Kisah ini berada dalam era sejarah, di saat Raja Jayanagara memegang kendali Kerajaan Majapahit dan Menteri Besarnya adalah Candrakumara Dewananda.
Sebuah pedang secepat kilat cahaya, sebuah keinginan sekokoh Himalaya. Cahaya suku di wajahnya dan hanya satu impian di matanya. Yaitu melihat bendera Majapahit menghiasi langit di Pulau Jawa, dipadu dengan kemenangan.
"Kita akan penuhi impian Raja Jayanagara yaitu mengalahkan Kerajaan-Kerajaan yang menentang. Tidak seperti harta dan simpanan musuh, modal kita adalah kaya dengan darah yang siap dikorbankan. Kita baktikan setiap hembusan napas kita untuk Kerajaan Majapahit. Kita adalah guntur di hadapan badai apapun. Dan kita adalah lautan api di hadapan guntur!" ucap sang Mahapatih dengan penuh kelantangan seakan menginginkan seluruh nusantara mendengar ucapannya.
Peperangan kembali dimenangkan oleh Mahapatih Candrakumara untuk kesekian kalinya. Setelah perang berakhir, dia dan pasukannya beristirahat di tenda yang sudah dipersiapkan oleh prajuritnya.
"Tuan, ada seorang Putri yang datang dari Sumatera. Dia membawa pesan dari Raja Sanjaya. Putri itu ingin menemuimu," ucap seorang prajurit seraya menyodorkan surat yang diterimanya dari sang Putri.
"Apakah sang Raja ingin menawarkan putrinya padaku?" tanya Candrakumara.
Prajurit itu pun kemudian membaca isi surat yang ada di tangannya.
"Dia mengatakan, pasukan Amir Ghazali telah mengepung benteng pertahanannya dan dia butuh bantuan kita."
"Arya, haruskah kita memperjuangkan milik kita ataukah membantu Raja itu? Kita harus segera menuju Jawa Timur. Suruh Putri itu pergi," ucap Dananjaya.
"Tapi Tuan, Putri itu tetap bersikeras bertemu Mahapatih."
"Arya, pergilah!" perintah Dananjaya.
"Baik."
Meskipun sudah dilarang, sang Putri tetap memaksa untuk masuk hingga beberapa prajurit menodongkan pedang mereka ke arahnya tetapi dia tidak menghiraukannya. Hingga saat seorang prajurit hampir menebas kepalanya, Candrakumara menghentikannya.
"Dananjaya, tolong antar dia pulang secara terhormat," ucap Candrakumara.
Sang Putri tetap melanjutkan jalannya dan mendekati Mahapatih.
"Pulau Sumatera sedang dalam bahaya. Kami butuh pertolonganmu," ucap sang Putri.
"Saat Sumatera punya senjata sepertimu, bantuan apa yang perlu kuberikan? Sekarang aku tidak bisa membantumu, kumohon pergilah. Kau mungkin kehilangan nyawamu karena ini," ucap Candrakumara.
"Itu bukan persoalan. Saat aku meninggalkan Kerajaan Citrapsada, aku sudah berjanji bahwa aku akan kembali hanya bersama Mahapatih Candrakumara, atau tidak sama sekali. Selama ini aku mempercayaimu seperti Dewa, tapi kau bahkan bukan manusia," ucap sang Putri seraya menatap mata Candrakumara dengan tatapan tajamnya.
"Siapa namamu?" tanya Candrakumara.
"Balqis."
"Aku suka keberanianmu. Bergegaslah Dananjaya, kita akan segera menuju Sumatera!"
"Tapi Tuan, kita akan bilang apa pada Yang Mulia?" tanya Dananjaya.
"Yang Mulia pasti senang mengetahui hal ini. Seorang Raja Hindu sedang membantu Raja lainnya. Seberapa jauh Sumatera dar sini?" tanya Candrakumara.
"Perjalanan 5 hari."
"Kita akan tiba dalam 2 hari."
"Itu mustahil."
"Biarkan musuh yang berpikir demikian. Kepopuleran Candrakumara berkat kecepatannya, Balqis. Ayo!"
