NovelToon NovelToon

Cewek Setengah Bule Dan Detektif Impoten

Cewek Setengah Bule Hamil

Episode 1.

Seperti kemarin, siang ini Jakarta masih dijerang panas kerontang. Namun, hiruk-pikuk metropolitan terus berlangsung si bawah terik mentari yang menikam kepala. Pekik kernet bis kota tumpang tindih dengan suara para pengamen jalanan. Dan, tingkah bertingkah pula dengan deru kendaraan yang merayapi aspal mengkilap yang bertapis minyak.

Sementara, di sebuah halte, seorang wanita hamil berwajah Eropa duduk meringis. Wajahnya terlihat lelah. Bukan hanya perut membuncit yang membebani dirinya. Tapi menyiratkan bahwa ada tumpakan masalah yang sedang bergelayut di kepalanya.

Dari samping kiri halte, seorang lelaki tegap, badan kekar berisi, datang menghampiri wanita itu. Sangat percaya diri, sang lelaki duduk di sampingnya. Lelaki tegap langsung bertanya siapa suaminya. Tapi, wanita cantik berwajah Eropa itu tak peduli. Dia tetap meringis hingga garis keningnya terlihat bersusun.

Sang lelaki tak menyerah walau pertanyaannya tidak digubris. Dia tetap percaya bahwa wanita hamil yang berada di sampingnya butuh bantuan.

“Dek, kamu sedang hamil berat, suamimu mana?”

“Bang! Aku bilang ya, hamil itu kan bukan karena ada suami, tapi karena hubungan badan yang berhasil” jawab wanita hamil berat itu.

Jawaban wanita hamil sungguh menyentak logika sang lelaki. Secara logika memang benar, bahwa wanita tak butuh suami untuk hamil, tapi hanya butuh lelaki yang menanam benih pada rahimnya.

Dalam terpanah, sang lelaki mencoba bertanya lagi siapa lelaki yang harus bertanggungjawab terhadap kehamilan ini. Tapi,lagi-lagi jawaban sang wanita mengejutkan.

“Itu yang aku tak tahu. Kalau tahu pasti aku cari dia. Dia dapat enaknya, aku dapat sengsaranya!”

Inilah jawaban yang mengagetkan itu. Sejurus kemudian, wanita hamil tua menoleh pada lelaki tegap dan memandang bola matanya sedalam-dalamnya. Mereka beradu tatap. Inilah momen pertama mereka saling mengetahui wajah lawan bicara.

“Tolong bantu aku nyariin orang yang bisa membeli anak ini”.

Lagi-lagi kalimat yang muncul dari wanita hamil mengagetkan sang lelaki. Kali ini makin terkejut karena ternyata wanita itu ingin menjual anak yang ada dalam kandungan.

“Buat apa ngidupi anak yang tak tahu bapaknya ini” tambah wanita itu

Mata wanita hamil kembali menatap sang lelaki. Kemudian meminta kembali sang lelaki untuk membantu mencarikan orang yang bisa membeli anaknya yang akan dilahirkan.

Dari tampilan fisik, lelaki itu yakin beberapa hari lagi wanita ini mungkin akan melahirkan. Tanpa pikir panjang, dia menerima tantangan untuk menyelamatkan bayi dalam perut wanita itu.

Lelaki itu berjalan menuju hotel di belakang halte. Tak lama, dia kembali dengan membawa sebuah tas ransel dan berjaket hitam dengan topi melekat di kepala.

Lelaki ini mengajak wanita itu pergi ke sebuah klinik bersalin. Sementara wanita hamil bertanya-tanya dalam dalam hati apakah orang yang akan membeli anaknya sudah ada.

Setelah beberapa langka, wanita ini berhenti. Dia mempertanyakan keseriusan lelaki berbadan tegap. Apakah pembeli anak dalam kandungan dia sudah ada.

Sang lelaki hanya tersenyum untuk menyakinkan bahwa dia sudah punya orang yang akan membeli anak yang nanti akan dilahirkan. Wanita itu menyerah, saat lelaki tegap membimbingya naik taksi. Tapi ekspresi di raut wanita hamil berat ini sangat keliru. Ada bahagia, juga dicampuri ekspresi cemas. Berkali-kali dia curi pandang memerhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Lelaki tegap, tetap tersenyum tanpa menoleh.

