NovelToon NovelToon

ANAK MAFIA JADI JAKSA!

JIO

Anak Surga adalah istilah atau sebutan manis untuk mereka anak anak yang istimewa. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna namun nilai kesempurnaan itu selalu berbeda beda Dimata setiap orang.

Siapa yang ingin terlahir dengan kekurangan secara fisik? Atau mungkin juga secara mental?. Tidak ada, karena semua orang ingin hidup dengan satu kata yang akan melekat pada dirinya selamanya yaitu "sempurna".

Jika sempurna adalah tentang kelengkapan fisik, kesehatan mental, dan keutuhan jiwa. Lantas anak anak yang terlahir dengan setiap kekurangan itu apakah mereka tidak sempurna? Sedangkan kita semua sama diciptakan oleh tuhan dalam bentuk manusia yaitu makhluk yang paling sempurna. Apakah tuhan salah? Tidak.

Tidak ada yang bersalah, tuhan tidak salah dan anak anak tersebut juga tidak bersalah. Yang salah adalah mereka yang menganggap jika kekurangan yang diberikan adalah aib yang harus di hilangkan atau di bungkam.

Mereka adalah anak surga yang seharusnya dicintai dan di jaga tidak ada yang salah dengan mereka. Karena mereka adalah anak anak tidak berdosa yang kelak akan menjadi pembuka pintu surga bagi orang orang yang mengasihinya.

Jonathan atau yang lebih sering di panggil Jio adalah anak yang terlahir istimewa. Jio tidak bisa berjalan dengan normal karena salah satu kakinya tidak berfungsi dengan baik, Jio juga kesulitan berbicara, dan dia sering ketakutan semua ini terjadi karena adanya kerusakan pada sistem saraf otak Jio.

Sejak lahir hingga saat ini di usianya yang ke sepuluh tahun Jio selalu diperlakukan buruk oleh kedua orang tua kandung dan kakak kandungnya sendiri. Mereka malu karena memiliki Jio yang menurut mereka tidak sempurna.

"Jio lihat apa apaan ini?! Nilai ulangan harian mu hanya tujuh puluh?! kau ini memang anak bodoh! Anak sialan!" Calista ibu kandung Jio sedang memarahi anak bungsunya itu karena Jio mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan harapannya di ulangan harian kemarin.

Jio hanya diam dan menunduk dia tidak mengatakan apapun karena takut.

"Anak sialan! Kau itu anak cacat pembawa masalah!" Calista sangat marah.

*PLAK

*PLAK

Calista menampar kedua pipi Jio sangat keras hingga sudut bibir anak itu berdarah. Jio hanya bisa menangis tanpa suara sembari meremas ujung bajunya.

"Aku seharusnya membunuh mu saat kau masih didalam kandungan! Mati saja kau sialan!"

*BRAKH!

Calista membanting buku buku Jio yang ada di atas meja belajar ke lantai dan berlalu pergi setelah menutup pintu dengan kasar.

"hiks hiks maaf mama kalau Jio salah hiks Jio sudah berusaha ma... Jio juga sudah berusaha" Jio berucap dalam hati.

Jio duduk dilantai dan mengumpulkan buku buku itu satu persatu kakinya sakit karena terlalu lama duduk di lantai yang dingin.

*Ceklek

Seseorang membuka pintu kamar Jio dan itu adalah pembantu rumah itu sekaligus orang yang bertanggung jawab untuk mengasuh Jio dari sejak Jio bayi.

"Jio anak pintar jangan menangis lagi ya" Ucapnya sembari menatap Jio yang semakin terisak.

"apa salah Jio mba? Kenapa mama benci Jio?, karena nilai Jio selalu jelek ya?" Jio berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat.

"Jio anak pintar buktinya mba sayang sama Jio... Sudah ya jangan menangis lagi, nanti cakepnya hilang" jauh didalam hatinya sebenarnya dia tidak tega melihat Jio yang selalu di sakiti.

"mba Jio mau makan, dari tadi malam Jio belum makan" Jio menjawab dengan menggunakan bahasa isyarat.

