...Daun muda yang gugur, itulah hidupku. Menatap begitu banyak orang yang dapat bahagia....
...Mengapa aku tidak? Karena itu, daun muda ini gugur untuk menikmati air telaga. Tidak mengetahui baik dan buruk....
...Hanya satu yang membuatku bahagia dengan kesalahan ini. Anakku......
Driella
Suara hairdryer terdengar, untuk pertama kalinya dirinya melakukan perawatan total. Uang dalam celengan tembikarnya hanya 300 ribu. Memakai baju yang dipinjamnya dari temannya.
Kuliah? Dirinya ingin mengambil jurusan kebidanan. Tapi segudang masalah bagaikan ada di hidupnya. Mulai dari kakak laki-lakinya yang terjerat pinjaman online. Ayahnya yang harus berobat jalan, sedangkan BPJS-nya sudah tidak aktif, akibat tunggakan pembayaran.
Air matanya mengalir, kala mengingat bagaimana smart phone-nya jatuh hingga tidak bisa menyala sampai sekarang. Tunggakan episode akhir drama Korea yang belum ditontonnya. Serta kang cilok yang menagih hutang 25.000, biaya ujian belum juga dibayar. Padahal TU sudah beberapa kali memanggilnya.
Karena itu kala mendengar salah seorang temannya memiliki Sugar Daddy. Mungkin itu jalan pintas dari semua masalahnya dari pada harus bunuh diri. Tapi memang begitu bukan? Ada beberapa remaja yang jalan fikirannya begitu pendek.
Driella, sering dipanggil Ela, tapi jangan menyebutnya Cinderella. Karena peri tidak akan muncul dalam kisah hidupnya yang kacau.
Kala kacamata itu dilepaskan, wajah berminyak nya dibersihkan. Diganti dengan make up natural. Sungguh kecantikan yang menggoda iman. Hanya tinggal dipoles sedikit saja.
Tapi raut wajah pegawai salon terlihat tidak senang setelah proses catok rambut selesai."Berapa lama kamu tidak keramas?" tanyanya setelah mendandani gadis SMU ini.
"Seminggu... maaf 10 hari..." Driella berusaha mengingat. Kemudian tersenyum, mengetahui mungkin alat catok terkena banyak mayat para kutu yang kepanasan."Maaf!"
"Lain kali sempatkan diri merawat diri! Bukan belajar saja! Anak perempuan tidak boleh jorok-jorok. Lihat Eiike (saya) walaupun berbatang selalu mulus cantik alami. Bukan seperti Yeiii(Kamu), cantik-cantik kutuan, jarang keramas." Ucap sang pemilik salon yang merupakan waria, tubuh pria tapi jiwa wanita.
"Maaf Om." Ucap Driella terkekeh, mendapat pandangan kesal dari sang pemilik salon."Eh salah! Maaf kakak Prita yang cantik."
Prita? Nama aslinya di KTP adalah Priyanto. Tapi kita anggap saja Prita. Dirinya menghela napas."Kenapa dandan cantik? Mau kondangan?"
"Mau keluar dengan pujaan hati." Dustanya.
"Kecil-kecil sudah pacaran. Tapi Yeiii (kamu) cantik sebenarnya kalau dandan. Nanti jangan mau diraba-raba sama pacar Yeiii(kamu). Bunting nanti siapa yang mau tanggung jawab!?" Komat-kamit mulut waria itu mengomel. Membuat nyali Driella ciut.
Tapi, ada yang namanya obat pencegah kehamilan bukan? Dirinya tinggal beli di apotik. Nanti setelah melakukannya tinggal minum saja. Itulah isi fikiran bocah yang tidak tau aturan pakai.
"Kak Prita dong yang nikahi saya, kalau saya hamil." Ucap Driella mengedipkan sebelah matanya genit. Kemudian kabur setelah membayar.
"Dasar bocah sinting!" Ucap Prita memasukkan uang ke dalam kantongnya.
*
Uangnya dari salon tinggal 25 ribu. Menelan ludah kasar menunjukkan KTPnya yang memang telah berumur 18 tahun. Seperti pembicaraan temannya yang sempat dikuping olehnya. Tempat tongkrongan para Sugar Daddy, tentu saja club'malam.
