NovelToon NovelToon

Keluarga Agen Rahasia

1. Mencari Target

Sekuel karya Dikira Pembantu Ternyata Istri Mafia

Brakkkk...

Seorang gadis jatuh terjerembab ke lantai dansa karena tidak kuat lagi menari bersama seorang pria tampan yang memaksanya terus berdansa.

Wanita berusia 18 tahun itu baru kali ini menjejaki kakinya di club malam itu dan baru merasakan pahitnya minuman alkohol dan juga harus menghisap rokok. Pakaiannya tidak minim bahan karena ia mengenakan pakaian biasa yaitu kaos lengan pendek dan celana jins ketat.

"Heiii...! siapa menyuruhmu berhenti berdansa...! aku sudah membayarmu mahal. Ayo berdansa denganku..!" paksa seorang pria tampan pada wanitanya yang menggeleng lemah karena sudah mabuk namun pikirannya masih waras untuk menolak ajakan pria yang berani membayarnya mahal itu karena ia seorang gadis perawan.

"Aku tidak bisa lagi berdansa..! kepalaku sangat pusing. Aku mau pulang..!" desisnya lalu berjalan menghindari pria yang telah membayarnya tadi.

Jalannya terlihat oleng karena pandangannya sedikit berputar untuk mencari pintu keluar. Gadis itu menabrak Raffi yang baru masuk ke tempat itu untuk mencari seseorang yang menjadi targetnya.

"Maaf... maafkan aku...! Hoekk... hoekkk!" gadis itu muntah tepat di jaket Raffi karena itu sudah jatuh terkulai lemas dalam pelukannya Raffi yang mencoba menahan bobot tubuhnya.

"Apakah kamu baik-baik saja, nona?" tanya Raffi berusaha menegakkan tubuh gadis itu dengan menahan dua lengannya.

"Lepaskan dia ..! Dia wanitaku," sergah pria tampan itu yang tadi bersama dengan gadis mabuk itu.

Pria itu menarik paksa lengan wanitanya untuk mengikuti langkahnya.

"Tolong aku tuan...!" lirih gadis itu dengan wajahnya masih mengarah pada Raffi yang menatapnya datar sementara tangannya ditarik oleh pria yang telah membayarnya.

Raffi yang sudah biasa menghadapi hal-hal seperti itu dalam dunianya sebagai agen rahasia tidak menanggapi kekacauan yang dibuat oleh gadis pemabuk itu. Ia hanya membuka jaketnya dan melipatnya untuk dibersihkan nanti.

Matanya yang tajam dengan kaca mata hitam yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk membaca biodata setiap orang yang ada di dalam club malam itu.

Merasa tidak menemukan targetnya di dalam sana, Raffi hendak keluar dari tempat itu karena ia bukan seorang peminum yang harus mampir duduk di depan bar tender untuk menikmati minuman beralkohol yang selalu disiapkan di club itu untuk para tamunya.

Saat langkahnya mulai terayun berjalan ke arah parkiran mobil, pekik keras dari gadis yang tadi jatuh didepannya tadi saat dibawa oleh seorang pria yang sudah menggendongnya seperti karung beras.

"Lepaskan aku....! Aku tidak mau ikut denganmu...!" memukul-mukul punggung tegap pria yang membawanya pergi.

"Kau harus melayaniku karena kau sudah aku beli dari ibumu," ucap lelaki itu tanpa menghiraukan permintaan gadis itu.

Raffi yang melihat ketidak berdayaan gadis itu awalnya cuek namun gadis itu seakan berusaha melepaskan diri dari pria itu. Kebetulan mobil pria itu terparkir tidak jauh dari mobilnya Raffi.

"Tolong aku ...! Aku mohon tolong aku....!" pekik gadis itu melolong panjang sebelum pintu mobil itu tertutup.

Raffi masih saja diam dan masuk ke dalam mobilnya dengan santai sambil menyalakan mesin mobilnya siap meninggalkan club' malam itu.

