Warning‼️‼️‼️
Jangan lupa juga untuk tidak menumpuk bab saat baca. Pastikan selalu baca tiap Author up bab baru. Dan jangan sekedar mampir lalu ngasih vote atau hadiah di bab 1 kalau belum mau baca ya. Karena itu akan sangat berpengaruh buat retensi yang author kejar. Jadi mohon kerja samanya.🙏🏼
🌹🌹🌹🌹🌹
Rintik hujan samar samar mengguyur bumi. Kilat tanpa suara bergantian membelah kegelapan langit di malam ini. Karangan bunga ucapan bela sungkawa masih berjajar rapi disana. Nampak basah terkena tetesan air hujan yang turun sejak sore tadi.
Lantunan suara tahlil sudah tidak terdengar lagi. Rumah megah yang semula dipenuhi warga pengirim doa di hari ke tujuh meninggalnya Tuan Daniels Yuda dan Nyonya Margaretha itu kini nampak mulai sepi. Hanya ada beberapa penjaga yang berjaga di area gerbang dan halaman. Serta beberapa pelayan wanita nampak sibuk membersihkan rumah yang semula dipenuhi warga dan beberapa anak yatim piatu yang menghadiri acara tahlil dan doa bersama atas kepergian pengusaha kaya raya itu.
Di dalam sebuah kamar luas nan megah di lantai dua. Pria dua puluh delapan tahun yang tengah dirundung duka itu nampak duduk di tepian ranjang besarnya. Wajahnya masih nampak sendu, tatapan matanya menatap nanar, kosong ke arah depan. Pria itu tengah dalam masa berkabung. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan. Kini ia sudah menjadi yatim piatu. Kedua orang tuanya sudah pergi selama-lamanya meninggalkannya di dunia yang fana ini.
Say Frans Yuda, atau yang biasa di panggil Frans. Ia nampak mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sebagai anak tunggal, wajar jika ia begitu terpukul atas kepergian kedua orang tuanya yang tiba tiba itu. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa akan kehilangan kedua manusia yang paling ia cintai itu dalam waktu secepat ini.
Ceklek....
Pintu kamar terbuka. Seorang wanita cantik dengan balutan gamis putih dan kerudung berwarna senada yang menutup asal kepalanya itu nampak mendekat. Dengan secangkir teh hangat, wanita itu berjalan mendekati Frans yang tak lain adalah suaminya tersebut.
Frans mendongak saat sang istri sudah berdiri di hadapannya. Wanita cantik itu, Mawar Gabina Kemala, nampak menyodorkan cangkir di tangannya ke arah sang suami.
Frans tersenyum lembut di tengah dukanya. Pria itu kemudian menerima cangkir berisi teh hangat tersebut.
"Makasih, Mawar," ucapnya.
Mawar tersenyum manis. Ia kemudian menggerakkan tangannya.
"Minumlah. Lalu tidur. Ini sudah larut malam," ucap wanita itu dalam bahasa isyarat yang ia peragakan menggunakan tangannya.
Frans yang sangat paham dengan gerakan tangan itu nampak tersenyum hangat sambil mengangguk.
"Iya, Mawar. Aku akan meminumnya," ucap pria itu sembari meraih tangan sang istri dan membimbingnya untuk duduk di sampingnya.
Mawar hanya menurut. Ia mendudukkan tubuh ramping itu di samping sang suami.
"Kamu juga harus tidur. Biar pekerjaan di bawah di selesaikan oleh pelayan. Aku nggak mau kamu terlalu capek," ucap laki laki itu.
Mawar tersenyum. Ia kembali menggerakkan tangannya memperagakan sebuah bahasa isyarat.
"Iya. Aku nggak capek, kok. Di bawah masih ada Kak Laura. Nanti aku akan tidur kalau Kak Laura udah pulang. Nggak enak kalau di tinggal sendiri," ucapnya.
Frans tersenyum lagi. Tangannya tergerak membelai rambut panjang sang istri.
"Ya udah. Terserah kamu aja. Yang penting habis ini langsung istirahat," ucap Frans sembari menyentuh ujung hidung sang istri dengan jari telunjuknya.
Mawar mengangguk sambil tersenyum manis.
"Ya udah, kalau gitu aku ke bawah dulu, ya. Aku mau nemuin Kak Laura dulu," ucap wanita itu menggunakan bahasa isyarat nya.
