"Menikahlah denganku,kita akan bahagia bersama!"
Lyn,wanita itu membeku. Tidak tahu harus apa? Hatinya sangat ingin menerima lamaran lelaki dengan kekuasaan tinggi di depannya. Tapi,dia sedang hamil muda sekarang dan juga sudah diancam. Jika berani menerima pria ini maka di masa depan dia akan kehilangan anaknya.
Wanita itu tersentak saat pria itu menggoyangkan tangannya dan berkata
"Lyn, kamu mau kan menikah denganku?"
"eh, a-aku aku- "
Lelaki dengan tinggi 1.9 meter sedang berlutut didepannya ini nampak berdiri. Menatap lurus ke dalam mata wanitanya,suara dingin itu menusuk indra pendengaran Lyn "Ada apa?"
"sesuatu menyakitimu, atau mengancam mu?"
Lyn terkejut, pria ini selalu saja dapat menebak dengan benar. Buru-buru Lyn menggeleng lalu berkata "Nggak kok, aku kan harus lanjut pendidikan di Singapura sama mama Jessica. Jadi ya kita nggak bisa nikah"
"hfft.. Kita bisa sama sama kesana. Tenanglah"
"Tapi semua nggak semudah yang kamu lihat" batin Lyn
Kedua Tangan besar itu meremas pinggang Lyn,wanita itu menahan sakit dengan mengigit bibir bagian dalam. Dia sedang hamil, bagaimana jika pria ini tahu maka dipastikan dia akan gagal untuk pergi kali ini. Lyn menurunkan tangan pria itu dan berkata dengan suara lembut "Aku Harus pergi! Pesawat ku akan lepas landas"
Sebuah kecupan ringan dia dapatkan, setelah itu mereka berpisah dan pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir karena wanita itu tidak akan kembali lagi pada pria yang melambaikan tangan saat ini padanya.
"aku pergi membawa sebagian dirimu"
"Maafkan aku "
"semoga kamu bahagia"
"Maafkan aku"
3 Tahun kemudian
"Tuan Muda,kami menemukan dua nama anak yang dilahirkan oleh wanita bernama Nona Jessyline Asta Dewi di Rumah sakit kota dari Negara Dweya"
"Selidiki,dapatkan anaknya. Mereka harus selamat,tidak boleh terluka sedikitpun"
Pengawal serentak menunduk "Baik Tuan"
Ketika ruangan sunyi,tuan Muda nampak berfikir keras. Sejak kali terakhir mereka berpisah sang wanita pujaannya sangat sulit di temukan,padahal negara dengan lambang singa itu bukanlah negara dengan luas yang melebihi dari kota kecil di negaranya. Ada hal apa yang disembunyikan oleh wanita itu. Perpisahan mereka bukanlah hal yang berjalan mulus. Enam bulan usai berpisah dia harus mengalami banyak perjodohan oleh teman-temannya dan sangat aneh rasanya jika mereka tidak faham bagaimana besarnya rasa suka lelaki itu pada Lyn. Tuan Muda berdiri dia harus secepatnya menghadiri pesta jamuan temu para aristokrat untuk kerja sama perusahaan dan memperluas jaringan kerja sama lainnya. Sudah Menunggu begitu lama tapi kabar belum juga di dapatkan ,rasanya tidak tenang. Duduk dalam mobil mahal sekalipun serba salah akibat memikirkan dimana wanita itu sekarang
Dia jelas mengingat tanggal lahiran dalam kertas yang dia terima dan jika tidak salah, berarti itu adalah anaknya. Ada rasa marah yang besar sekarang,dia harus menggunakan banyak cara agar wanita itu datang padanya.
...***************...
Pengusaha Ternama dalam negri di kabarkan akan bertunangan dengan seorang Putri Keluarga dari kolega bisnis sang Ayah.
Layar pipih menempel pada dinding terus bersuara,dengan tampilan seorang reporter lainnya. Dari banyak berita,salah satu berita cukup mengejutkan muncul, Seorang Wanita dengan daster bertali satu sedang menyuapi dua anak kecil nampak berkaca-kaca. Sudah tiga tahun berlalu, namun rasanya masih sakit. Patah, saat menyaksikan lelaki yang harus menjadi Ayah kedua bocah kembar itu kini menjadi pasangan oranglain. Lyn berbalik menatap anak-anaknya. Ada raut sedih disana, dua anaknya juga nampak memperhatikan sang ibu. Lyn mengulas senyum "Dia daddy kalian. Tapi sekarang tidak lagi, kita disini saja ya. Ada kakek besar yang akan menjaga kita semua"
Kedua anak kecil itu, menghentakkan tangan di atas meja sambil terus berceloteh tidak jelas membuat sang Ibu terkekeh kecil.