Wanita bernama Tari itupun memeluk Jio dan mengusap lembut punggung sempit anak majikannya itu.

Sejak lahir kemampuan bicara Jio memang kurang baik tapi sejak dia di siksa oleh ibu kandungnya sendiri, Jio malah kehilangan kemampuan berbicaranya.

"Sabar ya nanti mba ambilkan makanan untuk Jio sekarang, Jio tidur dulu sambil menunggu makanannya siap" Tari sebenarnya membohongi Jio karena sebelumnya Calista sudah berpesan untuk jangan memberikan Jio makan hingga Calista sendiri yang akan memberikan makanan itu untuk Jio.

Calista pergi ke kantor Devan untuk bertemu dengan suaminya itu. saat sampai disana Calista langsung masuk ke dalam ruangan Devan.

"Anak sialan itu membuat ku sangat marah!"

"kenapa tidak kau bunuh saja sekalian? Aku sudah muak dengan dia!" sahut Devan tanpa banyak berpikir.

"Jika aku membunuh dia kita bisa dapat masalah, bisa bisa kita di penjara!"

"aku berencana untuk mengirim anak itu ke panti asuhan, bagaimana menurut mu?"

"Kau sudah tidak waras ya? Bagaimana jika ada yang tau? Kita bisa di cap buruk dan kita bisa jadi omongan orang!"

"Sekarang saja kita sudah jadi omongan orang karena kita memiliki anak yang cacat seperti itu! Harus bagaimana lagi agar kita bisa menyingkirkan anak itu hah?!"

"Anak itu memang pembawa petaka aku menyesal sudah melahirkan dia! Jika saja dia terlahir normal seperti Rendy kita pasti bahagia..."

"kau benar... Anak itu memang anak sialan gara gara dia kita harus menanggung malu seumur hidup kita karena memiliki anak yang cacat!"

"Aku sangat berharap anak itu cepat mati! Aku sudah tidak memberi dia makan sejak kemarin malam semoga saja dia segera mati, aku benar benar tidak sabar merayakan kematiannya"

Devan dan Calista tertawa diatas penderitaan Jio yang kini kelaparan dan sangat lemas. Hari sudah malam dan Jio masih belum makan apapun tubuhnya kini lemas dan wajahnya pucat, kamar Jio adalah gudang lama disana tidak ada kasur hanya tikar tipis dan kardus bekas yang menjadi alas tidur Jio.

Tubuh mungilnya kini sudah sangat lemah karena kelaparan. Tari juga tidak berani mengambilkan makanan untuk Jio karena mereka di awasi oleh cctv.

"mba nasinya belum matang ya? Perut Jio sakit... Jio lapar" Jio kembali menggerakkan tangan mungilnya untuk berbicara dengan bahasa isyarat.

"sabar ya sebentar lagi nasinya matang, Jio anak pintar harus sabar ya nak" Tari lagi lagi berbohong.

"Jio ingin sekali bisa makan enak seperti kak Rendy... Setiap hari kak Rendy makan pakai ayam, telur, daging tapi Jio hanya makan nasi sama garam itupun jarang jarang...

Mba sama mama seringnya kasih Jio makan nasi basi sama roti sisa..." terlihat dengan jelas kesedihan diwajah manis Jio.

"nanti kalau mama pulang mba mintakan ayam untuk Jio ya, sekarang Jio sabar dulu..."

"uhuk uhuk uhuk" Jio batuk dan demam karena kedinginan dan kelaparan.

"Jio sayang kau demam nak... Ya tuhan Jio sabar ya mba Carikan Jio obat, sabar ya nak" Tari meninggalkan Jio sendirian untuk membeli obat di toko terdekat.

Jio sudah sangat lemas perlahan Jio mulai kehilangan kesadarannya. Anak itu pingsan dengan keadaan yang kelaparan.

Brukh!

"Maaf! Maaf tuan saya buru buru maaf" Tari tidak sengaja menabrak seorang pria.

"iya tidak apa apa, maaf ini belanjaan anda jatuh" sahut pria itu sembari mengambilkan belanjaan Tari.

RUMAH SAKIT

"ini obat demam? Apa anak ibu sakit?" tanya pria itu pada Tari.

