“Aku tidak bisa menerimanya!” Pria paruh baya itu menolak mentah-mentah.
Dia dikenal dengan panggilan guru Mo. Sementara itu, perempuan yang sedang berbicara bersamanya bernama Yi Ning. Dia datang bersama keponakannya, bermaksud ingin menyerahkan anak itu kepada guru Mo.
“Kau bisa master Mo.” Yi Ning berkata pelan.
Guru Mo memicing, menatap Yi Ning sinis. “Tidak ada keuntungannya jika kau menyerahkan anak itu padaku, Yi Ning. Kau tahu aku bagaimana selama ini!”
“Kau bisa menjadikannya anakmu. Aku tahu bahwa bertahun-tahun ini kau merasa kesepian karena kehilangan putramu. Sebagai gantinya, aku menyerahkan Yi Xing padamu untuk kau asuh. Aku percaya padamu!”
Guru Mo mendengus. “Aku tidak bisa. Sebaiknya kau bawa dia pergi!”
Yi Ning menggeleng. “Mungkin sekarang kau tidak bisa menerima Yi Xing untuk tinggal bersamamu. Tetapi mungkin suatu saat nanti kau akan berterimakasih padaku.”
Guru Mo menelan ludah sebelumnya. Dia terdiam sesaat. Diliriknya lagi Yi Ning yang sedang mengusap rambut Yi Xing. Bocah itu berusia enam tahun. Tingginya hanya sebatas pinggang orang dewasa. Wajahnya polos. Dia anak yang malang. Hidup sebatang kara bersama bibinya di desa saint jiwa.
Guru Mo telah mengenal Yi Ning dan Yi Xing selama enam tahun ini di desa ini. Desa yang dihuni orang-orang titel saint jiwa dengan battle ranking (BR) dua ratus ribu ke atas. Orang-orang saint berdarah dewa dan pemuja dewa agung.
Guru Mo menelan ludah sesaat, sebelum akhirnya putar badan. Menatap Yi Ning. Satu tangannya diletakkan di belakang punggung. Bergerak gelisah. Dia mendeham. Melihat keseriusan Yi Ning ingin menyerahkan keponakannya kepada guru Mo, itu membuat pria paruh baya ini luluh. Meskipun sebenarnya guru Mo enggan menerimanya. Namun sejujurnya, guru Mo bertanya penasaran dalam hatinya. Kenapa Yi Ning mau meninggalkan anak sepolos itu pada orang asing?
“Kau akan ke mana?” tanya guru Mo.
Yi Ning menggeleng ragu. “Entahlah. Aku sendiri tidak ada tujuan.”
“Lantas kenapa kau menyerahkan anak ini padaku?” Guru Mo bertanya lagi.
Bibi Yi Ning menatap lekat-lekat sepasang mata cokelat jingga itu. “Aku tidak bisa mengajarinya hal-hal yang tidak aku ketahui. Sementara jika aku menyerahkannya padamu, kemungkinan Yi Xing akan tumbuh menjadi orang hebat. Aku berharap setelah lepas dariku, dia bisa mengembangkan kekuatan saint-nya.”
Bibi Yi Ning berdiri, lalu meraih tangan guru Mo. Tangannya menyerahkan sesuatu kepada guru Mo. Saat melihat pelat itu, guru Mo dibuat melotot. Matanya terkejut. Namun tak sampai bereaksi berlebihan. Dia terdiam sejenak. Meredam kekagumannya.
“Kau akan tahu siapa Yi Xing nanti. Untuk sekarang, kau cukup diam saja. Jadikan dia lebih hebat dari sekarang. Aku percaya kau mampu melakukannya.” Yi Ning berkata lagi.
Namun kali ini badannya telah menjauh dari beranda rumah guru Mo. Dia meninggalkan kediaman itu. Bahkan tidak berpamitan pada Yi Xing. Bibi Ning benar-benar meninggalkan Yi Xing.
Bocah enam tahun itu menatap bibinya dengan air mata yang hampir gugur. Bibi akan pergi jauh. Yi Xing merasa sedih. Di dunia ini hanya bibi satu-satunya orang yang Yi Xing punya. Tidak ada yang lain.