Mereka semua kemudian bergegas menuju Sumatera dengan membawa pasukan yang cukup banyak. Balqis juga sudah siap untuk menunggangi kuda miliknya agar bisa mempersingkat waktu karena mereka sudah tidak punya banyak waktu lagi.
Mahapatih mulai menyusun strateginya. Dia mengirimkan ribuan kuda yang dipasangi obor di kepalanya untuk mengelabui lawan.
"Kita berhasil menipu mereka! Meriam mereka sudah dialihkan. Balqis, masuklah ke dalam benteng melalui terowongan rahasia dan beri isyarat padaku saat di dalam. Kami akan siap menyerang," ucap Candrakumara.
Balqis melaksanakan perintah Candrakumara dan pergi menuju istana dengan membawa beberapa pasukan.
Saat sampai di istana, dia bertemu dengan ayahnya.
"Balqis," panggil Raja Sanjaya.
"Pasukan Majapahit sudah datang, Ayah," ucap Balqis.
"Pulau Sumatera selamanya berhutang budi padamu," ucap Raja Sanjaya.
"Tidak ada hutang budi dalam tugas, Ayah. Pergilah dan umumkan perang. Aku akan beri isyarat pada Mahapatih," ucapnya kemudian pergi ke tempat penyimpanan senjata. Dia mengambil beberapa senjata yang dibutuhkannya. Mereka semua kemudian melemparkan hujan panah kepada musuh dan itu sekaligus menjadi pertanda untuk pasukan Candrakumara bahwa perang telah dimulai.
Perang yang begitu sengit kemudian terjadi. Mahapatih Candrakumara dengan kharismanya memimpin perang. Balqis dengan jiwa pemberaninya ikut berperang.
Peperangan diakhiri dengan kemenangan Balqis bersama pasukan Majapahit. Mereka kemudian pergi ke Istana Citrapsada.
***
Banyak orang dan wartawan tengah berkumpul di depan sebuah rumah mewah. Beberapa dari mereka membawa banner yang bertuliskan Happy Birthday Zayn, Selamat Ulang Tahun Zayn, dan kata-kata lainnya yang serupa. Mereka semua tengah menunggu sang idola keluar dan berdiri di balkonnya untuk menyapa mereka semua.
"Hari ini adalah hari ulang tahun anak dari superstar David Mahesa yaitu superstar Garalt Zayn Mahesa. Dan semua fansnya kemari untuk mendoakannya!" ucap sang wartawan dengan semangat di hadapan kamera. Dia kemudian menyodorkan microphonenya kepada para penggemar Zayn yang berdiri di belakangnya.
"Happy birthday, Zayn!" teriak mereka semua dengan penuh antusias.
Di sisi lain, di dalam kamar yang sangat mewah, sang superstar masih meringkuk di tempat tidurnya yang berukuran king size. Dia terbangun saat para pelayannya membuka jendela kamarnya.
Sebelum kakinya menyentuh lantai yang halus, seorang pelayan menyelipkan sandal tepat di kakinya. Ketika Zayn berjalan keluar, pelayan yang lain berdiri disana dan melayaninya dengan memberikannya jus buah segar.
Zayn berjalan menuju balkon dan mendapati para fansnya sedang berdiri di luar pagar. Saat melihat sang idola berdiri di balkon, para fans itu berteriak semakin histeris dan menggebu-gebu. Dia melambaikan tangannya seraya tersenyum hangat pada orang-orang yang berada disana.
"Superstar Garalt Zayn Mahesa, yang lebih dikenal dengan panggilan Zayn, sedang berada di balkonnya sekarang!" ucap sang wartawan.
"I love you, guys!" teriak Zayn dari balkonnya.
Tak lama kemudian, David datang dan langsung memeluk putra semata wayangnya itu. "Selamat ulang tahun, Nak."
"Makasih, Pa."
Mereka berdua kemudian kembali menyapa para fans Zayn yang disambut teriakan histeris dari mereka.
***
"Lihat, akhirnya dia dateng juga," ucap salah seorang kru.
Orang-orang yang ada di lokasi syuting itu berlarian mengikuti arah mobil Zayn saat dia sampai disana. Dia turun dari mobil itu dengan penuh pesona dan membuat para wanita yang ada disana menjadi hampir gila.
"Dia udah telat 4 jam," ucap kru yang lain.