"bukan anak saya yang sakit tapi anak majikan saya" Tari terlihat gugup.

"perkenalan saya Ethan dan saya seorang dokter kalau boleh saya ingin memeriksa anak majikan ibu, jangan khawatir saya tidak akan meminta bayaran... Saya ikhlas melakukannya"

"Baiklah tuan ayo kasihan anak itu demamnya tinggi sekali"

Tari mengajak Ethan langsung ke gudang tua tempat Jio kini berada melalui pintu belakang dan mobil Ethan terpaksa di parkir di halaman rumah tetangga.

"Bi kenapa kita lewat sini? Memangnya anak itu dimana?" tanya Ethan bingung.

"anak itu ada di gudang, tuan dan nyonya mengurung anak itu karena dia terlahir cacat" sahut Tari berterus terang.

"kasihan anak itu tuan... Dia setiap hari di pukuli, di siksa, sampai akhirnya sekarang dia tidak bisa lagi bicara padahal dulu bisa walaupun terbata bata" sambung Tari menjelaskan.

Ethan terdiam dia merasa kasihan pada anak yang di sebutkan oleh Tari. Saat Tari membuka pintu gudang dia melihat Jio sudah tidak sadarkan diri, Ethan yang juga melihat itu langsung memeriksa Jio.

"Anak ini kekurangan gizi dan cairan, sejak kapan dia tidak makan dan minum?" Ethan bertanya dengan khawatir.

"sudah sejak kemarin dia belum makan dan belum minum tuan"

"Gila! Kalian bisa membunuh dia!" Ethan menggendong Jio dan membawanya pergi ke rumah sakit.

Tari mengabari Calista jika saat ini Jio di bawa ke rumah sakit oleh dokter Ethan. Calista sangat marah dan langsung memecat Tari karena yang dia harapkan adalah kematian Jio bukan kabar jika anak itu diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit.

"Pembantu sialan! Dia pasti sengaja mencari bantuan saat anak itu sekarat!" Calista sangat marah ketika mendapatkan kabar itu.

"sudahlah jangan marah marah lagi lebih baik kita pergi keluar kota untuk menemui Rendy dia pasti sudah sangat merindukan kita, anak itu mau dia mati ataupun hidup biarkan saja tidak usah pedulikan lagi" Sahut Devan dengan santainya.

"benar... Rendy pasti merindukan kita lebih baik kita cepat kesana, anak kita itu masih kecil aku menyesal sekali memasukan dia ke sekolah berbasis asrama seperti itu"

"bagaimana jika kita menjemput Rendy dan kita pindah keluar kota, kita pindahkan sekolahnya Rendy ke sekolah baru yang tidak berbasis asrama"

"aku sangat setuju dengan mu, aku tidak mau anak kita Rendy mengalami kesulitan"

Ethan menangani Jio dengan sangat teliti di bantu oleh beberapa rekan sesama dokternya. Ethan memasangkan infus di tangan mungil Jio.

"Ethan anak ini sebenarnya anak siapa?" Tanya Vina sahabat Ethan.

"aku menolong dia saat disekap di gudang tua dirumahnya sendiri, orang tua kandungnya sendiri yang tega menyakiti anak ini"

"Dia mengalami kelumpuhan saraf dan pembengkakan otak besar, kasihan anak ini... kaki kirinya lumpuh dan ada keretakan di tengkorak belakang kepalanya

Seluruh tubuhnya di penuhi luka lebam dan memar, berdasarkan semua hasil pemeriksaan ini dia memang anak berkebutuhan khusus" Vina menjelaskan.

"iya aku tau itu... Tapi Vin ada hal yang membuat aku lebih kasihan, anak ini tidak lagi di inginkan oleh keluarganya dan pembantu rumah itu yang tadi membantu ku menyelamatkan anak ini dia sudah di pecat

Aku bingung harus bagaimana sekarang setelah anak ini nanti sadar dan sembuh aku harus antarkan dia kemana?" Ethan ragu ragu.

"kau kan sendirian dan apartement mu juga besar lebih baik anak ini kau asuh saja, jadikan dia adik angkat mu..."

