Bug!!
pusing tiba-tiba melanda seiring mata yang berkunang-kunang ketika sebuah benda bulat mendarat dengan sempurna di kening gadis bernama Chacha tersebut. belum sempat gadis itu memahami apa yang tengah terjadi suara gelak tawa terdengar di lapangan basket. suara tawa renyah yang selalu Chacha kagumi, suara yang selalu ingin ia dengar. ya laki-laki yang mencuri hatinya sejak hari pertama Chacha menginjakkan kaki di kampus ini. tidak peduli meski yang tengah laki-laki itu tertawakan adalah dirinya Chacha tetap bahagia.
"gila Zack lo sengaja ya ngelempar cewek itu?" terdengar suara teman Zacky bertanya di sela tawanya
"enggak lah. emang gue gila apa" Zacky menggerutu sebal pada Randy sahabatnya
"yaudah minta maaf sana"
"nggak usah. gue kan nggak sengaja" ucap Zacky sambil tertawa diikuti teman-temannya.
setelah ia berhasil mengusir pusing yang mampir di kepalanya Chacha mengangkat wajahnya dan kembali melihat belahan jiwa nya yang sudah kembali bermain.
senyum dibibir Chacha begitu merekah memandang pujaan hati yang begitu sempurna.
"aku selalu suka melihat tawamu" gumam Chacha di dalam hati.
Chacha mengangkat tangannya untuk melihat jam dipergelangan. 15 menit lagi pelajaran pak Arif akan dimulai. Chacha beranjak meninggalkan lapangan basket tersebut meski dengan berat hati.
"Bye lelaki masa depan ku" bisik Chacha di dalam hati sebelum benar-benar meninggalkan lapangan basket tersebut.
***
Chacha Amanda gadis polos yang selalu menyendiri. ia tidak suka bergaul karena dirinya yang tertutup. ia beranggapan ketika memiliki seorang teman maka ia harus membagi tahu semua hal tentang dirinya dan Chacha tidak suka itu. ia ingin menyimpan semua hal tentang dirinya untuk dirinya sendiri.
sejak kecil hingga lulus menengah atas ia tidak pernah membuka diri ataupun berinteraksi dengan siapapun kecuali terpaksa.
sampai suatu ketika dihari pertama menginjakkan kaki di kampus ini ketika masa pengenalan lingkungan kampus Chacha kebingungan untuk mencari ruang dekan fakultasnya untuk memenuhi hukuman dari kakak tingkatnya yaitu meminta foto dan tanda tangan dekan yang terkenal killer tersebut.
ditengah kebingungan karena waktu tinggal tersisah 10 menit lagi atau Chacha akan mendapat hukuman lebih berat lagi, mata Chacaha menangkap sepasang sepatu yang tengah berdiri di hadapannya.
Chacha memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya, dan untuk pertama kali Chacha merasa terpana. melihat sosok tampan dengan tatapan tajam yang dinaungi alis lebat nan hitam menambah tegas mata sang lelaki. hidung yang tidak begitu mancung namun begitu pas di wajah laki-laki yang memiliki rahang kokoh tersebut. "ah laki-laki bermata indah" bisik Chacha di dalam hati
"hello kok bengong lo maba ya? butuh bantuan?" ucap lelaki itu dengan gaya cuek dan tengilnya.
"a h eh i iya kak, bo boleh minta tolong ruang dekan Fakultas Mipa di mana kak?"
tanya Chacha dengan tergagap
tanpa menjawab lengan kokoh itu sudah menarik tangan Chacha yang masih bingung namun terpana secara bersamaan. mata Chacha tak lepas memandangi sosok sempurna yang tengah menyeretnya tersebut.
