NovelToon NovelToon

3 Anak Genius Mafia

Awal Mula

"Ayah, Aku ingin memberikan harta berhargaku yang selama ini Aku jaga untuk pria yang akan menjadi suamiku." Ucap Sandra yang menolak permintaan Ayah kandungnya dengan nada tegas.

"Terserah tapi jangan salahkan Ayah jika Nenekmu mati karena tidak di oprasi." Ancam Ayahnya tanpa punya perasaan.

"Kamu itu seharusnya bersyukur di ambil dari kampung dan hidup enak di sini." Sambung Ibu Tirinya dengan wajah sinis.

"Hidup enak? Hei Tante, Aku tinggal di sini tidak gratis tapi Saya tinggal di sini dengan melakukan pekerjaan seperti seorang pelayan." Ucap Sandra dengan nada kesal.

Plak

"Panggil Dia Ibu! Dasar anak tidak tahu diri." Ucap Ayahnya dengan nada satu oktaf sambil menampar salah satu pipi Sandra hingga terlihat telapak tangannya dengan jelas di pipi Sandra.

"Dia bukan Ibuku karena Ibuku sudah meninggal dunia." Ucap Sandra sambil memegang pipinya yang habis di tampar.

Plak

"Dasar tidak tahu diri." Ucap Ayahnya sambil kembali menampar.

"Sayang, lebih baik suruh orangmu untuk mencabut selang Neneknya." Ucap Ibu Tirinya dengan nada mengancam.

"Baik." Jawab suaminya dengan singkat sambil mengeluarkan ponselnya dari saku kemejanya.

"Tunggu, Aku akan lakukan apa yang di minta Ayah." Ucap Sandra yang tidak mempunyai pilihan lain.

"Anak pintar." Puji Ayahnya.

"Haruslah jadi anak pintar karena dengan menjual tubuhmu membuat Nenekmu tidak mati dan perusahaan milik Ibumu bisa berjalan lagi karena dapat suntikan modal dengan menjual mahkota berhargamu." Ucap Ibu tirinya sambil tersenyum devil.

"Kakak seharusnya sangat senang karena bisa tidur dengan pria kaya di mana Kakak bisa menikmati kekayaannya." Ucap Adik Tirinya.

"Kalau begitu kenapa tidak kamu saja yang menikah dengan pria kaya?" Tanya Sandra dengan nada kesal.

"Sayangnya pria kaya itu sangat menyukai Kakak, jika tidak maka Aku mau saja dijadikan simpanannya." Jawab Adik tirinya.

'Huh ... Enak saja ... Aku tidak ingin memberikan harta berhargaku untuk pria yang tidak Aku kenal.' Sambung Adik Tirinya dalam hati.

"Ayah ..." Ucapan Sandra terpotong oleh Ayahnya.

"Sindri, antar Kakakmu ke pria itu!" Perintah Ayahnya.

"Baik Ayah." Jawab Sindri dengan patuh.

"Ayo, Kak." Ajak Sindri.

Tanpa banyak bicara Sandra pergi bersama Sindri sedangkan kedua orang tuanya hanya tersenyum jahat. Hal itu dikarenakan sebentar lagi mereka akan menikmati kekayaan dari pria yang menjadi rekan bisnisnya karena berhasil menjual mahkota berharga milik Sandra yang selama ini dijaganya.

Skip

Singkat cerita mereka sudah sampai di lobby hotel di mana Sindri mengajak Sandra untuk minum lebih dulu dengan alasan kalau pria yang di tunggunya dalam perjalanan menuju ke hotel.

Sindri memesan minuman anggur dan tanpa sepengetahuan Sandra kalau Sindri menganggukan kepalanya ke arah pelayan untuk menjalankan rencana jahatnya.

Di mana pelayan tersebut masih ada hubungan dengan keluarga Ibunya Sindri. Pelayan tersebut yang mengerti ikut menganggukkan kepalanya kemudian Pelayan itu memberikan sesuatu ke minuman milik Sandra.