"aku setuju dengan ide mu tapi masalahnya bagaimana dengan orang tua anak ini? Aku kan harus minta izin pada mereka dulu"

"Aku akan membantu mu mengurus semua itu yang penting sekarang dia sudah punya tempat untuk pulang, kasihan dia... Lihatlah anak selucu ini di sia siakan oleh orang tua yang tidak bertanggung jawab!" Vina jadi kesal sendiri.

"ya sudahlah jangan dibahas disini kalau dia dengar nanti dia semakin sedih, Vina bantu aku untuk membeli beberapa kebutuhan untuk anak ini karena aku harus menemani dia"

"hm baiklah aku akan belikan baju, sepatu, kaus kaki, dan... dan apa lagi?" tanya Vina bingung.

"Susu, makanan, dan buah juga sayur nanti semua barang itu kau antar saja langsung ke apartment ku nanti ku kirimkan password kunci apartment ku" Ethan memberikan daftar belanjaannya.

Vina mengangguk paham dan berlalu pergi untuk membantu membelikan barang barang kebutuhan Jio yang dipesan oleh Ethan.

Ethan duduk di kursi yang ada disamping tempat Jio terbaring lemah. Ethan menatap anak itu dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"anak manis seperti ini kenapa harus di benci? Memangnya kenapa jika dia berbeda? Apa salahnya itu?

Dia juga tidak mau terlahir seperti ini, kasihan sekali kau nak... Mulai sekarang kau ikut kakak ya, kakak janji akan menjaga mu baik baik anak manis" Ethan bicara pada Jio yang belum sadarkan diri.

Jio mulai membuka matanya dan menatap Ethan dengan tatapan bingung. Ethan tau jika Jio tidak bisa berbicara dan dia terlalu lemah untuk menggerakkan tangannya.

"kalau kau ingin bertanya kedipkan mata mu satu kali, jika kau ingin menjawab iya kau berkedip saja dua kali mengerti?" Ethan.

Jio berkedip dua kali dan tersenyum tipis.

"Nama ku Ethan aku yang membawa mu ke rumah sakit, aku juga dokter yang menangani mu" Ethan.

"kenapa Jio disini? Nanti mama dan papa marah" ucap Jio berbicara dengan bahasa isyarat.

"maaf Jio aku tidak mengerti bahasa isyarat, tapi kau jangan khawatir ya aku akan belajar pelan pelan supaya bisa mengerti bahasa isyarat agar kita bisa berkomunikasi" Ethan bingung.

Ethan memberikan kertas dan pensil pada Jio agar Jio bisa menulis apa yang ingin dia katakan.

"kenapa Jio disini? Nanti papa dan mama bisa marah" tulis Jio.

"Jio dengar ya anak baik... Orang tua mu sudah pindah keluar kota dan rumah yang kau tinggali sebelumnya sudah di jual, sekarang kau tinggal saja dengan ku kebetulan aku yatim piatu dan tidak punya keluarga

Aku sering kesepian dan jarang pulang ke apartment ku karena aku lebih suka tinggal di asrama rumah sakit"

"kak orang tua ku akan sangat marah kalau tau kakak sudah menyelamatkan ku, nanti kakak bisa dipukul mama" tulis Jio dan menatap Ethan khawatir.

"jangan khawatir aku tidak akan di pukul oleh orang tua mu lagi pula aku sudah dewasa dan aku bisa melawan, kau istirahat saja dulu aku harus menemui teman ku untuk membahas masalah pekerjaan sebentar

Dan ingat jangan pergi kemana mana karena sekarang aku adalah wali mu. Aku janji akan menjaga mu dengan baik"

BELAJAR

"belajar bahasa isyarat? Kenapa kau tiba tiba mau belajar bahasa isyarat dengan ku" tanya seorang dokter yang tampaknya cukup dekat dengan Ethan.

"aku ingin belajar bahasa isyarat karena aku ingin berkomunikasi dengan adik angkat ku, kau adalah orang yang paling bisa ku andalkan dalam hal ini Nea"

"adik angkat? Kapan kau mengangkat seorang adik?"