"mereka adalah buah hati kita, tapi sekarang tidak lagi. Aku rasa kau akan lebih bahagia dengan Nona Muda itu sekarang .
Hari ini Lyn memutuskan untuk berbelanja ke supermarket agak siang. Dirinya sudah telat, biasanya lima belas menit sebelum jam buka toko dirinya sudah lebih dulu tiba. Begitu sampai tiga karyawan Lyn sudah menanti di depan toko,jujur saja sebagai atasan dia merasa bersalah.
Para karyawan yang melihat mobil bos sudah tiba segera merapat ke bagian pinggir agar Lyn bisa parkir dengan nyaman. Pembukaan gembok di bantu oleh karyawan, pagi ini baik Lyn dan karyawan langsung sibuk pada bagian masing masing. Lyn juga menyediakan layanan online jadi sudah ada pesanan yang masuk, bagian costumer service dengan sigap mencatat apa saja pesanan yang masuk lalu memberikan pada karyawan bagian packing.
Sementara Lyn naik kelantai dua ,wanita cantik itu langsung masuk meletakkan barang barang dan membuka Jas. Lyn menggulung lengan kemejanya sampai siku kemudian menyalakan lampu, wanita itu begitu gesit. Saat sudah fokus pada layar komputer mulai lah wanita itu fokus menginput data pemasokan awal pekan. Saat sedang fokus telepon meja kerja Lyn tiba tiba berdering
"Ya halo.." ujar Lyn
" Halo bu, di bawah ada customer VIP ingin bertemu langsung dengan ibu" ujar Fia ,karyawan bagian Pelayanan memberitahu dari lantai bawah
"Tidak bisa, aku sibuk. Kalian bisa menangani seperti biasakan?"
.....
"Memang nya kenapa harus aku juga Fi?" ucap Lyn lagi terdengar sedikit kesal
Fia dengan hati hati berkata " Be-begini buk, saya tidak pernah bertemu sebelum nya dengan Nyonya ini. Dia pelanggan baru bu"
Lyn menghela nafas
"Baiklah, lima menit lagi aku akan turun"
"Baik Bu" Lalu panggilan terputus
Lyn menghela nafas, wanita itu berdiri setelah mendraf terlebih dahulu data-data yang sempat dia catat. Wanita itu menggeser kursi
"Apa lagi kali ini? Semoga saja pelanggan baru ini tidak banyak maunya" ujar Lyn kemudian berlalu turun sambil merapikan pakaian
"Maaf Menunggu Nyonya" ujar Lyn saat dirinya sudah berada di belakang sofa yang di duduki wanita berpakaian elegan itu
Wanita paruh baya itu berdiri dan berbalik. Lyn terkejut setengah mati melihat siapa yang sedang berdiri di depannya "Ma-ma ma?" ucap nya terbata bata
Tak hanya Lyn, wanita itu juga tak kalah shock "As-Asta?"
Karyawan di toko heran ,pasalnya mereka tidak mengenal wanita yang di panggil pelanggan baru itu. Lagi pula , siapa sebenar nya wanita itu hingga membuat bos Lyn terperangah begitu lama.
"Asta, anakku" ujar nya lagi, dengan lekas dia mendekat dan memeluk Lyn. Sementara Lyn malah membeku
"Asta, kemana saja selama ini nak. Kami semua mencari mu" ucap wanita paruh baya di depan Lyn
Lyn tersadar dengan perlahan dia mengurai pelukan dari wanita "Ma-mama ke-kenapa bisa ada di sini?" tanya Lyn hati hati
"Kebetulan Papa sedang bertemu seorang kolega bisnis sekaligus teman lama di dekat sini"
"Mari ma, kita naik saja mari kita bicarakan diatas dulu" ucap Lyn perlahan, wanita yang dia panggil mama hanya mengangguk
" Fia , selama Nyonya ini bersama ku. Aku tidak menerima pertemuan dengan pelanggan manapun" ujar Lyn lagi sebelum berlalu menaiki tangga
"Baik Bu" dengan patuh Fia menjawab lalu karyawan lainnya juga kembali fokus bekerja
Lantai dua diruang kerja Lyn ,kedua wanita itu sudah duduk di sofa dengan meja kaca di depan. Lyn menyajikan teh serta cemilan kemudian Lyn ikut duduk di depan wanita paruh baya itu
"Ma, silahkan minum" ucap Lyn perlahan
"Terimakasih Asta "
Wanita meminum teh nya sebentar setelah bertanya kembali pada Lyn
"Bagaimana kabarmu, sudah hampir delapan tahun kami tidak mendengar kabarmu nak"
Lyn masih mencerna ke adaan ,apakah ini hanya kebetulan semata atau memang ada yang memberitahu keberadaan Lyn sekarang.
