NovelToon NovelToon

PPJ (PRIA-PRIA JOMBLO)

Episode 1 Kerandoman Di Pagi Hari

Alta, Nata, dan Dion merupakan pria-pria tampan berusia 24 tahun. Mereka merupakan mahasiswa abadi di salah satu universitas swasta di kota itu.

Mereka bertiga sudah bersahabat dari semenjak mereka masih menjadi embrio. Mereka selalu bersama-sama ke mana pun, disaat duka maupun susah mereka tidak pernah terpisahkan bahkan sial pun selalu menempel di kehidupan ketiganya.

Misi mereka bertiga adalah ingin mencari pacar anak orang kaya yang cantik supaya hidup mereka sejahtera dan memperbaiki keturunan.

"Gue duluan," seru Nata.

"Enggak, gue duluan," tolak Dion.

"Ah, lu rese, gue sudah gak tahan ini sudah diujung tanduk," seru Nata dengan memegang perutnya.

Nata, dan Dion saling berebut masuk kamar mandi. Mereka tinggal di sebuah kontrakan dan kebiasaan pagi mereka selalu saja berselisih rebutan kamar mandi.

Sedangkan Alta adalah pria yang paling rajin, dia selalu bangun paling awal jadi dia tidak perlu capek-capek rebutan kamar mandi seperti kedua sahabatnya itu.

Duuuuuuuutttttt....

Gas beracun mulai menyembur membuat Dion seketika mundur dan Nata memanfaatkan situasi untuk masuk ke dalam kamar mandi lalu menguncinya.

"Sialan Lo, bau banget!" teriak Dion.

"Tadi kan gue sudah bilang, sudah di ujung tanduk, Lo aja yang ngeyel!" teriak Nata dari dalam kamar mandi.

Dion menghampiri Alta yang saat ini sedang membuat sarapan.

"Kalian itu gak capek apa, setiap pagi selalu rebutan kamar mandi?" seru Alta.

"Capek sih, tapi ya mau bagaimana lagi kita bangunnya selalu bersamaan," sahut Dion.

"Makanya bangun lebih awal kaya gue, jadi aman mau pakai kamar mandi berapa lama pun gak bakalan ada yang ganggu," seru Alta sembari sibuk memasak.

Dion tidak mendengar ocehan Alta, dia pun mencomot tempe yang baru saja matang.

"Berarti nanti Lo makan jangan pakai tempe karena jatah Lo sudah Lo makan duluan," seru Alta dingin.

"Yaelah, cuma makan satu doang lagipula itu tempe banyak tinggal goreng aja," sahut Dion santai.

"Tidak bisa, gue sudah mengatur semuanya. Memangnya Lo pikir ini tempe buat satu hari makan apa? gue sudah ukur panjang tempe ini 25 centi meter, dan harus cukup untuk lima hari jadi perharinya aku bakalan potong sebesar lima centi dan lima centi itu dibagi tiga bagian buat Lo, Nata, dan gue. Barusan Lo sudah makan, berarti nanti Lo makan hanya sama telor ceplok aja," sahut Alta panjang lebar.

"Terserah Lo, gue bingung kalau berhadapan sama manusia kalkulator kaya Lo," kesal Dion.

Tidak lama kemudian, Nata pun selesai mandi dan Dion dengan cepat masuk dan bergantian untuk mandi.

Ketiga pria tampan itu masih tercatat sebagai mahasiswa di sebuah universitas, mereka terkenal sebagai mahasiswa abadi karena sudah usia 24 tahun mereka masih betah kuliah malahan teman-teman seangkatan mereka sudah banyak yang sukses tapi mereka bertiga, boro-boro sukses, skripsi saja tidak selesai-selesai.

Sementara itu di sebuah rumah mewah dan megah, seorang gadis cantik masih bergelung di dalam selimutnya.

"Marni, si Bee belum bangun?" tanya Echa.

"Belum Nona, Non Bee susah sekali dibanguni," sahut Marni.

"Astaga, anak itu kebo banget sih," gerutu Echa.

Echa bangkit dari duduknya lalu mengambil toa yang biasa dipakai di mesjid-mesjid. Echa masuk ke dalam kamar Bee dan menghampiri Bee yang masih terlelap tidur itu.

"Bianca Anggita, cepat bangun!"

Seketika Bee bangun saking kagetnya dengan suara cempreng kakaknya itu ditambah kakaknya teriak menggunakan toa.