"baru saja kebetulan dia juga pasien ku, dia anak yang sangat lucu kau mau bertemu dia?" .

"ayo aku ingin melihat adik mu itu, aku ingin tau selucu apa anak yang bisa meluluhkan hati seorang Ethan" .

Ethan membawa Nea ke ruang pemulihan Jio saat masuk mereka melihat Jio yang sedang makan siang dengan di temani oleh Vina.

"kakak dia siapa?" Jio bertanya dengan menggunakan bahasa isyarat.

"dia bilang apa?" Ethan penasaran.

"Dia bertanya pada mu, aku ini siapa?" Nea mengartikan bahasa isyarat yang ditunjukkan oleh Jio.

"Nama ku Nea... Aku teman Ethan" Nea menjawab dengan menggunakan bahasa isyarat.

"kakak bisa bahasa isyarat?" Jio heran dan penasaran.

"Iya aku bisa dan aku disini untuk mengajari Ethan bahasa isyarat juga, kau sangat manis siapa nama mu?" Nea menjawab dengan semangat.

"Jonathan tapi aku lebih sering dipanggil Jio, kakak sangat cantik..."

"Vina apa Jio sudah minum obat?" Ethan bertanya sembari memeriksa infus Jio.

"dia sudah minum obat tapi makannya yang agak sulit, jadi sedikit ku paksa" sahut Vina.

"Jangan terlalu keras padanya nanti dia takut dengan kita, aku tidak mau Jio takut pada kita seperti dia takut pada orang tuanya"

"Ethan aku mengerti maaf ya... oh iya semua barang yang kau mau sudah aku kirimkan ke apartment mu, pelayan mu juga sudah menyusun semuanya jadi kapan kau akan bawa Jio pulang?"

"Mungkin Minggu depan saat Jio sudah benar benar sembuh, sekarang ini Jio masih terlalu lemah" Ethan, Jio memegang tangan Ethan.

"Ada apa manis?"

"Kakak akan bawa Jio pulang kemana? Rumah Jio sudah tidak ada lagi" Jio takut jika Ethan akan meninggalkannya.

"Nea?" Ethan menatap Nea bingung.

"dia bertanya kau mau membawa dia pulang kemana karena sekarang rumahnya sudah tidak ada" Nea mengartikan bahasa isyarat yang ditunjukkan oleh Jio.

"Jio sayang..." Ethan duduk disamping Jio dan merangkulnya.

"Jio nanti kita akan pulang ke rumah kita sayang, kau jangan khawatir aku akan mengurus semuanya"

"Ethan aku sudah mengirimkan nomor telepon dan alamat dari orang tua kandung Jio, aku tidak berani menghubungi mereka karena itu bukan wewenang ku" ucap Vina kepada Ethan.

"Aku akan menghubungi mereka nanti"

Jio kaget dan takut ketika mendengar Ethan akan menghubungi orang tuanya. Jio tiba tiba memeluk Ethan dan menangis.

"Kenapa sayang? Kau kenapa?" Ethan jadi bingung karena Jio menggelengkan kepalanya ribut.

"Tenang sayang tenang... Aku janji tidak akan menyakiti mu"

"jangan telpon mama nanti mama jemput Jio, Jio tidak mau di pukul kak sakit" Jio ketakutan sampai menangis.

"Ethan dia takut kau akan memulangkan dia kepada orang tua kandungnya, dia bilang dia tidak mau di pukul katanya sakit" Nea menerjemahkan apa yang dikatakan oleh Jio.

"aku tidak akan mengembalikan mu pada orang tua mu Jio, justru aku ingin meminta mereka menyerahkan hak asuh mu pada ku...

Jalur apapun akan ku tempuh untuk bisa mendapatkan hak asuh mu sayang, sekarang lanjutkan dulu makannya" Ethan menyuapi Jio dan memeluknya hingga Jio tertidur kembali.

"Ethan kapan kau akan membawa Jio bertemu dengan orang tuanya?" Tanya Nea penasaran.

"aku tidak akan membawa Jio bertemu dengan mereka, aku akan kesana sendiri tanpa Jio... Aku tidak mungkin mempertemukan Jio dengan orang yang sudah membuat dia trauma berat seperti ini" Ethan.