Semua orang yang ada di dalam ruangan untuk melakukan syuting itu menunggu kedatangan Zayn dengan jengah bahkan sang sutradara sudah tertidur dengan nyenyaknya.
"Ayo-ayo semuanya! Bangun!" teriak Aidan; manajer Zayn.
"Papa, dia udah dateng!" ucap Jordi; anak dari sutradara kondang itu seraya mengguncangkan tubuh ayahnya agar bangun dari tidurnya.
"Ok, Zayn. Lo udah siap?" tanya Jordi pada Zayn.
"Lo sutradaranya?" tanya Zayn.
"Iya, Zayn. Gue ngebantu Papa gue buat nyutradarain film ini."
"Kasih tahu gue scenenya."
"Zayn, seperti yang lo lihat, ini adalah puncak scenenya. Dimana sang aktris Abila bakal menikah sama Abinaya Alexi. Tokoh Danish yang lo peranin hatinya lagi hancur. Dia pengen bilang sama si aktris Abila bahwa 'Abila, aku cinta sama kamu!' Tapi dia nggak bisa bilang itu!"
"Kenapa? Apa gue bisu?" tanya Zayn.
"Bener banget! Lo ingat scene nyokap lo meninggal?" tanya Jordi.
"Sekarang ada nyokap juga?"
"Zayn, di scene nyokap lo meninggal, lo teriak kenceng banget sampai-sampai lo kehilangan suara lo. Sekarang, buat terakhir kalinya lo mau ngeliat Abila tapi Zayn, lo bahkan nggak bisa ngelakuin itu!" ucap Jordi.
"Kenapa?"
"Karena lo juga buta, Zayn!"
"Oh gue juga buta. Gue tahu," ucap Zayn seraya merapihkan rambutnya di depan sebuah kaca.
"Nggak Zayn, lo nggak tahu. Kemudian lo pergi, Abila berbalik ngeliat lo dan--"
"Wait. Abila ngeliat gue, tapi Abila buta! Iyakan?" tanya Zayn.
"Nggak Zayn, lo yang buta," ucap Jordi.
"Tapi gue bisu!"
"Zayn, lo bisu dan buta. Waktu Abila manggil lo dan bilang 'Jangan pergi, Danish!' Lo jangan berhenti karena di film ini lo juga tuli. Jadi, di film ini cuma ada lo dan suara hati lo."
"Apa-apan ini?! Gue udah bisu dan buta, masa iya gue mesti tuli juga? Sebentar! Gue kesel banget sekarang, sumpah! Biarin gue baca dialognya dulu," ucap Zayn seraya mengambil buku naskah dari tangan Jordi.
"Abila, aku cuma mau bilang kalo aku mau membawa kamu pergi jauh dari tempat ini tapi aku nggak berdaya, aku berada di atas kursi roda dan aku udah kehilangan kedua tanganku?!" ucap Zayn membaca dialognya.
"Kepotong, Zayn! Abis."
"Gue nggak punya tangan lagi? Apa-apaan ini?! Di film ini apa bintangnya nggak punya bagian tubuh yang bisa berfungsi dengan baik?" protes Zayn.
"Tentu ada dong. Kayak yang lo liat, hatinya yang sakit."
"Nggak bakal ada sakit hati tapi penonton bakal bener-bener sakit kepala dan bahkan bisa jadi gila! Menurut lo film ini bakal dapet pujian dan penghargaan tapi biarin gue ngasih tau lo satu hal, film ini flop!" ucap Zayn.
"Flop?!"
Setelah perdebatan yang tidak berfaedah itu, akhirnya syuting dimulai karena sudah banyak sekali waktu yang terbuang sia-sia.
***
Bersambung...
Istana Citrapsada menjamu Candrakumara dengan sangat baik. Ini semua adalah bentuk ucapan terima kasih mereka pada Candrakumara dan pasukannya yang telah membantu mereka untuk memenangkan perang.
Mereka semua berbincang-bincang mengenai politik dan yang lainnya. Tanpa Candrakumara sadari, seorang gadis tengah tersipu malu dan kagum dengan laki-laki itu. Laki-laki yang selama ini selalu menjadi perbincangan mulai dari Selatan hingga Utara Nusantara berkat pencapaian yang telah diraihnya.