“Rumah Bersalin Kasih Ibu”

Taksi berhenti pas di depan gedung berwarna putih yang di puncaknya bertuliskan rumah bersalin itu. Setelah membayar taksi, sang lelaki membimbing wanita ini dengan sangat hati-hati masuk pintu rumah bersalin. Persis seorang suami yang sedang mengantar istri yang hendak melahirkan.

Sang lelaki langsung menuju meja pendaftaran. Dia disambut dengan ramah petugas klinik bersalin. Dan si wanita hamil duduk di kursi panjang yang tersedia.

“Nama istrinya siapa, Pak?

Sang lelaki langsung batuk-batuk mendengar pertanyaan petugas pendaftaran.Sebab dia belum tahu nama wanita yang tadi dia temukan di halte itu

Sang lelaki berjalan menuju wanita hamil. Kemudian berpura-pura membuka resleting tas untuk mengambil masker. Setengah berbisik, sang lelaki bertanya pada nama pada wanita hamil. Rupanya dia bernama Prasti.

Sang lelaki membalikkan badan untuk kembali ke meja pendaftaran. Dia berkilah bahwa dia kurang sehat sebab semalam kerja lembur. Sang lelaki minta maaf sambil menutup mulut dengan masker yang belum terpasang.

Setelah memberitahu nama wanita hamil, berikutnya petugas menanyakan umur calon fasien dan anak yang dikandung itu anak ke berapa.

Kali ini sang lelaki pura-pura bersin mendengar pertanyaan petugas. Sambil berbalik arah kembali menuju wanita hamil. Masih seperti yang tadi, sang lelaki kembali membuka resleting tas dan kembali pula bertanya setengah berbisik pada wanita hamil. Dia bertanya umur, alamat dan dan anak ke berapa.

“Ohw, 23 Bang, alamat Tanjung Priuk, anak pertama”

Sang lelaki kembali ke meja pendaftaran. Sambi menutup mulut bermasker sang lelaki mengabarkan bahwa calon fasien berusia 23 tahun dan tinggal di Tanjung Priuk. Juga, mengabarkan bahwa calon fasien mengandung anak pertama.

“Nama suaminya?” tanya petugas

“Oh, Reynal, Reynal Bu. Rey-nya pakai Y bukan I”

“Baik, Pak Reynal. Silahkan tunggu, sebentar lagi akan kami panggil istri bapak untuk masuk ruang pemeriksaan

Lelaki yang mengaku bernama Reynal berbalik dengan santai dan duduk di samping Prasti melepaskan nafas yang tertahan. Wanita hamil menoleh padanya kemudian menanyakan namanya

“Panggil saja Reynal”

“Ibu Prasti...”

Tiba-tiba petugas rumah bersalin memanggil nama wanita hamil itu. Dia langsung menyahut dan dengan meringis dui berdiri untuk berjalan menuju ruang pemeriksaan.

Petugas datang menghampiri dan ikut membimbing Prasti menuju ruang pemeriksaan. Prasti terlihat meringis menahan sesuatu.

Petugas minta Reynal membantu Prasti naik tempat pemeriksaan. Tak lama berselang, dokter kandungan dengan senyum datang untuk memeriksa dan ibu petugas membuka celana dalam Prasti agar dokter mudah bekerja.

Tiba tiba petugas pendamping persalinan berkata setelah memerhatikan bercak darah di celana Prasti:

“Dok, sepertinya mau melahirkan Dok”

“Oh. Iya” Dokter tersenyum pada Reynal calon bapak jadi-jadian.

Petugas meminta peralatan bayi pada Reynal. Tapi Reynal kebingungan karena belum ada satu helai peralatan melahirkan yang ia siapkan. Petugas menyarankan Reynal membeli peralatan bayi yang tersedia di toko yang ada di depan klinik.

Reynal bergegas berjalan menuju toko. Tapi, tiba-tiba Prasti memanggilnya sambil meringis kesakitan.Reynal tergesa menuju Prasti yang sudah berbaring di dipan melahirkan. Prasti menarik bahu Reynal dan berbisik

“Orang yang mau beli anak ini, mana?”

“Ah, tenang aja, sebentar lagi dia ke sini” jawab Reynal sambil bergegas menuju toko peralatan bayi.

Tak lama, Reynal sang bapak bohongan telah kembali dari toko dan membawa lengkap peralatan penyambutan bayi. Petugas dengan kursi roda membawa Prasti ke ruang persalinan dan Reynal mengiringi. Petugas berharap Reynal untuk membantu selama proses persalinan.