Mobil sang pria yang membawa gadis tadi sudah lebih dulu bergerak menjauh dari area club' malam. Raffi sedang menghubungi seseorang sambil matanya masih memperhatikan mobil yang di depan sana terlihat terguncang seakan ada yang sedang berontak di dalamnya.

"Sepertinya gadis itu sedang dipaksa oleh pria itu. Apakah aku harus menolongnya?" batin Raffi terganggu juga dengan keadaan gadis tadi.

Rupanya di dalam mobil itu, gadis itu berusaha bangkit untuk mencengkram leher sang sopir agar menghentikan mobilnya. Sontak saja mobil itu tidak terkendali hingga jalannya oleng ke sana ke mari.

"Hei....! Apa yang kau lakukan gadis sialan....! Apakah kamu mau kita mati, hah ..?!" menarik lengan gadis itu dengan kasar lalu menampar pipinya dengan keras.

"Augghtt..!" meringis kesakitan sambil mengusap pipinya dan terdapat darah segar mengalir di sudut bibirnya yang pecah.

Mobil kembali berjalan stabil. Gadis itu hanya bisa menangis ketakutan. Naas bagi dirinya kini karena mau saja dibodohi ibu tirinya yang mengatakan ayahnya butuh biaya untuk pengobatan penyakitnya yang saat ini sedang berada di rumah sakit.

Air mata kepasrahan yang mengalir tanpa henti dengan isak tangis yang tertahan karena takut dipukul lagi oleh pria yang ada di sebelahnya.

"Kau harus melayaniku selama tiga hari tiga malam karena uangku sudah masuk ke rekening ibumu," ucap pria itu sambil menyeringai licik.

Mata cantik gadis yang bernama Madeline itu hanya terpejam sambil memohon pertolongan pada Tuhannya walaupun ia sendiri adalah seorang atheis.

Mobil itu masuk ke wilayah yang makin jauh dari perkotaan. Rupanya mobil itu menuju rumah perkebunan milik pria kaya itu. Suasana di sekitarnya terlihat sangat sepi.

Hanya suara binatang malam yang lebih nyaman keluar di malam hari untuk berpesta mencari makanan atau mungkin menikmati waktu mereka dengan kelompok mereka masing-masing.

Brakkkk...dretttttt....

Bunyi deritan aspal dan ban mobil milik pria yang membawa Madeline yang tidak lain adalah putra seorang mafia yang sedang dicari oleh Raffi.

"Sialannn....! Mobil siapa itu...?!" tanya pria yang bernama Hansel itu.

"Tidak tahu bos," ujar sang sopir dengan tetap menatap ke depan untuk melihat siapa gerangan pemilik mobil yang telah menghalangi jalan mereka.

Raffi turun dari mobil itu sambil mengeluarkan pistolnya. Ia menggunakan helm yang bisa mendeteksi segala sesuatu yang berhubungan dengan apa yang dilihatnya.

Baik Hansel maupun Madeline sama-sama melihat ke depan. Hansel tidak gentar sedikitpun bahkan ia menarik sudut bibirnya karena merasa body mobilnya sangat aman karena dilapisi baja anti peluru.

"Tidak usah kuatir dan tabrak saja pria itu dan juga mobilnya...!" titah Hansel pada sang sopir yang menurut saja pada tuannya.

"Oh ... tidak....!" lirih Madeline tidak tega melihat orang yang ingin menolongnya akan ditabrak oleh sopir pribadinya Hansel.

Grung...grung....!" Suara mesin mobil itu menderu-deru siap untuk menabrak Raffi yang tetap berjalan menghampiri mobilnya Hansel.

"Tabrak dia...! Cepattt....!" titah Hansel dikuti sopirnya yang langsung mengangkat kakinya dari rem mobil.

Secepat kilat, Raffi berlari sambil melakukan lompatan salto dengan dua kakinya sudah mendarat di atas atap mobilnya Hansel. Lompatan yang tiba-tiba itu jelas-jelas membuat Hansel dan sang sopir kaget. Namun tidak dengan Madeline yang begitu kagum pada Raffi.

