha nampak nyaman berada di tengah keluarga Prashadi. Berkali-kali dia ikut tertawa saat Panji melempar gurauan.

Perbincangan santai pun berlanjut usai makan siang. Namun Pramita dan keluarganya pulang lebih dulu karena tak ingin mengganggu moment perkenalan Artha dengan kedua orangtua Prashadi.

" Jangan lupa ajak ke rumah Mbak ya Pras," bisik Pramita di telinga Prashadi saat sang adik memeluknya.

" Insya Allah iya Mbak," sahut Prashadi sambil tersenyum.

" Kalo gitu Mbak duluan ya Tha," pamit Pramita setelah mengurai pelukannya.

" Iya Mbak, hati-hati ...," sahut Artha yang diangguki Pramita.

Sepeninggal Pramita dan keluarganya, Panji pun ikut pamit.

" Maaf Tha, bukan ga sopan nih. Aku juga pamit mau ke rumah temen dulu. Gapapa kan ditinggal ?" tanya Panji basa-basi sambil menuntun sepedanya keluar dari dalam rumah.

" Iya gapapa kok. Santai aja Ji ...," sahut Artha sambil tersenyum.

" Mau kemana Kamu ?" tanya Titik tiba-tiba.

" Mau ke rumahnya Sofyan Bu," sahut Panji.

" Libur begini kok masih main aja sih Ji. Istirahat di rumah kek, emangnya Kamu ga capek ya ?" tanya Titik.

" Sebentar aja Bu. Kangen udah lama ga ketemu Sofyan," sahut Panji sambil mengayuh sepedanya meninggalkan rumah.

Titik hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak bungsunya itu.

" Kalo gitu Kita ngobrol di dalem aja yuk Tha," ajak Titik yang diangguki Artha.

Kemudian obrolan santai pun berlangsung. Supriyadi dan Titik bergantian menanyakan beberapa hal sederhana kepada Artha. Gadis itu pun menjawab semua pertanyaan orangtua kekasihnya dengan santun.

" Jadi Kamu tinggal di jalan BT toh. Kami juga punya kenalan di sana, iya kan Pak ...," kata Titik sambil menoleh kearah suaminya.

" Iya Bu," sahut Supriyadi.

" Oh ya, siapa namanya Bu. Mungkin Saya kenal ?" tanya Artha.

" Namanya Pak Hisyam, dan nama istrinya Bu Ina. Apa Kamu kenal sama mereka ?" tanya Titik.

Tentu saja pertanyaan Titik membuat wajah Artha sumringah. Karena nama yang disebutkan Titik tadi adalah nama kedua orangtuanya.

" Tentu Saya kenal. Kan Pak Hisyam dan Bu Ina itu orangtua kandung Saya Bu," kata Artha antusias.

" Apa ...?!" kata Supriyadi dan Titik bersamaan dengan suara lantang.

Tentu saja sikap Supriyadi dan Titik mengejutkan Prashadi dan Artha. Keduanya saling menatap sejenak dengan tatapan bingung.

" Ibu sama Bapak kenapa, kok kaget banget keliatannya ?" tanya Prashadi kemudian.

" Gapapa kok. Ehm ..., maaf ya Tha. Bapak lupa kalo masih ada urusan di toko. Bapak tinggal dulu ya. Ayo Bu ...," ajak Supriyadi sambil bangkit dari duduknya.

" Iya Pak. Maaf ya Tha, Ibu tinggal dulu ...," kata Titik sambil mengekori suaminya yang keluar dari rumah.

Melihat kepergian kedua orangtuanya membuat Prashadi bertanya-tanya. Dia merasa tak enak hati karena membuat Artha tak nyaman.

" Maaf ya Tha. Aku ...," ucapan Prashadi terputus karena Artha memotong cepat.

" Gapapa Mas. Tolong anterin Aku pulang ya. Sekarang ...," pinta Artha sambil meraih tasnya lalu bergegas melangkah keluar rumah.

Prashadi hanya mengangguk lalu segera menyusul Artha. Setelah mengunci pintu, Prashadi pun menstarter motornya lalu melajukannya meninggalkan rumah dengan Artha yang duduk membonceng.

Prashadi dan Artha sama-sama membisu selama di perjalanan. Keduanya bingung mengingat perubahan sikap Titik dan Supriyadi yang sangat drastis tadi.

" Aku minta maaf ya Tha. Aku ga tau apa sebab perubahan sikap Orangtuaku tadi," kata Prashadi saat tiba di depan rumah orangtua Artha.

" Iya Mas. Sekarang sebaiknya Kamu pulang aja ya, ga usah masuk lagi ke rumah. Aku capek mau langsung istirahat Mas," kata Artha.

" Tapi Tha ...," ucapan Prashadi terputus karena Artha sudah menutup pintu pagar tanpa menoleh lagi.

Prashadi hanya menghela nafas panjang melihat Artha mengabaikannya. Sesaat kemudian Prashadi kembali melajukan motornya meninggalkan kediaman orangtua Artha.

\=\=\=\=\=

Malam harinya Ina yang penasaran dengan reaksi calon besannya saat melihat Artha pun bertanya.

" Gimana reaksi orangtuanya Pras saat ketemu Kamu tadi Tha ...?" tanya Ina.

" Awalnya sih bagus Bund, hangat dan manis. Tapi endingnya ga enak banget," sahut Artha.

" Lho kok bisa. Emangnya ada apa ?" tanya Ina tak mengerti.

Artha pun menceritakan isi pembicaraan yang membuat kedua orangtua Prashadi berubah sikap. Tentu saja itu membuat Ina terkejut.

" Jadi pas Kamu nyebut nama Ayah sama Bunda mereka langsung berubah ?!" tanya Ina.

" Iya Bund," sahut Artha.

" Kamu yakin Tha. Ga bohong kan ...?" tanya Ina.

" Iya Bund. Pas Aku bilang kalo Pak Hisyam sama Bu Ina itu orangtua kandungku, eh tiba-tiba Bapaknya Mas Pras langsung berdiri dan bilang kalo ada yang harus diurus di toko. Padahal sebelumnya dia bilang kalo toko tutup setiap hari Minggu dan hari libur Nasional lainnya. Ibunya Mas Pras juga gitu. Keliatan ga enak sih, tapi akhirnya pergi juga ngikutin Bapaknya Mas Pras," sahut Artha kesal.

Tentu saja jawaban Artha mengejutkan Ina. Dia tak menyangka Anaknya akan mendapat perlakuan tak menyenangkan dari orangtua Pras.

" Gitu ya. Kalo boleh tau, siapa sih nama Orangtuanya Pras ?" tanya Ina sesaat kemudian.

" Mmm ... kalo ga salah Bu Titik sama Pak Supriyadi, Bund ...," sahut Artha.

Usai Artha menyebut nama kedua orangtua Prashadi, Ina pun bangkit dari duduknya sambil menggebrak meja. Sikap Ina yang 'sebelas dua belas' dengan sikap orangtua Prashadi tadi tentu saja mengejutkan Artha.

" Bunda kenapa sih. Emangnya Bunda kenal sama mereka. Terus kalo kenal, kenapa sikap Bunda kaya gini ?. Emangnya siapa mereka Bund ?" tanya Artha.

Bukannya menjawab pertanyaan sang anak, Ina justru keluar dari kamar Artha sambil membanting pintu.

Dan tak lama kemudian Artha mendengar suara jeritan ayahnya. Nampaknya Hisyam juga terkejut dan marah saat mengetahui siapa orangtua Prashadi sesungguhnya.

\=\=\=\=\=

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!