Tidak ada orang tua yang membimbingnya. Ayahnya terlalu sibuk bekerja sebagai pengemudi becak, kakaknya lebih rusak dari dirinya, sedangkan ibunya sendiri meninggal kala dirinya berusia 4 tahun. Karena itu remaja tanpa pengawasan dan teman bicara tersebut, memutuskan untuk melakukan ini.
Apa yang menjadi impiannya? Tentu saja menjadi wanita karier. Tidak perawan? Tidak apa-apa karena dirinya tidak akan menikah dan menjadi wanita mandiri. Membangun rumahnya yang sudah reot jika telah berhasil nanti.
Kala itu dirinya memasuki area club'malam untuk pertama kalinya, aroma rokok dan minuman keras begitu menyengat. Begitu risih dengan tempat ini. Namun, untuk membayar tunggakan asuransi kesehatan ayahnya dirinya harus berani, belum lagi biaya masuk kuliah dan uang ujian. Ditambah dengan hutang pinjaman online kakaknya. Satu yang paling penting, bagaimana ending dari drama Korea yang selalu ditontonnya.
Seorang pria tua mendekat, berbau alkohol. Menelan ludah dirinya memberanikan diri bertanya."Mau yang perawan?" tanyanya.
"Mau..." Ucap pria tua itu.
"Berani bayar berapa?" Tanyanya sok profesional.
"Tergantung servicemu sayang..." Pria tua yang mencolek pinggangnya membuatnya jijik entah bagaimana. Bahkan ayahnya lebih muda daripada orang ini.
"Dia punyaku!" Seorang PSK profesional menarik sang pria tua yang tengah mabuk.
Dirinya tertegun, kakek tua saja dapat diperebutkan kuntilanak. Mengingat makeup sang PSK yang setebal makalah kuliah. Wajah putih pucat dengan gincu (lipstik) merah darah.
Kerlap-kerlip kehidupan malam. Dirinya bergerak ragu, jiwa labil khas seorang remaja. Beberapa pria mabuk lain mendekat bagaikan kumbang melihat bunga tercantik.
Ini mirip dengan adegan Cinderella memasuki pesta dansa bukan? Tapi ini tidak seindah di negeri dongeng. Matanya menelisik, mencari pangeran. Salah! Maksudnya pria mapan yang mungkin dapat menyelesaikan segalanya.
*
Sedangkan di tempat lain. 33 tahun, usia yang sudah cukup matang, seorang putra dari keluarga pengusaha, namun kini berprofesi sebagai pilot. Meminum sedikit Vodka di hadapannya.
"Menikahlah! Menikah itu enak." Ucap sang sahabat menasehati.
"Dengan siapa?" Tanya Satya, pria yang hanya bermaksud singgah. Melonggarkan dasinya masih memakai kemeja dan celana panjang hitam, sedangkan seragam pilotnya ditinggalkan dalam mobil.
"Dengan Era, Sari, Dipta, aku punya banyak wanita untuk dikenalkan padamu." Bisik Gery pada sahabatnya.
"Akan aku laporkan pada istrimu!" Kalimat Satya yang membuat sang sahabat bergidik ngeri. Tidak ingin istrinya mengemasi koper dan pergi meninggalkannya.
"Kamu sudah lima tahun tidak pernah melakukannya dengan wanita. Bagaimana jika menikahi pramugari saja." Kalimat Gery membuat Satya menatap tajam padanya.
"Aku tidak ingin menjadi budak istri sepertimu. Aku akan sendiri, sampai menemukan wanita seperti kriteriaku lembut, dewasa, baik hati, perhatian dan setia. Yang paling penting child free(menikah tapi memutuskan tidak punya anak)." Satya menghela napas berkali-kali, belum juga menemukan belahan jiwanya, cintanya. Kita anggap saja pembantunya, karena dalam imajinasi Satya istrinya harus di rumah. Rela ditinggalkan ke luar negeri walau setahun sekali pun. Menjadi ibu rumah tangga yang memiliki masakan enak. Tidak akan ada anak diantara mereka. Itulah imajinasinya.