Mobil itu tetap melaju kencang dengan posisi Raffi masih tiarap berpegangan diatas atap. Setelah cukup jauh dari mobilnya Raffi berhenti, Hansel baru memerintahkan sang sopir untuk berhenti.

"Hentikan mobil ini. Dan biarkan ia bertindak sesukanya....!" titah Hazel pada sopir yang langsung menginjak rem mobil secara mendadak hingga Raffi sigap melompat ke belakang dengan posisi berdiri sempurna.

Hazel menengok ke belakang melihat Raffi yang berdiri dengan posisi sempurna sambil mengarahkan pistolnya ke mobil Hazel.

"Tembak lah...! Jika kamu yakin bisa melumpuhkan mobil ini," angkuh Hansel dengan senyum smirk.

Dor...dor...dor...

Tiga peluru milik Raffi tertancap di kedua ban belakang mobilnya Hansel dan satu lagi menimpa kaca mobil itu dengan retakan ringan.

Krekkk...

Hansel terperanjat tidak menyangka kaca mobilnya bisa retak padahal kaca mobil itu sudah didesain anti peluru.

"Yes....!" pekik Madeline membatin sambil tersenyum dalam kegelapan.

"Jalannnn....sialan...!" titah Hansel pada sopirnya yang langsung cabut dari tempat itu dengan dua ban mobil yang mulai kempes sehingga laju mobil itu terasa sangat berat.

"Tuan. Sepertinya ban mobilnya pecah," ucap sang sopir hati-hati.

"Kenapa bisa pecah? Mobil ini sudah teruji kualitasnya karena tidak akan tertembus peluru sekaliber apapun jenis pelurunya," geram pria berusia 25 tahun itu.

"Tapi, mobil ini masih mempan dengan peluru tuan."

"Sialll...! Jalan saja pelan-pelan. Aku akan menelpon yang lain untuk menjemput kita," ucap Hansel seraya mengambil ponselnya dari kantong jaketnya.

Sementara itu Raffi menekan tombol remote mobilnya untuk datang menjemputnya karena mobilnya itu bisa melaju sendiri secara otomatis tanpa sopir. Mobil ciptaan omanya Nabilla yang menjadi hadiah untuknya saat ia resmi diterima di agen rahasia FBI. Sekarang Raffi menetap di negara paman Sam itu untuk menjalankan tugasnya.

Besi baja hitam itu sudah terparkir di samping Raffi yang langsung masuk ke dalam mobilnya untuk menjemput Madeline yang masih berada dalam tawanan Hansel.

2. Perang Dimulai

Dengan kendaraan super mewah dan canggih yang hanya bisa dimiliki oleh keluarga agen rahasia khususnya keluarga Nabila.

Kecepatan mobil yang bisa menyaingi kecepatan kereta ini dalam sekejap bisa menyusul mobil milik Hansel.

Wajah datar yang tidak berkurang pesonanya ini menembakkan panah yang menjulurkan talinya untuk menangkap mobil milik Hansel yang diarahkan ke besi bagian bawah mobil. Otomatis mobil itu tidak bisa lagi bergerak dan berganti seperti diderek oleh mobilnya Raffi.

"Lho kok mobilnya tidak bisa dikendalikan oleh saya, tuan," panik Leo sang sopir yang merasakan body mobilnya setengah melayang.

"Sialannnn....! apa yang dilakukan pria itu? Mengapa dia bisa menyusul kita secepat ini?" geram Hansel yang sudah mulai kehilangan nyalinya.

Ia mengeluarkan pistolnya yang ada di bagian belakang jok mobilnya dan mengarahkan ke kepala Madeline yang tidak takut sama sekali. Lebih baik dia mati daripada menjadi budak sek* pria arogan ini. Itu yang dipikirkan oleh Madeline.

"Tembaklah...! Karena aku lebih memilih mati. Jangan hanya menjadikan aku tamengmu untuk melindungi dirimu yang hanya seorang pria pengecut sepertimu," tantang Madeline.