"A-aku baik ma. Mama dan Papa bagaimana?"
Sang mama yang mendengar suara terbata bata milik Lyn tersenyum sendu. Dia tahu sedikit banyak masalah yang terjadi antara Lyn di masalalu dengan putra keduanya. Dengan tertawa kecil Sang Mama berkata " Mama dan papa baik, jangan sungkan nak. Lagi pula mama hanya mampir saja,kebetulan sedang lewat dan melihat toko buku ini jadi sekalian saja singgah"
Lyn tersenyum kecil " tidak ma, a-aku hanya .."
Drt...drt... Telepon di saku kemeja Lyn berdering
" Maaf ma , aku pamit sebentar "
Melihat sang mama mengangguk. Lyn melipir sedikit jauh dan tampak berbicara pelan, sekitar lima menit kemudian Lyn kembali lagi menghampiri sang mama
" Ada apa nak? Ada masalah ?"
"Oh tidak kok ma, hanya urusan biasa " ujar Lyn dengan wajah sedikit pias.
Perbincangan terus berlanjut hingga jam makan siang hampir tiba sang mama mengajak Lyn untuk makan bersama dengan suami nya juga. Lyn berdusta dengan mengatakan bahwa ada janji temu dengan seorang penulis
setelah semua usai, Lyn berniat untuk menjemput anak anak tapi langkah nya tertahan. Wajah Lyn nampak waspada melihat sekitar nya. Dia merasa seperti ada yang mengawasi, khawatir jika dirinya terancam Lyn kembali memasuki toko. Kemudian dia naik dan menghubungi pihak sekolah agar menjaga sebentar anak anak nya. Namun jawaban lain malah di dapat oleh Lyn
" Maaf nyonya smith , Ev dan Evan sudah di jemput oleh Tuan James "
"baiklah ,terimakasih"
Beberapa kali James mengantar anak anak kesekolah, Lyn juga memberi izin khusus agar pihak sekolah membiarkan James menjemput anak anak jika Lyn sudah terlambat satu jam dari jam pulang sekolah. Lyn menghubungi nomor James sudah dari sepuluh menit yang lalu. Semakin rasa khawatir melanda usai panggilan yang di lakukan Lyn pada James tak kunjung di angkat.
Semoga saja anak anak tidak kemari batin Lyn berdoa
Kamu harus tahu ,hidup itu pilihan. Keputusan dalam menentukan perjalanan ada di tangan mu bukan mereka, ataupun dia atau yang lainnya. Sama seperti yang Lyn lakukan, wanita berusia 32 tahun itu memilih mundur dan pergi karena dia sadar jika hidup tak melulu tentang cinta. Sejati nya Lyn sudah tau jika bertahan pun belum tentu dia akan menang.
Rasa khawatir kian melanda saat Lyn mendengar suara mobil berhenti di bawah. Lyn mendekat ke jendela mata nya melotot, itu adalah mobil James. Segera Lyn menelpon bertepatan dengan mati nya mesin mobil James.
Sementara di dalam mobil James belum menurunkan anak anak, lelaki dewasa itu mengernyit heran pasal nya Lyn menghubungi saat dia sudah di depan toko. James menoleh ke arah Evan yang menatap nyalang ke arah nya sambil menjawab panggilan " Iya Lyn ada apa? Kami sudah di de-"
"Jangan turun, bawa anak anak ku pergi" ujar Lyn dengan suara panik
James mengernyit " Ada apa Lyn, kau membuat ku terkejut?" suara Lyn masih terdengar panik
"Pergilah secepat nya, jangan bawa anak anak turun ke toko. Aku akan pulang cepat hari ini"
Lyn menyaksikan dari atas mobil James sesekali tampak meremas kasar kulit kepala nya.