Prasti tak lagi banyak bicara, justru lebih banyak merintih menahan sakit. Sepertinya kelahiran bayi sudah dekat. Petugas meminta Reynal menjaga paha Prasti untuk tetap terbuka”

Waduh, Reynal canggung, gugup luar biasa. Ia harus menjaga dan berdiri di hadapan seorang wanita bukan istri dalam keadaan terkanggang. Ah, tangan Reynal kemudian perlahan memegang kedua lutut Prasti agar pahanya tetap terbuka.

Reynal masih menjaga adab. Kepalanya tidak mengarah pada selangkangan Prasti, tapi menengadah ke langit-langit ruangan serupa seorang suami bermunajat pada penguasa langit untuk berdoa.

“Pak, jangan canggung gitu sama istri, yang serius megangnya” Petugas menegur Reynal.

Proses kelahiran dimulai.

Apakah bayi ini lahir selamat. Bila selamat, siapakah orang yang telah bersedia membeli bayi ini? Apakah Prasti benar-benar tidak punya suami? Dan, apakah Reynal masih perjaka? Ahh..

Mana Bapaknya

Episode 2

------------------------------------

Kawan,

Persalinan dimulai. Reynal telah berkali-kali ditegur dokter dan petugas medis karena memegang paha Prasti setengah hati. Wajar, karena Prasti bukan istrinya. Prasti tentu tidak mengetahui peristiwa kecanggungan Reyhal itu karena tak lagi punya kesempatan mengamati suasana. Dia tengah bersabung nyawa menahan perih tak tertahankan.

Reynal menukar posisi. Kini, berdiri di samping perut Prasti, tidak lagi tepat di depan mulut rahim. Dengan begitu, kecanggungan Reynal jauh berkurang. Walau sesekali dada Prasti terhempas-hempas ke lengan Reynal.

Setan, tak tinggal diam rupanya. Ya, setan, mana ada setan yang iklas manusia tidak berbuat dosa. Dalam kondisi strategis ini tentu setan tak perlu berkeringat agar Reynal berbuat salah.

Telinga Reynal seakan mendengar bisikan“Wahai Reynal, kapan lagi kamu bisa melihat bagian sensitif wanita secantik Prasti?. Ayo, bantulah memegangnya, empuk tau” setan berbisik lirih ke telinga Reynal yang membuat air liur Reynal hampir berbusa-busa.

Tak sampai disitu, provokasi setan berlanjut.“Ayo, Reynal, petugas dan dokter itu hanya tahu kamu adalah suaminya. Pindah ke depan, ayo, di situlah pemandangan menakjubkan bisa engkau nikmati.”

Reynal melawan, dia punya banyak hafalan alquran sebagai senjata penghalau rayuan iblis, sekalipun Reynal pernah tercatat sebagai anak nakal di kampungnya. Reynal mengucap astagfirullah berkali-kali. Dia tetap tenang dan tidak mau terbujuk tipu daya itu.

Rintihan Prasti lekat di kerongkongan. Kepala bayi mulai terlihat petugas persalinan. Petugas memberi semangat untuk Prasti di ujung perjuangan.

“Buarrr, eyak.. eyak..”

“Alhamdulillah” Petugas, dokter dan Reynal mengucap syukur. Berbeda dengan Prasti yang belum mampu berbicara. Masih sibuk menyelesaikan nafasnya yang sesak. Reynal cemas memandang muka Prasti yang terlihat pucat. Dia kehabisan banyak energi.

***

Tiga hari perawatan, Prasti pulih. Dia pulang melenggang setelah meninggalkan isi perut buncitnya di rumah persalinan. Dia tersenyum girang, setelah Reynal menyerahkan uang lima juta rupiah padanya, tanpa dia tahu siapa yang telah membeli anaknya. Soal itu, tentu tak penting bagi Prasti. Sebab dia telah terpukau kemenangan 3:0 yang baru saja diperoleh. Persalinan gratis, dapat uang dan tak harus mengurus anak.

Kemenangan 3:0 belum berakhir. Seumpama pertandingan sepakbola, masih tersisa menit menit terakhir sebelum peluit panjang berbunyi. Dan, tentu masih punya peluang menciptakan kemenangan lebih dari 3:0. Benar, Reynal kemudian bermurah hati menyewakan tempat tinggal dan berhasil melobi sebuah restoran untuk Prasti bekerja sebagai pelayan di sana. Prasti, benar-benar pesta gol di depan Reynal, meraih kemenangan 5:0 tanpa balas.