Frans mengangguk. Mawar kemudian bangkit, lalu bergegas turun ke lantai dasar guna menemui pelayan dan kakak sepupunya yang masih bersih bersih di lantai bawah.
Di lantai dasar rumah megah nan luas itu. Semua sudah kembali rapi dan bersih. Para pelayan dan pekerja rumah sudah selesai dengan pekerjaan mereka. Mawar mengayunkan kakinya mendekati seorang wanita cantik berpenampilan anggun dengan rambut panjang sepinggang itu. Laura namanya. Ia adalah sepupu Mawar. Anak dari mendiang pamannya.
Mawar mendekati Laura yang nampak berdiri membelakanginya. Wanita tuna wicara itu kemudian menggerakkan tangannya menyentuh pundak sang sepupu. Membuat Laura pun reflek berbalik badan, menoleh ke arah Mawar.
"Eh, Mawar!" Ucap Laura.
Mawar menggerakkan tangannya.
"Kakak udah mau pulang?" Tanya Mawar dalam bahasa isyarat. Mengingat Laura kini nampak sudah mengalungkan tas selempangnya di pundak
Laura tersenyum.
"Iya. Ini udah malam. Takut kemalaman sampai rumah. Besok kan aku juga harus kerja. Kalau sampai kesiangan, aku bisa diamuk sama suami kamu," ucap wanita dua puluh tujuh tahun itu.
Mawar terkekeh.
"Ya udah. Kalau gitu hati hati ya, Kak. Makasih udah nyempetin kesini," ucap Mawar lagi dengan bahasa isyarat nya.
Laura tersenyum. Ia menggerakkan tangannya menyentuh pundak sang sepupu.
"Kamu kayak sama siapa aja!" Ucapnya.
Mawar tersenyum manis.
"Ya udah, kalau gitu aku pulang dulu, ya. Titip salam sama suami kamu," ucap Laura lagi.
Kedua wanita yang memang memiliki hubungan yang sangat dekat itu kemudian saling berpelukkan. Setelah berpamitan, Laura pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu untuk kembali pulang ke kediaman pribadinya. Sedangkan Mawar memilih untuk kembali ke kamarnya guna beristirahat.
Ya, namanya Mawar Gabina Kemala. Ia adalah seorang wanita berusia dua puluh dua tahun penyandang tuna wicara. Mawar adalah istri sah dari Say Frans Yuda yang kini berusia dua puluh delapan tahun. Mereka sudah menikah sejak dua tahun yang lalu, namun hingga saat ini keduanya belum dikaruniai momongan. Sedangkan Laura, ia adalah wanita dewasa berusia dua puluh lima tahun yang tak lain adalah sepupu dari Mawar Gabina Kemala.
Mawar adalah seorang wanita yang terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang karyawan di sebuah perusahaan milik Keluar Daniel Yuda, ayah Frans. Sedangkan ibunya sudah meninggal sejak usianya masih balita. Mawar adalah seorang anak yang terlahir normal, namun karena sebuah insiden kecelakaan yang cukup hebat saat usianya masih belia, membuat wanita itu kehilangan kemampuannya untuk berbicara hingga saat ini.
Ayah Mawar adalah orang kepercayaan di keluarga Frans. Pasca meninggalnya ayah kandung Mawar, wanita itu kemudian di rawat oleh Tuan Daniel Yuda dan Nyonya Margareth, orang tua Frans.
Hingga singkatnya, Tuan Daniel dan Nyonya Margareth kemudian menjodohkan Mawar dengan putra semata wayang mereka, Frans.
Dalam drama perjodohan, rupanya tak ada kendala yang berarti. Frans menerima Mawar dengan lapang dada. Ia bersedia menikahi wanita itu meskipun Mawar memiliki kekurangan dalam dirinya.
Pernikahan berlangsung sederhana namun sakral. Frans juga terlihat begitu perhatian dan sangat menyayangi Mawar meskipun dengan sikapnya yang dingin, tak banyak bicara, dan jauh dari kata romantis. Kehidupan Mawar terasa begitu sempurna di tengah tengah keluarga suaminya. Ia diperlakukan bak nona muda yang dikelilingi begitu banyak cinta.
Frans dan kedua orang tuanya bahkan selalu mencoba mencari jalan untuk mengobati "kekurangan" wanita itu. Rencanannya, bulan depan mereka akan membawa Mawar untuk berobat ke luar negeri. Namun sayang, belum sempat impian itu terwujud, kedua mertua Mawar yang baik hati harus terlebih dulu meninggalkan dunia ini untuk selama lamanya.