"Nanti. Setelah aku bisa terlepas dari makhluk aneh dibelakang sana. Setelah itu kau tidak berguna lagi untukku," remeh Hansel walaupun hatinya masih menginginkan Medellin yang terlihat sangat cantik menurutnya.

"Kau ternyata tidak bisa apapun kecuali mengandalkan kemewahan dan benda mematikan ini. Kau sangat payah." Madeline sengaja menjatuhkan mental Hansel sambil menunggu Raffi menghampiri mereka.

Benar saja. Raffi mengetuk jendela mobil di bagian Hansel duduk berdampingan dengan Madeline. Namun Hansel tidak mau membukanya.

Tanpa mau membuang waktu, Raffi menekan tombol remote mobilnya yang mengeluarkan cahaya inframerah yang bisa memotong kaca mobil anti peluru itu membuat Hansel hanya bisa ternganga.

"Apaaaa....! Sialan...!!" makinya ketakutan membuat Madeline hampir meledakkan tawanya namun ia tidak mau membuat Hansel menjadikan dirinya sasaran empuk kemarahan pria arogan itu padanya.

Raffi memasukkan tangannya ke dalam mobil untuk membuka kunci jendela mobil itu agar ia bisa mengeluarkan Madeline.

"Jangan memaksaku untuk menembaknya...!" ancam Hansel seraya menekan moncong pistolnya ke pelipis Madeline untuk menakuti Raffi.

"Baiklah. Tembak saja gadis itu atau aku yang akan menembak mu?!" ancam balik Raffi pada Hansel yang cukup syok mendengarnya.

"A..aku....!" belum sempat Hansel menyelesaikan kalimatnya, Madeline langsung menggigit lengan tangan Hansel yang langsung menjerit kesakitan hingga pistolnya meletus dan menembak sopirnya sendiri.

Raffi menjulurkan badannya ke dalam mobil Hansel dengan posisi kaki berdiri diluar untuk menonjok wajah Hansel saat pria itu ingin memukul Madeline. Ia menarik lengan kanan Hansel agar keluar dari mobilnya. Dengan begitu Madeline bisa turun dari mobil itu.

"Sekarang lawan aku dengan tangan kosong tanpa pistol...!" ajak Raffi sambil menunggu serangan dari Hansel yang langsung menerjangnya secara brutal.

Raffi buru-buru mengelak dari serangan Hansel.

"Hei...kau...! Jangan berdiri saja. Masuk ke mobilku, cepattt...!" titah Raffi pada Madelin hanya menonton Raffi yang sedang berduel dengan Hansel.

"Ba-,baik tuan." Madeline menuruti permintaan Raffi dan buru-buru masuk ke dalam mobil itu.

Raffi menghajar Hansel beberapa kali agar pria manja ini kapok. Setelah terkapar di tanah dengan hidung mengeluarkan darah segar, Raffi meninggalkan Hansel di pinggir jalan dan berjalan menuju mobilnya. Rupanya Hansel tidak sekuat yang dipikirkan Raffi.

Baru saja ingin masuk ke dalam mobilnya, Raffi dikejar oleh anak buahnya Hansel yang sengaja datang menjemputnya dengan mobil dan motor besar yang mereka kendarai.

"Sialan....! Ternyata pria ini harus memanggil pasukannya untuk mengejarku. Dasar berengsek...!" masuk ke dalam mobilnya dengan santai sambil melirik Madeline yang duduk manis di sampingnya.

"Apakah kamu tidak apa-apa?" tanya Raffi seraya menjalankan mobilnya dengan mengambil jalan memutar ke arah lain untuk menghindari kejaran penjahat.

"Terimakasih tuan.Aku baik-baik saja karena tuan sudah menyelamatkanku."

"Baiklah. Sekarang kamu istirahat saja karena kita harus kembali ke kota. Ini sudah larut malam dan aku tidak bisa mengantarmu ke rumahmu," ucap Raffi setia dengan wajah datarnya.

Mungkin kalau lelaki lain yang menolong Madeline, gadis ini tidak ada bedanya dengan ja*Ng karena kecantikannya yang begitu memikat siapa saja yang menatapnya.