"Selamat atas kemenanganmu, Mahapatih," ucap Raja Sanjaya.
"Selamat juga untukmu dan Balqis. Balqis, bagaimana kondisimu?" tanya Candrakumara.
"Terluka, tapi tidak apa-apa dan terima kasih," ucap Balqis dengan pipinya yang memerah.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya menebus hutang budi ini," ucap Raja Sanjaya.
"Aku tidak meminta apapun, Yang Mulia Raja. Aku hanya ingin meminta izin untuk berpamitan. Aku harus kembali ke Majapahit."
"Aku tidak mau mendengarnya. Kau harus menginap disini selama beberapa hari untuk pemulihan lukamu."
"Maaf sebelumnya, tapi aku meminta izin untuk pergi ke taman," ucap Balqis lalu setelah itu pergi dari sana. Dia tidak tahan berlama-lama berhadapan dengan Candrakumara. Itu hanya semakin membuat pipinya memerah karena malu. Jadi lebih baik menurutnya dia pergi ke taman.
Setelah sampai di taman, ternyata disana ada dayang-dayangnya. Balqis duduk di bangku taman seraya terus tersenyum.
Taman itu sangat indah, disana juga terdapat telaga yang tak kalah indahnya. Airnya sangat jernih dan segar, hawanya begitu sejuk, ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik, dan pepohonan yang sangat rindang.
"Putri, tampaknya kau sedang bahagia sekali saat ini sampai-sampai pipimu memerah seperti itu. Siapakah gerangan pemuda yang berhasil membuat sang Putri yang pemberani ini jatuh cinta?" celetuk salah seorang dayang.
"Dia pasti adalah Mahapatih," sahut dayang yang lainnya.
"Sekali lagi, selamat atas kemenangan ini, Tuan Putri" Suara itu berhasil mengagetkan semua orang yang ada di taman itu.
"Aku ingin menghabiskan waktu bersama Putri Balqis berdua. Tinggalkan kami," lanjut Candrakumara.
"Ini taman pribadiku, Mahapatih. Bukan medan pertempuranmu. Butuh izinku untuk pergi dari sini," ucap Balqis.
Mendengar apa yang diucapkan Balqis, Candrakumara mengangguk lalu berbalik dan berjalan meninggalkan taman itu.
"Maksudku... Tidak boleh ada yang pergi tanpa seizinku," ucap Balqis lagi yang membuat Candrakumara menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Balqis.
"Selain itu, akan berbahaya jika hanya berdua saja bersamamu," lanjutnya.
"Benarkah begitu? Kau tidak mempercayaiku, Tuan Putri?" tanya Candrakumara seraya melangkahkan kakinya mendekati Balqis.
"Aku takut diriku sendiri yang tidak bisa ku percayai."
"Aku berhutang nyawa padamu."
"Aku berhutang tempat tinggal padamu."
"Aku bahkan rela mengorbankan hidupku untukmu, Balqis." Candrakurama berhasil membuat Balqis tertegun dan tidak mempercayai telinganya. Dia tidak bisa menjawab perkataan Candrakumara.
"Silahkan kalian tinggalkan tempat ini. Aku ingin bicara berdua dengan Candrakumara," ucap Balqis pada para dayangnya.
"Kau pantas dipuji, Putri Balqis. Pedangku tak pernah meleset di bidang pertempuran. Tapi entah bagaimana kau bisa lolos dari amukannya. Aku tahu lukamu parah. Biar ku lihat," ucap Candrakumara seraya duduk di samping Balqis.
"Keluarga kami tidak memamerkan luka," ucap Balqis tapi Candrakumara tidak menghiraukannya. Dia menyingkap selendang Balqis dan melihat luka besar yang menganga di bahu gadis itu.
"Bagi orang lain, ini mungkin hanya bekas luka perang. Tapi bagiku, kau rembulan yang bermandikan cahaya...." lirih Candrakumara tepat di telinga Balqis. Kemudian dia menempelkan ramuan yang sudah dibuatnya di atas luka gadis itu.
Sontak Balqis langsung memeluk Candrakumara dengan sangat erat karena ramuan yang ditempelkan Mahapatih itu sangat perih di lukanya hingga rasanya menusuk sampai ke tulang.