Frans sudah membahas ini kemarin, meskipun Tuan Daniel dan Nyonya Margareth sudah tidak ada, namun Frans bersikukuh untuk tetap membawa Mawar berobat. Ia ingin istri kesayangannya itu dapat kembali berbicara seperti orang orang normal lainnya.
...****************...
Visual
Hanya sesuai imajinasi author. Jika merasa kurang cocok, skip aja!
🌹Mawar Gabina Kemala👇
👑 Raja Lakeswara Madaharsa👇
🔥 Say Frans Yuda
💅 Laura Cella Affara
Pagi menjelang. Di dalam sebuah kamar luas milik sepasang suami istri, Frans dan Mawar.
Wanita cantik dengan pakaian tidur berbahan satin yang masih melekat di tubuhnya itu nampak berdiri di hadapan sang suami yang nampak sudah rapi dengan setelan jas dan kemejanya.
Mawar nampak begitu telaten, membantu Frans memasangkan dasi serta merapikan penampilannya.
Ya, seperti biasa, Frans akan bekerja ke kantor pagi ini. Pria dua puluh delapan tahun itu kini telah resmi menggantikan posisi Tuan Daniel sebagai pemimpin perusahaan besar milik keluarganya. Mungkin setelah ini, ia akan menjadi lebih sibuk.
Mawar selesai dengan dasi milik suaminya. Wanita itu kemudian meraih jas yang sudah ia siapkan lalu membantu mengenakannya pada tubuh tegap atletis milik Frans.
Rapi. Dan tampan. Juga gagah.
Mawar tersenyum bangga ke arah pria yang sudah dua tahun menikahinya itu.
"Wangi sekali jas ini," puji Frans sembari mencium aroma jas mahal yang wangi itu.
Mawar tersenyum manis.
"Makasih ya, Sayang," tambah pria itu.
Mawar mengangguk. Ia kemudian menggerakkan tangannya.
"Sarapannya udah siap. Kita makan dulu, ya," ucap Mawar dalam bahasa isyarat.
Frans tersenyum. Tangannya tergerak mengusap lembut pucuk kepala sang istri yang begitu perhatian itu.
"Oke. Kita makan sama sama, ya," ucap Frans.
Mawar mengangguk. Keduanya pun lantas pergi dari kamar itu menuju meja makan untuk memulai santap pagi mereka. Frans berjalan terlebih dulu diikuti Mawar di belakangnya sembari membawa tas kerja milik suaminya.
"Selamat pagi, Tuan muda, Nona!" Sapa seorang pelayan wanita disana.
"Pagi, Bik," jawab Frans.
Sepasang suami istri itu lantas duduk di kursi meja makan. Aneka masakan lezat buatan Mawar yang dibantu para pembantu rumah itu sudah terhidang lengkap di atas meja. Frans duduk di salah satu kursi disana, sedangkan Mawar kini nampak menyendok kan nasi beserta lauk pauknya ke piring suaminya.
"Makasih, Sayang," ucap laki laki itu.
Mawar hanya tersenyum. Ia kemudian mendudukkan tubuhnya di atas sebuah kursi di sana. Keduanya pun mulai menyantap santap pagi mereka bersama sama.
Beberapa menit berselang, keduanya selesai mengisi perut. Mawar mengantar suaminya menuju sampai ke halaman, tempat di mana sebuah mobil mewah lengkap dengan supirnya nampak sudah bersiap mengantar Frans menuju kantornya.
"Sayang, aku berangkat dulu, ya. Kamu di rumah baik baik," ucap laki laki tampan itu.
Mawar mengangguk sambil tersenyum.
"Oh, ya. Hari ini aku mungkin pulang agak telat. Kamu tahu kan, aku harus meeting dengan beberapa karyawan aku. Kita sedang berusaha memenangkan proyek besar yang sedang kita incar," ucap Frans selaku pemimpin perusahaan Yuda Corps yang berkecimpung di bidang properti itu.
Mawar mengangguk. Ia kemudian menggerakkan tangannya.
_"Iya, aku tahu. Kamu hati hati, ya. Semangat kerjanya. Nanti siang aku antar makan siang kamu ke kantor seperti biasa," ucap wanita itu dalam bahasa isyarat._
Frans hanya tersenyum manis.
"Aku seneng punya istri yang perhatian banget kayak kamu," ucap pria itu. Mawar hanya menampilkan senyuman termanisnya.