"Aku kutuk kamu menghamili bocah kekanak-kanakan! Kemudian bocah itu terlanjur mengandung anakmu!" Sebuah kutukan, walaupun sejatinya hanya berupa candaan membuat Satya terbatuk-batuk.
"Sialan!" Gerutu Satya.
"Ya kamu sendiri ingin wanita sempurna, tapi child free. Aku sedang program anak pertama. Satu teman kita lagi malah sudah punya dua anak. Begini, menurutku punya anak tidak semenakutkan itu. Kamu bisa belajar lebih dewasa, dan menjadi lebih lembut jika ada anak di hidupmu..." Gumam seorang pria yang memang tengah menginginkan anak di rahim istrinya.
*
Malam semakin menjelang, Gery telah pulang, kala itulah hal tersebut terjadi. Pandangan yang samar, gadis cantik bak bidadari mendekatinya. Duduk disampingnya.
"Om, mau yang perawan?" Tanyanya.
Satya yang mabuk hanya tersenyum kemudian mengangguk."Ada peri..." gumamnya memeluk tubuh sang gadis muda.
"Om, berani berapa? 35 juta mau?" Driella kembali bertanya.
Pria itu mengangguk, kembali bergumam."Peri..."
Peri? Driella mengernyitkan keningnya. Dirinya apa secantik itu? Namun jika melihat cermin memang bagaikan orang yang berbeda.
"Kakak umurnya berapa?" Tanyanya basa-basi, terlalu muda rasanya jika pria dewasa ini dipanggil om.
"33 tahun, peri..." panggil Satya lagi yang masih terlalu mabuk, mengecup pipi sang gadis muda.
Ini menjijikkan untuk Driella, tapi hanya satu malam saja, bisa mendapatkan 35 juta dari Sugar Daddy-nya. Matanya menelisik, pria blasteran, dari segi wajah sejatinya terlihat di awal usia 20 tahunan. Namun ternyata 33, itu artinya lebih tua 15 tahun darinya. Benar-benar rupawan, tapi tetap saja pemuda yang baru dikenalnya. Wajahnya terlalu muda untuk dipanggil om, tapi usianya terlalu muda untuk dipanggil kakak.
Satu hal lagi yang harus dipastikan olehnya."Om, ini one night, jadi tidak boleh terbawa perasaan. Ingat istri di rumah."
"Peri..." Ucap Satya lagi, berusaha memeluknya. Tapi dengan cepat Driella mencegahnya.
"Ingat! Besok bayar 35 juta! Kalau tidak aku potong---" Kalimat Driella terhenti, kala pemuda mabuk itu mengecup bibirnya.
"Terlalu banyak bicara...mulut cerewetmu terlalu banyak bicara..." Bisik Satya, tepat di daun telinganya.
*
Segalanya terjadi begitu saja, mulai dari menyewa kamar hotel yang menjadi satu dengan club'malam. Hingga kala pintu tertutup, pria dewasa itu menyerangnya.
Driella belum berpengalaman? Berbeda dengan pria dewasa ini. Mulutnya dibungkam dengan ciuman, sedangkan Driella membalasnya ragu. Masih terlalu kaku untuk segalanya.
Dirinya bahkan tidak pernah pacaran. Menyukai seseorang? Tentu ada, ketua OSIS yang jauh dari jangkauannya. Seorang pemuda rupawan, sekaligus ketua tim basket yang selalu memintanya mengerjakan tugas.
Tapi pria dewasa di hadapannya ini...
Tidak ada rasa cinta, hanya karena 35 juta yang akan didapatkannya. Apa dirinya merasa kotor? Tentu saja, namun segalanya telah terlanjur.
Setelah ini, tinggal mandi kembang tujuh rupa, luluran, pakai sabun paling mahal. Tidak perawan lagi? Tidaklah mengapa, lagipula ada banyak teman sekelasnya yang memberikan keperawanan mereka pada pacarnya cuma-cuma. Padahal kurang dari setahun sudah putus.
Ini salah, tapi masih lebih baik dibandingkan dengan tidak bisa kuliah, tidak lulus karena tidak dapat membayar uang ujian, kakaknya dihajar penagih hutang, sedangkan ayahnya tidak dapat dirawat secara rutin di rumah sakit akibat tunggakan pembayaran asuransi kesehatan. Paling penting, bagaimana ending drama Koreanya dirinya benar-benar penasaran, membeli smartphone baru salah satu tujuannya.