Tapi beda dengan Raffi yang begitu menjaga matanya saat bicara dengan lawan jenis agar setan tidak mudah menghasut imannya.

Tembakan dari jarak jauh oleh rombongan anak buahnya Hansel mengenai mobil milik Raffi yang tidak terlalu menggubris keadaan mobilnya yang terlindung dari cahaya penangkal peluru.

Hal ini membuat lawan kewalahan untuk melumpuhkan mobilnya Raffi.

"Sial...! mobil merk apa yang ia miliki? Kenapa tidak mempan dengan tembakan kita?" geram anak buahnya Hansel yang tidak mau menyerah begitu saja.

Madeline yang ada disebelah Raffi hanya memperhatikan komputer mobil yang melakukan tugasnya untuk melindungi mobilnya Raffi dengan menembak balik mobil lawan.

Jenis peluru yang berasal dari mobilnya Raffi seperti cakram bergerigi pisau yang langsung menancap ke setiap ban mobil lawan bahkan memecahkan kaca mobil bagian depan.

Dalam sekejap, mobil lawan yang tidak ada pelindung sama sekali langsung meledak seketika karena menabrak pembatas jalan dan langsung terguling hingga tangki bensinnya bocor.

Madeline tersenyum puas karena ia ditolong oleh orang yang tepat. Iapun tidak mau banyak bicara atau bertanya pada Raffi yang terlihat serius menyetir mobilnya.

Hansel sangat kecewa saat melihat anak buahnya gagal menghancurkan Raffi atau menangkap lagi wanitanya.

"Di mana wanitaku?" tanya Hansel begitu tiba di lokasi kejadian tempat mobil anak buahnya banyak yang hancur. Namun diantara mereka masih ada yang bisa selamat dari kobaran api yang berasal dari mobil itu.

"Wanita itu dibawa pergi oleh musuh tuan. Dia memiliki mobil yang super canggih hingga kami tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan mobilnya," ungkap salah satu anak buahnya.

"Sialan kalian semua. Kalian tidak bisa aku andalkan. Kalau begitu pergilah kalian ke neraka...!" menembak anak buahnya yang terluka secara membabi-buta.

Ia masuk ke kamarnya lalu menghubungi orang kepercayaannya yang akan mencari keberadaan Raffi karena ia sudah merekam nomor kendaraan Raffi.

Setelah bisa bebas dari kejaran para anak buahnya Hansel, kini Raffi menanyakan alamat tempat tinggalnya Madeline yang sedari tadi curi-curi pandang padanya.

"Di mana tempat tinggal mu?" tanya Raffi tanpa menatap wajah cantik Madeline yang terlihat lebam.

"Di kawasan apartemen kumuh," ucap Madeline tertunduk malu.

"Bagaimana kamu bisa berada di club malam? Seharusnya usia kamu kuliah bukan gentayangan seperti setan di tempat itu. Apakah kamu adalah pacarnya bajingan tadi?" tanya Raffi.

"Aku dijual oleh ibu tiri ku untuk pengobatan ayahku yang sekarang ada di rumah sakit," sahut Madeline.

"Kamu mau kita ke rumah sakit untuk melihat ayahmu?"

"Tidak. Aku tidak mau bertemu dengan ibu tiri ku. Aku sangat membencinya. Aku sudah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami, namun mereka selalu merasa kurang dan terus saja menyuruhku untuk menjual diri agar cepat dapat uang yang besar.

"Baiklah. Kita ke apartemenmu sekarang. Sekarang kamu pakai mantel milikku yang ada di belakang. Dengan begitu tidak ada yang menggodamu," pinta Raffi.

Tiba di apartemennya Madeline, banyak sekali pria yang pemakai narkoba, pemabuk bahkan melakukan hal gila dengan ciuman panas seenaknya di setiap tangga yang mereka naiki.

"Hei Madeline...! Ternyata kamu sudah dapat mangsa kaya," goda gadis menor dengan pakaian minim yang terlihat lebih dewasa dari Madeline.

Madeline berusaha menghindar karena mulut wanita itu bau alkohol.