"Astaga kakak, bisa tidak sehari saja tidak mengganggu kesenangan orang!" bentak Bee.

"Tidak bisa," sahut Echa santai.

Bee sungguh sangat kesal kepada kakaknya itu, akhirnya dengan emosi yang memuncak Bee pun menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Echa dan Bee adalah kakak beradik namun mereka tidak pernah akur, tapi walaupun begitu mereka saling peduli satu sama lain. Sementara itu kedua orang tua Echa dan Bee jarang ada di rumah, mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Setelah selesai mandi dan berganti baju, Bee pun turun ke bawah untuk sarapan.

"Cemberut mulu, nanti wajah kamu semakin jelek kalau cemberut seperti itu," ledek Echa.

"Bodo amat."

Echa memperhatikan penampilan Bee. "Kamu itu kenapa sih? suka banget berpenampilan norak seperti itu?" seru Echa.

"Norak bagaimana?"

"Kita itu anak dari pasangan pengusaha hebat dan kaya, masa iya kamu ke kampus hanya memakai baju sederhana seperti itu," seru Echa.

"Memangnya kenapa? suka-suka aku dong, lagipula semua orang itu hanya tahu kakak yang anaknya Mama dan Papa jadi aku santai-santai saja karena mau ngelakuin kejahatan sekali pun, paparazi gak bakalan tahu siapa aku," ketus Bee.

"Ya makanya kalau Mama sama Papa ajak ke acara mereka itu kamu ikut, biar semua orang juga kenal siapa kamu," seru Echa.

"Idih ogah, aku gak seperti kakak ya yang gila status," ketus Bee dengan bangkit dari duduknya.

"Apa kamu bilang? gila status? kamu jangan sembarangan ya, kalau ngomong," sentak Echa.

Bee menutup kedua telinganya dengan earphone, lalu Bee melangkahkan kakinya dengan santai keluar rumah meninggalkan Echa yang sudah terlihat kesal itu.

Kedua kakak beradik itu memang mempunyai sifat yang jauh berbeda. Echa adalah anak yang penurut, apa pun yang dikatakan dan diperintahkan oleh kedua orang tuanya selalu dia turuti berbeda dengan Bee yang pembangkang dan tidak mau diatur-atur.

Bee memilih hidup bebas tanpa terkekang oleh kedua orang tuanya. Bahkan Bee sampai kabur dari Amerika karena dia sama sekali tidak mau kuliah di luar negeri.

"Non, ini kunci motornya sudah saya panaskan tadi," seru Pak Baden.

"Terima kasih, Pak."

Bee segera mengendarai motor matic kesayangannya itu, sebelum ke kampus dia mau jemput sahabatnya dulu Violet. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Bee pun sampai di depan rumah Vio.

Baru saja Bee mau menghubungi Vio, tiba-tiba gerbang terbuka dan Vio keluar dengan terburu-buru bahkan sampai nyeker.

"Bee, buruan pergi," seru Vio.

"Kenapa Lo? pakai dulu sepatunya," seru Bee.

"Sudah buruan jalan, nanti saja gue pakai di jalan," sahut Vio.

"Viooooooo!"

"Nah kan Mak Lampir sudah teriak-teriak, buruan tancap gas," seru Vio panik.

Bee ikut panik, dia pun langsung menancapkan gas motornya sedangkan Mami Vio teriak-teriak memanggil Vio tapi Vio tidak memperdulikannya.

"Lo kenapa sih? Mami Lo sampai teriak-teriak gitu?" tanya Bee.

"Kaya Lo gak tahu aja, seperti biasa gue disuruh ketemuan sama anak sahabat Papi," sahut Vio.

"Mending Lo turutin aja apa kata Mami Lo, kali aja cowok yang mau dijodohin sama Lo itu ganteng," seru Bee.

"Bukan masalah ganteng atau enggaknya, gue belum mau pacaran ataupun menikah, ribet tahu," sahut Vio.

Tiba-tiba suara klakson motor terdengar sangat nyaring membuat Bee langsung menghentikan laju motornya.

Seorang gadis cantik membuka helm full facenya, dan melihat ke arah kaki Vio.

"Ngapain Lo nyeker?"

"Biasalah dikejar Mak Lampir," sahut Vio.

Vio turun dari motor Bee dan segera memakai sepatunya.

"Kualat Lo, ngatain Emak Lo Mak Lampir," seru Valerie.

