Membuka matanya, Kojiro Satou mendapati pemandangan dirinya telah berubah, dia ingat dia harus menghadiri sebuah kelas siang ini namun sekarang yang dia lihat hanya pepohonan yang tumbuh rindang di dalam hutan. Ia mendorong kacamatanya untuk menganalisa yang terjadi.
Setelah beberapa saat ia menyadari telah dipanggil ke dunia lain dengan seorang gadis kecil berambut perak memandangnya dari tanah, gadis itu mungkin berusia di antara 12-14 tahun, memiliki mata biru langit yang indah serta kulit seputih salju.
Pakaiannya tidak mencerminkan dirinya dimana itu terlalu lusuh untuk dikenakan seorang gadis.
Sebelum Satou menanyakan informasi lebih lanjut gadis itu hanya tersenyum dan kemudian tak sadarkan diri, ia memeriksanya dan mendapati ia telah pingsan.
"Dia? Banyak yang ingin aku tanyakan, tapi biarlah."
Masih mengenakan seragam sekolahnya Satou memutuskan untuk menggendong gadis tersebut di punggungnya, dia merupakan seorang kutu buku kebetulan ia terkadang membaca beberapa light novel tentang seorang yang dikirim ke dunia lain, dengan asumsi itu ia mencoba untuk membayangkan sebuah panel layaknya sebuah game pada umumnya, itu berhasil membuat Satou yang segelintir orang yang menempatkan logika di atasnya mendesah pelan.
"Dunia lain kah?"
Dia memeriksa level dirinya dan itu mengejutkan bahwa semuanya berada di tingkat atas, dia di level 9999 dengan jumlah skill tak terhitung jumlahnya, satu hal yang dia perhatian adalah skill perintah mutlak.
"Dengan statistik seperti ini seharusnya tidak ada yang perlu ditakutkan."
Dia berjalan lebih dalam hingga secara tidak terduga telah dikepung sekitar 20 orang berseragam armor besi serta senjata lengkap terdiri dari pedang dan tombak.
Masing-masing dari mereka menunjukan permusuhan yang membuat Satou mengerenyitkan alisnya tapi tetap tenang.
"Yo anak muda, sebaiknya kau meninggalkan gadis itu kami akan membiarkan kau pergi tanpa terluka."
Satou jelas tidak mungkin melakukannya, ketika dia tahu gadis ini akan dibunuh sebaik mungkin dia akan melindunginya terlebih dilihat dari situasi yang terjadi gadis ini jelas memegang kunci untuk menjelaskan semuanya.
Dia mengaktifkan skill perintah mutlak untuk berjaga-jaga sebelum membalas.
"Aku pikir aku akan membuat kalian kecewa."
"Tidak ada jalan lagi, habisi dia."
Dua dari mereka bergerak maju, ketika Satou berkata 'Mati' mereka terkulai lemas sebelum terbaring di tanah.
Tidak ada yang menyadari apa yang terjadi.
"Oi, kalian berhenti bercanda cepat bangun."
"Kau mati juga."
Seorang berbicara itu mengikuti dua yang lainnya, menyadari ada sesuatu yang tidak beres mereka bersiap untuk melarikan diri akan tetapi Satou jelas tidak membiarkannya, dengan satu perintahnya dia membuat mereka berlutut dengan wajah ketakutan.
Perintah mutlak membuat apa yang dikatakan Satou tidak terbantah, dia hanya mencoba memerintah seseorang untuk mati namun tidak disangka hal itu benar-benar terjadi.
Satou meletakan gadis itu secara hati-hati untuk bersandar di pohon sebelum dia beralih kembali ke arah orang-orang tersebut.
Dia tadinya ingin bertanya sampai gadis itu terbangun namun sepertinya orang-orang ini juga tahu sesuatu tentangnya.
Ia mendorong kacamatanya sebelum memulai.
"Mari kita buat semuanya berjalan cepat."
"Kami tidak akan mengatakan apapun yang kau ingin ketahui!"
"Tidak masalah, aku hanya harus memaksa kalian."
