Di Jepang daerah Okayama, terdapat sebuah desa terpencil yang mempunyai pemandangan laut lepas. Desa yang tenang dan tidak ramai penduduk tinggal lah seorang gadis cantik berusia 15 tahun bernama Michimia Yuki.
Mempunyai rambut berwarna sedikit coklat muda dan mata biru keturunan dari ayahnya yang berasal dari Amerika. Tingginya hanya 145cm seringkali orang-orang mengira dia anak SD dan itu membuatnya kesal. Yuki adalah seorang anak tunggal dari keluarga yang sangat sederhana.
Dia memiliki hobi melukis dan banyak menghabiskan waktu dikamar dengan melukis sambil mendengarkan sebuah lagu, dia adalah tipe orang yang tidak ekspresif dan tidak bicara banyak atau lebih tepatnya kepribadiannya tertutup karena itu dia tidak pandai bergaul.
Namun orang tuanya tidak pernah menuntut untuk menjadi ekspresif karena itu dia menjadi sedikit lebih tenang. Walaupun saat dia kecil orang tuanya sering khawatir dengannya yang jarang menunjukan emosi namun seiring berjalannya waktu mereka mulai memahami karakter buah hatinya itu.
Tentu saja bukan berarti dia tidak mampu merasakan emosi hanya saja dia tidak bisa mengekspresikannya. Yuki ber ambisi untuk bersekolah disekolah bergengsi di Tokyo untuk menggapai cita-citanya yang ingin menjadi seorang seniman.
Bagi Yuki melukis adalah tempat untuk mendapatkan ketenangan, saat melukis dia merasa tenang. Dia ingin suatu saat karyanya dipajang disebuah museum dan orang-orang dapat melihatnya.
Namun salah besar jika kalian menganggap Yuki ingin menjadi seorang seniman yang terkenal dan tampil dimanapun, Yuki hanya ingin menjadi seniman yang meninggalkan nama dan sebuah lukisan. Lebih tepatnya dia tidak ingin tampil di layar, selain karena kepribadiannya itu juga karena dia ingin hidup dengan damai dan jauh dari hal hal yang melelahkan.
Rencana besarnya adalah menjadi seniman yang meninggalkan jejak karyanya disebuah museum dan mengumpulkan banyak uang. lalu yuki ingin tinggal disebuah desa yang lebih terpencil lagi dari desanya saat ini,menghabiskan hari tuanya sendirian memutuskan koneksi dengan orang-orang memulai hidup baru dan melukis dengan tenang seumur hidupnya.ini adalah keinginan yang sangat simpel namun sangat susah untuk mewujudkannya.
Selain hobi melukis Yuki juga menyukai olahraga memanah. Saat kecil Yuki melihat turnamen memanah kecil-kecilan dan itu membuatnya tertarik hingga tanpa sadar untuk pertama kalinya dia menunjukan ekspresi bersemangat pada orangtuanya, setelah terkejut dengan ekspresi yang Yuki tunjukan mereka langsung memberikannya sebuah busur dan anak panah. Yuki cukup sering memainkannya jika dia merasa bosan saat menggambar.
Ibunya adalah seorang wanita kelahiran jepang yang memiliki wajah cantik dan mata cokelat muda yang indah. Disini dia membuka sebuah toko roti yang rotinya dia buat sendiri terkadang yuki membantunya membuat roti
Yuki selalu memikirkan bagaimana jika nantinya dia pergi ke Tokyo karena ibunya akan mengurus toko sendirian namun, ibunya selalu bilang untuk tidak khawatir tentang itu.
Dan Ayahnya adalah seorang laki² kelahiran Amerika dengan tubuh tinggi kekar,rambut pirang dan mata biru yang menjadi ciri khas orang-orang disana.