. ***

Kawan,

Ada kabar mengejutkan. Reynal, bukan nama asli lelaki 32 tahun ini. Di kartu Tanda Penduduk namanya tertulis Naldi Jamain. Dia putra Minang yang sudah berada di Jakarta sejak lima tahun silam.

Reynal memang super nakal sedari kanak-kanak. Tapi, apapun kenakalan Reynal, dia sering juara MTQ tingkat kecamatan. Dia pun rajin solat. Kehadirannya di Jakarta bukti kenakalan itu. Ia terpaksa melarikan diri dari kampung setelah mencuri seekor kambing.

Permasalahan bukan dengan pemilik kambing yang dia curi. Kebetulan kambing itu adalah milik mamaknya. Masalah justru terjadi dengan toke yang membeli kambing curian itu. Sebabnya, dua hari setelah dijual, kambing tersebut beranak. Tidak satu, tapi dua ekor pula. Mengetahui kambing melahirkan, Reynal datang meminta tambahan uang. Toke menolaknya.

“ Jual belikan sudah selesai. Uang sudah kamu terima”

“Belum lunas, Pak!. Saya dulu hanya menjual induk kambing bukan dengan anak-anaknya!”

“Gila kau. Ndak ada cerita”

Reynal tak terima dikatakan gila. Dia meradang. Reynal langsung mengayunkan sapu lidi ke muka toke. Sebenarnya pukulan itu tidak terlalu kejam, sebab sapu lidi tidak menyentuh tubuh toke itu. Cuma, karena terkejut dan sedang berdiri di tepi tebing, si toke terjatuh ke jurang kecil sedalam tiga meter.

Reynal bukan membantu si toke yang sudah bergulung dalam tumbuhan semak, malah melarikan diri untuk menghilang jejak. Hari itu juga Reynal memutuskan untuk pergi dari kampung bermodal hasil penjualan kambing curian yang masih tersisa.

Reynal, anak nakal terbilang cerdik. Walau harus sampai di Jakarta dalam waktu yang lama, tujuh hari perjalanan, tapi tak butuh ongkos. Waktu normal mobil umum hanya butuh waktu dua hari saja. Bagi Reynal tak penting cepat sampai di Jakarta, yang penting gratis. Dia empat kali gonta ganti mobil.

Pertama, naik mobil pengangkut kelapa. Lima jam perjalanan mobil kelapa telah sampai di tempat tujuan. Reynal turun. Bertemu lagi mobil truk esok harinya dan menumpang hingga Palembang. Naik lagi truk hingga perbatasan lampung.

Esoknya naik mobil tengki Pertamina hingga Bakauheni Lampung. Bermalam di Bakauheni dua hari dan berhasil naik kapal bersama mobil truk pengangkut jeruk nipis. Di Merak, Banten, naik truk berikutnya hingga Jakarta

Kawan,

Nasib, siapa yang bisa menebak. Setelah dua tahun bekerja di konveksi baju olahraga, dia menjadi bos setelah mendirikan konveksi sendiri.

Dengan jantan dia pulang kampung. Membelikan mamaknya kambing lima ekor, walau yang dicuri hanya satu ekor. Kemudian memberi santunan pada toke sebesar 10 juta, walaupun akhirnya toke menolaknya. Reynal dan Toke berangkulan mengakhiri perselisihan.

Semenjak tumbuh menjadi bos konveksi, Reynal gemar membantu orang yang mengalami kesulitan. Dan salah orang yang mendapat berkah kebaikan Reynal adalah Prasti.

***

Enam bulan setelah melahirkan, Prasti sibuk mencari keberadaan Reynal. Dia dipecat restoran tempat dia bekerja. Sebabnya unik, Prasti sering menyiram tamu restoran dengan air kobokan. Peringatan pertama hingga ketiga tidak dia pedulikan.

Prasti wanita dahsyat. Ketika memaki, dia bagai seekor ular berbisa. Dari mulutnya menyembur kata-kata kotor yang akan dikenang lelaki sebagai penghinaan seumur hidup. Kata demi kata yang keluar dari mulut Prasti adalah kosakata yang tidak ditemukan dalam kamus sopan santun. Isinya carut semua, kemudian diikuti nama-nama penghuni kebun binatang.

Setelah melahirkan, memang Prasti kembali terlihat seperti gadis. Tak tampak tanda-tanda kalau dia kini telah menjadi seorang ibu. Dia memukau banyak mata lelaki, cantik penuh pesona. Dari sisi manapun dia dipandang, tetap menebar daya pikat.