Tidak berapa lama minuman datang kemudian Sandra dan Sindri meminum sambil berbicara yang tidak jelas. Hingga lima menit kemudian kepala Sandra terasa pusing membuat Sindri tersenyum jahat.

"Ada apa Kak?" Tanya Sindri pura - pura tidak tahu.

"Kepala Kakak tiba - tiba pusing." Jawab Sandra sambil memegangi kepalanya.

"Aku akan antar Kakak ke kamar." Ucap Sindri sambil memapah Sandra.

Sandra hanya terdiam dan berjalan mengikuti langkah Sindri sambil menyandarkan kepalanya di bahu Sindri. Sampai di kamar hotel Sindri meletakkan Sandra di ranjang kemudian pergi meninggalkan kamar hotel tersebut.

"Panas .... Aku sangat tidak nyaman." Ucap Sandra sambil membuka kancing kemeja atasnya.

Tidak berapa lama masuk ke dalam kamar seorang pria paruh baya yang pantas di sebut Kakek. Pria paruh baya tersebut berjalan ke arah ranjang kemudian menerkam tubuh Sandra.

Sandra sangat terkejut dan berusaha memberontak hingga Sandra terpaksa menendang wortel import milik pria paruh baya tersebut.

"Akhhhhhh .... Dasar wanita si alan!" Teriak pria paruh baya tersebut sambil memegangi wortel importnya.

Sandra langsung berlari meninggalkan kamar hotel tersebut tanpa memperdulikan teriakan kesakitan pria paruh baya tersebut.

Sedangkan empat bodyguard milik pria paruh baya tersebut yang berjaga di depan pintu hanya melihat Sandra yang sedang berlari.

"Kejar wanita si alan itu!" Perintah pria paru baya tersebut dengan nada satu oktaf.

"Baik." Jawab ke empat bodyguard tersebut sambil berlari mengejar Sandra.

Sambil menahan ha sratnya Sandra berlari dan berharap ke empat bodyguard tesebut tidak berhasil menangkap dirinya.

Hingga Sandra melihat ada pintu terbuka membuat Sandra masuk ke dalam kamar tersebut kemudian menutupnya dengan rapat.

"Keluar!" Teriak pria tampan dari arah belakang.

Sandra sangat terkejut kemudian membalikkan badannya lalu menutup pria tersebut dengan tangan kanannya.

"Aku akan keluar dari kamar Tuan jika mereka pergi." Ucap Sandra sambil masih berusaha menahan ha sratnya.

'Si*l kenapa Aku tidak bisa menahannya?' tanya Sandra dan pria tampan tersebut dalam hati.

Tanpa sepengetahuan Sandra kalau pria tampan tersebut juga terkena pengaruh obat perang sang sama seperti yang di alami oleh Sandra.

Pria tampan tersebut menarik tangan Sandra kemudian menggendongnya dan berjalan ke arah ranjang. Sandra langsung mengalungkan ke dua tangannya ke arah leher pria tampan tersebut kemudian mengarahkan wajahnya ke wajah pria tampan tersebut lalu menciumnya.

Ciuman singkat tersebut membuat pria tampan tersebut kecanduan kemudian dengan rakusnya mencium bibir Sandra. Sambil berciuman pria tampan tesebut meletakkan perlahan tubuh Sandra kemudian menaiki tubuh Sandra.

Merekapun melakukan kegiatan suami istri hingga pagi menjelang sebanyak tiga kali. Hingga jam enam pagi Sandra membuka matanya dan dirinya sangat terkejut pasalnya kepalanya disandarkan di dada bidang pria yang tidak dikenalnya.

Bukan itu saja tangan dan kaki kanannya memeluk pria asing tersebut layaknya bantal guling. Sandra berusaha mengingat apa yang telah terjadi hingga dirinya ingat kalau dirinya masuk ke kamar hotel yang ternyata ada penghuninya.