"Ya udah, aku berangkat dulu! Aku tunggu makan siangnya nanti!" Ucap Frans lagi.
Mawar kembali mengangguk. Laki-laki itu kemudian mengulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh sang istri. Wanita cantik itu mencium punggung tangan Frans sebagai tanda bakti. Tak lupa, pria mengecup kening Mawar sebelum masuk ke dalam mobilnya. Sepasang suami istri itu pun kemudian berpisah. Frans bergegas menuju mobilnya untuk berangkat bekerja, sedangkan Mawar memilih untuk kembali ke dalam rumahnya.
...****************...
Siang menjelang saat jam menunjukkan pukul sebelas. Wanita cantik penyandang tuna wicara itu nampak sudah rapi di dalam kamarnya. Dengan balutan dress kuning polkadot yang menjulur hingga ke lutut, wanita dua puluh dua tahun berkulit putih itu nampak sudah bersiap mengantarkan santap siang suaminya.
Mawar turun dari lantai dua dengan riang. Ia berjalan menuju meja makan. Mendekati sebuah tas bekal berisi santap siang Frans yang sudah ia siapkan.
Mawar pun bergegas pergi dari tempat itu menuju halaman luas rumah tersebut di mana disana sudah ada sebuah mobil mewah beserta sopir yang siap mengantarnya menuju perusahaan yang bergerak di bidang properti milik sang suami.
Sang nona muda masuk ke dalam kendaraan mewah itu. Mobil pun melesat pergi meninggalkan tempat tersebut. Sepanjang perjalanan semua berjalan dengan normal. Lalu lintas yang cukup padat membuat mobil pun tak bisa bergerak dengan leluasa. Hingga sang supir pun berinisiatif untuk mencari jalan alternatif guna menghindari kemacetan. Ia takut jika sang tuan muda sudah menunggu makan siangnya.
Mobil pun bergerak menuju jalan pintas. Sebuah jalan yang tak terlalu lebar. Di sisi kiri dan kanannya dikelilingi lahan-lahan luas yang terbengkalai. Kendaraan yang melalui jalan ini tak begitu banyak. Bahkan nyaris tidak ada. Sepanjang perjalanan tidak ada satupun kendaraan yang melewati jalan tersebut. Hal itupun membuat mobil dapat melaju dengan leluasa. Hingga tiba tiba....
Ciiiittttt......
Sang supir menginjak rem kuat-kuat. Dua buah motor besar tiba tiba menyalipnya dan memotong laju kendaraannya. Sang supir pun kaget. Ia reflek melakukan pengereman mendadak, membuat dirinya serta Mawar yang duduk di jok belakang pun terkejut hingga kepalanya terbentur bagian belakang jok kosong di hadapannya.
Mawar nampak kaget. Dilihatnya disana, dua orang pria berbadan tegap tinggi besar bak penggulat nampak turun dari kendaraan roda dua itu. Wajahnya di tutupi topeng. Sedangkan tangannya nampak memegang sebuah parang.
Braaaakkkk....
"Turun...!!!" Hardik salah seorang pria bertopeng di sana sembari menggebrak kap mobil mewah itu. Mawar terkejut. Wajahnya menampilkan gurat ketakutan. Sepertinya mereka bukan pria baik baik.
Sang supir kini nampak melepas sit belt nya. Ia kemudian menoleh ke arah sang nona muda yang menjadi tanggung jawabnya.
"Nona, Nona tunggu disini. Jangan keluar apapun yang terjadi!" Ucap sang supir memberi peringatan.
Mawar mengangguk. Sang supir lantas turun dari kendaraannya dan mendekati kedua pria bertopeng itu.
"Ada apa ini? Siapa kalian?" Tanya sang supir berani.
"Diam, kau! Tidak usah banyak bicara!" Ucap salah seorang pria bertopeng disana. Sepertinya memang mereka memiliki niat yang tidak baik.
"Saya tidak ada urusan dengan kalian. Tolong minggir lah! Saya sedang buru buru!" Ucap si supir lagi.
"Banyak omong! SERAAAANGGG!!!"
Kedua pria bertopeng itupun lantas bergerak. Keduanya menyerang sang supir tanpa ampun. Supir paruh baya yang kurang mahir bela diri itupun nampak kewalahan menghadapi dua pria berbadan kekar itu. Hal itupun juga membuat Mawar yang berada di dalam mobil pun nampak ketakutan. Hingga...
Seeeetttt...
