Hi semuanya!
Karya perdanaku semoga suka ya, jangan lupa like dan koment ya 😍😍😍.
......................
"Vi, tunggu" panggil Mama Indah Sang Mertua.
"Jangan sampai bawa yang bukan milikmu" lanjut Mama Indah berucap dengan lihainya Sang Mertua cek dan cek barangkali ada yang akan dibawa Sang Mantu ini. "Aku tidak akan membawa apapun dari rumah ini, ini hanya lah pakaianku saja, Mah" Vira bicara sopan dengan Mertuanya itu, walaupun sudah lelah ia. "ya sudah, sana pergi sekarang juga" ucap Mama Indah dengan telunjuknya itu ke arah pintu rumah. " sini Papa bantu " Papa Joni Sang Mertua keluar dengan Vira, walau dalam hatinya "kasihan sekali kau, Nak. Yang kuat ya, semoga suatu saat kamu akan dapatkan kebagaian kelak". "Sudah Pah, sampai disini saja mobil onlineku sebentar lagi akan datang. Terima kasih selama ini hanya Papah yang baik. Papah yang sabar ya, kini Vira pergi, jaga diri Papah ya" Vira masuk kemobil yang sudah di depannya.
Sudah menjauh laju mobil itu tetapi Sang Mertua lelaki masih diluar sampai hilangnya mobil yang membawa menantunya yang baik itu. "Sayang sekali kau, Nak. Malangnya nasibmu masuk ke keluargaku ini, semoga kau bahagia walaupun kau hanya menantu disini tapi kau sudah kuanggap anak sendiri," batin Papa Joni sampai melepaskan nafasnya dengan kasar.
"Kak, sudah sampai di tujuan" Sang Sopir berucap untuk menyadarkan Sang Penumpang dari lamunannya. Entah apa yang sedang Vira pikirkan sampai dia lupa jikalau sudah sampai. "Terima kasih Pak, ini uangnya" Vira keluar dari mobil itu. "Kak, ini lebih bayarnya" sopir itu berkata jujur jika uang bayarnya lebih dari yang seharusnya di bayar. "Ambil saja Pak, buat Bapak " Vira dengan senyum tipisnya itu walau hatinya tak tau apa yang dirasanya saat ini. "Terima kasih, Kak. Semoga dimudahkan segala urusannya ya, Kak" lanjut Sang Sopir setelah berkata dengan lajukan mobilnya kembali.
"Vi, Vi, Vi." Hanya bersuara dalam hati untuk mengkuatkan atau apalah itu, karena saat ini dia butuh sendiri. Ya Vira saat ini sudah sampai di pantai di depan sebuah Hotel Bintang 3, lanjut dengan langkah menahan semua rasa di dalam hatinya menuju lobi hotel itu. Sudah masuk ke kamar yang sudah dipesannya itu untuk waktu yang belum pasti berapa lama akan dia tinggal.
Bruk
Suara pintu kamar di tutup dengan pelan Vira langsung memeluk badannya sendiri ke bawah dengan tangisan yang sudah tak kuat dia tahan. "hwa hwa hwa ... hwa hwa hwa ...."
Sudah 3 jam Vira menangis meratapi nasibnya yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, ya Vira hanya seorang diri tak punya teman, sabahat, ataupun saudara. Seorang diri karena kedua orang tuanya sudah tiada saat usianya 3 tahun dalam kecelakaan lalu lintas, hanya Vira sendiri karena saat itu Vira kecil di rumah sakit.
Flashback On
"Non Vira " Sumi si pengasuh kepercayaan orang tua Vira memeluk dan menangis sesegukan "kasian Vira masih kecil sudah di tinggal orang tua nya hanya sendiri didunia ini" ratapan sumi masih dengan memeluk si bayi usia 3 tahun yang tidak mengerti apa yang sudah terjadi padanya kala itu.
Hingga saat itu yang Vira ingat hanya dia di titipkan di panti asuhan oleh Sumi, terpaksa Sumi melakukan itu walau tak tega dalam hatinya "Non Vira, maafkan Sumi ya ga bisa bawa ke kampung halaman Sumi, Sumi ga punya uang cukup" memeluk Vira dengan eratnya.
...****************...
Gimana temen temen cerita semoga suka ya
jangan lupa like dan komentnya ya.
Love you 😘😘😘
"Non Vira, Sumi titipkan disini ya sama Ibu Panti yang baik ini" sambil memberikan Vira dalam gendongannya ke Ibu Ratna sang Ibu Panti.
"Bi Sum, mau kemana?" suara bocah usai 3 tahun itu . " Bibi, Non yang betah ya" tak kuat melanjutkan ucapannya itu.