Namun Yi Xing ingat kata-kata bibi sebelum mereka sampai di rumah guru Mo. Dia tidak boleh menangis. Dia harus kuat. Sebab hanya bersama guru Mo dia bisa hebat. Jika Yi Xing terus bersama bibi Ning, maka kekuatan saint-nya tidak akan ada kemajuan.
Guru Mo berkata kemudian selepas Yi Ning lenyap dari pandangan mata. “Ayo masuk. Biarkan bibimu pergi.”
Yi Xing mengangguk. Langkahnya mengekori guru Mo. Masuk ke dalam rumah sederhananya. Sesekali Yi Xing menoleh ke belakang, melihat jauh ke halaman luas sana. Berharap bibi Yi Ning berubah pikiran, memilih kembali menjemput Yi Xing di sini.
Namun harapannya kandas. Kenyataan bahwa Yi Xing harus hidup dengan orang lain tak bisa berubah.
Sementara itu, guru Mo telah ambil posisi. Duduk di kursi kayu jungkat-jungkit. Menyandarkan punggungnya sembari tangan menatap pelat tulang di hadapannya.
“Jangan takut Yi Xing, aku tidak akan mencelakaimu!” Guru Mo berkata. Diperhatikannya anak kecil itu. Dia tertunduk takut. Guru Mo memahaminya.
Yi Xing menelan ludah gugup. Tangannya saling meremas. Guru Mo memperbaiki posisi duduknya, menjadi lebih santai. Menatap nestapa anak kecil ini.
“Apa kekuatanmu? Bisa kau tunjukkan padaku?” Guru Mo berkata lagi.
Yi Xing mengangkat kepalanya, menatap guru Mo dengan berani. Perlahan gugup dan takut mulai mereda. Yi Xing cepat mengeluarkan cincin dewanya yang masih samar-samar di belakang punggung.
Guru Mo merasakan itu. Untuk usianya yang sekarang, jika ingin menjadi saint—maka harus dilatih asal sudah memiliki cincin dewa. Sementara cincin dewa memang sudah terlihat saat anak-anak berusia lima tahun. Cincin dewa Yi Xing berwarna emas.
Itu memang tidak spesial. Karena masih samar. Namun Yi Xing bisa dilatih menjadi saint tahap awal. Bahkan bisa menjadi dewa seutuhnya jika dia bersungguh-sungguh. Cincin dewa Yi Xing akan terlihat jelas keindahannya saat masuk di fase saint.
“Berapa BR-mu sekarang?” tanya guru Mo lagi.
*BR (BATTLE RANKING) ADALAH PERINGKAT PERTEMPURAN.
Yi Xing tidak langsung menjawab, melainkan mengeluarkan cincin dewa dari tangannya. Guru Mo mengurut dagunya. Dia telah melihat BR anak di depannya. Lumayan.
BR dengan nilai dua puluh lima ribu. Itu termasuk angka di atas rata-rata bocah berusia enam tahun. Karena biasanya, bocah berusia sepuluh tahun yang bisa mendapatkan BR setinggi itu.
“Baiklah. Kau bisa sembunyikan.” Guru Mo memerintah sopan.
Yi Xing menurutinya. Disembunyikan lagi cincin dewa yang disebut BR itu. Orang-orang sekelas guru Mo bisa tahu BR setiap calon saint atau saint sesungguhnya dari cincin dewa yang diperlihatkan.
Yi Xing kemudian memberanikan diri untuk berbicara setelah menuntaskan keraguan dalam dirinya. Dia harus bisa. Dia percaya bahwa guru Mo mampu menjaga dan melindunginya.
“Guru Mo, kenapa bibi pergi meninggalkan aku?” Bocah itu bertanya.
Guru Mo menelan ludah sejenak. “Ada hal yang tidak harus kau tahu, Nak. Namun kau harus percaya bahwa bibimu meninggalkanmu padaku itu semua untuk kebaikanmu.”
Guru Mo menekan pelan pundak sang bocah. Yi Xing mengangguk mengerti. Dia ingin berkata lagi, tetapi guru Mo memotong ucapan itu.
“Istirahatlah. Besok kau akan memulai aktivitas baru.”
“Baik, guru Mo!” Yi Xing mengangguk.
Lantas putar badan, melangkah pelan menuju ke kamar yang telah tersedia. Di rumah sederhana guru Mo hanya ada dua kamar. Satu kamar guru Mo dan satu lagi kamar kosong.
