NovelToon NovelToon

Di Buang Ayah Dan Ibu

Bab 1

"Mau sampai kapan anak-anak mu akan tinggal bersama kita? Bukankah kau berjanji hanya si sulung saja yang ikut?"

"Tapi, aku tidak bisa berpisah dengan mereka. Mereka anak-anak ku."

"Lalu, bagaimana dengan anak ku? Apa karena anakku bukan darah daging mu, lalu kau bisa berkata seperti itu?"

"Bukan begitu maksud ku."

"Rumah ini bukan panti asuhan Naina! Kita tidak mungkin terus menampung anak-anak mu dan selalu memberi mereka makan. Itu semua tidak gratis.

"Mengapa kau berkata seperti itu? Bukankah sebelum kita menikah kau sudah tahu kalau aku memiliki tiga orang putri?"

Teriakan demi teriakan sudah biasa aku dengar saat malam hari. Ku lihat dua adikku yang sudah terlelap dengan cepat malam ini.

Seandainya aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan di keluarga ini. Apa kah kami bahkan bisa memilih? Bukan kah sebagai orang dewasa mereka terlalu egois.

Ketika kami belum hadir di dunia, kami selalu di impikan. Namun, ketika kami sudah berwujud menjadi anak manusia, kami sering di abaikan oleh orang dewasa.

Ayah dan Ibu sudah bercerai. Ayah sudah menikah lagi dan Ibu pun demikian. Selama ini, kami ikut ibu karena Ibu lah yang bekerja.

Ayah adalah laki-laki pemalas yang setiap hari nya hanya main ju di dan menghabiskan uang dengan mudah nya.

Tinggal dengan Ayah sama saja seperti bu-nuh diri. Kalau tidak dijual ke tempat kupu-kupu malam, ya akan di jual ke pencari organ.

Saat ini aku harus memutar otak untuk masa depan adik-adik ku. Jika mereka harus pergi, aku pun akan melakukan hal yang sama.

*****

Keesokan hari nya saat sarapan, Ibu membahas tentang sekolah adik yang akan di pindahkan ke kota dimana Ayah tinggal.

"Maksud Ibu apa? Ibu mau Tania dan Tasya ikut tinggal bareng Ayah? Gitu?"

"Ya. Dia kan Ayah kalian. Seharusnya dia harus bisa sedikit lebih bertanggung jawab. Jangan semua-semua nya Ibu yang pikirkan."

"Apa itu adalah salah kami bu?"

Talita Sudrajat, anak sulung dari pasangan Anton Sudrajat dan Naina Gunawan. Awal pernikahan mereka sangat lah bahagia. Keluarga Sudrajat adalah salah satu pengusaha ternama di bidang fashion.

Keluarga itu bangkrut karena di ti pu oleh orang kepercayaan mereka yang tidak lain adalah sahabat dari kakek nya Talita.

Semenjak itu, Anton sering uring-uringan. Ia habiskan seluruh aset nya di meja ju di. Naina yang memang masih bekerja hampir setiap waktu menutupi kebutuhan rumah tangga.

Namun lama kelamaan, ia juga jenuh. Mau sampai kapan ia akan bertahan dengan laki-laki seperti Anton.

"Jangan bantah perkataan Ibu Talita. Biarkan adik-adik mu tinggal di sana. Kau tetap di sini bersama Ibu."

"Untuk apa aku di sini? Untuk kalian jadikan ba bu gratisan?"

Plak. Plak.

Suara tam paran itu begitu renyah. Membuat sudut bibir Talita mengeluarkan sedikit cairan berwarna merah.

"Jaga ucapan mu Talita. Om Jaka sudah berbaik hati mau menerima kita."

"Kita? Ibu aja kali."

"Terserah apa kata mu. Cepat bereskan barang-barang adik mu dan antarkan mereka ke rumah Ayah nya."

"Apa sekarang Ibu mengusir kami dari rumah kita?"

"Talita, Ibu tidak mengusir mu. Ibu tidak sanggup kalau membiayai kalian sekaligus."

"Lalu, apakah Ibu yakin ayah akan memperlakukan Tania dan Tasya dengan baik? Ayah bahkan hampir menjual ku bu. Apa Ibu lupa."

"Mungkin sekarang Ayah mu sudah berubah."

"Apa Ibu memang tidak menginginkan kami lagi?

Naina tidak menjawab pertanyaan Talita dan langsung membuang muka. Talita sangat ben ci kondisi ini.

Talita pun pergi dan tidak ingin mendengar perkataan Ibu nya lagi. Ia menatap sinis ke arah saudara tiri yang selalu di nomor satukan itu.