"ini ruangannya"
laki-laki itu menunjuk papan nama yang tertempel di pintu sebuah ruangan
"terimakasih kak"
Chacha membungkukkan badannya tanda ungkapan terimakasih.
tanpa menjawab sosok lelaki tampan tersebut langsung berlalu dari hadapan Chacha
"eh kak... nama kakak siapa" bisik Chacha yang termangu setelah kepergian malaikat penolongnya. kecewa karena tidak sempat mengetahui nama kakak tingkatnya tersebut
"kakak bermata indah"
bibir Chacha melengkung ke atas menampakkan senyum malu-malu menyadari ada perasaan tidak biasa di dalam hatinya. perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. perasaan bahagia, kacau, sesak, secara bersamaan mengerubungi hatinya saat ini.
perasaan pertama yang berhasil menarik rasa ingin tahu di dalam dirinya. perasaan peduli pertama kali tentang dunia yang diluar dirinya.
Chaha tergesa menuju kelas karena waktu kuliahnya sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu. hari ini menjadi hari yang sial bagi Chacha karena terlambat bangun, semalam Chacha baru bisa memejamkan matanya setelah waktu menjelang fajar. tentu saja laki-laki idamannya lah yang menghadang kantuk hingga tak kunjung menghampiri matanya.
Chacha tak henti memikirkan lelaki itu setelah melihat Zacky memposting foto mesra bersama Elizha dan memberitahukan bahwa mereka adalah sepasang kekasih sekarang di Media Sosial.
Chacha dilanda gundah melihat Zacky yang selama ini tak pernah menggandeng wanita tiba-tiba mengumumkan pasangannya. Chacha terus berfikir apa yang akan ia lakukan, tetap mencintai lelaki itu dalam diam atau segera menghapus perasaannya.
Brakk...
Chacha terjatuh karena ada yang menjegal kakiknya. buku-buku yang ia bawa berceceran di lantai. sementara tawa mengejek terdengar di sepanjang lorong kampus itu.
Chacha mengangkat wajahnya untuk melihat pelaku yang tega membuat dirinya terjatuh dan menjadi bahan tertawan,
"kenapa liat-liat!!" lelaki yang bernama Jodi itu menatap sinis pada Chacha. Chacha mengalihkan pandangan nya dan sepasang mata indah itu menangkanp sosok Zacky yang berdiri menatap ke arah dirinya, tentu saja Zacky juga sedang menertawakan dirinya.
'aku membuat mu tertawa kembali, tak apa.jika dengan melihat aku seperti ini membuat kamu bahagia aku ikhlas'
Chacha menundukkan pandangan nya dan tersenyum tipis. ia mengumpulkan kembali buku-bukunya dan langsung berjalan kembali tanpa menghiraukan orang-orang di sekelilingnya.
"kau suka sekali ditertawakan dek?"
Zacky mencegat Chacha dan menatap wanita itu dengan tatapan menggoda. tatapan yang berhasil membuat jantung Chacha dipaksa berhenti berdetak.
"maaf kak permisi"
Chacha segera berlari menuju kelas, tak sanggup menghadapi lelaki yang menyita semua perhatiannya itu.
****
Chacha menyantap makanan dengan lahap. seperti biasa Chacha memilih bangku di pojok kantin sendirian. Chacha tidak begitu suka bersosialisasi karenanya Chacha selalu menyendiri.
"sorry semua bangku sudah terisi. tinggal meja ini aja yang masih ada lowongan"
sepasang kekasih tiba-tiba sudah duduk di hadapan Chacha.
gadis itu tercekat menyadari keberadaan Zacky di depannya. itu akan menjadi momen yang sangat membahagiakan jika saja tidak ada Elizha yang sedang bergelayut manja dilengan kekar milik Zacky.
tanpa menjawab Chacha kembali sibuk dengan makanannya.
"sayang mau makan apa?"
suara Zacky terdengar sangat lembut.
jujur saja nafsu makan Chacha sudah hilang sejak ia melihat sepasang sejoli itu
"aku uda makan buah gak mau makan yang lain, aku lagi diet. aku nemenin kamu aja sayang." suara Elizha terdengar manja. membuat hati Chacha seakan diremas. sakit!