Guru Mo adalah guru di akademi Tianmen. Salah satu akademi di kekaisaran Guiyang. Sementara kekaisaran Guiyang adalah salah satu dari banyaknya kekaisaran di benua ini.
Di kamarnya, Yi Xing duduk melamun di atas kasur sederhana. Dia kepikiran tentang bibi Ning. Bagaimana keadaannya di luar sana? Bayang-bayang hidup indah bersama bibi Ning mulai terlintas di kepala Yi Xing.
“Kau pasti jadi orang hebat, Nak. Percaya pada bibi.” Itu ucapan bibi Ning beberapa hari lalu yang Yi Xing ingat.
“Bagaimana dengan ibu? Dan ..., ayah? Apakah mereka masih hidup?” Yi Xing kecil bertanya. Dia penasaran soal itu.
Bibi tersenyum hangat. “Kau akan tahu nanti. Untuk sekarang, bibi tidak akan menceritakan apapun. Yang harus kau lakukan adalah menjadi yang terkuat. Dengan begitu kau punya syarat untuk tahu siapa ibu dan ayahmu.”
“Apakah ibu dan ayah seorang saint juga?” Yi Xing bertanya lagi.
Bibi Ning menggeleng. “Lebih kuat dari yang kau duga.”
Yi Xing menghela napas. Jika ibu dan ayah kuat, lalu kenapa dia tidak pernah melihatnya? Kenapa mereka tidak menemui Yi Xing?
Bocah itu itu merindukan kasih sayang kedua orang tuanya, sebagaimana anak-anak di desa saint ini. Mereka hidup bersama keluarga yang bahagia.
Ingatan tentang itu sirna. Yi Xing tidak mau mengingatnya lagi. Percuma saja pikir anak itu. Sekalipun dia mencoba, kenyataan bahwa dia tidak memiliki orang tua tak bisa berubah. Ibu dan ayahnya tidak akan pernah ada di kehidupannya.
“Semoga bibi bisa kembali secepatnya.” Yi Xing bergumam pelan. Sebelum akhirnya terlelap tidur.
Guru Mo menatap badan mungil itu dari depan pintu kamar. Kemudian dia menghela napas berat.
Hari berikutnya.
“Guru Mo, kita mau ke mana?” tanya Yi Xing pagi itu.
Keduanya melangkah pergi sepagi ini, meninggalkan kediaman, memasuki lembah hutan. Guru Mo tidak mengatakan apapun. Yang dia perintahkan hanya meminta Yi Xing bangun pagi, menyiapkan sarapan lalu berangkat. Yi Xing kecil hanya bisa mengikutinya saja tanpa banyak membantah.
“Kita akan ke hutan Liujama.” Guru Mo menjawab pendek.
“Untuk apa kita ke sana, guru Mo?” Yi Xing bertanya lagi. Dia penasaran. Dia belum pernah memasuki itu.
“Berburu binatang iblis,” jawab guru Mo. Matanya melirik bocah yang berjalan menyamai langkahnya. “Kau akan tahu nanti. Ikuti saja apa perintahku tadi!”
Yi Xing mengangguk. Ya, dia akan mengikutinya. Yi Xing tidak akan bertanya apapun lagi. Sampai akhirnya mereka tiba di depan pintu masuk hutan Liujama.
Guru Mo mengeluarkan sepercik kekuatannya untuk membuka tabir pelindung hutan. Maka terciptalah portal pintu untuk masuk. Di hutan ini, jika kekuatan tidak mencapai level saint gold, maka tidak bisa membuka tabir pelindung hutan. Terutama orang biasa. Hutan ini dilindungi demi kebaikan umat manusia.
“Guru Mo, gelap sekali.” Yi Xing mencicit pelan.
Guru Mo melirik anak itu sekali lagi. “Gunakan cincin dewamu.”
Paman mengeluarkan hewan rohnya berbentuk kupu-kupu. Lalu Yi Xing menambahkan kekuatan rohnya pada kupu-kupu roh itu. Maka roh itu menjadi lentera penerang jalan. Oh, hebatnya.