"Sudah tak apa ya Vira sama Ibu Ratna sekarang disini, panggil saja Bu Nana" Ibu Ratna sambil menggendong dan mengusap kelapa dengan lembut. "Oce Bu Nana cantik" dengan senyum manisnya itu Vira kecil sematkan.
"Bu Nana titip Nona saya ya, saya pamit sekarang." Sumi dengan beratnya pergi meninggalkan Vira di panti dengan Bu Nana.
Flashback Off
Hingga Vira kecil perlahan berubah menjadi gadis cantik periang, penyayang ke adik adik pantinya itu.
Tak terasa sudah jadi seorang wanita mudah cantik dan mempesona ya Navira Putri kina usianya sudah 21 tahun sudah.
*
*
*
Tangisan yang sudah lama Vira keluarkan dengan kencangnya
"Uwa ... uwa ... uwa ...."
Lelah sudah tangisan yang menyayat hatinya itu, dosa apa yang dia pernah lakukan hingga nasib pernikahan yang baru dan hancur terlebih dengan Mama Indah Mentua yang tak dia sangka sosok jahat. Lelah sungguh lelah Vira hingga matanya tak kuasa ia buka, lelap kini sudah dalam tidurnya. Bahkan dalam tidurnya ia masih mengeluarkan air mata itu, bukti bahwa Vira sanggat kecewa dan tersakiti.
Pagi ini dengan sang matahari bersinar cerah indah sekali terlihat di dalam jendela kamar hotel Vira, tapi tak begitu dengannya. Masih enggan untul beranjak dalam ranjangnya itu. Semua dia lalukan hanya menangis, dan terus menangis sendiri di kamarnya itu.
Kruyuk
Kruyuk
Perutnya itu tak pernah berhobong jika dari siang kemaren hingga pagi ini belum terisi.Tteriaklah perut yang keroncongan itu minta di isi walau kesedihan mendera sang pemilik tubuh.
"Hallo. Tolong antarkan makanan nasi goreng spesial telor mata sapi setangah matang di kamar xxx, susu putih hangat dan jus jeruk " terpaksa Bira telp layanan hotel itu,
Setiap hari hanya pesan layanan tak pernah ia keluar dari kamarnya itu.
Sudah 1 minggu berdiam diri dengan menangis dan menangis Vira di dalam kamar hotel iti seorang sendiri. Hingga ia sudah siap melanjutkan hidupnya, dengan semangat baru dan hidup baru, yang tak pernah tau akan esok punya cerita apa untuknya.
Malam sebelumnya tepat malam ke 8, Vira baru tersadar bahwa ia dengan bodohnya melewati begitu saja. "Kau tak pantas untuk bahagia dengannya" suara wanita tak terduga dibalkon sebelah kamarnya itu, tanpa disadari dari sebelahnya Vira ada di balkonnya dan mendengar perdebatan dua pasangan lainnya itu. "Lantas haruskah aku bahagia denganmu" cicit sang lelakinya.
"Kau ingin aku pergi, baiklah. Aku akan pergi, tapi satu hal yang pasti saat aku pergi jangan pernah memintaku untuk kembali" suara parau wanita itu. Lanjut dengan kata "karena cinta dan sayangku akan aku tinggalkan denganmu saat ini, esok tidak akan ada lagi yang sama. Karena kau tak pantas untuk menerima bahagia bersamaku." Tangis kecil suara wanita itu.
"Sudahlah jangan banyak bicara aneh aneh, yang ada aku dan dia pasti bahagia. Kau cukup pergi dari hidupku." Lantangnya suara lelaki itu.
"Baiklah, aku pergi...."
"Berhagialah dengannya. Jangan sampai aku mendengar kau kecewa dengannya lagi. Disaat itulah aku bisa menertawakan kebo*oh*nmu itu" perlahan suara wanita itu bertenaga.
Vira tak melanjutkan mendengarkan apa yang diperdebatkan sebelah kamarnya kembali. "Ya ampun Vi, sadar kamu juga berhak bahagia, dan bahagia itu harusnya kamu sendiri dulu barulah yang lainnya" meretukuti dirinya sendiri. "Lupakanlah yang lalu raihlah bahagiamu sendiri Vi, besok mulai dengan yang baru. Ok!" Barulah senyum tengilnya kembali terbit setelah tangisan yang panjang.
"Tapi...."
Harus mulai dari mana?"
lanjut Vira bicara seorang diri di depan cermin.
*
*
*
Semoga suka ya
Jangan lupa like dan komentnya ya
Masih berdiam diri didepan cermin, Vira masih termenung akan melanjutkan hidupnya seperti apa dan bagaimana.
"Mulai besok tak akan ada tangisan yang keluar dariku lagi". Vira menyakinkan dirinya untuk perubahan yang akan di mulai besok.