"Aku setuju dengan mu Ethan karena lebih baik Jio tidak usah lagi bertemu dengan orang tua yang kejam seperti mereka! Tapi bagaimana tentang sekolah Jio?" Vina penasaran.

"Sudahlah kita bahas itu nanti sekarang lebih baik kita pikirkan bagaimana caranya agar hak asuh Jio bisa jatuh ke tangan Ethan, kita harus mencari pengacara dan mengumpulkan saksi yang bisa memperkuat tuntutan pengambilan hak asuh yang akan dilakukan oleh Ethan" Nea menjawab dengan tegas.

"aku sudah menghubungi Bi Tari dia pengasuh sekaligus pembantu di rumah lama Jio, dia saksi yang bisa di mintai keterangan selain itu masih ada beberapa tetangga yang juga merupakan saksi kejahatan ibu Jio"

"bagus Ethan aku yakin kau akan memenangkan hak asuh Jio nantinya, hasil visum dan catatan medis Jio juga bisa di jadikan barang bukti aku yakin pihak kita akan memenangkan kasus ini" sahut Vina memberikan semangat pada Ethan.

"Aku tidak akan membiarkan orang seperti mereka mengasuh anak sebaik Jio" Ethan menatap wajah Jio sedih.

Orang tua Jio yang ada di luar kota mendapatkan surat dari pengacara Ethan yang mengajak mereka untuk bertemu secara langsung.

"rupanya dokter muda itu ingin mengadopsi Jio" Calista berbicara dengan suaminya.

"Jika dia memang menginginkan anak itu ya sudah kita berikan saja, lagi pula aib untuk apa di pelihara" Devan tidak begitu peduli.

"Kita temui dia besok dengan membawa pengacara kita, aku tidak Sudi jika setelah anak itu adopsi kita masih harus memberikan dia nafkah!"

"siapa juga yang Sudi menafkahi anak pembawa sial itu sayang? Aku tidak mau keluarga kita ketularan kena sial gara gara dia tapi bagus juga jika anak itu di ambil oleh dokter muda itu jadi kesialan kita pindah padanya"

"intinya kita tidak punya anak kedua! Anak kita hanya satu yaitu Rendy!" Calista.

"Tepat sekali sayang" Devan memeluk Calista mesra.

Ethan belajar bahasa isyarat dengan Nea hingga tengah malam. Kegigihan Ethan untuk belajar bahasa isyarat membuahkan hasil walaupun tidak seberapa, Ethan masih sering lupa dengan beberapa gerakan.

"Ethan melihat mu belajar sekeras ini membuat ku kagum, padahal dulu saat kita kuliah kau itu pemalas"

"ini berbeda Vina... Seumur hidup ini aku selalu sendirian, aku tidak pernah memiliki keluarga bahkan aku dibesarkan di panti asuhan...

Aku bisa bersekolah hingga kuliah itu semua berkat beasiswa yang diberikan oleh negara untukku, anak ini adalah anggota keluarga pertama yang aku miliki"

Nea dan Vina terdiam mereka hanya menatap Ethan dengan tatapan sedih.

"Aku selalu berharap bisa hidup dengan baik dengan seseorang yang bisa menyayangi ku, tapi nyatanya tidak ada wanita yang ingin menjalin hubungan dengan seorang pria seperti ku...

Laki laki dengan identitas dan latar belakang yang tidak jelas, hm... Jika nanti ku tidak bisa memiliki pasangan setidaknya aku punya adik yang bisa menjadi teman ku hingga tua nanti" Ethan tersenyum hambar dan duduk disamping Jio.

Ethan menggenggam tangan Jio membuat anak itu terusik dan terbangun dari tidurnya. Jio menatap Ethan dengan tatapan bingung.

"kakak kenapa? Apa kakak tidak tidur? Ini sudah malam"

"Kau tidurlah lagi kakak hanya ingin menggenggam tangan mu saja, emh... Boleh kakak memanggil mu adek?" Ethan.

Jio mengangguk pelan dan tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!