Ya, gadis yang memakai motor sport itu bernama Valerie. Diantara ketiga gadis cantik itu, Valerie memang sedikit tomboy bahkan Valerie sangat jago beladiri.

Bee, Vio, dan Valerie merupakan putri konglomerat tapi mereka tidak mau hidup dengan nama besar kedua orang tua mereka maka dari itu, mereka memutuskan untuk menyembunyikan identitas mereka karena mereka ingin hidup bebas tanpa dibayang-bayangi nama besar dari kedua orang tua mereka.

*

*

*

Hallo guys, ini merupakan novel kompilasi ya. Bagi pembaca setiaku yang mengikuti karyaku selama ini pasti tahu nama-nama di atas itu tokoh di novel mana.

Terlepas dari novel yang lainnya, ini adalah cerita baru hanya saja nama-nama tokohnya aku ambil dari nama tokoh-tokoh di novel aku sebelumnya semoga kalian suka.

Episode 2 Pertemuan Pertama

Ketiga gadis cantik itu pun melanjutkan perjalanannya menuju kampus. Diantara ketiga gadis cantik itu, ternyata mereka paket lengkap.

Valerie sedikit tomboy dan jago beladiri, Vio gadis feminim dan manja, sedangkan Bee, dia termasuk gadis random karena dia bisa menjadi gadis tomboy dan feminim sesuai situasi dan kondisi.

Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di kampus. Alta, Dion, dan Nata dengan santainya berjalan di tengah jalan karena mereka sedang asyik makan gorengan yang mereka beli di pinggir jalan.

"Woi, awas!" teriak Bee.

Ketiga pria itu membalikan tubuhnya, mereka sama-sama kaget.

Bruuukkkk...

Bee dan Vio jatuh dari motor, sedangkan Alta pun tersungkur ke tanah berbeda dengan Nata dan Dion yang langsung menghindar jadi mereka aman.

"Astaga, Bee, Vio, kalian tidak apa-apa 'kan?" tanya Valerie yang langsung turun dari atas motornya.

"Pantat gue sakit," keluh Vio.

"Kaki gue woi, ketiban motor!" teriak Bee.

"Astaga, kalian itu cowok apa bukan sih? tolong angkat motornya!" teriak Valerie kepada Dion dan Nata.

Dion dan Nata kaget, lalu mereka pun membantu mengangkat motor Bee. Berbeda dengan Alta yang tampak terduduk dan melihat bungkusan gorengan yang terjatuh dan gorengannya berserakan di tanah.

"Kalian itu kenapa sih, jalan di tengah? sudah bosan hidup, ingin bunuh diri?" setak Bee.

Alta mengepalkan tangannya dan bangkit lalu berdiri di hadapan Bee dengan tatapan tajamnya. "Kalau kamu tidak bisa bawa motor mending jalan kaki saja daripada membahayakan nyawa orang lain!" sentak Alta dengan menunjuk-nunjuk kening Bee dengan jari telunjuknya.

Bee menepis tangan Alta dengan kasarnya. "Kamu tuh yang jalan gak lihat-lihat. Memangnya ini jalan milik emak bapak kamu apa, sudah tahu banyak kendaraan malah jalan di tengah," sahut Bee tak kalah meninggikan nada bicaranya.

"Pokoknya aku gak mau tahu, ganti rugi karena sekarang kakiku lecet di tambah gorengan kita jatuh berantakan dan gak bisa di makan lagi," seru Alta dengan mengulurkan tangannya meminta uang ganti rugi kepada Bee.

"Apaan, lo gak lihat apa teman gue kakinya memar gitu ketiban motor, seharusnya lo yang tanggung jawab," sentak Vio.

"Enak saja, kalian yang harus tanggung jawab. Ini kawasan kampus, seharusnya melajukan motor dengan pelan-pelan bukannya ngebut kaya di sirkuit," sahut Dion yang mulai maju karena tidak mau mengganti rugi.

"Gak apa-apa gak ganti rugi luka lecet si Alta, setidaknya lo ganti rugi gorengan kita yang jatuh karena sayangkan beli gorengan sepuluh ribu sia-sia gak bisa kemakan," seru Dion.

"Astaga, kenapa di otak kalian yang ada hanya gorengan sih? Bee, ganti aja cuma sepuluh ribu doang berisik banget perkara gorengan," kesal Valerie.

"Val, aku gak ada uang cash, pakai uang kamu dulu," sahut Bee.

"Sama, aku juga belum ngambil uang kemarin baru aja aku pakai," sahut Valerie.