Dengan perintah 'Berbicara' satu dari perwakilan mereka mulai menjelaskan semuanya gadis yang dibawa oleh Satou merupakan tuan putri dari istri pertama raja negara Vermilion, sedang ada perebutan tahta yang terjadi di sana hingga melibatkan sekitar 6 selir di dalamnya, mendengar hal itu Satou merasa tidak tertarik, sudah hal lumrah kerajaan selalu memiliki sisi gelap.
"Apa kau akan melepaskan kami."
"Mati," satu perintah itu membuat semua yang tersisa tengkurap di tanah, Satou memeriksa dan mendapati mereka mati karena serangan jantung. Jika perintahnya tidak jelas kematiannya akan seperti ini, jika dia secara spesifik mengatakan kematian mereka jelas akan berbeda.
Satou mendesah pelan saat menyadari bahwa kekuatannya jelas jauh dari akal sehat, dia mengalihkan pandangan ke arah gadis tersebut dan berfikir lebih baik untuk segera membawanya ke kota.
Angin berhembus menyapu padang rumput landai saat Satou melewatinya, bercampur cahaya matahari yang menghangatkan gadis di punggungnya mulai membuka matanya.
Sudah sejak lama dia berjalan dan hutan dan sebentar lagi kemungkinan sudah berubah menjadi sore hari.
"Kau sudah bangun gadis kecil."
"Ah, itu..."
"Tidak perlu menjelaskan, aku sepertinya sudah tahu semuanya."
Menurut prajurit sebelumnya, gadis ini bernama Emily, semenjak kematian ibunya dia dianggap sebagai gadis bencana yang membawa kehancuran kepada kerajaan Vermilion, dia diasingkan namun setelah beberapa bulan dia malah diburu untuk dihabisi, konon jika dia masih hidup bukan hal aneh kerajaan ini akan hancur.
Emily mempelajari sedikit sihir untuk memanggil roh, namun tidak terduga bahwa Satou lah yang terpanggil ke tempat ini.
Semua yang terjadi sesungguhnya hanya sebuah kebetulan.
"Ngomong-ngomong gadis kecil, tidak, aku harus memanggilmu nona Emily, apa ada cara untuk aku kembali ke dunia lamaku?"
"Hm? Maaf."
Emily terlihat akan menangis kapan saja namun bagi Satou dia tidak mempermasalahkannya, dibandingkan hidupnya dia lebih simpati dengan gadis yang digendongnya, di usianya dia harus dikejar-kejar untuk dibunuh terlebih tuan putri yang harusnya hidup bergelimang harta malah menjadi seorang gelandang yang terkadang mengais-ngais sisa sampah untuk makan.
"Jangan khawatir, bukan berarti aku akan marah.. kurasa hidup di dunia ini juga tidak terlalu buruk. Namaku Satou, panggil saja demikian."
"Tuan Satou?"
"Tidak perlu memanggilku tuan, cukup Satou saja nona Emily."
Emily terlihat terkejut karena dipanggil demikian, dia sebisa mungkin membantahnya namun Satou sendiri tidak keberatan, dia orang yang memangilnya jadi sudah sewajarnya dia memperlakukannya sebagai tuannya, Satou adalah seorang yang berfikir terbuka jadi hal-hal seperti itu bukan sesuatu yang dipermasalahkan.
Dia ingat telah mengambil banyak uang dari prajurit yang dia bunuh, seharusnya itu cukup untuk membeli beberapa pakaian baru bagi dirinya maupun Emily.
Emily mengeratkan tangannya sembari menyembunyikan dirinya saat mereka tiba di sebuah kota yang dijaga seorang penjaga.
Penjaga itu memiliki tubuh besar, botak dan punya bekas luka khas di pipinya.
Dari sudut pandangnya, Satou jelas terlihat mencurigakan, selain pakaiannya yang aneh dia memiliki rambut hitam acak-acakan yang dibilas warna putih serta anting di sebelah telinganya.
Dia merupakan murid terpintar dan disiplin namun jelas dandannya lebih ke arah seorang pembuat onar.
"Kenapa dengan gadis di belakangmu?"
Emily sedikit khawatir dan Satou menyela.
"Gadis ini tergeletak di hutan, aku hanya membawanya kemari... jika tidak keberatan kami mencari tempat istirahat."