Dengan perlahan Sandra turun dari ranjang sambil sesekali meringis karena bagian privasinya terasa perih. Sandra melihat pakaian miliknya sobek membuat Sandra mengambil kemeja putih milik pria asing tersebut kemudian memakainya.

Sandra dengan perlahan pergi meninggalkan hotel tersebut tanpa mengetahui kalau Sindri melihat dirinya keluar dari kamar tersebut.

'Sia*an, gara - gara Sandra membuatku tidur dengan bandot tua.' Ucap Sindri dalam hati sambil berjalan ke arah pintu di mana tadi Sandra keluar.

Sindri membuka pintu dan melihat pria yang sangat tampan masih tertidur dengan pulas. Sindri langsung tersenyum jahat kemudian masuk ke dalam kamar tersebut lalu melepaskan satu persatu pakaiannya.

Semua pakaian miliknya disembunyikan di kolong tempat tidur milik pria tersebut kemudian Sindri masuk ke dalam selimut yang sama dengan pria tersebut dengan tubuh polosnya.

'Anggap saja ini sebagai kompesasi karena gara - gara Kakak membuat Aku tidur sama bandot tua.' Ucap Sindri dalam hati sambil memejamkan matanya

Tidak berapa lama pria tampan tersebut membuka matanya sambil memegangi kepalanya dengan wajah terkejut karena ada Sindri disampingnya.

"Siapa kamu?" Tanya pria tampan tersebut dengan nada dingin.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ... Apakah Tuan sudah lupa dengan apa yang sudah Tuan lakukan padaku?" Tanya Sindri sambil terisak dan mengeluarkan air mata buayanya.

Michael Van Hounten

"Berapa yang kamu minta?" Tanya pria tampan tersebut dengan nada dingin sambil mengambil cek yang ada di atas mejanya.

"Aku tidak butuh uang Tuan tapi Aku butuh Tuan bertanggung jawab untuk menikah denganku." Jawab Sindri.

Pria tampan tersebut hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian memberikan kartu namanya.

"Jika kamu hamil maka anak itu menjadi milikku dan kita akan bertunangan." Ucap pria tampan tersebut.

Sindri menerima kartu nama pria tampan tersebut sedangkan pria tampan tersebut melambaikan tangannya sebagai kode agar Sindri keluar dari kamarnya.

"Kenapa masih di sini? Pergilah!" Usir pria tampan tersebut dengan nada masih dingin dan wajahnya datar tanpa ada senyuman.

"Baik." Jawab Sindri dengan singkat sambil turun dari ranjang.

Sindri mendesis ketika kedua kakinya menyentuh lantai karena dirinya pertama kali melakukan hubungan suami istri itupun bukan dengan pria yang ada dihadapannya melainkan dengan pria yang sudah sepantasnya menjadi Kakeknya Sindri.

Sindri memakai pakaian milik Sandra yang sudah robek sedangkan pria tampan tersebut sama sekali tidak memperdulikannya.

'Michael Van Hounten. Kakakku sangat hebat bisa tidur bersama pria paling kaya nomer satu di negara ini.' Ucap Sindri dalam hati.

Sindri keluar dari kamar tersebut meninggalkan Michael Van Hounten sendirian sambil sesekali tersenyum devil.

'Aku akan meminta orang tuaku untuk menyekap Kak Sandra sampai Kak Sandra hamil lalu Aku culik anaknya ketika sudah melahirkan.' Ucap Sindri dalam hati.

Sedangkan di kamar Michael Van Hounten dengan nama panggilan Michael, melihat sebuah kalung yang sangat cantik tergeletak di bantal.

Entah kenapa Michael mengambil kalung tersebut kemudian menyimpannya. Michael turun dari ranjang untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.

xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Di tempat yang berbeda di mana Sandra sudah kembali ke rumah peninggalan orang tua Ibunya namun dikuasai oleh Ayah kandungnya.