"Kamu ada gak, Vio?" tanya Bee.

Vio pun merogoh tasnya, dan ternyata dompetnya ketinggalan di rumah karena tadi dia terburu-buru. "Dompet aku ketinggalan di rumah," sahut Vio.

Alta, Dion, dan Nata serempak melipat kedua tangan mereka di dada lalu menatap tajam ke arah tiga wanita cantik itu.

"Ya ampun, wajah kalian cantik-cantik, barang yang kalian pakai sepertinya barang mahal, tapi uang kok gak punya," ledek Dion.

"Kalau dilihat dari penampilannya, pasti selera kalian itu om-om yang perutnya buncit dan banyak duitnya," sambung Nata.

Bughhh...

Satu pukulan Valerie mendarat di perut Nata membuat Nata mengaduh kesakitan.

"Sembarangan kalau ngomong, memangnya di dunia ini sudah tidak pria lajang apa? kita itu bisa mendapatkan semua pria, jadi jangan seenaknya kalau ngomong," geram Valerie.

"Percaya karena kalian cantik-cantik, siapa yang tidak tertarik sama kalian. Tapi sorry, kita sama sekali tidak tertarik dengan wanita kere seperti kalian," ledek Dion.

"Apa, wanita kere?" geram Valerie.

Valeri hendak memukul Dion namun Bee menahannya. "Sudahlah Val, ngapain sih ngeladenin pria-pria kaya mereka hanya buang-buang waktu saja, ayo kita pergi." Bee mengajak ke duanya pergi.

Vio dari tadi sibuk mencari-cari sesuatu di dalam tasnya, hingga akhirnya dia pun menemukan barang yang dia cari. "Nah, ini dia," seru Vio dengan memperlihatkan selembar uang lima ribu kepada sahabat-sahabatnya.

"Kemarin aku habis beli es krim dan aku ingat ada kembaliannya. Ini, kita hanya punya lima ribu, sisanya nanti kita bayar," seru Vio sembari memberikan uang itu kepada Alta.

"Mana cukup, kita tadi beli gorengan sepuluh ribu," sahut Alta dengan kesalnya.

Bee mendekati Alta membuat Alta memundurkan langkahnya karena kaget. "Dasar cowok gak tahu malu, hanya gara-gara uang sepuluh ribu aja ribut. Nanti kita ganti 10 kali lipat, sekarang kita lagi gak punya uang cash," sentak Bee.

"Janji ya, kamu harus ganti 10 kali lipat kalau tidak, aku bakalan nyariin kamu dan tagih janji kamu," seru Alta.

Bee, Vio, dan Valerie pun pergi meninggalkan ketiga pria tampan itu. "Dasar banyak alasan, mana bisa ganti 10 kali lipat, ganti sepuluh ribu aja mereka gak punya," kesal Dion.

"Pokoknya kita harus tagih janji dia, lumayan seratus ribu bisa buat beli mie satu dus plus telor," sahut Alta.

Ketiga pria tampan itu pun pergi menuju kelas mereka. Ketiganya mengambil fakultas pertanian karena orang tua mereka di kampung adalah seorang petani dan mereka ingin menjadi petani sukses.

Sesampainya di kelas, mereka pun duduk di kursi masing-masing. "Eh, ngomong-ngomong kok gue baru lihat ketiga cewek itu atau mungkin karena gue gak tahu aja ya," seru Dion.

"Sama, gue juga baru lihat mereka. Mereka fakultas apa?" tanya Nata.

Seketika Alta menepuk jidatnya sendiri. "Astaga, kenapa tadi aku lupa nanyain mereka fakultas apa? terus, nanti kalau mau nagih janji mereka ke mana?" Alta terlihat sangat kesal.

"Yaelah, sama juga bohong dong. Gak jadi deh beli mie satu dus sama telor," sahut Dion lemas.

"Ah, lo kadang-kadang bego juga, Al. Katanya genius dan merangkap jadi asisten dosen, tapi kaya ginian malah lupa," kesal Nata.

Ketiga pria tampan itu hanya bisa menghembuskan napasnya kasar, nasib soal memang tidak pernah pergi dari kehidupan ketiganya.

Diantara ketiganya, hanya Alta yang genius maka dari itu dia sudah wisuda duluan tahun lalu. Dia pergi ke kampus karena dia menjadi asisten dosen, sehingga dia akan ke kampus setiap hari untuk menggantikan dosen yang tidak bisa masuk.