"Begitu, kamu tinggal berjalan ke sana saja lalu belok kanan, di persimpangan jalan ada tanda sebuah penginapan."
"Terima kasih, ngomong-ngomong apa nama kota ini?"
"Kota Anes."
Meninggalkan penjaga, Satou memasuki sebuah toko pakaian, dia memilih sesuatu yang cocok untuknya maupun Emily yang tampak kebingungan.
Dia sempat menanyakan apa tujuan selanjutnya dari Emily dan ia hanya mengatakan ingin keluar dari kerajaan ini lalu mulai berpetualang. Maka dengan itu Satou merekomendasikan sebuah pakaian yang memudahkan dia bergerak, itu merupakan celana pendek yang ditambah dengan bagian atas t-shirt sederhana yang ditutup kembali dengan Hoodie berwarna merah muda.
"Dia terlihat imut."
Si pelayan juga mengangguk setuju tanpa keberadaan, untuk Satou dia hanya membeli mantel untuk mengganti blazernya.
"Tolong siapkan baju ganti juga seperti piyama serta pakaian sehari-harinya juga.
"Baik tuan."
"Apa dengan uang ini cukup?"
Si pelayan terkejut bahwa Satou memberikannya koin emas yang setara dengan 50 koin perak.
"Lebih dari cukup, bagaimana kalau saya tawarkan tas sihir juga untuk menyimpan barang-barangnya."
Satou memiliki skill penyimpanan dari layarnya, meski begitu akan jauh lebih baik jika Emily menyimpan barang-barangnya sendiri.
"Kalau begitu aku ambil itu."
"Terima kasih sudah berbelanja di sini, mohon datang kembali."
Keduanya meninggalkan toko, mendengar bahwa perut Emily keroncongan, mereka singgah di kedai sebelum akhirnya menyewa penginapan lebih awal.
Emily terlihat sedikit takut walau demikian Satou sendiri tidak terlalu memperdulikannya, dia berdiri menghadap jendela dan yakin tidak ada orang yang mengikuti setelah apa yang terjadi di dalam hutan.
Dia beralih ke arah Emily yang duduk di atas ranjang.
"Kita perlu rencana untuk pergi dari kerajaan ini, apa nona sudah memilikinya?"
Emily menggelengkan kepalanya sebagai balasan, wajar karena dia hanya gadis kecil berusia begitu muda.
Pagi pertama di kota Anes, seorang gadis kecil bersama pemuda telah mengunjungi guild, untuk mendapatkan uang gadis itu memilih sebuah pekerjaan sederhana yaitu menjadi seorang petualang. Tak hanya bisa mendapatkan pekerjaan sesuai kemampuan, seorang yang terdaftar di guild akan lebih mudah masuk ke kota lainnya tanpa dicurigai.
Pihak kerajaan Vermilion tidak akan berani menaruh harga burunon terhadap Emily supaya nama kerajaan terjaga baik di depan masyakarat, pada akhirnya siapapun tidak akan mengetahui jika dia mati.
Emily sendiri hanya nama samaran, namanya sendiri sudah dibuang sejak lama.
Satou mengawasi sekelilingnya, memperhatikan setiap petualang yang ada di tempat ini, beberapa hanya duduk selagi mengobrol dan beberapa lagi hanya berdiri untuk merundingkan misi seperti apa yang mereka ingin ambil.
Ketika Emily berjalan melewati kerumunan menuju loket sosoknya jelas menjadi perhatian, Emily masih di bawah umur meski begitu dia diberkahi kecantikan luar biasa dengan rambut perak serta mata sejernih langit biru.
Kulitnya putih yang bahkan melebihi gadis-gadis di sekitarnya.
Jika bukan karena sosok Satou di dekatnya semua orang jelas akan berusaha dekat dengannya, sejujurnya Satou juga tidak kalah tampan dengan semua orang meski begitu, aura yang dikeluarkannya terlihat menakutkan, dia terlihat seperti seorang gangster dalam beberapa novel penjahat terkenal. Ketika dia mendorong kacamatanya semua orang terlihat menahan nafas.
"Apa-apaan orang ini, bukannya dia menakutkan untuk seorang pelayan."