"Aaakkkkhhh....!!"
Sebuah parang menyabet pundak sang supir. Mawar yang berada di dalam mobil pun kaget. Ia reflek memalingkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Darah supir itu muncrat bahkan hingga mengenai kaca dan bodi mobil. Pria paruh baya itu tumbang. Ia jatuh tersungkur ke tanah dengan tubuh bersimbah darah.
Mawar syok. Ia benar benar merasa ketakutan sekarang. Ia sendirian di tengah jalan yang sepi sedangkan dua orang jahat kini mulai menatapnya dengan sorot mata mengerikan. Merasa posisinya kini tak aman dan tak ada lagi yang melindunginya. Wanita itu pun kemudian berniat keluar dari mobil itu untuk kabur dan meminta pertolongan.
Sang nona muda bergerak cepat. Ia meraih tas bekal yang berisi makanan untuk suaminya itu lalu turun dari kendaraan mewahnya. Namun baru saja ia mengayunkan kakinya hendak pergi dari tempat itu, tiba tiba...
"Selamat siang, Nona. Mau kemana?" Suara itu berhasil membuatnya terkejut. Seorang pria berbadan tegap berkulit gelap berdiri di samping mobil. Menghalangi jalan Mawar yang hendak pergi dari tempat itu.
Wanita tuna wicara itu makin gugup. Ingin rasanya ia berkata sesuatu, namun tak sanggup. Pria itu mengangkat satu sudut bibirnya lalu mengulurkan tangannya.
"Ikutlah dengan saya, dan saya tidak akan menyakitimu!" Ucap pria itu.
Mawar menggelengkan kepalanya. Laki laki ini pasti juga komplotan dari dua pria bertopeng yang melukai supirnya tadi. Mereka orang orang jahat. Mawar tidak akan mau ikut dengan mereka.
Wanita itu dengan cepat menggelengkan kepalanya. Ia berbalik badan, hendak berlari dari tempat itu. Namun tiba tiba...
Deeghh...
Dua pria bertopeng yang semula menghajar sang supir itu sudah berdiri di belakangnya. Mawar membuka mulutnya tanpa suara.
Gawat! Sepertinya orang orang ini mengincarnya. Dua pria bertopeng itu mengayunkan kakinya mendekati Mawar. Wanita itu reflek mundur. Hingga tiba-tiba...
Emmmmggghhh....
Sebuah kain putih berbau aneh membekap mulut dan hidungnya dari belakang. Wanita itu berontak. Namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan tenaga pria berbadan tegap yang kini nampak memitingnya itu. Wanita itu berusaha melepaskan diri, namun sulit. Perlahan, Mawar mulai lemah. Ia pingsan, tak sadarkan diri akibat menghirup aroma aneh dari kain itu. Pria dewasa itu kemudian menyeret tubuh Mawar. Tas bekal berisi makanan untuk Frans itu terlepas dari genggamannya. Benda itu terjatuh. Isinya tumpah, namun tak ada yang memperdulikannya. Hanya sebuah tas mahal miliknya yang diambil oleh pria bertopeng disana.
Para pria itu kemudian membawa Mawar pergi. Memasukkannya ke dalam sebuah mobil jeep yang berada di sana lalu melesat pergi meninggalkan tempat tersebut.
Sementara itu di dalam sebuah gedung perkantoran di pusat kota besar itu.
Kruukk... kruukk....
Suara itu terdengar dari dalam perut pria tampan berdasi merah itu. Laki laki itu melongok menatap arlojinya. Sudah pukul dua siang. Sejak tadi ia menunggu kedatangan istri tercintanya, namun tak kunjung datang juga.
Frans kembali meraih ponselnya. Dibukanya room chatnya dengan sang istri.
Kosong. Pesan yang ia kirimkan sejak tadi tak kunjung dibaca oleh sang istri. Begitu juga beberapa panggilan video yang seolah tak diindahkan oleh wanita yang sudah dua tahun ia nikahi itu. Padahal ia sudah menghubungi pekerja nya di rumah. Mereka bilang, Mawar sudah berangkat sejak tadi bersama supir pribadinya. Tapi kenapa sampai sekarang belum datang juga. Ia juga sudah mencoba menghubungi si supir pribadi. Namun sama dengan Mawar, pria itu juga tak dapat di hubungi.
Frans menghela nafas panjang. Kemana perginya wanita itu? Tak biasa biasanya ia menghilang tanpa kabar begini. Frans jadi sedikit khawatir dibuatnya.