Raffi menggenggam tangannya agar Madeline tidak diganggu oleh para remaja setress yang sedang menikmati barang-barang haram.

Setibanya di depan pintu apartemen Madeline terdengar suara tawa ibu tirinya dan juga ayahnya.

"Kau tahu, kita bisa kaya jika setiap hari kita menjual Madeline pada bos-bos konglomerat," ucap nyonya Dorothy.

"Dia itu bukan putriku. Dia hanya gadis malang yang aku pungut dari seorang penculik yang ingin membunuhnya," ucap tuan Philips membuat Madeline terperanjat.

"Astaga...! Jadi aku hanya anak angkatnya ayah...?" sentak Madeline begitu kecewa dengan ayahnya yang selama ini telah menipunya.

Raffi melihat wajah sendu Madeline ikut syok mendengar ucapan kedua orang dewasa di dalam unit apartemen Madeline.

Madeline terpaku ditempatnya berdiri dan Raffi langsung mengajaknya untuk minggat.

"Kau lebih baik ikut denganku. Keluargamu itu bukan orang baik." Menarik tangan Madeline kembali menuruni tangga besi itu.

3. Siapa Kamu...?

Raffi masuk ke unit kamar apartemennya dengan Madeline yang ia jaga seperti saudaranya sendiri.

Ada rasa iba dalam hatinya dengan nasib gadis malang ini yang tidak mengetahui asal usulnya.

"Sekarang sudah memasuki waktu subuh. Apakah kamu sudah makan?" tanya Raffi melihat Madeline yang sedang memegang perutnya yang terasa perih.

"Aku belum makan apapun dan aku hanya diberi minuman alkohol yang tidak pernah aku cicipi sebelumnya," ucap Madeline apa adanya.

"Apakah kamu bisa memasak atau setidaknya membuat sandwich?" tanya Raffi.

"Aku bisa melakukannya karena aku adalah seorang koki yang bekerja di sebuah hotel mewah," sahut Madeline sambil menyebutkan nama hotel itu.

"Baguslah. Kalau begitu ikut denganku ke dapur..!" membuka kulkas dan mengeluarkan bahan makanan untuk membuat sandwich.

"Ini ada susu segar dan juga kopi. Aku tinggal dulu dan buatkan untukku juga. Ada mesin kopi di sana. Aku mau sholat dulu.

Kalau sudah jadi, panggil aku. Ok...!" meninggalkan Madeline sendirian di dapur dan Raffi ingin menunaikan sholat subuh karena sudah memasuki waktu subuh.

Madeline yang masih bingung dengan kata sholat sedang memikirkan aktivitas itu.

"Sholat...? Apa itu sholat..?" tanya Madeline sambil mengeluarkan roti dari plastik.

Raffi ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum sholat. Setelah itu ia mengenakan baju koko dan sarung serta pecinya. Membentangkan sajadah lalu menghadap kiblat untuk berkomunikasi dengan Sang penguasa hidupnya.

Kebetulan pintu kamar Raffi terbuka sedikit memudahkan Madeline melihat ke dalamnya. Setelah sarapannya siap di jam lima pagi itu, Madeline memanggil Raffi di kamarnya.

Melihat pintu kamar itu terbuka, Madeline memberanikan diri masuk ke kamarnya Raffi. Ia mengetuk pintu itu sesaat namun Raffi khusuk dalam sholatnya.

"Dia lagi ngapain?" gumam Madeline heran melihat Raffi yang sedang menunaikan sholat subuh dengan gerakan aneh menurutnya tanpa menggubrisnya.

"Tuan. Sarapannya sudah siap. Apakah aku bawakan sarapan anda ke kamar ini?" tanya Madeline dengan polosnya sambil meneliti wajah Raffi yang sedang duduk takhyat akhir.

Melihat mulut Raffi yang sedang komat kamit, Madeline mengira Raffi sedang bicara dengannya.

"Suaramu terlalu pelan tuan. Apakah tuan bisa bicara dengan suara yang lebih keras?" sopan Madeline yang duduk berlutut di depan Raffi.