Ayah Yuki bekerja di ladang . Keluarga Yuki banyak menanam sayur serta buah di ladang. Hasil dari ladang sebagian besar mereka jual dan sisanya dikonsumsi sendiri dan tidak jarang juga ayah Yuki membantu ibunya mengurus toko
Tidak ada satupun dari orangtuanya yang memiliki hobi melukis, namun nenek Yuki yang merupakan ibu dari ibunya memiliki hobi itu meskipun sekarang beliau sudah meninggal. Neneknya bukan seorang pelukis terkenal namun lukisannya sangat indah beliau selalu melukis objek abstrak dan itu membuat Yuki sangat ingin bisa melukis sepertinya. Lukisan yang memiliki banyak arti meskipun tidak memiliki bentuk yang sempurna, lukisan yang hanya dapat dimengerti oleh beberapa orang, lukisan yang memiliki emosi didalamnya. Dia sangat ingin membuatnya.
Yuki mulai melukis saat masih duduk di sekolah dasar kelas 2 saat itu nenek Yuki yang mengajarinya. Namun Yuki sempat berhenti melukis dalam waktu yang cukup lama kurang lebih 4 tahun saat neneknya meninggal dikala yuki kelas 5 sekolah dasar sampai kelas 2 sekolah menengah. Bukannya Yuki benci melukis hanya saja dia tidak mempunyai hasrat dan kesenangan untuk melukis lagi saat itu.
Namun ketika Yuki berkunjung ke kediaman neneknya Yuki melihat sebuah lukisan tua berdebu yang terletak di gudang. Itu adalah lukisan yang sangat indah dan membuat hasrat ingin melukisnya datang lagi. Disaat itulah yuki mulai melukis kembali dan memantapkan diri ingin menjadi seorang pelukis.
Untuk mewujudkan impiannya masuk ke SMA bergengsi di Tokyo yuki belajar dengan sangat keras lalu mengikuti ujian masuk SMA. Karena Yuki bukan orang yang pintar maka dia harus sangat bersungguh-sungguh dalam ujian ini.
Hari ini adalah hari pengumuman hasil ujian masuk SMA. Yuki sudah berada didepan komputer dengan waktu yang cukup lama namun belum berani untuk melihat hasilnya karena sangat gugup dan takut.
Ruangan yang sunyi dan hanya terdengar suara detik jam membuat suasana semakin terasa menegangkan. Tangannya terasa dingin jantungnya berdetak sangat cepat dan keringatnya bercucuran padahal dia hanya duduk dan tidak melakukan sesuatu yang melelahkan.
Yuki meletakan kedua tangannya didepan mulutnya dan meniupnya agar tetap hangat sembari menghela nafas berupaya tetap tenang.
Setelah beberapa saat dia memberanikan diri melihat hasil tesnya dan-
"Huh?!" Matanya melotot kearah layar komputer.
Dia bergegas bangkit dari tempat duduknya dan berlari keluar rumah menuju ke toko roti dimana ibu dan ayahnya sedang bekerja. Toko roti mereka terletak tidak jauh dari rumah hanya berjarak beberapa rumah saja.
"Ibuuuu!!Ayaahhh!!" teriak Yuki saat sampai di pintu toko.
Ibu dan ayahnya yang terkejut mendengar Yuki berteriak langsung bergegas menuju ke arahnya. Bagaimana tidak, gadis itu tidak pernah berteriak sekencang itu.
"Yuki? Apa yang terjadi?" Ibu yuki berlari menghampiri anak semata wayangnya.
"Lolos! aku berhasil lolos ujian!" Ucap Yuki dengan semangat yang terukur jelas diwajahnya.
Mereka yang tidak terbiasa melihat yuki dengan ekspresi seperti ini menatap satu sama lain dengan raut wajah terkejut dan tersenyum padanya.
"Selamat Yuki! Terimakasih atas kerja kerasmu" ucap ibu Yuki sambil memeluk Yuki.
"Selamat atas kelulusan nya" sambung ayahnya mengelus kepala Yuki.
"Uhm!" Yuki mengangguk dan tersenyum kecil.
Malam harinya ibu Yuki memasak banyak makanan lezat yang tidak biasanya mereka makan setiap hari. Ibu Yuki berkata dia melakukannya karena untuk merayakan keberhasilan Yuki dalam ujian.
Merekapun bersama-sama menyantap makan malam sembari mengobrol hal-hal kecil yang bersangkutan dengan dengan Tokyo. Canda gurau terdengar dari sebuah keluarga yang hanya terdiri dari 3 orang saja.