"aku aja yang pesenin ya babe, kamu mau makan apa?"
suara Elizha kembali terdengar.
"nasi ayam goreng aja"
Elizha berlalu menuju tempat pemesanan makanan
"kenapa selalu menyendiri? biasa di hutan ya?" suara Zacky terdengar mengejek.
Chacha menatap lelaki di depannya, kemudian senyum manis terkembang di bibir merah meski tanpa pewarna itu.
selalu ada kebahagiaan yang berlomba memenuhi hati Chacha ketika melihat wajah itu.
"kok malah senyum? selain hidup di hutan kamu juga punya gangguan jiwa rupanya"
Zacky semakin sinis mengejek Chacha.
"aku suka liat kakak ketawa"
Chacha tersenyum malu kemudian segera berlalu dari hadapan Zacky. ia sangat menyukai laki-laki itu selalu ingin memandang wajahnya dari kejauhan, namun ia tidak mampu jika harus berdekatan. jantungnya terasa kacau.
Chacha takut tidak bisa mengendalikan diri dan akan mempermalukan dirinya jika berlama-lama di dekat Zacky. sungguh Chacha tidak berharap lebih meski ia sangat menginginkannya. tapi Chacha tau diri, dia bukan gadis yang menjadi tipe ideal Zacky.
Chacha hanya seorang gadis tertutup yang minim pergaulan.
"dasar cewek aneh" gumam Zacky
"kenapa sayang?"
Elizha memberikan sepiring nasi lengkap dengan lauk yang diminta kekasihnya.
"nggak apa-apa yang"
Zacky mulai melahap makanan yang diberikan Elizha
"cewek yang tadi uda pergi ya?"
"iya yang, syukur dia tau diri nggak mau lama-lama gangguin kita"
Zacky tersenyum dan menatap Elizha penuh arti.
Chacha berlari menuju halte bis untuk berteduh dari derasnya hujan yang tengah
mengguyur kota, beberapa orang yang bernasip sama dengannya nampak memeluk tubuh berharap sedikit mengurangi suhu dingin yang terasa menusuk kulit. Chacha terpaku menatap tetesan hujan yang jatuh ke tanah,
sebuah mobil tiba-tiba berhenti di hadapan gadis itu, ketika kaca mobil itu diturunkan nampaklah wajah seseorang yang selalu behasil menabuh genderang di dadanya. lelaki itu tersenyum manis hingga membuat mata Chacha terpaku tak percaya.
"Ayo naik"
Chacha tak bergeming, rasa takjub sekaligus tak percaya memenuhi otaknya. lelaki pujaan nya meminta nya untuk naik ke mobil itu"
"Ayo buruan"
ucap Zacky lagi
Chacha menoleh ke belakang, masih tak percaya bahwa yang lelaki tampan itu maksud adalah dirinya.
setelah tak melihat orang lain di belakang nya Chacha menunjuk dirinya sendiri untuk lebih meyakinkan dirinya.
"Iya kamu Chacha" kali ini suara Zacky terdengar gusar.
meski ragu akhirnya Chacha menembus hujan untuk naik ke mobil Zacky. namun sebelum tangan Chacha menyentuh pintu mobil Zacky menancap gas mobilnya dengan kencang hingga air yang di jalanan mengenai tubuh Chacha.
Orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut nampak tercengang, tidak disangka ada manusia setega itu pada seorang wanita.
Chacha menghela nafas nya, hatinya terasa amat sakit atas perlakuan laki-laki yang dipujanya. Chacha tersenyum getir, ia memilih melangkahkan kakinya menembus hujan. percuma untuk kembali berteduh dengan kondisi basah kuyup seperti ini. Airmata dipipinya terus mengalir sederas air hujan yang tengah mengguyur bumi.