Ia sangat memben ci nya saat ini.

Semenjak menikah dengan Jaka, Ibu nya Naina berubah menjadi orang lain. Ibu nya bahkan tidak pernah membantah apapun perkataan suaminya.

"Kita mau kemana kak? Tasya masih mau sama Ibu."

Tasya heran melihat barang-barang mereka yang sudah di masukkan ke dalam koper.

"Iya sayang. Kita pergi duluan aja ya. Nanti Ibu nyusul."

"Kakak nggak bohong kan. Setiap malam, kakak selalu saja ngomong begitu. Tapi buktinya pas pagi, Tasya lihat Ibu keluar dari kamar Andi."

"Kan Ibu harus bangunin Andi juga kayak Ibu bangunin kita pas subuh."

Tasya tampak serius berfikir. Anak berumur 4 tahun itu sangat lah manja. Sebelum Naina menikah, Tasya adalah kesayangannya.

"Yuk kita berangkat!"

Saat ini hari libur, jadi Talita akan mencari cara bagaimana bisa mengurus ini semua.

Tampak Ibu Talita berdiri di dalam kamar nya. Bahkan untuk sekedar menyapa saja tidak ia lakukan. Ia malah asyik tertawa dan bercanda ria dengan suami baru nya.

Anak-anak itu mendengar tawa yang begitu menyedihkan bagi mereka.

"Kak, apa Ibu senang kita pergi? Tanya Tania.

" Kita berangkat sekarang ya. Nanti bisa telat jalan-jalan nya. "

"Tapi Tasya masih mau lihat Ibu. Tasya rindu kak."

"Ibu lagi sibuk Tasya. Sebentar lagi pasti akan menyusul kita. Tasya nurut ya sayang."

Gadis kecil itu akhirnya mengangguk dan pergi membawa tas kecil nya keluar. Di depan rumah sudah menunggu taksi online pesanan Talita.

"Selamat tinggal Ibu. Semoga Ibu bahagia."

Bab 2

Talita dan dua orang adik nya tiba di rumah kontrakan milik Ayah nya. Di depan rumah itu, Ibu tiri mereka sedang berjualan sembako di kios kecil itu.

"Ada apa kalian ke sini?" Tanya nya dengan wajah sinis.

"Kami mau bertemu dengan Ayah. Apa Ayah ada?"

"Tunggu diluar! Dan jangan masuk."

"Iya."

Ibu tiri yang bertampang judes itu langsung memanggil Ayah mereka. Anton datang dengan bayi mungil di dalam gendongan nya.

"Ada apa?"

"Ibu bilang, Tasya dan Tania akan tinggal di sini yah." Ucap Talita pelan.

"Apa? Tidak bisa. Rumah kami sempit."

Bukan Ayah mereka yang menjawab, akan tetapi Ibu tiri yang sedari tadi tidak beranjak dari sisi mereka.

"Kenapa tidak tinggal dengan Ibu kalian? Rumah itu Ayah berikan untuk nya agar ia bisa merawat kalian. Dan sekarang, kalian malah ingin tinggal di sini. Maaf ya Talita, rumah kami sempit."

Memang benar, rumah yang ditempati Ibu dan ayah tiri nya itu adalah rumah mereka. Naina meminta rumah itu karena memiliki alasan tersendiri. Dan anak-anak nya lah yang menjadi alasan itu.

Namun sekarang, anak-anak yang memiliki hak dirumah masa kecil mereka, harus terusir demi menyenangkan suami dan anak tiri Naina. Entah kemana hati nurani nya sebagai seorang ibu.

"Lalu, kami harus kemana lagi Ayah? Bukankah ini adalah kewajiban kalian?"

"Kewajiban? Mengapa baru sekarang kau bicara? Bukan kah ayah sudah memberikan mu pilihan waktu itu? Mengapa tidak mau ayah jodohkan?"

"Ayah mau menju al aku. Bukan menikah kan ku. Apa tidak ada sedikit pun rasa iba di hati Ayah untuk kami?"

"Maaf Talita, ayah nggak bisa. Kecuali kalau kau mau menyetujui perjanjian kita waktu itu."

Talita menghembuskan nafas nya kasar. Jika ia menikah dengan ban dot tua itu memang kehidupan nya akan nyaman. Namun, bagaimana dengan adik-adik nya?

Bukan tidak mungkin suatu saat nanti adik-adik nya yang akan menjadi korban. Talita tidak ingin hal itu terjadi.

"Terima kasih untuk penolakan ini Ayah."