Candrakumara membalas pelukan Balqis. "Racunnya harus dihentikan agar tidak menyebar. Aku sudah lihat lukamu, Balqis."
"Yang kau lihat hanyalah bekas luka dari pedangmu. Tapi hatiku yang justru berdarah," ucap Balqis seraya melepas pelukannya dan mentap tajam mata Candrakumara dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Bahkan Mahapatih pun memiliki hati," ucap Candrakumara lalu pergi meninggalkan taman itu dan gadis yang sedang memperhatikan punggungnya yang perlahan menghilang dari penglihatan gadis itu.
***
Malam ini adalah malam dimana ajang penghargaan bergengsi untuk industri perfilman tanah air yaitu Festival Film Indonesia yang disingkat dengan nama FFI diselenggarakan.
Sederet aktris dan aktor tanah air sudah berkumpul begitu juga dengan orang-orang yang bekerja dibalik layar. Mereka semua tengah menunggu nama mereka mengetahui nama siapa saja yang menerima penghargaan pada kategorinya masing-masing.
"Mari kita saksikan nominasi penghargaan tahun ini untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik. Nominasinya adalah...." Nominasi untuk kategori yang diucapkan dimunculkan pada layar.
Riuh tepuk tangan memenuhi seisi ruangan ini setelah mereka semua melihat daftar nominasinya, dan nama Zayn juga ada disana.
"Dan untuk menyerahkan penghargaan kita persembahkan Sang legenda, Tuan Anjasmara dan Tuan Adipura!" ucap sang mc dengan penuh semangat membuat semua orang kembali bertepuk tangan dengan antusias.
"Selamat malam hadirin sekalian. Aktor yang terbaik mengeluarkan jiwa orang lain ke dalam jiwa dan proyeknya semacam emosi yang tepat, dan aktor terbaik itu adalah...." Semua orang menunggu kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut Anjasmara dengan perasaan tegang dan detak jantung yang berpacu dengan cepat, terlebih lagi bagi orang-orang yang namanya termasuk dalam nominasi.
Adipura membuka amplop yang berisi nama sang peraih penghargaan. "Dan pemenangnya adalah... Garalt Zayn Mahesa!" ucap mereka berdua bersamaan.
Zayn dan orang-orang yang mendukungnya sangat senang mendengar itu. Mereka bertepuk tangan dengan sangat kencang. Orang-orang juga bertepuk tangan saat Zayn naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan atas jerih payahnya selama ini.
Setelah piala itu sampai di tangannya, dia dipersilakan untuk menyampaikan sepatah dua patah kata.
"Hari ini, kalian semua udah ngasih aku sesuatu yang sangat aku inginkan. Terima kasih banyak! Terima kasih udah membuat aku percaya bahwa bukan cuma di film-film kita, dalam kehidupan juga akhirnya di akhir cerita, semuanya jadi happy ending! Dan kalo itu nggak bahagia maka itu bukan akhir cerita," ucap Zayn membuat semua orang yang ada di dalam sana menganga dengan ucapannya yang bijak. Entah darimana dia mendapatkan kata-kata itu, dirinya sendiri juga tidak percaya bahwa dia bisa mengatakannya.
***
Besok malamnya, David mengadakan pesta atas kemenangan putranya dalam ajang penghargaan itu. Pesta ini dihadiri oleh para fans dan para artis muda yang sepantaran dengan Zayn, artis-artis senior, dan penyanyi-penyanyi yang sudah sangat terkenal.
Pesta malam itu berlangsung sangat meriah. Sampai datang seseorang yang wajahnya sangat familiar untuk Zayn, padahal dia tahu betul dia tidak pernah bertemu dengan orang itu. Anehnya, Zayn sama sekali tidak menyukai orang itu dan dia merasa seperti ada kebencian yang timbul dihatinya ketika dia melihat seseorang itu.
David membawa seorang lelaki paruh baya yang sepantaran dengannya itu ke hadapan anaknya.
"Zayn, kenalkan ini teman Papa, Galih Pradipto. Dia adalah salah satu produser papan atas di jaman kami dan sudah bergabung dengan Hollywood selama 20 tahun. Dia mau comeback dan bikin film besar sama kamu," ucap David.