Sebenarnya, Alta bisa saja membantu kedua temannya untuk wisuda namun Alta tidak mau membantu mereka karena Alta ingin kedua temannya itu berusaha dengan kemampuan mereka sendiri.

Episode 3 Sial Lagi

Bee, Vio, dan Valerie siang ini sedang maka siang di kantin kampus. "Habis ini kalian mau ke mana?" tanya Valerie.

"Aku males pulang, pasti Mami bakalan maksa aku buat ketemuan sama pria pilihan mereka," sahut Vio.

"Sama, aku juga malas pulang. Di rumah sepi banget, yang ada aku bakalan berantem terus sama Kak Echa," sambung Bee.

"Aku juga sebenarnya malas juga karena orang tuaku gak pernah peduli sama aku, mereka hanya sibuk dengan bisnis mereka saja," seru Valerie.

"Makanya, banyak sebagian orang yang bilang kalau hidup kita itu sudah sempurna. Mau apa pun tinggal bilang, dikasih fasilitas lengkap di rumah, tapi mereka tidak tahu kalau menjadi kita itu sungguh tidak menyenangkan. Aku ingin bebas melakukan apa pun tanpa di perhatikan oleh semua orang, dan aku juga ingin hidup penuh kehangatan bersama keluarga bukanya malah hidup sendiri terus di rumah," keluh Bee.

Ketiganya termenung, entah apa yang harus mereka lakukan. Tiba-tiba, ketiga pria tampan masuk ke dalam kantin dan celingukan mencari tempat kosong.

"Al, lo yakin ngajak makan di kantin? memangnya lo punya uang?" tanya Dion.

"Astaga, sepanjang jalan kamu nanyain itu terus. Hari ini aku dapat rejeki nomplok, dua dosen yang gak masuk memberi aku uang yang lumayan besar. Sekali-kali kita makan di kantin lah, beli bakso gitu bukannya terakhir kita makan bakso itu bulan kemarin," sahut Alta.

"Ah iya juga, miris banget hidup kita ya," seru Nata dengan wajah sedihnya.

"Sudahlah, sekarang kita makan bakso dulu tapi ingat pesannya hanya satu porsi dan minumnya es teh manis saja," seru Alta merangkul pundak Dion dan Nata.

Pada saat Alta hendak memesan makanan, dia melihat ke arah tiga wanita cantik yang tadi pagi sudah mengajaknya adu urat.

"Kalian pesan saja, aku ke sana dulu," seru Alta.

Dion dan Nata tidak memperdulikan Alta yang jelas saat ini mereka pesan bakso.

"Hayo, aku mau tagih janji kamu," seru Alta dengan duduk di hadapan Bee.

"Apaan sih gak jelas, janji apaan?" ketus Bee.

"Astaga, baru saja tadi pagi ngucapin janji sudah lupa. Ingat, tadi pagi kamu menabrak aku sampai gorengan aku jatuh semua dan kamu bilang, kamu akan menggantinya 10 kali lipat. Sekarang mana uangnya," seru Alta dengan mengulurkan tangannya ke arah Bee.

"Oh, si cowok gorengan. Dasar gak tahu malu, sampai di tagih-tagih terus," kesal Bee.

"Sudah jangan banyak alasan, mana uangnya."

"Bee kasihlah, rewel banget si lo jadi cowok," kesal Valerie.

Bee pun mengeluarkan dompetnya, kebetulan dia baru saja mengambil uang dari ATM. Bee mengeluarkan uang 100 ribu dari dompetnya lalu menempelkan uang itu di kening Alta. "Makan tuh duit," seru Bee.

"Nah, ini baru benar," sahut Alta dengan senyumannya.

Dion dan Nata pun datang menghampiri dengan membawa mangkok berisi bakso itu. "Kita duduk di sini saja soalnya kursinya penuh," seru Dion.

"Eh, apaan lo. Jangan duduk di sini, cari kursi lain sana," kesal Valerie.

"Yaelah, lo gak bisa lihat apa kalau kursinya penuh," sahut Dion.

Tiba-tiba ponsel Bee berdering dan ternyata itu adalah telepon dari kakaknya. "Ada apa, Bee?" tanya Vio.

"Biasalah nanyain lagi di mana? kenapa belum pulang? bawel banget punya kakak yang satu itu," kesal Bee.

"Terus, sekarang kamu mau pulang?" tanya Valerie.