Setelah berkata seperti itu, mereka pun kembali pergi menelusuri jalan sambil membawa koper di tangan masing-masing. Tasya yang masih kecil hanya membawa tas kecil miliknya.

"Talita? Kamu mau kemana bawa-bawa koper begini."

"Bagas? Mm.. Anu, aku."

"Yuk naik aku antar."

"Tapi,"

"Kak, Tasya capek. Boleh kan kita naik aja. Tasya juga udah haus dan lapar."

Ucapan polos Tasya membuat Talita sedih. Harus nya ia mengerti kalau Tasya tidak mungkin sanggup untuk berjalan jauh.

"Oke. Boleh kami naik?"

"Ya kali nggak boleh trus aku nawarin. Naik gih."

Bukan tanpa sebab Talita seperti ini. Menurut yang ia lihat, Bagas adalah tipe laki-laki yang cuek saat di sekolah. Ia selalu mengabaikan setiap wanita yang mendekat.

Laki-laki yang akan tantrum jika di dekati oleh seorang wanita. Ia tidak akan peduli wanita itu akan terluka atau pun tidak. Toh ia punya kuasa atas segalanya.

"Bagas, aku boleh minta tolong? Tapi kalau kamu nggak bisa ya nggak apa juga sih. Maaf ya aku terlalu merepotkan kamu."

"Apaan sih Talita. Belum juga aku jawab kamu main nyosor aja gitu. Emang mau di bantuin apa?"

"Kamu, ada kenalan nggak yang punya bisnis kontrakan?"

"Kamu mau cari kontrakan?"

"Iya. Kalau bisa yang harga nya murah. Sempit nggak apa sih."

Entah mengapa Talita senyaman itu bisa bicara dengan manusia tercuek di sekolahnya.

Tanpa menunggu lama Bagas langsung membawa mereka ke sebuah tempat yang di penuhi dengan rumah kontrakan.

"Sudah sampai. Ini tempat nya."

"Terima kasih ya Bagas."

"Sama-sama."

Setelah berkata seperti itu, Bagas pun langsung pergi meninggalkan mereka di sana. Talita langsung mencari pemilik kontrakan itu.

"Permisi pak."

"Iya dek, ada yang bisa di bantu?"

"Apa ada kontrakan yang kosong pak?"

"Adik ini sama siapa? Mana orang tua kalian?"

"Hmm, kami cuma bertiga pak. Orang tua kami sedang bekerja. Jadi, kami yang harus mencari rumah kontrakan."

"Hmm, begitu ya. Memang mau rumah yang bagaimana?"

"Yang paling murah pak. Nggak apa sempit yang penting bisa untuk berteduh."

"Yuk ikut bapak biar bapak perlihatkan. Oh ya nama bapak Sudirman. Panggil saja Pak Man.

" Saya Talita pak. Ini adik-adik saya. Yang paling kecil bernama Tasya. Dan ini Tania."

Mereka bertiga pun mengikuti arah Pak Man berjalan. Satu persatu rumah di lewati begitu saja. Dan terakhir mereka tiba di rumah yang sangat sempit, kecil dan begitu kotor.

"Ini rumah nya ya dek. Sebulan lima ratus ribu saja."

"Wah, terima kasih pak."

"Iya sama-sama."

Setelah melunasi rumah kontrakan, Talita mulai membersihkan rumah yang sangat kotor itu. Rumah itu sangat kecil sehingga hanya memiliki satu kamar. Pintu depan dan pintu belakang saling terhubung.

Begitu pula dengan ruang keluarga dan dapur menjadi satu. Tidak ada privasi. Tapi Talita bersyukur hari ini mereka bisa tinggal di sini untuk sementara.

Uang tabungan nya mungkin masih cukup untuk beberapa bulan ke depan. Dengan kondisi seperti ini, tidak mungkin ia masih bisa melanjutkan sekolah nya.

"Kak, sekolah nya Tania gimana?"

"Sebentar ya."

Talita membuka satu persatu koper milik adik-adik nya. Ia begitu terkejut melihat seluruh surat-surat berharga milik adik-adik nya telah lengkap berada di sana.

Ternyata Ibu nya se niat itu ingin mereka pergi dari hidup nya. Bahkan, wanita yang mereka sebut ibu lebih suka mengurus anak tiri nya sendiri dan menelantarkan anak kandung nya.

Entah Talita sanggup mengurus semua nya sendiri. Bahkan, untuk sekolah nya saja ia bingung harus bagaimana. Sedangkan sekarang, adik-adik nya juga menanyakan hal yang sama.