"Senang bisa ketemu sama kamu," ucap Galih seraya menyodorkan tangannya pada Zayn.
Tidak ada respon apa-apa dari Zayn, dia hanya menatap tajam Galih dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Zayn sendiri juga tidak tahu kenapa, seperti ada marah dan kecewa yang tertahan pada dirinya.
Menyadari anaknya tidak merespon apa-apa dengan apa yang dilakukan Galih, David segera mencairkan suasana dengan menegur putranya tersebut.
"Zayn, jabat tangan Om Galih. Ayo!"
Zayn akhirnya tersadar dan memutuskan untuk berhenti berpikir karena itu hanya akan menyakiti kepalanya. Dia kemudian menjabat tangan Galih.
"Oke, fantastis! Galih, ayo kita rayakan. Sangat menyenangkan kalo kamu ikut," ucap David lalu membawa temannya itu pergi dari hadapan Zayn yang menatap lekat ke arah punggung Galih.
***
Bersambung...
Balqis sedang merias wajahnya di depan sebuah cermin di kamarnya. Malam ini dia berniat untuk menemui Candrakumara karena besok pria itu akan kembali ke tempat asalnya.
Dia segera pergi ke tempat peristirahatan Candrakumara dan menemukan lelaki itu sedang tertidur dengan posisi duduk. Menyadari kedatangan seseorang, Candrakumara langsung membuka matanya dan mendapati Balqis sudah berada dihadapannya.
"Apa gerangan yang membawamu datang kesini malam-malam?" tanya Candrakumara.
"Aku merindukanmu," ucap Balqis dengan suara yang tercekat ditenggorokan dan air mata yang menggenang di pelupuk mata indahnya.
"Balqis, besok aku harus pergi."
"Apa maksudnya?"
"Mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi," ucap Candrakumara dengan wajah datarnya.
"Kau di dalam hatiku, bagai sebuah doa. Menyebut namamu akan menjadi ibadahku," ucap Balqis sesaat sebelum dirinya berdiri dan pergi dari sana.
Pagi harinya, semua orang melepas kepulangan Candrakumara dengan sangat meriah. Semua rakyat di sekitar Istana datang untuk melepas kepergian Candrakumara dan para prajuritnya.
Di sisi lain, Balqis hanya berdiam di kamarnya sambil menulis sesuatu. Tidak ada niat sedikitpun baginya untuk ikut melepaskan kepergian Candrakumara.
"Putri, Mahapatih akan berangkat! Semua orang sudah berkumpul untuk melepas kepergiannya, kecuali dirimu. Mari, Putri!" ajak Khansa; dayang yang paling dekat dengan Balqis seraya berlari menghampiri gadis itu.
Balqis tidak menjawabnya dan masih asyik dengan kegiatannya.
"Keangkuhan semacam itu bukanlah dirimu, Putri."
"Kau salah mengira cinta dengan keangkuhan," ucap Balqis.
"Cinta macam apa itu? Dia akan pergi, tapi kau--"
"Melihatnya pergi akan menjadi kematianku."
"Na'udzubillah! Tapi, pertemuan ini akan menjadi tak sempurna."
"Pertemuan tak sempurna akan menyisakan janji yang lain."
"Dan bagaimana jika takdir tak mengizinkan?"
Balqis tersenyum. "Balqis menulis takdirnya sendiri."
Setelah Candrakumara dan seluruh pasukannya pergi dari tanah Sumatera, Balqis menemui ayah dan ibunya untuk memberitahukan suatu hal bahwa dia akan menyusul Candrakumara ke Majapahit.
"Kita memang sangat berhutang budi pada Mahapatih. Tapi tidak akan kuizinkan putriku ke Majapahit sebagai tanda balas budi, Yang Mulia. Aku mengerti kalau pernikahan kita tidak akan pernah diterima masyarakat karena aku Muslim dan kau Hindu," ucap Farida.
"Pergi ke Majapahit adalah keputusanku. Aku sudah dipersatukan dengannya oleh takdir," ucap Balqis.
"Jangan lupa kalau Mahapatih itu Hindu dan kau Muslim," ucap Farida.