Ibu yuki juga menyuruhnya untuk mengunjungi kakeknya dan memberitahukan hal baik ini kepadanya.
"Yuki,besok kunjungilah kakek dan beritahu hal ini padanya" ucap ibu yuki.
"Apa aku harus pergi sendiri Bu?" ekspresi keberatan terukir jelas diwajahnya.
"Rumah kakek tidak terlalu jauh dari sini, dan bukankah kamu harus terbiasa untuk berpergian sendiri sebelum pergi ke Tokyo?" tegas ibu yuki tersenyum padanya.
"Baiklah bu" lirih Yuki .
"Ayah akan mencatatkan rute keretanya, kau hanya tinggal mengikuti" timpa ayahnya.
"Baik ayah"
Selama ini Yuki belum pernah berpergian sendiri kecuali hanya di desanya tentu saja ini membuatnya sangat gugup. Perjalanan pertamanya sendirian.
*****
Keesokan harinya Yuki berangkat dari rumah pukul 9 pagi dengan membawa seikat bunga yang ibunya titipkan untuk diletakan di makam neneknya.
Setibanya di stasiun Yuki melihat catatan yang ayahnya buat untuk mengetahui rute mana yang harus dia ambil. Yuki menoleh kesana kemari lalu menelan ludah setelah yakin untuk mengambil satu rute.
Dia pun segera masuk kedalam kereta. Saat itu kondisi kereta tidak terlalu ramai dan banyak tempat duduk yang kosong namun Yuki memilih berdiri.
Perjalanan yang ditempuh dengan kereta hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Setelah sampai Yuki segera turun dari kereta dan berdiri dengan bersandar ke dinding untuk menenangkan diri menghembuskan nafas lega sembari mengelus dadanya
saat Yuki tengah menenangkan diri seorang petugas stasiun menghampirinya. Seketika Yuki merasa takut karena dia mengira kalau dia melakukan kesalahan .
"Nak apa yang kau lakukan disini?" tanya petugas stasiun
"A-aku t-tidak a-anuu-' Yuki yang takut ditambah komunikasinya yang buruk menjadikanya gagap saat menjawab dan tanganya gemetar
"Apa kau terpisah dari keluargamu?" lanjutnya
"Y-ya? A-apa?" yuki menatapnya sejenak dan kehilangan kata-kata
"Ikutlah denganku, aku akan mengantarmu ke pengumuman anak hilang" ucapnya sambil mengelus kepalaku
".....anak..hilang..?" yuki shock karena dia dikira anak hilang
Setelah menjelaskan pada petugas bahwa Yuki bukan lagi anak kecil dan bukan anak yang hilang petugas itupun meminta maaf padanya lalu mengantar Yuki keluar stasiun karena merasa tidak enak hati.
"Apa aku terlihat seperti anak hilang?" gumamnya sambil menggeragapi pakaiannya setelah keluar dari stasiun
Untuk sampai ke rumah kakek dari stasiun perlu menaiki bus satu kali dan berjalan kaki lagi yang membutuhkan waktu sekitar 1 jam
yuki sampai dirumah kakek pukul 12 siang, cuaca hari itu tidak terlalu panas tapi tidak dingin juga.
Sesampainya yuki disana dia mengetuk pintu depan namun tidak ada jawaban. Berkali-kali Yuki mengetuk pintu kakeknya belum juga membukakan pintu.
Kemudian seorang kakek yang kebetulan sedang lewat didepan rumah mengatakan pada Yuki bahwa kakeknya masih berada di kebun dan dia yang hendak pergi ke kebun juga berinisiatif akan memberitahukan keberadaan Yuki pada kakeknya. Yuki hanya membungkuk dan berterimakasih padanya.
Sembari menunggu kepulangan kakeknya Yuki berjalan ke belakang rumah. Disana terdapat makam neneknya yang berada dibawah pohon yang rindang.
Dia meletakan seikat bunga yang diberikan ibunya pada makam neneknya kemudian mengelus nisan neneknya dengan membuat raut wajah sendu.