"Iyalah, daripada nanti aku dilaporin kepada Mami sama Papi mending aku pulang," sahut Bee dengan bangkit dari duduknya.

"Ya sudah, aku juga ikut pulang," seru Vio.

Begitu pun dengan Valerie yang ikut bangkit juga, tanpa basa-basi mereka pun langsung pergi. Alta, Dion, dan Nata terus memperhatikan ketiga wanita itu sampai menghilang.

"Kalau dilihat-lihat, mereka cantik-cantik banget loh," seru Nata dengan mulut penuh makanan.

"Cantik sih cantik tapi kere, ingat wanita kaya mereka itu hanya akan menyusahkan saja," sahut Dion.

"Tahu dari mana kalau mereka kere?" tanya Alta.

"Astaga, katanya genius tapi sudah pikun. Lihat saja tadi pagi, mereka datang ke kampus hanya memakai motor kalau mereka anak orang kaya, pasti sudah pakai mobilah," sahut Dion.

"Iya juga, mana tadi mereka sok-sok'an gak ada duit padahal kenyataannya mereka memang kere," sambung Nata.

"Berarti mereka bukan termasuk incaran kita," seru Nata kembali.

Alta hanya diam saja, ketiganya pun kembali melanjutkan makan bakso dengan lahapnya.

"Eh maaf, gadis-gadis cantik yang tadi duduk di sini mana?" tanya Pak Sholeh.

"Sudah pergi, Pak," sahut Alta.

"Lah, mereka belum bayar makanannya. Apa semuanya mau dibayar sama kalian?" seru Pak Sholeh.

Uhuk.. uhuk.. uhuk...

Ketiga pria tampan itu langsung terbatuk secara bersamaan, setelah itu saling pandang satu sama lain.

"Nah, benar 'kan apa kata gue mereka itu hanya akan menyusahkan saja," seru Dion.

Wajah ketiganya langsung berubah lemas, apalagi Alta. "Baru saja dia ngasih uang 100 ribu dan sekarang aku harus bayarin mereka makan. Kalau begini, sama saja bohong," batin Alta dengan kesalnya.

Sementara itu, di perjalanan. "Astaga Bee, bukanya kita belum bayar makanannya," seru Vio.

Seketika Bee langsung menghentikan motornya membuat Valerie yang berada di belakang Bee kaget dan menekan rem.

"Ya ampun Bee, untung aku pemotor profesional. Ngapain sih pake berhenti mendadak segala!" teriak Valerie.

"Val, kita belum bayar makanan kita di kantin," sahut Bee.

"Astaga, iya juga. Terus bagaimana? masa iya kita harus kembali ke kampus, ini sudah jauh," seru Valerie.

"Ya sudahlah, besok saja. Besok 'kan kita ke kampus lagi," seru Vio.

Akhirnya mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka. Bee seperti biasa mengantar Vio pulang ke rumahnya, habis itu Bee pun pulang.

Sesampainya di rumah, Bee melihat sebuah mobil yang tidak asing lagi bagi dirinya. "Yaelah polisi bucin ada di rumah," batin Bee dengan kesalnya.

Bee pun masuk ke dalam rumah dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya. "Bianca Anggita, kamu gak lihat di sini ada siapa? gak sopan banget gak salam dulu," seru Echa.

Bee memutar bola matanya jengah, dia pun berbalik dan mencium punggung tangan calon suami kakaknya itu.

"Kenapa jam segini baru pulang, Bee?" tanya Adam.

"Biasalah Kak, nongkrong dulu," sahut Bee.

Bee menjatuhkan tubuhnya di samping Adam. "Nongkrong sama cowok apa cewek?" tanya Adam.

"Ih, Kak Adam sudah ketularan Kak Echa deh banyak tanya mulu," kesal Bee.

"Bee, kalau main itu harus jelas sama siapa supaya kalau ada apa-apa, Kak Adam tahu."

Bee malas menjawab pertanyaan calon kakak iparnya itu, dia pun bangkit dari duduknya dan naik menuju lantai dua.

"Dasar anak itu, kalau dibilangin gak pernah mau nurut," kesal Echa.

"Sudah gak apa-apa, kamu tenang saja sayang, karena aku akan selalu mengawasi Bee," seru Adam.

Adam dan Echa sudah 2 tahun menjalin hubungan, namun keduanya belum bisa melangkah ke pelaminan karena orang tua Bee dan Echa masih berada di luar negeri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!