Laki laki itu bangkit dari posisi duduknya. Ia kembali mengotak atik ponsel itu, mencoba kembali menghubungi sang istri yang hingga kini tak ada kabarnya itu melalui sambungan video.
Tuuuttt... tuuuttt... tuuuttt....
"Mawar, kamu dimana?!" Ucap pria itu seorang diri sambil mondar mandir tak tenang. Wajahnya terlihat khawatir. Sungguh, ia benar benar cemas sekarang.
Panggilan video tak diangkat oleh Mawar. Laki laki itu kembali mengakhiri panggilannya. Untuk kesekian kalinya, ia kembali menuliskan pesan singkat untuk wanita cantiknya.
"Sayang, kamu dimana? Jawab, dong!" Tulis pria itu.
Frans masih memasang mode khawatirnya. Hingga tiba-tiba...
Ceklek ...
Pintu ruangannya terbuka tanpa diketuk. Seorang wanita cantik dengan balutan kemeja polkadot dan rok span selutut nampak masuk ke dalam ruangan tersebut. Wanita itu tersenyum. Ia berjalan mendekati Frans yang kini diam mematung ke arahnya.
"Jam makan siang bahkan sudah berakhir. Kamu masih belum makan?" Tanya wanita itu, Laura, sepupu Mawar sekaligus sekertaris pribadi Frans.
Ya, wanita yang cukup dekat dengan keluarga Yuda, terutama dengan Mawar itu memang kini bekerja sebagai sekertaris pribadi sang Tuan Muda keluarga Yuda. Bahkan Mawar sendirilah yang menunjuk Laura sebagai sekertaris pribadi suaminya. Karena Mawar menganggap wanita itu adalah wanita yang cerdas, terampil, dan cekatan. Sangat cocok untuk mendampingi suaminya bekerja.
Frans menggelengkan kepalanya.
"Mawar belum bisa dihubungi," ucap laki laki itu.
Laura tersenyum.
"Mungkin ada masalah di jalan. Udahlah, kan ada supir. Mawar pasti baik baik aja," ucap Laura terdengar tenang.
Frans nampak membuka lagi ponselnya. Berniat kembali menghubungi istri tersayangnya itu. Namun tiba-tiba...
Seeeetttt...
Laura meraih ponsel milik laki laki itu dan meletakkannya di atas meja kerja.
"Laura...." Ucap Frans.
"Udah. Jangan terlalu dipikirin. Mending sekarang kamu makan. Sebentar lagi kita ada meeting membahas proyek yang kita incar. Saingan kita perusahaan besar semua loh, Frans. Kalau proyek ini berhasil kita dapatkan, ini akan sangat membantu keuangan perusahaan kita yang sedang sedikit bermasalah. Nama perusahaan kita juga bisa lebih terangkat nantinya," ucap Laura.
"Nggak usah mikirin yang lain dulu kalau di kantor. Fokus kerja. Lebih baik sekarang kita keluar. Kamu makan dulu, setelah itu kita mulai meeting. Karyawan lain pasti sudah menunggu kamu," ucap Laura.
Frans diam sejenak. Ia nampak menghela nafas panjang, kemudian mengangguk.
"Oke! Aku mau makan dulu," ucap laki laki itu.
Laura tersenyum sambil mengangguk. Frans kemudian menggerakkan kakinya berniat untuk keluar dari ruangan tersebut. Namum tiba-tiba,
Drrrttt... drrrttt....
Ponsel di atas meja itu bergetar. Frans menghentikan langkah kakinya. Ia kembali mendekati meja lalu meraih ponsel miliknya. Sebuah panggilan masuk dari nomor supir pribadi istrinya. Dengan cepat laki laki itu mengusap tombol hijau disana dan menempelkan ponsel tersebut di telinga kanannya.
"Halo, Pak! Bapak kemana aja? Mawar mana? Kenapa belum sampai di kantor?" Tanya Frans.
"Halo, Pak. Mohon maaf, nama saya Cecep warga dari kampung x. Saya menemukan ponsel ini tergeletak di samping mayat laki-laki yang meninggal di samping mobil mewah, Pak. Kami para warga tidak mengenali mayat ini, tapi dari riwayat panggilan, ada nomor Bapak yang dari tadi berusaha menghubungi nomor ini. Apa Bapak mengenal laki-laki ini?" Ucap seorang pria di seberang sana.
Deeghh....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!