Akan ada jalan pintas di setiap jalan panjang. Itulah bisikan setan.
Kala pakaiannya dilepaskan, maka hampir seluruh tubuhnya yang masih belia terlihat. Dirinya berusaha menutupi tubuhnya. Namun pemuda ini, menghempaskan tangannya. Membuainya dengan ciuman.
Perlahan rasa nyaman menyebar, ciuman yang awalnya menjijikan perlahan menjadi obat penenang untuknya. Membiarkan pakaian dalamnya teronggok satu persatu oleh ulah sang pemuda.
Hingga pada akhirnya ciuman yang mengalir turun ke area leher, tulang selangka, bahkan pria dewasa ini bertingkah lebih gila lagi.
"Ugh..." Tangannya yang awalnya ingin mendorong. Tapi entah kenapa bergerak menekan kepala Satya. Seakan tidak ingin pemuda itu menghentikan aktivitasnya.
Ini gila! Pria ini sudah gila, kancing kemejanya dilepaskan sendiri olehnya. Menyisakan otot-otot tubuh yang indah, persis seperti iklan pakaian dalam pria. Berotot, namun bukan tubuh terlalu besar seperti binaraga.
"Tanganmu sangat kecil dan dingin..." pujinya mengarahkan Driella membelai otot dada dan perutnya.
Dengan ragu Driella menyentuhnya. Menatap lekat mata pemuda mabuk, yang kembali mencium bibirnya. Anehnya kali ini Driella tidak merasa malu, bahkan memeluk tubuh pemuda ini. Kala napsu perlahan menguasai dirinya.
Suara ikat pinggang, celana panjang dan boxer pria teronggok di lantai. Entah kapan Satya melepaskannya, namun yang pasti kala Driella menyadari segalanya, sekujur tubuh mereka telah bergesekan tanpa pembatas. Menawarkan nuansa kehangatan yang membuat sang gadis hanya bertumpu pada tubuhnya.
Bruk!
Sepasang tubuh itu terjatuh di atas tempat tidur. Hawa malam ini begitu dingin entah kenapa. Menarik selimut, membiarkan pemuda ini berbuat apa saja. Ciuman yang kembali turun ke bahu, tulang selangka, mengalir lebih bawah lagi, bahkan kini menuju perut. Kembali turun dan turun.
"Hen... hentikan..." Ucapnya ketakutan, bercampur malu. Namun pemuda ini tidak juga berhenti. Hingga beberapa kali Driella menjerit, merasakan hal yang tidak pernah dirasakannya sama sekali.
Pekikan terdengar, dengan nada suara napas yang lemah, barulah pria dewasa ini berhenti, kala tubuh belia tersebut berada dalam keadaan rileks perlahan. Mencium bibirnya di tengah deru napas yang tidak teratur. Perlahan Driella mencengkeram sprei kala menyadari pemuda ini akan mengambil segalanya.
"Sakit..." kata yang tertahan dalam ciuman. Bagaikan bius yang berusaha mengurangi rasa hancur penyatuan tubuh mereka.
Jeritan begitu menyakitkan. Wajah pemuda yang begitu rupawan berbisik padanya."Periku begitu indah, ini aneh... milikku..."
*
Tepat pukul setengah lima pagi, bagaikan alarm dalam otak. Wanita itu terbangun dari tidurnya. Tubuhnya masih dipeluk oleh sang pria dewasa.
Dirinya segera mengambil pakaiannya, serta tas yang tergeletak. Pil KB adalah tujuan utamanya, botol kecil air mineral telah tersedia di dalam tas. Jadi tinggal minum saja.
Remaja yang bahkan tidak tahu aturan pakainya. Pil KB pada umumnya akan bekerja setelah 5-7 hari penggunaan. Jadi diminum saat ini, sejatinya tidak ada gunanya sama sekali.
Apalagi yang ada dalam otaknya."Paling seperti Paracetamol, diminum sekali saja setelah melakukannya." Gumamnya akan membuang sisa pil.