Kepergian neneknya masih menjadi luka yang menyakitkan untuk Yuki.
Setelah cukup lama berada di makam neneknya terdengar suara langkah kaki mendekat kearah Yuki dan terhenti dibelakangnya.
"Ayo masuk kedalam" suara seorang pria yang serak terdengar darinya.
Ternyata itu adalah kakek Yuki yang baru saja pulang dari kebun. Ia langsung pulang setelah mendengar bahwa Yuki datang berkunjung.
mendengar kakeknya pulang dan mengajaknya untuk masuk kedalam rumah Yuki pun mengikuti kakeknya masuk kedalam rumah.
Rumah tradisional jepang yang cukup besar dan tua namun terawat dan bersih itu adalah kata yang menggambarkan rumah kakek Yuki.
Namun dirumah yang cukup besar itu suasananya sangat sepi karena hanya dihuni oleh kakek Yuki seorang diri.
Kakek Yuki menetap dirumah ini karena keinginannya sendiri, beliau tidak mau tinggal bersama keluarga Yuki karena ingin selalu berada didekat makam nenek Yuki dan alasan mengapa beliau disemayamkan dibelakang rumah adalah karena wasiat terakhir beliau sendiri.
Semasa hidupnya beliau sering melukis dibawah pohon itu, beliau sangat menyukai tempat itu.
Dibelakang rumah ada pintu yang langsung menghubungkan pemandangan makam neneknya, dan Yuki duduk disana memandangi makam neneknya sembari menunggu kakeknya yang sedang membersihkan diri.
"Bagaimana perjalananmu?" tanya kakek Yuki sambil meletakan 2 buah cangkir yang berisi teh dengan beberapa nasi kepal.
"Sangat baik kek" ucap Yuki dengan mengambil salah satu nasi kepal.
"Syukurlah" balas kakek Yuki singkat.
Pada dasarnya kakek Yuki adalah seseorang yang berkepribadian baik dan sangat menyayangi Yuki. Namun sikapnya yang tidak mau berterus terang membuatnya terkesan tidak peduli padanya.
"Kakek, aku lolos ujian masuk SMA di Tokyo" ucap yuki sambil memandangi makam neneknya.
Kakek Yuki tidak langsung menjawab, beliau diam sejenak dan keheningan terjadi beberapa saat.
"Jadi begitu" setelah beberapa saat kakek Yuki menjawab sambil menyeruput gelas tehnya.
"Apa kau masih akan terus melukis?" lanjutnya memandang Yuki.
"Ya kakek tentu saja" jawab yuki yang pandanganya tidak teralihkan dari makam neneknya.
"Saat libur, datanglah kemari dan kunjungi nenekmu" kakek Yuki beranjak pergi dari sana.
"Baik" lirih Yuki.
Percakapan yang terdengar sangat dingin namun sebenarnya mengandung banyak arti.
setelah merasa cukup berbincang dengan kakeknya Yuki memutuskan untuk pulang pada sore hari.
kakek Yuki hanya dapat mengantar sampai didepan rumah karena kakinya yang tidak kuat lagi berjalan jauh.
"Aku pulang kakek,aku akan mengatakan pada ibu untuk mengunjungi kakek saat senggang" ucap yuki yang sudah berada dihalaman rumah.
"....ya, berhati-hatilah" Jawab kakek Yuki dengan ekspresi datarnya.
Setelah berpamitan Yuki pun kembali berjalan kaki menuju pemberhentian bus dan menuju ke stasiun, lalu Yuki sampai dirumahnya saat malam hari.
"Aku pulang" ucap Yuki setelah membuka pintu rumah.
"Selamat datang!" Suara ibunya terdengar dari arah ruang tengah.
Yuki pun menuju ruang tengah untuk meminum air di dapur yang terletak tepat disebelah ruang tengah.
Terlihat ibunya sedang duduk sambil menonton televisi sendirian.
"Bagaimana kabar kakekmu?" Tanya ibu yuki sesaat setelah melihat Yuki memasuki ruang tengah.
"Dia nampak sehat-sehat saja, bahkan saat aku sampai dia tengah berada di kebun." Sahut yuki sambil membuka kulkas dan meneguk air.