Sedikitpun Raffi tidak merasa terganggu dalam ibadahnya. Usai menyelesaikan sholatnya Raffi menengok ke kanan dengan thumaninah seraya mengucapkan salam dan seterusnya.

"Tuan. Aku ada di depanmu. Mengapa malah menengok ke kanan dan ke kiri?" heran Madeline makin tidak mengerti dengan kelakuan Raffi yang dianggapnya aneh.

Raffi menatap ke depan melihat wajah cantik Madeline dan baru menyadari ada memar di pipinya gadis itu.

"Astaghfirullah halaziiim...! Ya Allah, rupanya gadis ini terluka," gumam Raffi yang tersenyum pelit pada Madeline.

"Maaf nona. Tadi aku sedang ibadah kepada Tuhanku. Jadi, aku tidak menggubris mu. Apakah sudah siap semuanya?" tanya Raffi lalu membuka pecinya.

Yang ditanya malah bengong melihat air muka Raffi sangat bercahaya hingga aura ketampanannya makin membuat Madeline terbuai.

"Astaga...! Aku belum pernah melihat wajah setampan lagi menyejukkan hatiku seperti wajah pria ini," batin Madeline terpesona dengan ketampanan Raffi karena cahaya wudhu nya.

Raffi berdiri dan memberikan satu tangannya membantu Madeline berdiri." Ayo kita sarapan...!" ajak Raffi dan Madeline merasa sangat senang dengan perhatian Raffi.

Mata Madeline tertuju pada foto keluarga yang ada di meja nakas Raffi. Raffi yang memiliki saudara kembar Raffa dan juga ibu yang sangat cantik yaitu Bunga dan ayahnya Daffa.

"Apakah itu keluargamu?" tanya Madeline mengekori langkah Raffi.

"Ya."

"Ibumu memakai kerudung. Apakah kamu seorang muslim?" tanya Madeline.

"Iya."

"Apakah kamu adalah Islam tero...-"

"Hentikan ucapanmu dan duduklah...! Kita makan." Menarik kursi untuk Madeline lalu untuk dirinya.

Madeline menjadi tidak enak hati karena sudah meragukan agama yang dianut Raffi. Keduanya makan dengan tenang. Sandwich buatan Madeline sangat enak.

Raffi menikmati setiap gigitannya karena sandwich buatan Madeline tidak jauh berbeda dengan buatan ibunya dan juga omanya Nabila bahkan tantenya Nada dan Cintami.

"Ya Allah. Kenapa aku jadi merindukan mereka terutama masakan mommyku," batin Raffi.

"Nanti kamu tidur di kamar tamu. Ada pakaian untukmu. Aku sengaja menyiapkan piyama tidur untuk tamuku. Tentu saja masih baru.

Yang datang ke sini biasanya saudara sepupuku. Baru kamu wanita yang bukan kerabatku yang aku ajak ke sini karena kamu dalam pengawasanku," ucap Raffi.

"Terimakasih sudah mau melindungi ku. Aku janji tidak akan menyusahkanmu. Aku akan berangkat kerja. Tapi aku takut keluargaku atau orang-orang suruhan tuan Hansel mencariku di tempat kerjaku," ragu Madeline di mengerti oleh Raffi.

"Untuk sementara waktu kamu di sini dulu. Aku akan mencari pekerjaan untukmu dan juga unit apartemen di gedung apartemen ini untukmu.

Masalah sewa biar aku yang tanggung. Yang penting kamu nyaman. Maaf. Aku tidak bisa menampung mu di sini karena kita bukan mahram," jelas Raffi.

"Apa itu mahram?" tanya Madeline yang baru mendengar kata itu.

"Hubungan pria dan wanita yang terikat pertalian darah atau seseorang yang tidak bisa saling menikah berdasarkan hukum Islam," papar Raffi.

"Kita kan bisa saling menjaga satu sama lain agar tidak bersentuhan," balas Madeline yang mulai memahami penjelasan Raffi dalam agama yang dianut Raffi.