“Kupu-kupu ini bisa digabungkan dengan kekuatan apapun. Namun dia tidak bisa digunakan untuk menyerang lawan, melainkan hanya untuk pelindung saja. Kecuali untuk skala level yang lebih tinggi.” Guru Mo menjelaskan.
Yi Xing mengerti. Mereka berjalan mengikuti jalan setapak. Di sisi kiri dan kanan ditumbuhi pohon besar. Gelap. Menakutkan. Alasan kenapa hutan ini dilindungi dengan tabir kekuatan, karena banyak hewan iblis berkeliaran di dalamnya.
Beberapa di antaranya sedang mengawas dan mengintai setiap langkah kaki guru Mo dan Yi Xing. Namun karena level guru Mo berada di ranah immortal, maka hewan iblis tak berani menyerang.
“Guru, level dewa terbagi dalam berapa tahap?” Yi Xing bertanya sembari menyamai langkah guru Mo.
Sedangkan mereka telah melangkah jauh masuk ke dalam hutan. Kengerian di dalam tempat itu sudah sangat terasa. Apalagi udaranya sangat dingin. Jika orang biasa yang masuk ke hutan ini, bisa jadi mereka akan langsung mati. Sebab terserang kutukan dingin.
Guru Mo mengeluarkan kekuatannya. Yakni tipe gelembung menghangatkan tubuh, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Yi Xing tadi.
“Level dewa terbagi dalam beberapa tahap. Yang pertama ada level saint. Tingkatan ini memiliki battle ranking seratus ribu. Syarat untuk dapat gelar ini biasanya ketika memasuki fase remaja umur lima belas tahun. Lalu level saint jiwa dengan battle ranking dua ratus ribu. Syarat untuk bisa mencapai level ini harus bisa membunuh lebih banyak binatang iblis level di bawahnya.”
Guru Mo masih menjelaskan. Yi Xing jelas menjadi pendengar yang baik.
“Lalu ada tingkatan saint perunggu, saint perak, saint emas, saint dewa, demi god, immortal, dewa agung dan yang terakhir kaisar dewa. Setiap tingkatan naik seratus ribu battle ranking. Jadi ada sepuluh tahap untuk mencapai titik tertinggi, yakni kaisar dewa. Setiap level juga memiliki cincin dewa tersendiri. Biasanya didapatkan dari keturunan darah dewa, tapi ada juga yang bisa mengembangkan cincin dewa sendiri.”
“Cincin dewa terbagi dalam dua bentuk. Yang pertama cincin dewa belakang punggung, di mana ada sepuluh level. Namun kebanyakan saint hanya bisa mencapai level immortal. Maka cincin dewanya hanya berada di tingkat delapan. Sedangkan cincin dewa di tangan, levelnya berdasarkan battle ranking. Untuk mencapai cincin dewa battle ranking, tidak ada batasan. Sementara cincin dewa di punggung bisa naik level jika menambahkan armor dan kekuatan senjata.”
“Lalu, guru Mo telah berada di level apa?” Yi Xing menarik kalimat pertanyaannya.
Langkah mendadak terhenti. Guru Mo menatap lamat-lamat wajah polos anak di depannya ini. Kemudian tanpa aba-aba mengeluarkan cincin dewanya. Yakni di belakang punggung dan di tangan.
Sangat indah. Cincin dewa guru Mo berbentuk dirinya yang perkasa dengan delapan tangan. Setiap roh dewanya memiliki senjata masing-masing di tangan. Lalu cincin battle ranking-nya berada di tingkat kedelapan. Warnanya beragam. Emas, merah dan hitam. Artinya guru Mo memiliki battle ranking delapan ratus ribu. Itu batasannya.
Ketika guru Mo mengeluarkan cincin dewanya, aura sekitar diserbu badai angin berkecepatan tinggi. Hampir menumbangkan pohon-pohon besar. Yi Xing sampai harus dibuat tutup mata. Debu besar tercipta. Hewan-hewan dengan tingkat BR kecil lari tunggang langgang, takut terkena serangan seorang immortal.