Dari depan sungguh menawan, dari samping terlihat aduhai, dan dari belakang diyakini mengakibatkan para lelaki terpaksa menahan air liur. Tapi jangan tatap dia dalam-dalam, mercunnya langsung meledak.

Bila saja dia mampu menjaga sikapnya sebagai wanita terhormat, maka banyak lelaki ingin mengatakannya sebagai bidadari yang diutus Tuhan dari surga. Begitulah cantiknya dia di mata lelaki.

Hari ini, sudah hari ke sembilan Prasti mencari keberadaan Reynal. Tujuannya jelas, ingin mengabarkan berita duka setelah dipecat pemilik restoran sebab sering memaki-maki pengunjung laki-laki itu. Prasti sangat yakin Reynal mau membantunya lagi.

Banyak tempat telah yang ia kunjungi untuk mencari keberadaan Reynal. Banyak pula orang yang ia ditanya. Tapi, tak satupun orang yang mengenal nama Reynal.

Setiap menemukan lelaki yang mengenakan jaket ia cegat. Begitu juga ketika melihat lelaki pakai ransel dan bertopi. Untung Prasti tak ingat bahwa ketika Reynal menemuinya di halte memakai kaos biru dan berambut cepak. Bila saja Prasti ingat, tentu semua orang yang berambut cepak dan berkaos biru dia cegat juga.

Reynal harus ia temukan. Sebab, baginya, Reynal adalah lelaki terbaik seisi bumi saat ini. Tak ada lelaki yang dia temui sepanjang hidup yang kebaikannya melebihi Reynal. Hanya Reynal satu-satunya lelaki yang mau menyelamatkannya. Padahal, dia mengenal ratusan lelaki, tak satupun yang tergerak hatinya untuk membantu.

Sementara Reynal, kenal tidak, kawanpun bukan, tapi mau menyelamatkan. Lelaki lain, kalau membantu, ujungnya minta jatah. Tidak begitu dengan Reynal, justru dia yang mengasih banyak fasilitas pada Prasti.

Kawan,

Sementara di tempat lain, seorang lelaki flamboyan berjas hitam sibuk mencari tempat Prasti melahirkan dan mencari keberadaan anak yang dilahirkan Prasti itu. Dia tidak berjalan sendiri, tapi didampingi dua lelaki berwajah sangar. Puluhan rumah bersalin di Jakarta telah dia singgahi. Gunanya, mencari keberadaan anak yang dilahirkan Prasti dan siapa orang yang membawa bayinya itu.

Berkat kegigihan, lelaki flamboyan sampai juga di Rumah Bersalin Kasih Ibu. Petugas menyambutnya dengan ramah

“Siang, Pak, ada yang bisa kami bantu”

Lelaki Flamboyan menyampaikan maksud kedatangannya bahwa dia sedang mencari wanita yang melahirkan enam bulan silamu. Dengan santun pula petugas rumah bersalin menanya nama wanita yang sedang dicari.

“ Atas nama siapa Pak?”

“ Langguni Prasti Webster” jawab lelaki flamboyan

Petugas langsung membuka data fasien yang melahirkan enam bulan sialam itu. Dengan saat teliti, petugas mengamati satu-persatu ratusan nama fasien yang melahirkan di tempat itu.

“Ada, pak, cuma namanya Prasti saja, Pak”

Lelaki Plamboyan menanyakan ciri-ciri wanita yang bernama Prasti pada petugas. Lalu petugas memeriksa nama pembimbing medis yang mendampingi fasien bernama Prasti itu. Sebab dialah orang yang tahu ciri-ciri faien yang dia dampingi.

Petugas menemukan pembimbing medis yang mendampingi Prasti, namanya ibu Restu. Petugas kemudian menelpon ibu Restu dan meminta Lelaki Flamboyan bersabar menunggu kedatangannnya. Lelaki flamboyan, berdebar hati menunggu kedatangan ibu Restu itu dan berharap nantinya memperoleh informasi jernih.

Ah

Episode 3

Tak lama, hanya berselang beberapa menit saja, ibu Restu yang enam bulan silam mendampingi Prasti melahirkan sudah datang. Petugas mempersilahkan lelaki Flamboyan bertanya langsung pada yang bersangkutan. Dengan sedikit gugup Lelaki Flamboyan menanyakan ciri-ciri fasien bernama Prasti itu.