Bahkan Nenek dari Ibunya yang sangat kaya raya tidak diperdulikannya ketika membutuhkan biaya oprasi di rumah sakit.

Seluruh kekayaan bahkan perusahaan milik orang tua Ibunya dikuasai oleh Ayah kandungnya Sandra dan Ibu Tirinya Sandra beserta Adik Tirinya.

"Ngapain kamu pulang?" Tanya Ibu Tirinya dengan wajah sinis.

"Aku ingin meminta uang untuk biaya pengobatan Nenekku." Jawab Sandra.

"Ayah sudah membayar biaya oprasi Nenekmu dan sekarang kamu pergilah dari rumah ini!" Usir Ayahnya tanpa punya perasaan empati sedikitpun.

"Ayah, Aku ini putri kandungmu tapi kenapa Ayah sangat tega padaku?" Tanya Sandra dengan mata berkaca - kaca.

"Karena Ayah sangat membencimu sama seperti Ayah sangat membenci Ibumu." Jawab Ayah kandungnya dengan nada dingin.

"Kalau sangat membenci Ibuku, kenapa Ayah menikah dengan Ibuku?" Tanya Sandra dengan wajah penuh kecewa.

Ayahnya berjalan ke arah Sandra kemudian mencekiknya dengan tatapan membunuh

"Orang tua Ibumu sekaligus Kakek dan Nenekmu telah membuat orang tuaku meninggal secara tragis karena itulah Ayah sengaja mendekati Ibumu lalu Ibumu mencintai Ayah dan bersedia menikah dengan Ayah." Jawab Ayahnya tanpa memperdulikan Sandra memukul - mukul tangannya.

"Karena itulah Ayah sengaja membunuh Kakekmu dengan cara menyuruh orang untuk merusak rem mobil hingga Kakek dan Ibumu mati dengan cara mengenaskan." Sambung Ayahnya sambil melepaskan tangannya yang tadi mencekik leher Sandra.

"Uhuk ... Uhuk .... Uhuk ... Uhuk ..."

Sandra langsung terbatuk - batuk sambil menghirup nafas sebanyak - banyaknya karena kurangnya pasokan oksigen.

"Kakek dan Nenek bukan orang jahat seperti yang Ayah katakan." Ucap Sandra yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ayahnya.

Plak

"Berarti kamu menuduh orang tuaku jahat! Hah!" Bentak Ayahnya kemudian menampar pipi Sandra hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

"Karena Ayah sangat jahat dan tega melakukan perbuatan keji bisa jadi orang tua Ayah juga sangat jahat makanya mati dengan cara mengenaskan." Jawab Sandra dengan nada satu oktaf.

Ayahnya yang mendengar ucapan Sandra sangat kesal membuat Ayahnya pandangannya langsung menggelap. Ayahnya langsung menampar, memukul dan menendang tanpa memperdulikan teriakan kesakitan dari mulut Sandra.

Hingga beberapa lama Sandra tidak sadarkan diri bersamaan kedatangan Sindri yang mencegah Ayahnya agar tidak memukul Sandra yang sudah tidak sadarkan diri.

"Ayah, jangan di pukul lagi." Ucap Sindri sambil menarik tangan Ayahnya.

"Ayah ingin anak ini mati menyusul Ibu dan Kakeknya." Ucap Ayahnya sambil menarik tangan Sindri.

"Ayah jangan, Kak Sandra masih sangat berguna." Ucap Sindri.

"Apa maksudmu?" Tanya Ayahnya yang tidak jadi menendang Sandra.

Sindri kemudian menceritakan apa yang telah terjadi sedangkan orang tuanya mendengarkan apa yang dikatakan Sindri.

"Itulah yang terjadi." Ucap Sindri mengakhiri ceritanya.

"Kalau begitu tunggu anak si alan ini melahirkan lalu diakui oleh Sindri kalau anak itu adalah anaknya sedangkan anak si alan ini kita bunuh dan mayatnya kita buang." Ucap Ibunya Sindri.