Yi Xing dibuat takjub. Benar-benar orang hebat. Ranahnya sudah berada ditingkatan sejati. Dewa abadi. Ini termasuk langka. Jalan menuju dewa sangat sulit. Guru Mo pasti sudah melalui ribuan kesulitan dan puluhan puluhan kematian yang menyakitkan. Untuk menuju menjadi seorang dewa, darah dewa perlu dibangkitkan. Seorang dewa harus bisa melindungi umat manusia dari kekejaman iblis, binatang iblis, manusia jahat yang berkolusi dengan iblis dan sebagainya.
Namun ketakjuban Yi Xing segera sirna manakala satu binatang iblis mendadak datang. Lekas menyerang dari atas kepala guru Mo. Hewan itu besar. Levelnya tinggi. Yi Xing tahu itu.
Seketika saja Yi Xing terpental jauh, tetapi tidak sampai cidera. Sedangkan guru Mo balas menyerang. Lawannya kuat. Sekali-dua kali guru Mo dibuat kewalahan. Bahkan cincin dewa guru Mo digigit oleh binatang iblis singa berekor naga itu.
“Awas!” Guru Mo berseru.
Ekor singa naga ingin menghantam Yi Xing, tetapi bocah itu memiliki akurasi kecepatan luar biasa. Guru Mo bahkan dibuat terkejut. Lumayan juga bisa menghindar. Tingkat refleksifitas Yi Xing cukup akurat.
Yi Xing melompat ke sana-kemari, menghindari serangan sang monster. Hanya itu yang bisa dilakukannya. Jika Yi Xing melawan, maka dia pasti akan kalah. Monster singa itu bukan lawannya. Bahkan guru Mo saja dibuat harus mengeluarkan tenaga ekstra. Sebab level keduanya hampir setara.
“Guru Mo, hati-hati!” Yi Xing berteriak. Memperingati.
Ya, guru Mo paham. Dia mengerti. Dia cepat menghindari serangan monster. Lalu mengeluarkan pedangnya. Guru Mo menunjukkan skill satu, yakni hujan pedang. Itu cukup membuat monster singa kewalahan. Berlari menghindari serangan.
Namun itu tidak cukup untuk melumpuhkan si hewan buas. Karena dia ahli dalam bertempur. Bahkan guru Mo harus terbang supaya bisa membalikkan keadaan.
“Tehnik ketiga dewa immortal, keruntuhan langit!” Guru Mo mengeluarkan tehnik lainnya.
Yaitu badai awan dan petir. Secepat kilat kekuatan itu menyambar hewan iblis. Tepat sasaran. Makhluk itu tersengat bahayanya kekuatan tehnik ketiga guru Mo. Petir kematian.
Yi Xing berseru. Guru Mo hampir berhasil memenangkan pertempuran. Namun ketika kekuatan tehnik ketiga guru Mo berakhir, singa iblis itu melancarkan serangan balasan dengan menyasar ke arah Yi Xing. Bukan ke arah lawannya.
Guru Mo berseru, “Awas!”
Yi Xing belum bisa menghindar. Dia tidak bisa bergerak. Jarum beracun milik singa iblis telah melesat ke arahnya. Bahkan guru Mo saja tidak bisa menghentikannya.
Kurang sepersekian detik, jarum itu seharusnya menusuk kepala Yi Xing. Tetapi mendadak jarum itu melayang di udara, bergerak berputar diam di tempat. Tepat di depan mata Yi Xing.
Kekuatan Yi Xing keluar. Yaitu tehnik bawaan pesona dewa. Matanya yang indah dengan lensa merah dan emas itu bisa menghipnotis siapa saja. Alhasil, jarum beracun itu tidak berhasil menembus pertahanannya. Tertahan sekuat tenaga.
“Tehnik keempat, hujan pedang!” Guru Mo mengeluarkan tehniknya lagi. Itu sukses menumbangkan singa iblis.
Dalam sekali serangan, hewan iblis level saint emas itu terlempar jatuh. Punggungnya menabrak pohon. Membuat pohon itu patah. Jarum beracun yang dilepaskannya juga terjatuh di tanah.
Bukan hanya jarum saja yang terjatuh, Yi Xing juga ikut tumbang. Guru Mo yang melihat itu, gegas terbang cepat, menangkap badan anak itu sebelum jatuh ke tanah.
Guru Mo memeriksa denyut nadi Yi Xing. “Untung dia tidak kenapa-kenapa. Nampaknya konsumsi teknik bawaannya sangat besar, menyebabkan dia kelelahan.”