"Gadis itu mungkin seorang pedagang terkenal atau sebagainya mungkin."
Keduanya tidak terlalu memikirkan apa yang mereka bisikan dan hanya melakukan bisnis apa adanya di tempat ini, seorang gadis di balik loket menyambut mereka dengan senyuman seperti biasanya.
"Selamat datang di guild, bisa aku tahu keperluan Anda?"
"Hmm... Itu, aku ingin menjadi seorang petualang, apa bisa?" ucap Emily malu-malu.
"Jika kamu berumur 12 tahun lebih, kamu bisa mendaftar sebagai petualang, tolong isi formulir ini.. bagaimana dengan tuan?"
"Aku hanya seorang pelayan mohon abaikan saja tentangku."
Dengan aura begitu mengintimidasi seperti itu jelas dia berfikir mana mungkin bisa melakukannya. Beberapa petualang hendak menyerobot Emily hingga Satou sendiri yang segera bertindak selagi menunjuk punggungnya.
"Kamj belum selesai di sini, antri di belakang."
"Kami punya pekerjaan penting, lebih baik kalian mengalah dan biarkan kami menyelesaikan dulu."
Mereka tiga orang dan masing-masing merupakan pria berotot, satu menggunakan pedang dan dua menggunakan perisai dan kapak, gadis loket membantu Satou sayangnya itu tidak berjalan mulus.
Beberapa loket di sekitar memang sedang penuh karenanya dia mau mengambil hak Emily.
"Satou, kurasa tidak masalah untuk kita mengalah."
Usulan Emily segera dibantah, jika dia membiarkan orang seenaknya hari ini maka akan ada hari yang sama suatu hari nanti.
"Satu hal yang tidak ingin aku terima yaitu seseorang merendahkan kita."
"Hah, kau mau bertarung!"
Sebelum pria pedang bisa tahu apa yang terjadi, wajahnya dipukul oleh tinju dari Satou, itu menciptakan gelombang kejut yang membuatnya terbang menembus dinding guild.
Semua orang jelas terkejut.
"Jangan bercanda, bukannya orang barusan berada di level 70an."
Temannya ikut menyerang, dengan ayunan kapak dan segera hancur saat menghantam tunju Satou di saat yang sama si pria perisai harus kehilangan perisainya dan terbang mengikuti dua lainnya.
Satou tidak benar-benar membunuh ketiganya jadi seharusnya itu aman dengan uang kompensasi atas kerusakan dinding.
"Silahkan lanjutkan."
"Satou, kamu terlalu kasar di sana?" Emily memperingati namun Satou mendecapkan lidahnya seolah tidak setuju.
Tidak ada pelayan bersikap seperti itu bahkan jika mereka seorang ajudan.
Bagi Satou yang dilakukannya terasa masih lembut, jika dia menggunakan perintah mutlak cukup membuat mereka mati saja, namun Satou tidak berfikir kemampuan seperti itu harus sering ditunjukkan di tempat umum.
"Ini formulirnya."
"Terima kasih," gadis loket menerimanya dengan canggung namun tidak menghilangkan senyuman di wajahnya.
"Mari lihat statusmu, silahkan letakan tanganmu di bola kristal ini."
"Baik."
Dengan bersemangat Emily melakukan hal yang disuruh hingga status miliknya bisa dilihat oleh ketiganya.
"Cukup baik, kamu terlahir sebagai penyihir.. untuk elemen yang bisa kamu gunakan, kamu bisa menggunakan sihir api dan air, ah..ini luar biasa sejauh ini hanya keluarga kerajaan saja yang berakhir dengan dua elemen, apa nona?"
Satou segera menyela.
"Nona Emily begitu berbakat, karena sejauh ini hanya keluarga kerajaan yang memiliki dua elemen bukan berarti bahwa rakyat jelata tidak memilikinya juga."
"Kurasa Anda benar, ini kartu Anda nona Emily."
Tiba-tiba gadis loket menambahkan kata nona membuat Emily sedikit tidak nyaman, meski demikian dia menerima kartu yang diberikan padanya dan melihat bahwa dirinya telah bergabung dengan guild sebagai petualang peringkat G.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!