"Rencanaku memang seperti itu." Ucap Sindri sambil tersenyum devil.

"Kalau begitu kita obati kemudian Sandra, kita kurung." Ucap Ibunya Sindri.

Pria tersebut hanya menganggukkan kepalanya kemudian menyuruh pelayan untuk membawa Sandra ke kamarnya sedangkan Ibu Tirinya menghubungi dokter keluarga.

Di mana dokter tersebut masih ada hubungan keluarga dengan Ibu Tirinya Sandra. Ibu Tirinya Sandra tidak merasa kuatir kalau dokter keluarganya tidak akan mungkin membocorkan semua rahasianya.

Dua Bulan Kemudian

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepatnya di mana Sandra di kurung di rumah tersebut selama dua bulan.

Hingga Sandra dan Sindri merasa mual - mual membuat Sindri membeli tes kehamilan sebanyak dua, satu untuk dirinya dan satunya lagi untuk Sandra.

"Pakai ini dan perlihatkan padaku hasilnya!" Perintah Sindri.

"Tidak." Jawab Sandra dengan nada tegas.

"Jika Kakak tidak mau maka jangan salahkan Aku untuk meminta Ayah mencabut selang Nenekmu." Ancam Sindri.

Sandra yang tidak mempunyai pilihan terpaksa menerima alat tes kehamilan kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Sindri keluar dari kamar Sandra menuju ke arah kamarnya sambil berharap agar dirinya tidak hamil.

"Semoga saja Aku tidak hamil." Ucap Sandra dan Sandri penuh harap ketika mereka berada di dalam kamar mandi masing - masing.

Sandra dan Sandri mengecek alat tes kehamilan dan ternyata hasilnya positif. Sandra hanya bisa menangis sambil membelai perutnya yang masih rata sedangkan Sindri memukul perutnya yang masih rata.

"Hiks ... Hiks ... Hiks .... Walau Mommy menderita tapi Mommy akan melindungimu dari orang jahat. Mommy akan pergi dari sini agar kalian tidak disakiti." Ucap Sandra dengan air mata masih mengalir.

Sandra keluar dari kamar mandi kemudian merapikan pakaiannya karena dirinya berencana akan pergi dari rumah untuk melindungi janinnya. Dirinya akan mencari pekerjaan agar bisa membayar biaya oprasi Neneknya.

Sedangkan Sindri yang berada di kamar yang berbeda keluar dari kamarnya dengan kedua kakinya di hentak - hentakkan sambil berharap dirinya keguguran.

"Si alan kenapa Aku hamil anak dari pria brengs*k itu!" Umpat Sindri sambil membuka pintu kamar Sandra.

"Mau kemana? Bagaimana hasilnya?" Tanya Sindri dengan nada kesal.

"Aku mau pergi dari rumah ini dan hasilnya negatif." Jawab Sandra setengah berbohong.

"Kamu boleh pergi jika kamu tidak hamil tapi sebelumnya Aku ingin melihat hasilnya." Ucap Sindri sambil berjalan ke arah Sandra dengan mengarahkan tangan kanannya meminta alat hasil tes kehamilan.

Perasaannya Tidak Enak

'Haruskah Aku memberikannya? Jika Aku kasih pasti Sindri marah dan berniat menyakiti anakku.' Ucap Sandra dalam hati sambil berjalan dengan mundur.

Sindri yang melihat Sandra berjalan mundur membuat Sindri berjalan dengan langkah cepat ke arah Sandra. Sindri yang melihat Sandra menggenggam hasil tes kehamilannya berusaha merebutnya.

Hingga akhirnya Sindri berhasil merebutnya kemudian membaca hasilnya. Sindri sama sekali tidak marah ketika mengetahui kalau Sandra berbohong.

"Karena Kakak hamil maka Aku tidak akan marah." Ucap Sindri sambil tersenyum devil.