'Kenapa James banyak tanya sih?' batin Lyn
Di dalam mobil Evan yang mendengar nya tiba tiba khawatir "Bisa aku bicara pada Mommy sebentar" James menyodorkan handphone miliknya, dengan cepat Evan mengambil dan berbicara dengan kode rahasia kepada Lyn
"Halo James kau de-" pertanyaan Lyn terputus saat mendengar suara anak nya di balik telepon
"Mom, it's me. kenapa suara mommy bergetar?" ujar Evan cepat
"Ev,Evan. Apa Ev bersama mu?"
Evan menoleh ke arah Ev yang tampak bingung dengan situasi " Dia bersama ku mom" jawab Evan
"dengar kan mommy sayang!" ucap Lyn, tanpa berkata Evan mengangguk kemudian Lyn berkata kembali dengan nada tak kalah gemeteran
"Eskrim rasa coklat di sebelah nya ada sedikit strowberry "
Evan terkejut, di saat bersamaan Ev memaksa turun dengan gerakan cepat Evan menahan lengan sang adik sambil menggeleng. Evan meletakkan telunjuk nya di bibir. Ev menurut saja pada sang abang dan tak lagi bergerak gelisah ingin turun. Evan mematikan panggilan usai sang mommy berbicara dengan bahasa kode rahasia
"Kita pulang Paman. Mommy akan segera pulang" James heran.
"Kita gak turun bang?" tanya Ev
"No, it's dangerous" ucap Evan dengan mimik serius
James memutar tubuh nya ke arah kursi kemudi belakang "What do you mean, boy?"
"Sudah ,Paman ikuti saja. Mommy menyuruh kami pulang dia tidak ada di toko sekarang" Evan terpaksa berdusta. Sementara Ev ber oh ria mendengar nya
"Ya udah pulang aja paman. Ngapain juga ke toko kalau mommy gak disini" ujar Ev
James menghela napas, kemudian memperbaiki duduk nya " Oke oke. Kita pulang "
Kemudian James memutar mobil keluar dari parkiran dan berjalan menjauh. Lyn yang melihat dari atas menarik napas lega, menyapu keringat di dahi. Saat mobil berputar melewati pohon besar di sebelah kiri toko mata elang milik Evan melihat seorang lelaki berpakaian hitam seperti mengintai sesuatu. Dengan memicing Evan terus memperhatikan lelaki itu hingga mobil melesat jauh
"Abang ,abang " panggil Ev
Evan tersadar " Iya ,ada apa bocah nakal?"
"Ih abang dari tadi Ev panggil tapi liatin ke arah luar terus. Ada apa sih memang nya?" Ev , si ingin tahu yang tinggi melongo ke arah kaca samping Evan
Sang abang mendorong pelan adik nya agar kembali duduk dengan benar " Duduk lah, kau akan terantuk jika bergerak seperti cacing. Tidak ada apapun di luar sana" ujar Evan
"Masa sih, abang itu ya dari tuh begini nih"
Ev memperhatikan gerakan patah patah menggunakan kepala nya ke arah jendela sebelah Ev. Sang abang terkekeh pelan melihat adiknya
"Kamu ini ya, kepo banget tau. Udah duduk yang bener" Ev hanya misuh misuh di katakan begitu
James melirik dari kaca spion, sudut bibir nya tertarik melihat interaksi dua bocah pintar di belakang. Sayang,Evan tak pernah sehangat itu padanya. Padahal sejak sebulan kepindahan Lyn Menjadi tetangga James sudah mulai berinteraksi aktiv dengan mereka
Evan dulu nya juga hangat dan banyak bicara pada James,namun entah kenapa semenjak James mendekat kan diri pada Lyn tampaknya sang anak sulung berubah menjadi dingin dan kadang kerap kali menatap tajam ke arah nya. James menghela napas pelan mengingat bagaimana sikap Evan akhir akhir ini padanya seperti nya aku harus ekstra berusaha lagi batin James bermonolog
"Anak anak ,mau makan ice crema?"