Guru Mo menghela napas lega. Tangan menggendong Yi Xing, dibawa pergi menjauh diikuti dengan membawa hewan iblis itu. Dia membutuhkannya, sebagai cincin dewa pertama Yi Xing. Sebuah ketidaksengajaan yang bagus.
“Pesona dewi. Nampaknya teknik bawaan ini sangat langka. Sangat jarang bocah laki-laki bisa memiliki tehnik milik perempuan.” Guru Mo bergumam lagi.
Dia memahami sesuatu. Pesona dewi adalah tehnik kuat. Yakni tehnik pertahanan yang sulit dijebol oleh musuh. Karena tehnik ingin mengandalkan intuisi hipnotis.
Fungsinya bukan hanya memanipulasi lawan untuk tertarik pada pemilik tehnik. Tetapi juga sebagai tameng tak terlihat yang tidak akan bisa ditembus oleh senjata apapun. Tehnik pesona dewi dimiliki oleh seorang dewi kecantikan. Rupanya yang memikat, membuat siapa saja jatuh cinta. Selain itu, tehnik ini sebenarnya lebih banyak dimiliki perempuan.
“Sayangnya teknik ini agak lemah. Harus terus diasah supaya bisa menjadi teknik pelindung utamanya.” Guru Mo menambahkan. Lantas sesaat kemudian dia menjauhkan dirinya dari hutan Liujama.
Guru Mo menghela napas. Tangannya sibuk terus menyulut api. Malam ini dia memilih beristirahat di dalam mulut gua, di pinggir hutan Liujama. Rembulan bersinar terang, warna peraknya unik, bulan bulat berbentuk sempurna.
Sesekali dia melirik Yi Xing yang tertidur pulas, beralaskan daun. Gua itu berpasir dan cukup besar. Namun tidak lama kemudian, bocah berambut perak keputihan itu membuka matanya. Dia sudah sadar. Kelelahan karena kehabisan energi membuatnya seperti ini. Pingsan berjam-jam.
“Guru Mo.” Yi Xing berkata lirih.
“Minumlah.” Guru Mo melemparkan kantong minum kepada Yixing. Bocah bermata cokelat itu segera menyambutnya. “Tenagamu habis karena mengeluarkan terlalu banyak tehnik bawaan. Kau perlu istirahat.”
Yi Xing menggeleng selepas meneguk air minum. “Aku baik-baik saja guru Mo.”
Guru Mo sempat mendeham. Lalu diliriknya lagi bocah itu. Dia memerhatikan dengan teliti. Tulang-tulang di badan Yi Xing sangat kuat. Dia berbeda. Itulah mungkin alasan kenapa umurnya yang sekarang sudah memiliki battle ranking setara bocah berusia puluhan tahun. Guru Mo juga teringat tentang sepasang matanya yang tiba-tiba berubah. Merah di sebelah kiri dan emas di sebelah kanan. Dia belum pernah melihat perubahan kontak mata seperti itu sebelumnya.
“Ehm ..., dari mana kau mendapatkan tehnik bawaan itu?” tanya guru Mo. Dia penasaran. Tangan mengurut dagu. Ada jambang tipis.
Yi Xing menatap kedua tangannya. Kepala menggeleng. Masih agak terasa sakit. “Aku tidak tahu.”
“Apakah Yi Ning yang mengajarimu?”
Yi Xing menggeleng lagi. “Tidak. Bahkan bibi mungkin tidak tahu ini. Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi.”
“Lantas, apakah kau tahu kalau kau memiliki tehnik bawaan ini?”
Yi Xing menatap guru Mo lekat-lekat. “Tidak.”
“Ehm ..., biar aku jelaskan. Tehnik bawaan yang kau keluarkan tadi adalah tehnik pesona dewi. Tehnik ini sangat langka. Kau mungkin tidak tahu mendapatkannya dari mana. Kemungkinan kau mendapatkannya dari darah orang tuamu.” Guru Mo menjelaskan, Yi Xing masih mendengarkan. “Tehnik ini sangat berguna, karena berfungsi sebagai tehnik perlindungan dan tehnik ketidakmungkin. Kau bisa menggunakannya saat terjebak dalam bahaya atau darurat. Tehnik pesona dewi sudah lama menghilang. Tidak ada yang memilikinya lagi. Tehnik ini sangat langka, sudah jarang orang-orang memiliki darah Dewi kecantikan.”