“Oh, Ibu Prasti. Cirinya kebetulan sangat gampang saya ingat. Orangnya super cantik, putih, tinggi, dan hidungnya mancung. Sepertinya dia bukan orang Indonesia, Pak. Tapi bisa berbahasa Indonesia”

Muka Lelaki Flamboyan langsung berubah cerah mendengar penjelasan dari Ibu Restu. Dia sangat yakin bahwa fasien yang dimaksud benar-benar wanita yang dia cari.

“Wah, benar sepertinya buk. Prasti yang saya cari itu memang bapaknya orang Inggris. Ibunya Kalimantan.

Setelah membeberkan ciri-ciri fasien bernama Prasti, ibu Restu mempersilahkan Lelaki Flamboyan bila ada yang masih ingin ditanyakan. Leeaki Flamboyan lalu menanyakan jenis kelamin anak yang dilahirkan Prasti. Ibu Restu dengan santai menjawab bahwa anak yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki.

Tak puas sampai disana, Lelaki Flamboyan kemudian menanyakan siapa orang yang mengantarkan Prasti saat hendak melahirkan ke rumah bersalin ini. Ibu Restu dengan lancar tanpa beban menjawab.

“Suaminya, Pak”

“Suami???” Lelaki flamboyan kaget dan emosinya terlihat naik. Kemudian termenung

Ibu Restu terlihat kaget mengamati ekspresi lelaki Flamboyan. Tergambar ada keheranan dari nada suara Lelaki itu. Lelaki Flamboyan kemudian menanyakan nama lelaki itu pada ibu Restu

“Hmm, saya lihat dulu pak ya”

Lelaki flamboyan terlihat tegang menunggu ibu Restu membuka file komputer untuk mengetahui lelaki yang mendampingi Prasti enam bulan silam itu.

“Hmm.. namanya..hmm.. Reynal, Pak. Orangnya tidak terlalu tinggi, pakai jaket hitam dan topi kuning”

Mendengar jawaban ibu Restu, Lelaki Flamboyan kian bernafsu untuk bertanya lanjut dan Ibu Restu bersenang hati memberikan jawaban sesuai data yang dia punya. Lelaki Flamboyan bertanya keberadaan anak yang dilahirkan prasti itu.

“Ada keluarga suami yang bawa pulang, Pak”

Lelaki flamboyan berjas hitam lalu pamit setelah mengantongi informasi bersih tentang anak Prasti dan orang yang mendampinginya saat melahirkan. Tentu tak mudah baginya menemukan Reynal, lelaki yang ingin dia cari itu. Kawan tahu, Reynal bukan nama asli lelaki dermawan tersebut.

Reynal alias Naldi Jamain sepertinya sudah merancang dirinya agar tidak bisa dideteksi. Dia datang menemui Prasti berpakaian kaos biru, jalan tegap bagai tentara. Pergi mengantar Prasti ke Rumah Sakit memakai jaket, tas ransel dan mengenakan topi, lalu bertingkah lugu.

Susah ditebak. Mungkin saja Reynal sudah pernah melihat Prasti sebelumnya. Atau, Reynal dapat informasi bahwa ada seorang wanita yang akan menjual anaknya dan manatahu Reynal memang sedang membutuhkan seorang anak sebab istrinya mandul.

Mungkin saja. Sebab Reynal pria mapan, seorang bos konveksi berusia 32 tahun, kecil kemungkinan dia belum beristri. Lagi pula, bila ia bermaksud membujuk hati Prasti, mengapa setelah enam bulan melahirkan dia tidak menemui Prasti. Alamat dan nomor kontak tidak pula dia berikan. Sebaliknya, Reynal tak pula meminta nomor kontak Prasti.

Kawan, Apakah Prasti mampu menemukan Reynal. Bagaimana pula dengan lelaki flamboyan berjas hitam, siapakah dia sebenarnya. Dan, dimanakah anak Prasti itu sekarang?

****

Pagi ini, Reynal menjadi orang yang paling dicari. Prasti dan Lelaki flamboyan sama-sama menjadikannya sebagai orang yang harus ditemukan, walau mereka mempunyai misi yang berbeda.

Bagi Prasti, Reynal mesti ditemukan segera guna mengabarkan duka lara. Setelah pemecatan, hidup Prasti sekarang luntang lantung bersama debu metropolitan. Bila saja dalam beberapa jam ke depan, Prasti tak kunjung berhasil menemukan Reynal, maka mulai siang nanti dia mesti puasa dan tidur di jalanan. Sebab dompet Prasti tidak lagi dihuni rupiah.