"Darah Hindu juga mengalir di diri Balqis, dia menyembah Allah dan Dewa. Kita mengesampingkan perbedaan agama atas nama politik. Balqis sedang melakukan hal serupa, hanya saja atas nama cinta. Biarkan dia pergi," ucap Raja Sanjaya membela putrinya.
"Meskipun begitu, Mahapatih tidak akan menerimanya sebagai istri sahnya," ucap Farida.
"Radha tidak pernah menjadi istri Dewa Krishna tapi nama mereka tidak terpisahkan, bukan?" tanya Balqis.
"Ya, tapi mereka Dewa!" ucap Farida.
"Dan cinta adalah ibadah. Sebuah ibadah tidak membutuhkan izin."
Raja Sanjaya tersenyum bangga melihat keteguhan tekad putrinya. Jika sudah seperti ini, dengan sangat terpaksa Farida mengizinkan putrinya untuk pergi ke Majapahit.
"Semoga Tuhan mengabulkan doamu," ucap Farida lalu mencium pucuk kepala putrinya. Sebenarnya berat baginya untuk melepas Balqis pergi ke Majapahit, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa jika suaminya sudah mengizinkan putrinya untuk pergi.
***
Kerajaan Majapahit menyambut pasukan Candrakumara dengan sambutan yang tak kalah meriahnya dari pelepasannya sewaktu dirinya di Sumatera.
Orang-orang sangat bahagia menyambut Mahapatih mereka yang telah kembali. Tak terkecuali keluarga Candrakumara, dan Ashwina Parameswari yang sebentar lagi akan menikah dengan sang Mahapatih.
Ya, Candrakumara sebenarnya telah dijodohkan dengan seorang wanita cantik yang berasal dari kasta yang sama dengannya dan hari ini pernikahan mereka akan dilangsungkan.
Sebenarnya, berat bagi Candrakumara untuk menikahi Ashwina karena sekarang dia sudah jatuh cinta pada Balqis. Tetapi saat itu, yang namanya perjodohan tidak boleh mengatakan tidak. Mau tidak mau dia harus menikahi Ashwina karena sudah terlanjur dijodohkan dengan gadis itu.
Dengan ini, Candrakumara berusaha untuk mengubur rasa cintanya pada Balqis dalam-dalam.
Pernikahan itu berlangsung dengan sangat meriah, juga dihadiri langsung oleh Raja Jayanagara.
***
Dengan sesegera mungkin Ashwina menarik dan membawa Candrakumara ke kamar baru mereka yang sudah dihias sedemikian rupa oleh Ashwina. Tak lupa juga dia meminta suaminya itu untuk menutup matanya.
"Sebelah sini, Mahapatih." Ashwina terus menarik Candrakumara agar mengikuti langkahnya. Senyum bahagia tidak pernah luntur dari bibirnya semenjak dia melkihat suaminya kembali dengan keadaan sehat.
"Ashwina--"
"Kau sedang memasuki kamar ini untuk pertama kalinya setelah kau pergi. Dan sekarang, setiap kau membuka matamu akan selalu ada diriku di sampingmu," ucap Ashwina dengan masih menarik tangan Candrakumara.
"Hal ini sungguh kekanak-kanakkan."
"Kau sudah berjanji padaku. Jadi jangan buka matamu sampai ku suruh!" ucap Ashwina dengan terus menarik tangan Candrakumara hingga sampailah mereka di tengah-tengah kamar.
"Kau tidak mempercaiku?" tanya Candrakumara.
"Mempercayai seorang pejuang? Kau tidak akan pernah tahu kapan dia mungkin menyerang! Sekarang, buka matamu."
Candrakumara hanya mengikuti perintah istrinya dan membuka matanya.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Ashwina saat dilihatnya Candrakumara telah membuka matanya.
"Indah," ucap Candrakumara seraya tersenyum hangat pada Ashwina.
"Katakan, Ashwina. Bagaimana mungkin aku masih melihat itu di matamu?" tanya Candrakumara.
"Apa?"
"Kerinduan."
"Dia yang selalu menemaniku dalam kepergianmu."
Tiba-tiba, Candrakumara teringat dengan Balqis. Dia sangat merindukan wanita itu sekarang.