“Tehnik ini memungkinkan seorang saint tahap awal tidak mudah terdeteksi musuh atau secara ajaib menghilang, tak kasat mata. Sedangkan bagi pemilik saint, tehnik ini berguna untuk mendeteksi lawan. Jarak jangkauannya sangat luas. Bahkan dikatakan bisa menyapu pandangan di seluruh jagat raya.”
“Tehnik bawaan yang kau keluarkan adalah tehnik pertama. Tehnik itu membentuk formasi perlindungan. Semakin tinggi levelnya nanti, maka tehnik ini bisa mencapai ranah alam semesta. Dia juga bisa membentuk tameng tak kasat mata paling kuat. Dikatakan, Dewi kecantikan sebagai pemilik tehnik tidak terkalahkan di medan perang. Sayangnya, Dewi kecantikan lebih memilih mati bersama pesonanya.”
“Guru Mo ....” Yi Xing memotong ucapan. Guru Mo mendengarkannya. “Apakah tehnik pesona dewi ini bisa terus ditingkatkan?”
Guru Mo mengangguk. “Ya, kau bisa terus meningkatkan kekuatannya. Namun untuk usiamu sekarang, tehnik ini belum bisa menghipnotis lawan yang lebih kuat. Kau perlu terus menempanya hingga menjadi tameng tak tertembus.”
“Jika usiaku sudah di atas sepuluh tahun, apa yang akan terjadi pada tehnik bawaan ini, guru Mo?” Yi Xing bertanya lagi.
Guru Mo terus menjelaskan. “Fisikmu akan berubah. Mereka yang menatap matamu dengan tehnik dewi ini secara alamiah akan menganggapmu dewa sempurna. Kau dianggap sangat cantik, orang-orang akan memujamu. Sehingga tanpa sadar mereka akan patuh denganmu. Namun dengan catatan, lawan yang kau hadapi memiliki battle ranking yang sama denganmu. Jika ranah lawanmu ada di level saint gold atau saint dewa, maka kau tidak bisa menghipnotis mereka.”
“Baik guru, aku mengerti.” Yi Xing mengangguk.
Penjelasan guru Mo bisa dimengerti. Yi Xing memahami itu. Entah dari mana asal-usul tehnik ini, setidaknya akan berguna bagi Yi Xing. Dia harus melatihnya supaya menjadi tehnik bawaan yang kuat.
Guru Mo mendeham lagi sebelum berkata kembali. “Berhubung kau memiliki tehnik bawaan ini, maka aku akan memberikan tulang binatang iblis ini padamu. Dia sepertinya sangat cocok untuk tehnik pesona dewi. Tulang ini sama-sama memiliki cincin yang sama dengan tehnik itu. Tehnik pesona dewi. Di mana kucing akan memikat mangsa dengan tingkah mereka yang terlihat lucu.”
Yi Xing terus menganggukkan kepalanya. “Baik guru, aku akan melakukannya.”
Yi Xing ambil posisi, duduk bersila. Matanya terpejam, tangan telah bersiap. Guru Mo mengeluarkan tulang binatang iblis untuk diserap Yi Xing. Tulang binatang iblis adalah tulang milik dewa. Dalam legenda, dewa pencipta meninggalkan dunia untuk berlebur menjadi alam semesta. Darah dan tulang belulangnya tersebar ke seluruh alam semesta. Jika manusia memiliki garis darah dewa, maka sudah dipastikan mereka bisa menaiki tahap saint untuk menjadi dewa seutuhnya.
Perlahan tulang itu mulai memasuki tehnik pesona dewi Yi Xing. Tehnik itu memang benar-benar langka. Selain itu, tehnik pesona dewi itu tidak mengenal battle ranking. Sebab dia akan menyerapnya dengan mudah tanpa kendala. Berbeda dengan cincin dewa. Setiap cincin dewa harus menyesuaikan diri dengan tulang binatang iblis yang akan mereka serap.
“Sungguh tehnik bawaan yang menakjubkan.” Guru Mo bergumam pelan.
••••
Esok hari kemudian.