Bagaimana jika benih sang kapten berkembang di rahimnya? Dirinya menganggap segalanya akan beres dengan pil kontrasepsi yang dikonsumsinya dengan cara yang salah.
Wanita yang menahan perih, pemuda itu sama sekali tidak berbelas kasih pada dirinya yang masih perawan. Tapi walaupun awam, Driella tidak begitu bodoh. Wanita yang mengambil beberapa foto Satya dan dirinya menggunakan handphone pemuda itu, sebelum Satya terbangun. Kemudian mengirim pada alamat e-mail-nya sendiri. Nanti tinggal ke warnet kemudian cetak, sebagai ancaman jika pemuda ini tidak mau bayar. Masalah alamatnya, tentu saja Driella juga memotret KTP sang pemuda.
"35 juta..." Senyuman lebar terlihat di wajahnya, meletakkan kembali handphone Satya.
Kala dirinya hendak pergi. Tangan pemuda yang baru terbangun itu menariknya."Aku ingin lagi..." bisiknya kali ini dalam keadaan sadar sepenuhnya, tanpa pengaruh alkohol.
"Om...A...aku harus pulang sudah hampir jam 5." Ucap Driella gelagapan.
"Sekali saja, seperti Cinderella saja, harus pulang tepat waktu..." Satya kembali membuainya. Melepaskan pakaian yang sempat dikenakan Driella.
"Aku harus sekolah..." Ucap Driella samar. Kata yang antara didengar dan tidak oleh Satya. Tepatnya mungkin karena tubuh mereka telah kembali menyatu. Seorang pria dewasa yang brutal.
*
Matahari telah memasuki celah tirai sekarang tepat pukul 6 pagi. Berusaha melangkah menuju kamar mandi. Komat-kamit mulutnya mengomel, melirik ke arah Satya yang masih tertidur lelap.
"Dasar om-om sudah seperti setan! Pada anak kecil saja masih begitu tega. Aku harus sekolah, sudah hampir terlambat. Tapi tetap saja tidak melepaskan anak tidak berdosa sepertiku." Gerutunya kala menutup pintu kamar mandi dengan kasar.
Sadis! Hampir seluruh tubuhnya totol-totol bak macan tutul. Membersihkan diri kemudian berpakaian, melirik pria yang tengah tertidur dengan senyuman, begitu lelap.
Saat itulah Ella tapi bukan Cinderella melangkah pergi, meninggalkan sang pangeran. Dengan kalimat terakhir."Jangan lupa bayar om sayang..."
Itulah salam perpisahannya meninggalkan catatan. Namun wajahnya masih terlihat rupawan pagi itu. Cinderella yang akan segera kehilangan keajaibannya, kala menunggu pangeran di halte sore nanti.
Malam telah berlalu, bentuk tubuh yang indah bagaikan pahatan patung dewa Yunani. Terkena sedikit cahaya matahari yang masuk melalui tirai jendela yang terbuka.
Matanya mengerjap, tangannya meraba mencari keberadaan smart phone-nya. Kala telah menemukan benda pipih tersebut, samar layar ditatapnya."Jam 10!" Ucapnya hendak bangkit.
Namun, selembar surat tertinggal di atas meja. Tepatnya di bawah gelas kaca. Tangannya gemetar, menelan ludah membacanya.
'Jemput aku di depan halte SMU Nusa Cita. Seperti perjanjian, 35 juta.'
Dalam ingatannya semalam dirinya menenggak alkohol terlalu banyak. Karena menerima hinaan dari Gery, sebagai satu-satunya yang masih lajang.
Hal terakhir yang diingatnya? Dirinya didekati seorang gadis muda. Mengoceh soal menjual keperawanannya demi...demi...apa? Entah dirinya lupa.
"Apa aku memakai pengaman?" Gumamnya, melirik ke arah darah di atas tempat tidur. Tidak! Anak bau kencur itu terlalu lugu, dan dirinya terlalu mabuk.
"A...aakkk! Bagaimana ini!?" Teriaknya mengacak-acak rambutnya frustasi.