'Sebentar lagi Aku akan menjadi Nyonya Michael Van Hounten.' Ucap Sindri dalam hati.

'Lalu anak yang di dalam kandunganku ini akan Aku gugurkan dengan bantuan Kakak sepupuku yang menjadi dokter.' Sambung Sindri dalam hati.

"Kakak harus tinggal di sini dan tidak Aku ijinkan Kakak keluar sampai Kakak melahirkan." Ucap Sindri sambil membalikkan badannya.

"Kakak tidak bersedia, Kakak akan pergi dari rumah neraka ini." Ucap Sandra bersikeras yang melihat Sindri berjalan ke arah pintu.

"Kalau begitu Aku akan meminta Ayahku untuk mencabut selang milik Nenekmu hingga Nenekmu mati menyusul Kakek dan Ibumu." Ucap Sindri sambil membuka pintu.

"Dasar kalian iblis!" Teriak Sandra.

Sindri keluar dari kamar Sandra tanpa memperdulikan teriakan Sandra. Sindri berjalan ke arah kamar orang tuanya di mana Ibunya sedang menikmati udara di balkon.

"Ibu." Panggil Sindri sambil membuka pintu kamar orang tuanya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ada di balkon!" Teriak Ibunya.

Sindri berjalan ke arah balkon dan melihat Ibunya sedang menikmati udara segar. Ibunya yang mendengar suara langkah kaki putrinya langsung membalikkan badannya.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Ibunya tanpa basa basi.

"Hamil." Jawab Sindri.

"Bagus, kalau begitu kita kurung anak si alan itu sampai melahirkan." Ucap Ibunya.

"Iya." Jawab Sindri sambil tersenyum namun terlihat wajahnya yang agak berbeda dari biasanya.

"Ada apa?" Tanya Ibunya yang melihat wajah berbeda putri semata wayangnya yang biasanya selalu ceria.

"Aku hamil, Bu." Jawab Sindri dengan wajah frustrasi.

"Apa? Bagaimana bisa? Anak siapa?" Tanya Ibunya.

Sindri menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutup - tutupi sedangkan Ibunya mendengarkan cerita putri semata wayangnya.

Sindri sengaja tidak cerita dengan Ayahnya karena Sindri tahu akan sifat Ayahnya. Di mana Ayahnya sangat galak dan bisa menghukum dirinya jika dirinya hamil di luar nikah.

"Itulah yang terjadi." Ucap Sindri mengakhiri ceritanya.

"Aku berencana menggugurkan anak ini karena Aku sangat membenci pria yang sudah sepantasnya di sebut Kakek." Sambung Sindri sambil menahan amarahnya.

"Lebih baik jangan digugurkan dan rawat bayi itu sampai waktunya melahirkan." Ucap Ibunya yang tidak setuju jika Sindri menggugurkan bayinya.

"Aku bisa di bunuh sama Ayah kalau Aku melahirkan anak si alan ini. Apalagi Aku sangat membenci anak yang Aku kandung." Ucap Sindri sambil memukul perutnya namun di tahan oleh Ibunya.

"Kamu tenang saja, semuanya akan Ibu atur jadi Ayahmu tidak mungkin tahu." Jawab Ibunya.

"Tapi Bu, Aku tidak mau merawat anak si alan ini." Ucap Sindri dengan nada kesal.

"Siapa bilang kamu akan merawatnya?" Tanya Ibunya dengan nada santai.

"Jadi Ibu yang merawatnya?" Tanya Sindri.

"Tidak." Jawab Ibunya dengan singkat.

"Lalu?" Tanya Sindri penasaran.

Ibunya Sindri membisikkan ke telinga Sindri agar para pembaca tidak tahu apa rencana jahat Ibunya Sindri. Para pembaca akan tahu ketika saatnya tiba di mana Sandra dan Sindri akan melahirkan.

"Bagaimana?" Tanya Ibunya Sindri ketika sudah selesai membisikkan rencana jahatnya ke telinga Sindri.