"Ma-" ucapan Ev terpotong
"Tidak, kami ingin langsung pulang saja " ujar Evan cepat, dia melotot pada Ev yang sudah menunjukkan wajah protes
"Ah baiklah"
James tak lagi bertanya dan melajukan mobil ke arah pulang, hingga lima belas menit kemudian mereka sampai ke depan rumah Lyn. Evan turun begitu mobil terhenti sempurna, kemudian menggendong sang adik turun. James sudah berada di belakang mereka " Ayo anak anak"
Evan mengangguk kemudian menggandeng Ev berjalan, setelah sampai di depan pintu Evan berbalik ke arah James "Paman ,terimakasih sudah mengantar. Kami bisa kok dirumah berdua saja,Paman kembali lah" ucap nya membuat James merasa tersinggung
'usia saja yang kecil,tingkah nya persis seperti Ayah yang tidak menyukai ada lelaki datang kerumah menjemput anak perempuannya' gumam James
"Paman" panggil Ev
" Ya baiklah baiklah. Paman pamit, ingat jangan buka pintu tanpa melihat dulu siapa tamu nya"
Ujar James memperingati, sekarang sedang marak perampokan bahkan dirumah sendiri
James berbalik pergi , baru dua langkah James berhenti. Evan yang sudah bergerak ingin mengambil kunci di tempat rahasia terpaksa menghentikan gerakan tangannya kemudian melihat james yang berbalik ke arah mereka
"Ev" kedua kakak beradik itu melihat James secara bersamaan " Ya paman" ucap keduanya serentak
"Telepon Paman jika ada sesuatu yang di perlukan"
Keduanya mengangguk barulah James pergi tanpa berbalik lagi. Evan segera mengambil kunci lalu membuka pintu dengan cepat mengajak Ev masuk. Ev menghela napas membuka jaket nya kemudian melayangkan satu kaki ke udara,sepatu nya terlepas dan melambung tinggi. Evan melotot, Ev dengan cepat bergerak mengambil sepatu nya yang sudah tergeletak di dekat anak tangga.
"Iya iya, Ev simpan. Abang hati hati mata nya mau keluar tuh dari tempat nya" sambil bergerak Ev mengomentari wajah Evan yang tampak marah
"Lekas ganti baju, dan ke meja makan. Abang akan panas kan makan siang kita "
Ev mengangguk dan naik ke atas untuk bersih bersih. Sedang kan Evan usai membereskan peralatan sekolah pada tempat nya dia menuju dapur dan mencuci tangan. Barulah bocah lelaki itu membuka kulkas. Lyn sudah menyediakan makan siang sang anak di dalam kulkas,Evan mengambil sekotak makanan siap saji buatan sang Ibu.
Evan tersenyum " Mommy yang terbaik " ucap Evan
Lyn memasak makanan kesukaan Evan, bocah itu memindahkan ke piring tahan panas kemudian memasukkan ke dalam microwave lalu memutar waktu pemanasan
Ting.. Setelah selesai Evan mengeluarkan dengan tangan yang sudah di balut sarung tangan masak milik Lyn ,bertepatan Ev sudah datang dengan wajah segar dan berganti baju rumah berjalan ke arah Evan. Bocah perempuan itu menggeser kursi ia juga tersenyum melihat menu makan siang mereka
"Wah, it's my favourite food" dia bertepuk tangan kecil
"Makanlah" sang adik mengangguk, keduanya menikmati makan siang dalam diam
Sementara di toko, Lyn yang sedari tadi memperhatikan cctv rumah sejak Evan sampai didepan rumah mereka tersenyum bangga melihat bagaimana gesit nya sang anak sulung dalam mengurus adik semata wayang nya yang terkenal keras kepala. Pasalnya jika bersama Lyn sekalipun terkadang Ev tidak mendengar perkataannya berbeda saat bersama sang abang. Ev tidak akan berani membantah sedikitpun
"Jiwa pemimpin nya persis seperti mu. Ah"
Gumam Lyn di ruang kerja toko
Tiba tiba air mata Lyn menetes, segera ia menghapus
"Tidak tidak, ini tidak boleh terjadi. Ikhlas kan dia"
Lyn berusaha menyemangati diri sendiri dan kembali bekerja sambil sesekali mengawasi anak anak dari cctv rumah. Nampak Evan dan Ev bersiap istirahat siang usai menyelesaikan makan siang dan mencuci piring bersama. Lyn tersenyum saat melihat bagaimana pertengkaran kecil ke dua anak Lyn. Sang abang yang otoriter dan sang adik yang pembangkang
"Perfect Combo" ujar Lyn bahagia
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!