"Lalu apa yang kakekmu katakan setelah mendengar kabar itu?"
Yuki yang tengah meneguk air terhenti seketika dan menjawabnya dengan jeda. "Kakek menyuruhku untuk mengunjunginya jika aku mendapat hari libur".
Mendengar perkataan Yuki, Ibunya menatap Yuki sejenak dan berpaling kearah televisi sambil tersenyum "Begitu ya, dia masih saja tidak terus terang" Lirihnya .
"Ibu, apa tidak apa-apa jika aku bersekolah di Tokyo?" Yuki mendekati ibunya yang tengah menonton televisi.
"Tentu saja! Apa yang kamu khawatirkan? Semua akan baik-baik saja. Kamu akan segera menggapai impianmu dan memulai hidupmu" Jawab Ibu Yuki tersenyum lembut.
Yuki yang mendengar perkataan itu seketika merasa lega "Terimakasih ibu" Kata Yuki sambil tersenyum.
"Tentu saja sayang" Ia memeluk Yuki dengan penuh kasih sayang.
******
Waktu terasa begitu cepat, Tidak terasa tiba waktunya bagi Yuki untuk segera pergi ke Tokyo karena sekolah akan segera dimulai.
Untuk sampai ke Tokyo pertama Yuki harus menaiki bus yang akan mengantarnya ke stasiun, Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai disana. Setelah itu Yuki harus menaiki kereta dengan 5 jam perjalanan untuk tiba di Tokyo.
kedua orang tua Yuki hanya mengantar sampai ke halte bus.
"Apa ada yang tertinggal? Apa kau sudah membawa semuanya? Bagaimana dengan obat ? Apa aku sudah membawanya ? Lalu pakaian tebal? Pastikan kau memakainya" Banyak pertanyaan yang ibu Yuki lontarkan padanya.
"Sudah-sudah sayang, kita sudah mengeceknya berkali-kali saat dirumah bukan? Bus nya sudah sampai Yuki harus segera berangkat" Ucap ayah Yuki yang berusaha menenangkan Ibu Yuki.
"Ibu..Ayah..Terimakasih. Aku akan menghubungi kalian begitu sampai di Apartemen. Aku juga akan sering pulang saat libur. Jaga diri kalian tetap sehat Ibu,Ayah. Aku akan tinggal disana dengan baik jadi ibu dan ayah tidak perlu khawatir." ucap Yuki dengan tersenyum.
"Hiks..hiks..Kamu sudah besar putriku! Jaga dirimu baik-baik..hik..hikk" Ibu Yuki mulai menangis dan memeluk erat Yuki.
"Dia pasti akan baik-baik saja. Karena dia adalah putri kita" Ayah Yuki kembali memenangkan dan ikut memeluk Yuki.
*Tinnn*
Bunyi klakson bus menandakan bahwa bus akan segera berangkat dan membuat pelukan erat keluarga kecil itu mulai mengendur.
"Ibu,Ayah Aku berangkat" Ucap Yuki sambil berjalan menuju bus .
"Ya. Pastikan untuk selalu memberi kabar pada ayah dan ibumu ini" jawab ayah Yuki sambil merangkul ibu Yuki.
"Pulanglah kapanpun kamu merasa kesulitan, Ibu dan ayah akan selalu menyambut mu dan akan selalu menjadi rumahmu pulang." Lanjut Ibu Yuki tersenyum dan menyeka air matanya.
Yuki hanya mengangguk dan melangkah masuk kedalam bus lalu melambaikan tangan nya.
Bus saat itu tidak ramai penumpang. Yuki duduk di bagian paling belakang sendirian dan saat bus mulai jalan Yuki melihat kearah luar jendela. Tampak ayah dan ibunya yang melambaikan tangan pada Yuki dan Yuki membalas dengan senyuman.
Setelah bus sudah berjalan cukup jauh Yuki menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang tertunduk ke bawah. Tubuhnya bergetar dan matanya berkaca-kaca ternyata dia menahan tangisnya cukup lama. Lalu saat tidak ada yang melihatnya tangisnya pecah, air matanya terus keluar tanpa suara yang dikeluarkannya.