"Jika dengan memperlakukan aku seperti ini membuat kakak bahagia maka lakukanlah"
gumam Chacha, gadis itu hanya mampu berharap perasaannya akan terkikis pada laki-laki tak punya hati itu.
****
Zacky terbahak mengingat perlakuan nya pada Chacha. ketika melihat gadis itu entah kenapa Zacky merasa selalu ingin menjahilinya. ada kepuasan tersendiri di hati laki-laki itu.
"Jahat banget lu Zack, sumpah!"
Beni yang duduk di kursi belakang mobil Zacky menggelengkan kepalanya melihat perilaku absurd sahabatnya
"Gue risih ama tu cewek. tatapan matanya bikin gue mual tau gak. keliatan banget dia memuja gue"
"Idihh lu kelewat percaya diri"
"Yaelaah Ben, gue bisa ngerasain lah kalau ada yang punya perasaan sama gue"
ucap Zacky dengan sombong.
"Tapi sebatas ngeliatin aja kan? dia nggak sampe ganggu lu kan"
"Iya tapi gue risih. gue nggak suka, makanya gue mau ngerjain dia terus. siapa tau kalau gue sering jahilin dia, dia berenti suka sama gue"
"Ahh terserah lu lah Zack. gue doain lu jatuh cinta sama dia sampe lu jadi bucin nya dia"
Beni tersenyum sinis sementara Zacky semakin terbahak
"Nggak mungkinlah gue jatuh cinta sama dia. tuch cewek jauh dari tipe gue"
Ucap Zacky sombong.
"Cinta nggak kenal tipe Zack. ingat cinta itu buta!"
******
Chacha masuk ke dalam kamarnya kemudian menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. setelah itu Chacha masuk ke dalam selimut untuk menghilangkan dingin yang terasa menusuk tulang.
matanya menerawang menatap langit-langit kamarnya. tiba-tiba ia beranjak dari ranjangnya mengambil diary yang telah menjadi sahabatnya sejak lama. hanya kepada diary itulah Chacha menceritakan semua yang dialaminya.
masih dengan selimut yang melilit tubuhnya, Chacha mulai berkeluh kesah lewat goresan tinta di buku diarynya
Dear Diary...
Perasaan indah itu hanya sesaat, nyatanya anggapan ku selama ini benar adanya. tidak membuka diri terlebih hati pada makhluk bernama manusia adalah cara yang paling tepat melindungi diri dari luka.
Ini pertama kalinya aku membuka diri rasanya sungguh indah namun tidak lama kemudian aku mulai terluka,
Ternyata tidak hanya indah yang aku rasakan ada perasaan lain yang tidak aku suka turut menyertai.
Diary...
aku menyesali pertemuan ku dengan laki-laki bermata indah itu, jika saja hari itu tidak pernah terjadi maka aku tetaplah menjadi Chacha yang sama sejak 18 tahun yang lalu. Chacha yang sendirian namun tak mengenal apa itu rasa sakit, apa itu kecewa, dan apa itu luka.
Diary, aku tidak pernah mengganggu laki-laki bermata indah itu, meski ia adalah laki-laki yang kuharapkan menjadi masa depanku namun sekalipun aku tidak berniat mendekatinya, aku hanya meminta pada sang pencipta agar mengizinkan semesta menyatukan kami berdua lewat cara Nya.
Namun entahlah Diary, berulang kali dia lelaki yang kupuja menyakitiku tanpa aku tau apa salahku, anehnya hatiku masih selalu meneriakkan namanya, mataku tak henti memujanya. Pengharapanku atas dirinya tak pernah usai, Mungkin cinta memang sebodoh itu Diary...
Chacha menghentikan tangannya menuliskan resah yang tengah mendera hatinya. Chacha menghembuskan nafas perlahan, perlahan kelegaan merayap ke hatinya. Chacha bersyukur mencurahkan perasaannya lewat tulisan selalu berhasil menenangkan dirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!