Sementara bagi Lelaki Flamboyan, Reynal harus ditemukan segera guna mempertanggungjawabkan tindakkan seenak perutnya yang berani mengaku sebagai suami Prasti dan kemudian membawa lari anak yang baru dilahirkan Prasti tersebut.

Belum ada kabar pasti siapa lelaki flamboyan berjas hitam itu hingga dia sangat berkepentingan dengan anak yang dilahirkan Prasti. Apakah dia adalah suami sah atau bapak jalur haram dari anak yang lahir itu? Entahlah.

Sementara dari tempat yang tidak diketahui, Reynal tengah menerima telepon sambil memegang pena. Kemudian, mencatat angka mirip nomor kontak itu di kertas bungkus rokok. Tak tahu, itu nomor kontak siapa. Hampir tanpa jedah, Reynal langsung menekan angka itu di papan keyboar teleponnya untuk menghubungi nomor tersebut.

“Hallo”

“Iya” terdengar jawaban dari seberang sana

“Ini Prasti?”

“Iya, ini siapa nih!!” jawabnya ketus

“Reynal”

Oh, Ternyata Reynal menghubungi Prasti

Prasti kaget dan teramat bahagia mengetahui bahwa yang menelponnya adalah Reynal, lelaki yang sangat dia cari. Sudah sepuluh hari dia berusaha keras untuk menemukannya. Di saat Prasti hampir putus asa, ternyata Reynal yang dia cari itu menghubunginya.

“Tunjukkan sekarang kamu berada di mana dan tunggu saya di sana” kata Reynal

“Iya, ya. aku di Sentosa Mall, Bang.”

“Tunggu di samping gerbang, limabelas menit dari sekarang saya datang”

Badan Prasti sudah kesemutan sebab sebentar lagi akan bertemu dengan orang yang paling dia cari di muka bumi ini. Tiap sebentar dia bercermin menggunakan kamera selulernya, memastikan tidak ada benda atau hal lain yang bisa mengganggu penampilannnya.

Pertemuan ini tentu sangat besar artinya bagi Prasti, disaat dompetnya sudah mirip orang meragang nyawa, kritis. Atau, seumpama sawah yang sudah rengkah sebab kemarau panjang yang berharap tetesan air hujan.

Reynal, berhenti sekira 200 meter sebelum lokasi. Dia pindah ke bangku belakang mobil dan menukar baju kaos dengan kemeja putih bergaris hijau muda. Kemudian, memasang dasi biru tua dan mengenakan kaca mata. Begitulah Reynal, selalu menukar gaya penampilan untuk hal-hal penting.

Mobil hitam Reynal berhenti pas di depan Prasti yang sedang gelisah menunggu. Kapalanya sibuk bolak balik kiri ke kanan serupa kepala burung hantu kelaparan. Reynal menurunkan kaca mobil lalu memanggilnya.

“Prasti”

Prasti langsung menoleh, tapi tatapannya lain. Ragu pada orang yang memanggilnya. Reynal memanggil lagi untuk menghilangkan keraguan Prasti. Setelah yakin bahwa yang memanggilnya adalah Reynal, dengan tergesa Prasti membuka pintu dan segera naik mobil

Begitu Prasti duduk, mobil melaju menuju tempat yang belum diketahui. Entah apa motif dari Naldi Jamain alias Reynal sehingga dia mendadak memutuskan bertemu Prasti setelah enam sejak pertemuan terakhir mereka.

Prasti menoleh pada Reynal, seperti biasa Reynal membalasnya dengan tersenyum penuh misteri. Yang jadi perhatian Prasti adalah penampilan Reynal yang berbeda dengan penampilan dulu yang dia kenal.

Di tempat terpisah, tak jauh dari pelabuhan Tanjung Priuk, Lelaki Flamboyan bersama dua pengawal hilir mudik memerhatikan orang-orang yang sibuk lalu lalang. Kabar yang baru mereka terima; lelaki yang memakai jaket, menyandang tas ransel dan bertopi, sesuai ciri-ciri Reynal yang didapat dari rumah bersalin, sekarang berada di lokasi itu.

Setelah satu jam patroli, mereka telah mencegat dua orang berjaket. Semuanya berakhir memalukan dan menyakitkan. Orang pertama yang mereka cegat langsung melakukan perlawanan dengan meninju salah satu pengawal Lelaki Flamboyan karena tidak senang menerima perlakukan kasal yang ia terima. Dia ternyata preman pelabuhan yang sedang membantu membawa tas penumpang. Yang kedua, sungguh memalukan, sebab yang orang berjaket dan mereka cegat dari belakang ternyata seorang ibu-ibu.