Apa yang harus ia lakukan?

Bab 3

Setelah membeli rice cooker dan kompor gas Talita pun membeli kasur tipis untuk mereka tidur nanti malam. Talita lebih dulu membersihkan kamar tidur agar adik-adik nya bisa beristirahat.

"Kak, panas."

"Sabar ya sayang. Nanti kakak belikan kipas angin kalau Tasya mau nurut. Oh ya, di dalam tas kakak ada kipas angin mini."

"Iya kak."

Tasya yang selama ini hidup enak dan di manja agak sulit menyesuaikan diri nya di rumah kontrakan itu.

Kamar nya yang cantik dan dingin membuat tidur nya terasa nyaman. Akan tetapi sekarang, ia harus tidur di kontrakan sempit, panas dan kadang banyak nyamuk nya.

"Sudah, jangan nangis lagi dong dek. Kan kasihan kak Talita. Dari tadi udah capek kesana kemari." Ucap Tania.

Tania yang sudah mulai duduk di bangku kelas lima sekolah dasar, sedikit banyak sudah mengerti permasalahan orang tua nya.

Tania memang lah pendiam, namun ia bukanlah tipe anak yang mudah memaafkan. Ia sangat sulit menangis setiap kali di pukul oleh anak tiri ibu nya.

Rasa sakit setiap kali di salahkan dan di beda-bedakan dengan anak tiri yang bernama Andi, karena mereka bersekolah di tempat yang sama.

Andi sangat iri kepada Tania yang pintar dan selalu juara. Oleh karena itu ia menyuruh ayah nya untuk mengusir mereka.

"Tasya kenapa?"

"Nggak tahu kak. Dari tadi manggil-manggil nama Ibu."

Talita sangat bingung. Bagaimana mungkin Ibu mereka akan datang. Mereka sudah di buang oleh Ayah dan Ibu yang dulu mengharapkan kehadiran mereka.

"Sini sama kakak sayang. Kamu mau apa?"

"Tasya mau sama Ibu. Di sini nggak ada Ibu. Tasya nggak mau kak."

"Mungkin Ibu udah tidur, jadi lupa kalau udah janji sama kita."

"Kenapa setiap hari Ibu lupa kak? Apa jangan-jangan Ibu udah nggak sayang lagi sama Tasya."

"Nggak gitu juga sayang."

Tasya terus menerus merengek dan sesekali menangis. Talita sudah tidak sanggup lagi menahan sesak yang ada di dada.

Ia tahan gengsi yang ada di hati, ia coba menghubungi Ibu nya. Apapun yang terjadi nanti, akan ia tanggung sendiri.

Tut....

Satu panggilan tidak terjawab.

Tut.....

Dua panggilan pun tidak terjawab.

Tut....

Dengan nafas yang memburu Naina menjawab panggilan anak nya.

"Ada apa kamu telepon malam-malam begini Talita!"

"Tasya nanyain Ibu terus dari tadi."

"Ya kamu bujuk dong. Gimana sih kamu ini."

"Aku bukan Ibu nya."

Tiba-tiba suara nafas Naina berubah menjadi desa han yang tertahan.

"Sayang, siapa sih yang nelpon? Cepat dong aku udah nggak tahan ni."

Suara Ayah tiri Talita terdengar saat ia sedang berbicara dengan Ibu nya. Talita sangat mengerti apa yang Ibu nya lakukan sehingga menciptakan suara-suara desa han demi desa han.

"Breng sek!"

Satu um patan berhasil ia lontarkan sebelum mengakhiri panggilan itu.

Ia meremas rambut nya kuat. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Tidak mungkin Ayah tiri nya itu tidak tahu kalau ia yang menelpon.

Air mata lolos begitu saja. Ia bahkan tidak mempunyai kuasa menahan nya. Apa yang harus ia katakan kepada Adik nya.

"Mana Tasya?"

"Udah tidur kak kecapekan nangis."

"Yaudah, kamu juga tidur ya. Besok kakak temenin ke sekolah kamu yang baru."

"Kakak nggak sekolah?"

"Itu biar menjadi urusan kakak. Sekarang kamu tidur dulu."

Rumah kontrakan mereka terletak paling ujung. Rumah itu juga tidak terlalu dekat dengan rumah yang lainnya. Maka nya banyak tetangga yang tidak tahu kalau rumah yang selama ini kosong telah memiliki penghuni.

" Kakek, apa yang harus Talita lakukan sekarang. Talita nggak punya siapa-siapa lagi selain Tasya dan Tania." gumam nya lirih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!