"Konsepnya tidak seperti itu. Karena setan memanfaatkan situasi di mana kedua orang yang tidak bisa mengendalikan syahwatnya terjebak dalam hasutan nya untuk melakukan hubungan intim tanpa pernikahan," jelas Raffi.

"Jadi, kamu mau bilang kita tidak boleh terpikat satu sama lain karena setan akan menganggu kita. Baiklah, aku mengerti. Aku jadi terkesan dengan keyakinanmu," ujar Madeline yang sangat terkesan dengan akhlak Raffi.

Usai sarapan, Raffi menunjukkan kamar tamu untuk Madeline agar gadis itu bisa istirahat. Sebelumnya Raffi memberitahukan letak kamar mandi dan ruang ganti yang ada di kamar itu. Unit kamar Raffi sudah seperti desain interior hotel, jadi Madeline merasa sedang menginap di hotel.

"Aku ada urusan di luar dan kamu bisa menghubungiku jika butuh sesuatu dan satu lagi jangan menghubungi siapapun atau menerima panggilan telepon dari siapapun.

Kamu mengerti?" tegas Raffi memberitahukan nomor kontaknya pada Madeline.

"Tuan. Apakah aku boleh menanyakan sesuatu kepadamu?"

"Silahkan...!"

"Siapa kamu sebenarnya? Maksudku, apa profesimu sebenarnya?"

"Aku ...? Hanya seorang polisi yang sedang menyamar dan aku harap kamu tidak membocorkan profesiku pada siapapun. Tolong jangan tanyakan lagi apapun padaku karena aku harus ke kantorku," ucap Raffi dan Madeline hanya tersenyum.

"Hati-hati tuan...!" Pintu kamar ditutup rapat oleh Raffi sebelum meninggalkan kamar Madeline. Gadis ini masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah merasa tubuhnya sangat segar, Madeline mengenakan jubah mandi putih dan mengambil lation untuk mengusap bagian kulitnya yaitu tangan dan kaki.

Diatas tempat tidur ada krim obat luar. Madeline mengambilnya dan membaca nama krim oles itu.

"Ya Tuhan. Pria ini benar-benar sempurna. Ia bahkan sudah menyiapkan obat memar untukku."

Raffi tidak ke mana-mana. Ia mendatangi unit kamar sepupunya yang berada satu lantai diatasnya. Siapa lagi kalau bukan Ghazali dan Ghaida yang saat ini masih mengenyam bangku kuliah.

Ghazali membuka pintu untuk Raffi. Biasanya Raffi ikut bergabung dengan mereka entah makan malam atau siang karena Ghaida biasanya memasak.

"Aku mau menumpang tidur di sini," ucap Raffi karena matanya sangat berat.

"Apakah kamarmu hancur, bro?" ledek Ghazali yang sudah tahu kalau di apartemen Raffi sedang ada wanita.

"Aku mau tidur dan jangan menggangguku." Merebahkan tubuhnya yang sangat penat di atas kasur itu.

Sementara di tempat lain, Hansel mendatangi apartemennya Madeline. Di sana ia hanya bertemu dengan nyonya Dorothy.

"Di mana putrimu, hah ..!" menarik kaus nyonya Dorothy dengan kasar.

"Bukankah dia semalam bersamamu, tuan," gugup Dorothy dengan wajah pucat.

"Dia minggat dariku dan aku belum menyentuhnya sama sekali. Sekarang bawa putrimu ke sini, cepattt...!" Mendorong tubuh gemuk itu hingga jatuh terjerembab di lantai.

"Dia bahkan belum pulang sampai saat ini tuan. Aku pikir dia bersama mu."

"Kalau begitu temukan dia atau peluru itu akan bersarang di kepalamu.....!" Menodongkan moncong pistol ke kepala Dorothy.

"Aku bisa menemukannya dengan mudah karena ponselnya sudah aku pasang GPS," ucap Dorothy membuat Hansel menyeringai licik.

"Ternyata kamu adalah seorang ibu yang sangat baik hati." Meninggalkan kamar Dorothy secepatnya untuk mencari titik keberadaan Madeline.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!