"Aku setuju banget." Jawab Sindri sambil tersenyum jahat.

Ibunya ikut tersenyum jahat karena dirinya sangat yakin kalau rencana jahatnya tidak mungkin ketahuan.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Tujuh Bulan Kemudian

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepatnya dan sesuai rencana Ibu Tirinya Putri Sandra di mana Sandra dan Sindri tinggal di mansion yang dekat dengan hutan.

Awalnya Ayahnya Sandra tidak setuju namun Ibu Tirinya mengatakan kalau Sindri akan menemani Sandra di mansion sampai Sandra melahirkan. Selain itu Ibu Tirinya Sandra juga mengatakan agar Sandra tidak kabur dan menggagalkan rencana jahatnya.

Akhirnya Ayahnya Sandra setuju dan membiarkan Sandra melahirkan di mansion yang dekat dengan hutan.

Ibu Tirinya Sandra yang sudah tahu kalau sebentar lagi Sandra dan Sindri melahirkan langsung pergi ke mansion bersama dokter keluarga sekaligus Kakak sepupunya dengan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.

Skip

Kini Ibu Tirinya Sandra bersama dokter keluarga sudah sampai di mansion bersamaan Sandra dan Sindri sama - sama ingin melahirkan.

Ibu tirinya menyuruh dokter keluarga untuk membantu persalinan putrinya dulu baru setelah itu membantu persalinan Sandra. Tidak berapa lama terdengar suara tangisan bayi milik Sindri membuat Ibunya langsung meminta bayi tersebut.

"Laki - laki." Ucap dokter tersebut sambil memberikan bayi tersebut ke Ibunya Sindri.

"Selesaikan pekerjaanmu lalu bantu Sandra melahirkan." Ucap Ibunya Sindri yang bernama Bela.

"Oke." Jawab dokter tersebut dengan singkat.

Dokter itupun menyelesaikan pekerjaannya setelah selesai dokter tersebut keluar dari kamarnya meninggalkan mereka berdua.

"Kamu mau melihat putramu untuk yang terakhir kalinya? Atau kamu berubah pikiran dan memberikan asi untuk putramu?" Tanya Bela yang tidak memperdulikan tangisan cucunya yang meminta asi.

"Aku tidak mau melihatnya dan sesuai rencana bunuh saja bayi itu." Ucap Sindri dengan kejam dan tanpa punya perasaan.

"Ok." Jawab Bela dengan singkat.

Tangan kiri Bela menggendong cucunya yang baru lahir sedangkan tangan kanannya diarahkan ke leher bayi malang tersebut.

Bayi yang tidak memiliki dosa itu menangis dengan sangat kencang seakan mengatakan kalau dirinya ingin hidup. Namun hati mereka sudah mati dan tidak memperdulikan tangisan bayi tersebut.

Tidak membutuhkan waktu lama bayi itupun meninggal dunia kemudian Bela berjalan ke arah sofa lalu membaringkan bayi malang tersebut yang sudah menjadi mayat diletakkan di meja dekat sofa.

"Bayi ini akan Ibu letakkan di sini nanti Ibu akan menukarnya." Ucp Bela.

Sindri hanya menganggukkan kepalanya, tanpa mau melihat keadaan putra semata wayangnya. Sedangkan Bela berjalan dengan santai seperti tidak terjadi apa - apa keluar dari kamar Sindri.

Bela berjalan ke arah kamar Sandra di mana Sandra sedang melahirkan bayi yang di bantu Kakak sepupunya. Baru saja membuka pintu terdengar suara tangisan bayi, Bela tersenyum devil kemudian masuk ke dalam kamar milik Sandra.

"Aku akan mandikan bayinya." Ucap Bela sambil berjalan ke arah dokter.

Dokter itupun memberikan bayi tersebut ke Bela kemudian melanjutkan pekerjaannya namun ...

"Biarkan saja Dia." Ucap Bela.