Tak membawa hasil, Lelaki Flamboyan kemudian mengajak dua pengawal istirahat dan duduk di warung pinggir jalan. Ada beberapa orang yang duduk di sana. Baru beberapa menit mereka duduk sambil memesan minuman, seorang lelaki bertato tak berbaju menghampiri mereka.

“Lagi apa Bos! Dari tadi gua lihat sibuk aja”

Lelaki Flamboyan terkesiap dengan pertanyaan yang diajukan Lelaki Bertato. Lelaki Flamboyan mengamati wajah Lelaki Bertato itu. Dengan sedikit gugup Lelaki Flamboyan menyebut nama Reynal

“Reynal?, apakah orangnya suka pakai jaket dan topi?” balas Lelaki bertato

“Wah benar Bang”

Lelaki bertato dengan gaya khas preman, sambil menghisap rokoknya mengangguk pelan. Kemudian memandang Lelaki Flamboyan.

“Ngapain ngga dari tadi ente tanya ma gua”

Lelaki Flamboyan terbelalak. Dia yakin bahwa Lelaki Bertato mengenal Reynal, orang yang sedang mereka cari itu. Muka Lelaki Flamboyan terlihat tegang

“Jadi, abang kenal orangnya?”

“Gimana gua ngga kenal, tetangga!”

Lelaki Flamboyan langsung minta tolong agar Lelaki Bertato mengantarkan mereka ke rumah Reynal. Kembali, sambil mengisap rokok dan mengembuskan asap mengepul, Lelaki Bertato tersenyum.

“Gua dapat apa dulu nih. Klau ente merasa informasi dari ga ini penting, hargai juga gua dong”

Lelaki Flamboyan paham apa yang dimaksud Lelaki Bertato, bahwa dia meminta bayaran.Lelaki Flamboyan menoleh ke kiri dan kanan pada pengawalnya.

Sementara itu..

“Apa tu Joy” seorang lelaki lain tiba-tiba datang menanya. Rupanya lelaki bertato itu bernama Joy.

‘Ini, orang ini nyari Reynal” jawab Joy

“Reynal tetangga lu itu”

“Iya”

Lelaki Flamboyan kian yakin dengan pembicaraan singkat antara Lelaki Bertato dengan temannya itu. Kemudian dengan penuh harap, Lelaki Flamboyan menanyakan berapa dia harus menyerahkan uang atas jasa Lelaki Bertato itu.

“Ente pikir ajalah, seberapa penting informasi ini dan berapa pantasnya gua dapet uang dari ente”

Lelaki Flamboyan menawarkan uang dua juta rupiah sebagai imbalan jasa pada lelaki Bertato.

“Ah, pelit amat ente, tiga juta deh”

Lelaki Flamboyan setuju dan langsung mendesak lelaki Bertato mengantarkannya ke rumah Reynal. Lelaki bertato meminta Lelaki Flamboyan bersabar menunggu dua jam dari sekarang, karena Reynal selalu pulang sore hari.

"Sekarang jam kan jam 1 nih, dua jam lagi Reynal pulang. Mau ?”

Lelaki Flamboyan mengangguk tanda setuju, kemudian mengeruk uang dari tasnya sebanyak tiga juta rupiah dan menyerahkannya pada Lelaki Bertato.

***

Di lain pihak, Reynal dan Prasti yang tadi berada di mobil telah sampai di tempat tujuan. Setelah satu setengah jam berkendara, mobil berhenti di sebuah kafe di perbukitan daerah Bogor.

Reynal tidak berhenti di parkiran tapi langsung menuju saung paling jauh dan letaknya paling tinggi. Tempat ini tempat khusus, harus dipesan dulu sebelum dipakai. Sebab, tempat itu tidak diperuntukkan untuk umum. Hanya orang tertentu dan di tempat itu segala aktivitas tak terlihat dari saung lainnya. Bayarannya mahal.

“Oke Pras, di tempat ini kita bisa bersantai. silahkan mau makan dan minum apa yang suka”

Reynal mempersilahkan prasti memakan dan meminum banyak menu yang sudah tersedia. Cukup banyak dan beragam. Ada beberapa makanan maupun minuman, serta buah. Ya, semuanya telah tersedia sebelum mereka datang.

Apakah maksud Reynal mengajak Prasti ke tempat ini dan misi apakah yang sedang dia jalani?. Dan identitas Reynal telah diperoleh Lelaki Flamboyan, Reynal segera ditangkap?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!