Menghela napas kasar mencoba mengingat segalanya lebih jelas. Wanita yang benar-benar cantik, bahkan tadi pagi walaupun pengaruh alkohol telah menghilang dirinya tidak melepaskannya, kembali melakukannya sekali lagi. Memberikan benihnya ke rahim sang gadis muda.
Matanya menatap ke arah cermin, sedikit memicing, apa sebaiknya nikahi saja? Untuk berjaga-jaga dengan kemungkinan hamil?
Pria dewasa yang belum menikah itu, kembali berguling-guling di tempat tidur. Namun dirinya benar-benar mengingat gadis yang ditidurinya begitu cantik, secantik bidadari. Salah tingkah membuat dirinya menutup wajahnya menggunakan bantal. Apakah ini saatnya memiliki pasangan hidup?
Kembali membaca catatan tersebut, menghirup aroma kertas, bagaikan membaca surat cinta dari kekasihnya. Setelah lima tahun, pada akhirnya dirinya kembali jatuh cinta pada wanita yang begitu rupawan.
*
Di tempat lain, mengepang dua rambutnya, mengenakkan seragam SMU yang kebesaran. Tas ransel yang telah dipakainya dari SMP. Dirinya berusaha bergerak, walaupun sudah bagaikan pinguin berlari.
"Pak! Tunggu!" Teriaknya pada penjaga gerbang sekolah.
Kriet!
Tapi pintu tidak kunjung berhenti tertutup. Hingga pada detik-detik terakhir, dirinya masuk."Finish!" Ucap Driella tertawa bangga.
"Tumben kesiangan!" Ucap sang penjaga gerbang, menatap gadis muda yang sudah berlari menuju sekolah entah dari mana. Wajahnya berminyak kotor, bagaikan minyak jelantah mengingat banyaknya polusi kala dirinya berlari. Kacamata tebal, si cupu itulah julukan wanita yang menjabat sebagai ketua kelas itu.
"I...iya..." Driella terkekeh.
Tapi mata tidak dapat dibohongi, gadis muda yang tidak memiliki uang bahkan untuk membeli alas bedak yang murah. Jadi...tanda keunguan keganasan sang kapten terlihat di lehernya.
"Kamu..." Sang penjaga sekolah yang merangkap sebagai security membulatkan matanya."Lehermu..."
Satu kata yang membuat jantung Driella berdegup cepat."Bagaimana jika aku ketahuan menjual diri!? Aku akan dikeluarkan dari sekolah. Impianku sebagai wanita karier..." batinnya gugup.
Tanda kenikmatan pasangan yang melakukan pergulatan panas. Penjaga sekolah benar-benar familiar dengan tanda tersebut. Tapi siapa yang mau dengan si muka minyak jelantah ini? Punya pacar saja tidak. Jadi satu kesimpulannya.
"Lehermu memar karena alergi atau karena benturan? Penagih hutang datang ke rumahmu lagi?" Tanya sang penjaga sekolah yang memang tinggal dekat dengannya.
"Ka... karena alergi, kemarin aku makan selai nanas, jadi peredaran darah tidak lancar. Di lenganku juga ada." Ucap Driella mengada-ada, menyingkap sedikit lengan bajunya. Hingga tanda laknat itu kembali terlihat satu lagi.
Pria dewasa yang gila bagaikan terkena rabies. Hampir sekujur tubuhnya dipenuhi dengan tanda tersebut. Gilanya lagi, mungkin dirinya ketularan rabies hingga ikut-ikutan membalas seorang pria dewasa tersebut.
Ini menegangkan menunggu jawaban sang penjaga sekolah. Hingga pria itu mengangguk."Kalau alergi jangan makan. Kamu itu sekolah disini karena bantuan beasiswa pak Darmo. Kalau ada orang yang lihat dan salah paham bisa dikeluarkan kamu dari sekolah."
Komat-kamit mulut sang penjaga sekolah mengomel. Membuat dirinya menelan ludah kasar, dirinya hanya kembali melangkah sembari tertunduk. Menelusuri lorong sekolah, berfikir tentang apa yang akan terjadi berikutnya.