"Tapi ..." Ucapan dokter tersebut terpotong oleh Bela.

"Lakukan apa yang Aku katakan." Ucap Bela dengan nada dingin.

"Bayiku." Ucap Sandra sambil mengarahkan tangan kanannya ke arah Bela.

"Aku akan mandikan." Jawab Bela sambil berjalan dengan langkah cepat.

Bela keluar dari kamar Sandra dan berjalan dengan langkah cepat menuku ke kamar Sindri. Sampai di kamar Sindri Bela meletakkan bayi malang tersebut di ranjang Sindri.

"Kamu hubungi Tuan Michael Van Hounten kalau kamu sudah melahirkan!" Perintah Bela.

"Baik, Bu." Ucap Sindri sambil tersenyum bahagia karena sebentar lagi menjadi Nyonya Michael Van Hounten.

Sindri mengambil ponselnya untuk menghubungi Michael Van Hounten sedangkan Bela berjalan ke arah meja untuk mengambil mayat cucunya yang baru saja dilahirkan sekaligus di bunuhnya secara bersamaan.

Bela keluar dari kamar Sindri sambil menggendong mayat bayi tersebut tanpa ada rasa takut sedikitpun atau merasa bersalah karena membunuh cucu kandungnya.

Demi harta yang berlimpah milik Michael Van Hounten membuat Bela dan Sindri melakukan berbagai cara dengan tega membunuh bayi yang tidak memiliki dosa dengan cara yang sangat kejam.

Kini Bela sudah sampai di kamar Sandra di mana Sandra merintih kesakitan sambil memegangi perutnya yang masih gendut.

"Sepertinya kembar dan Sandra mau melahirkan lagi." Ucap dokter tersebut yang ingin membantu persalinan Sanda.

"Tidak usah. Lebih baik buang saja ke hutan bersama mayat bayinya." Ucap Bela sambil melempar mayat bayi tersebut ke arah ranjang tanpa punya perasaan empati sedikitpun.

"Huhuhuhu ... Apa yang kamu lakukan pada putraku?" Tanya Sandra sambil memeluk bayi yang sudah meninggal dunia dan menangis dengan pilu tanpa memperdulikan rasa sakit pada perutnya.

"Aku tidak melakukan apa - apa. Ketika Aku mandikan tiba - tiba mati, mungkin ingin menyusul Kakek dan Ibumu." Jawab Bela dengan nada cuek.

'Bawa keluar dan tinggalkan di hutan! Cepat!" Perintah Bela.

Dokter tersebut hanya bisa mendengus sebal ke arah adik sepupunya kemudian menggendong Sandra untuk di bawa ke garasi mobil. Sedangkan Bela kembali ke kamar Sindri sambil menunggu kedatangan Michael Van Hounten.

'Jika saja keluargaku tidak hutang budi sama Kakak sepupu, Aku malas menuruti permintaan Kakak.' Ucap dokter tersebut dalam hati sambil meletakkan Sandra ke dalam mobil.

Sandra diletakkan di kursi belakang pengemudi kemudian dokter tersebut menutup pintu mobilnya dengan rapat.

Dokter tersebut masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi kemudian mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju ke arah hutan.

Di persimpangan jalan dokter tersebut melihat iringan mobil hitan melewati dirinya dan dokter tersebut tahu siapa pemilik mobil tersebut.

'Kalau keponakanku sudah kaya maka Aku akan memintanya untuk mendirikan rumah sakit yang sangat besar agar Aku bisa hidup dengan enak.' Ucap dokter tersebut dalam hati sambil masih mengendarai mobil menuju ke arah hutan.

'Kenapa perasaanku tidak enak ya?' Tanya pemuda tampan yang bernama Michael Van Hounten yang di panggil dengan nama Michael dalam hati sambil melihat mobil yang barusan lewat dari spion yang ada di dalam mobil dekat sopir sekaligus bodyguardnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!