Matahari sudah meninggi. Sekeluarnya dari hutan Liujama, Yi Xing merasa kekuatan tehniknya mulai meningkat. Dia jauh lebih peka.
Bocah itu mengikuti langkah kaki guru Mo. Mereka pulang hari ini ke desa saint jiwa. Mengikuti jalan setapak di bawah kaki bukti. Ada semak-semak indah, lalu jauh mata memandang ke depan, bunga merah muda telah bermekaran. Banyak kupu-kupu berterbangan ke sana-sini.
“Setelah hari ini, kita akan ke ibukota Guiyang.” Guru Mo memberitahu.
Yi Xing cepat-cepat menyamai langkah kaki pria di depannya. “Untuk apa guru Mo ke sana?”
“Masa libur akademi telah berakhir. Aku harus kembali mengajar murid-murid di akademi Tianmen.”
“Akademi Tianmen?” Yi Xing mengulangi. Ucapannya sangat polos.
Guru Mo mendeham, membenarkan ucapan Yi Xing tadi. “Aku mengajar murid di sana.”
“Mengajar murid menjadi saint?” Yi Xing bertanya lagi.
“Ya.”
“Apakah aku bisa masuk akademi Tianmen, guru Mo?”
Guru Mo mengangguk. “Tentu bisa. Aku akan mengajakmu ke sana dan tinggal di akademi. Aku akan mengajarimu.”
Yi Xing berseru girang. Dia belum pernah ke ibukota kekaisaran. Bibi tidak pernah mengajaknya ke sana. Selama hidupnya, Yi Xing hanya tinggal di desa saint jiwa yang indah. Tidak pernah keluar.
Desa saint jiwa memiliki gunung, bukit, sungai yang jernih, kebun bunga yang luas, ladang bunga yang cantik, desa yang asri. Semua itu hanya ada di sini. Bibi bilang bahwa hanya desa saint jiwa yang paling baik. Tetapi sesekali dia bilang kalau kota Guiyang juga tak kalah hebat. Orang terkuat di kekaisaran ini tinggal di sana.
Guru Mo tertawa melihat antusiasme Yi Xing. Dia berlari ke sana-sini, mengejar kupu-kupu. Perasaan itu muncul karena Yi Xing sebentar lagi akan sampai di ibukota kekaisaran.
“Guru, apakah murid-murid akademi juga memiliki battle ranking yang besar?” Yi Xing kembali menyamai langkah kaki pria itu.
Guru Mo mengangguk. “Ya. Ada cukup banyak pemilik BR di atas sepuluh ribu yang seusiamu.”
“Wah, luar biasa.”
“Ketika sampai di sana, cobalah untuk tidak menunjukkan tehnik bawaanmu. Rahasiakan semuanya. Kau gunakan saat ikut dalam pertandingan calon saint.” Guru Mo memberitahu.
Dahi Yi Xing sempat mengerut. Dia heran. “Memangnya kenapa, guru?”
“Di ibukota tidak semua yang kau lihat adalah orang-orang baik. Dengan menyembunyikan tehnik bawaan, setidaknya—tidak akan ada orang jahat yang mengincar darahmu.”
“Baik guru, aku mengerti.” Anak itu mengangguk sopan.
Guru tersenyum hangat. Yi Xing bocah yang mudah diatur dan diajak bicara. Dia kelihatan jenius. Dia juga sopan. Guru Mo merasa cocok dengannya.
Hingga tidak terasa mereka telah sampai di desa saint jiwa. Beberapa saint jiwa di sana menyapa guru Mo. Dia terkenal di desa ini. Siapa yang tidak tahu tentang dirinya. Salah satu dekan paling populer di akademi Tianmen.
“Guru Mo, terima kasih, berkat Anda, putraku berhasil menjadi saint silver. Dan sekarang dia sudah menjadi anggota prajurit elit di kekaisaran.” Satu orang berkata. Kala itu dia mendatangi guru Mo yang berjalan di tengah desa. Dia pria tua.
Yi Xing melihatnya sekali. Tetapi dia tidak ingin mendengarnya. Itu bukan urusan bocah enam tahun itu.
Guru Mo mengangguk pelan. “Semua itu karena kemampuan putra Anda. Aku hanya mengarahkan. Aku berharap semakin banyak saint terlahir di desa ini.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!