Yuki terus menerus mengeluarkan air mata, Sesering apapun dia mengusapnya air mata itu selalu mengalir dari kedua matanya. Perasaanya sangat berat dan sedih untuk meninggalkan kedua orang tuanya.
****
Setelah beberapa saat Sampailah Yuki di stasiun. matanya menjadi sedikit bengkak karena dia terus menangis sepanjang perjalanan.
Saat memasuki kereta untung saja penumpangnya tidak penuh sehingga Yuki dapat duduk dengan nyaman. Namun semakin sering berhenti di stasiun-stasiun berikutnya semakin banyak juga penumpangnya. Ditengah keramaian didalam kereta Yuki menyadari ada seorang nenek-nenek yang tengah berdiri didepannya.
Namun karena merasa malu untuk menawarkannya duduk ditempatnya secara langsung, Yuki hanya langsung beranjak dari sana dan berdiri didekat pintu kereta. Ia melirik ke arah nenek tadi dan tersenyum setelah melihat nenek itu sudah duduk disana.
Tidak selang lama kereta kembali berhenti dan orang-orang berlomba-lomba masuk kedalam kereta sehingga mengakibatkan kereta semakin terasa sempit dan sesak. Karena tubuh Yuki yang tidak tinggi membuat Yuki terdorong kesana dan kemari.
Lalu saat Yuki hendak terjatuh karena terdorong dorong oleh keramaian seseorang menarik lengan Yuki dan membuat Yuki yang tadinya berada ditengah-tengah sedikit menepi didekat pintu yang terdapat pegangan besi disebelahnya.
"Apa kamu baik-baik saja dik?" Ucapnya.
Ternyata dia adalah seorang lelaki dengan tampang yang tampan serta mempunyai tubuh yang tinggi sekitar 190 cm. Dia memiliki wajah yang tampan dengan garis rahang yang jelas dan hidung yang mancung, matanya yang berwarna coklat muda dengan rambutnya yang sedikit panjang berwarna pirang.
"Aku baik-baik saja, Terimakasih sudah menolongku" Jawab Yuki dengan sopan.
"Yahh kau berani sekali menaiki kereta sendirian! Apa ayah dan ibumu mendidik mu dengan keras? Padahal kau baru sekolah dasar.." Oceh nya sambil mengelus kepala yuki.
"Sekolah.. dasar..?" Lirih yuki.
"Oh?! Apa aku salah? Apa kau sudah akan masuk SMP? Yaahh kau sangat kecil jadi aku tidak tahu maafkan aku" lanjutnya masih sambil mengelus kepala Yuki.
"Aku siswa SMA tahun ini tahu" Tegas Yuki.
Tanganya yang tadinya bergerak mengelus-elus kepala Yuki seketika berhenti. Yuki yang penasaran pun menatapnya dengan mendongakkan kepalanya keatas. Terlihat jelas ekspresi wajah Shock nya dan perlahan bibirnya menjadi pucat. Tanpa dijelaskan Yuki tahu kalau dia sedang merasa terkejut dan tidak enak kepadanya.
"Tidak masalah, aku tidak tersinggung" Celetuk Yuki.
"B-begitu, T-tidak maksudku maafkan aku!!" Ucapnya gagap.
"Tidak apa-apa" balas Yuki tidak peduli.
Ditengah situasi Canggung itu terdengar suara rem kereta yang nyaring.
*Ckiiitt*
Ini adalah stasiun pemberhentian Yuki. Melihat pintu yang terbuka Yuki pun berusaha berjalan menuju pintu dengan banyak orang yang berdesak-desakan ingin keluar juga. Yuki yang tidak sengaja terdesak oleh kerumunan orang oleng dan Jatuh pada tubuh orang yang dibelakangnya. Belum sempat meminta maaf saat ia menengok kebelakang ternyata orang itu adalah laki-laki yang tadi sempat menyelamatkan Yuki.
"Maaf" Ucap Yuki padanya
"T-tidak apa-apa. Berhati-hatilah dan seimbangkan tubuhmu" Jawabnya dengan memalingkan mukanya yang memerah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!