"Semangat".
"Semangat".
"Semangat".
Vira terus berucap pada dirinya sendiri.
Flashback On
"Navira Putri. Apakah kau bahagia kini telah sah menjadi istriku sayang?" Zian memeluk sang istri di dalam kamarnya. Sudah lelah dengan acara akad dan resepsi acara menikahnya. Walau hanya diadakan di rumah suaminya, terbilang lumayan besar rumahnya.
"Sangat bahagia, Kak. Semoga kita bahagia selalu ya, Kak" Vira pun tersenyum dalam pelukan suaminya itu. "Lantas kita lanjut disana ya..." ucap Zian sambil jari letunjuknya ke arah kasur pernihakan mereka tanpa melepaskan pelukan dan di awali hanya ciuman ringan hingga, ciuman itu saling menuntut lebih.
Gairah kedua pasangan baru nikah ini menggebu dan tak tahan setelah lama penantiannya yang panjang. Hingga ciuman itu kehabisan nafas barulah terlepas. Tapi hanya sesaat dilanjutkan ciuaman semakin panas. Kamar yang besar dan berAC pun tampak tak efek disana, gelora yang semakin naik dan semakin menuntutpun tak ayal suara desa*** keluar dari bibir seksi Vira.
Ah
Ah
Ah
Ciuman sudah berganti tidak hanya di bibir seksi, leher jenjang sang empu pun sudah Zian torehkan tanda kepelikannya disana dengan bibirnya yang terus berdecak. Tangan Zian pun tak tinggal diam terus memainkan benda dua kenyal yang jadi kenikmatan barunya itu, "ah" suara Vira terus bersuar di dalam kamar itu saksi dua insan melepaskan malam pertamanya.
"Bolehkah?" Zian menunjuk ke bawah pertanda aksi kenikmatan selanjutnya.
"Iya. Pelan, Kak" Vira menjawab dengan malu.
"Oh sayang aku akan pelan, tahan ya. Jika sakit bilang"Zian dengan suara paraunya yang sudah tak tahan. Sedangkan Vira hanya mengangguk saja, tanda setuju.
"Oh, sesaknya. Sayang nikmat ini."
Tahan ya, sayang" suara Zian sudah dengan nafsunya yang menggebu.
"Ah. Sakit, Kak." Vira sambil menahan tangannya di seprei.
Ciuman langsung disematkan Zian untuk mengurangi rasa sakit akibat ulahnya itu.
Ya mereka mamadu kasih dengan lama diakhir dengan pelepasan bersama.
"Nikmatnya, terima kasih istriku sayang" Zian dengan memeluk istrinya itu dengan erat.
Pasangan baru itu langsung tertidur, tapi tak lama karena mereka melakukannya lagi nikmat dunia itu hingga menjelang fajar.
Tak sampai disitu saja aksi serupa juga di ulangi lagi di kamar mandi oleh mereka rasa tak puas akan nikmatnya terus berulang hingga lapar melanda.
"kruyuk"
"kruyuk"
"Ternyata lapar juga ya" Zian lekas bangun dari kasurnya padahal ia sudah mandi tapi tak ingin meranjak dari kamarnya. Memeluk istrinya itu paling di gemari. Maklumlah Vira ingin disentuh hanya sebatas ciuman di bibir saja saat pacaran dulu, pelukpun hanya hitungan detik tak lama dan Zian menghargai itu.
Jadilah sekarang Zian enggan melepaskannya karena tidak ada alasan lagi untuk itu. Sudah sah secara agama dan negara.
"Yuk makan udah lapar nih, Kak" suara Vira yang ikut bangun jga. Tampak mereka keluar dari kamar dengan tangan di gandeng ga mau lepas.
Ini bukan pagi lagi tapi siang jam sudah menunjukkan jam 11 udah masuk makan siang malahan. Kosong kursi makan keluarganya karena masih dengan beres beres selesai acara.
Mereka pun makan dengan lahap "Kak, makan yang kenyang ya" vira berucap disela makan nya.
"Ya siap sayang, supaya ada tenaga buat puasin kamu lagi" Zian menggodanya.
"Ih, Kak. Malu nanti kedengaran yang lain" malunya Vira.
"Biar aja kan udah sah, " bela Zian.
"Ah, Kak "malunya Vira saat ada yang lewat karena masih beres beres dirumah.
Selesai sudah acara makan mereka. Memang manis rumah tangganya dengan Zian tapi itu hanya berlangsung sebentar. Karena mama Indah selalu mengadu dombanya. Ternyata sifat asli mertuanya terlihat saat sudah bersamanya,
Bagaimana hari hari Vira selanjutnya.
......................
Hi semuanya semoga suka ya.
Jangan lupa like dan koment ya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!