Bola menggelinding ke arahnya, dirinya meraihnya. Seorang pemuda rupawan mendekat. Abdi itulah namanya, pria yang merupakan idola sekolah ini, tersenyum ke arahnya. Membuat dirinya tertunduk tidak menentu. Namun, dirinya sudah bertekad tidak akan jatuh cinta padanya lagi kan?
Pria yang telah memiliki seorang kekasih, wanita terpopuler di sekolah ini. Dirinya bagaikan pungguk merindukan matahari. Jika terbang ke arah matahari maka hanya akan terbakar hangus.
"Driella, apa kabarmu? Kamu terlambat?" Tanyanya hendak menyentuh tangan Driella. Salah satu wanita yang mengejar dirinya.
Namun bibir Driella kelu, salah satu alasannya menjual diri, adalah frustasi pria yang telah memberikan harapan palsu padanya selama dua tahun. Wanita yang melangkah mundur kemudian berucap."Apa aku mengenalmu?"
"Driella?" Abdi semakin mendekat. Ada yang aneh dari pesuruh yang sudah menjadi budak cintanya selama dua tahun ini.
"Ketua OSIS, aku hanya ingin berkata pacarmu menatap tajam ke arahku. Permisi..." Kalimat darinya, meninggalkan Abdi. Remaja yang kembali memungut bola basketnya.
Bola yang sengaja dilemparkannya ke arah Driella hanya untuk menyapanya. Mengapa? Karena gadis yang mengejarnya bagaikan orang gila itu begitu acuh setelah dirinya memiliki kekasih.
Tapi hari ini berpura-pura tidak kenal? Abdi tertawa kecil dengan tingkahnya. Lebih menarik dari sebelumnya, namun juga merindukan gadis berkacamata yang selalu berteriak mendukungnya penuh rasa tidak tahu malu. Bahkan membawa kertas besar bertuliskan namanya.
Dirinya dulu berharap Driella menghilang, tidak mendukungnya lagi. Itu memalukan baginya, wanita yang mengejar dirinya secara ugal-ugalan.
Tapi setelah menghilang, tidak mengejarnya lagi. Bangku penonton terasa begitu sepi baginya tidak ada yang menarik.
"Sayang stalker (penguntit) itu mengikutimu lagi?" Tanya Niar (kekasih Abdi) menatap tidak suka pada Driella yang baru saja melangkah pergi.
Tidak ada jawaban dari Abdi, dirinya hanya menghempaskan tangan Niar yang menempel padanya. Ini mengganggu, pacar yang mengganggu, dukungan tidak didapatkannya lagi dari fans fanatik nomor satunya hanya karena Niar?
Gadis yang menyatakan cinta padanya di hadapan umum. Abdi hanya mengikuti kata orang-orang sebagai pasangan paling serasi. Tapi tidak ada yang menarik dari Niar. Dirinya melangkah menelusuri lorong dengan Niar yang mengejarnya.
"Abdi! Berhenti kalau kamu tidak berhenti kita putus!" Teriak Niar, tapi tidak diindahkan oleh Abdi yang memang dinginnya bagaikan kulkas dua pintu.
*
Gosip?
Itu hal yang biasa, terlebih lagi tidak ada yang menarik selain ujian akhir yang akan diadakan tiga bulan lagi. Dirinya mulai duduk mendengarkan kasak-kusuk penuh tawa tentang hal yang memalukan seminggu lalu.
"Kamu masih ingat si cupu, pakai robekan kain kafan bertuliskan Abdi di kepalanya, seminggu lalu?"
"Aku ingat, apa lagi dia membuat tulisan Abdi kesayanganku yang terhebat, menggunakan kertas print ruang guru di lem, memanjang."
"Tapi endingnya..."
"Dia pingsan!"
"Dia pingsan!"
"Dia pingsan!"
Ucap ke-tiga orang itu bersamaan. Itu benar-benar peristiwa yang memalukan, seminggu yang lalu, kala Abdi menerima Niar sebagai kekasihnya.
"Seharusnya aku tidak pingsan. Sugar Daddy-ku lebih tampan dari Abdi..." Gumamnya dengan suara kecil, mengambil tissue mengeluarkan ingusnya. Patah hati tetap saja patah hati.
Membiarkan orang membicarakan dirinya. Itulah Cinderella abad ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!