***
Di sebuah restoran mewah di Jakarta. Zayn sedang membicarakan masalah film dengan Galih. Dia ingin mengajukan sebuah film bertema kerajaan yang dia ciptakan sendiri ceritanya untuk di produseri oleh Galih. Entahlah, dia melihat itu seperti sebuah mimpi yang bersambung. Dia tidak mengerti apa maksud dari mimpi itu dan kenapa mimpi itu terasa sangat nyata seakan-akan dia pernah mengalaminya.
"Aku mau buat satu film bertema kerajaan yang ceritanya aku tulis sendiri. Aku harap Om mau memproduseri film itu," ucap Zayn.
"Itu gila! Kamu pasti becanda kan? Zaman sekarang, nggak ada yang mau nonton film kayak gitu," ucap Galih.
"Aku serius, Om. Om tahu, aku dapet tawaran 4 sampai 5 naskah setiap harinya tapi aku tolak semuanya. Tapi, untuk film ini, aku excited banget. Cerita yang udah aku siapin ini punya emosi, drama, percintaan, action. Dan aku yakin film ini bakalan jadi blockbuster, Om!"
"Tapi semuanya nggak semudah itu, Zayn."
"Om, kalo Om bener-bener pengen bikin film sama aku, film itu harus film ini. Kalo nggak, aku nggak tertarik," ucap Zayn.
"Kamu tahu, kamu itu keras kepala banget, Zayn."
"Iya, bener banget."
"Om suka itu. Om bakal ke Amerika selama 2 bulan. Kalo kamu udah ketemu aktris yang pas kita mulai syutingnya!" ucap Galih.
Betapa senangnya Zayn mendengar itu, dirinya sangat antusias untuk film kali ini.
"Om jangan khawatir, pokoknya aku bakal ngurus semuanya buat film ini."
Kemudian mereka bersulang dan meminum wine di cangkir masing-masing.
***
Dari hari pertama sampai hari ke tujuh, mereka belum mendapatkan aktris yang sesuai untuk mendampingi Zayn pada filmnya kali ini dan itu sangat membuat semua orang pusing karena kriterianya harus sesuai dengan yang diinginkan Zayn.
Sampai pada hari ke sembilan, mereka belum juga menemukan seseorang yang tepat. Semua orang sudah bersiap-siap untuk pulang, bahkan semua lampu juga sudah dimatikan.
Zayn mengacak rambutnya karena frustasi. "Gimana ini? Kita udah casting selama sembilan hari tapi nggak ada juga dari mereka yang mirip sama Putri Balqis."
"Bahkan gue sendiri aja nggak tau tuh bentuk Putri Balqis yang ada di mimpi lo itu kayak gimana. Tapi gue yakin, kita pasti bakal nemuin orang yang tepat," ucap Aidan.
"Kita nggak punya banyak waktu, Dan! Gimana caranya kita nemuin dia? Dimana kita bakal nemuin dia?" tanya Zayn ngegas karena keputus asaan.
"Excuse me!" Terdengar suara seorang wanita diikuti tangannya yang membuka pintu.
"What?!" tanya Zayn dengan nada tinggi.
"Apa Zayn Mahesa disini?" tanya gadis itu seraya melangkahkan kakinya mendekati dua orang yang tengah membelakanginya.
"Nggak ada, Zayn Mahesa nggak ada disini!" teriak Zayn.
"Silahkan pergi! Audisinya udah selesai sekarang. Kamu dateng casting besok aja!" ucap Aidan.
"Besok? Tapi satpam bilang castingnya masih berlangsung dan Garalt Zayn Mahesa ada disini. Lihat, aku dateng jauh-jauh dari Kalimantan buat ikut casting. Aku mohon, kasih aku kesempatan! Ngomong-ngomong, kenalin aku Zoya, lengkapnya Aneska Zoya Raveena. Aku ngefans banget sama Zayn." Gadis itu terus melangkahkan kakinya dan menatap punggung dua pria itu hingga kakinya tersandung sebuah kardus berisi air minum dan membuatnya terjatuh.
"Apa?!" tanya Zayn seraya membalikkan badannya ke arah seorang wanita dengan tubuh proporsional yang sedang mengambil tasnya yang terjatuh.
Betapa terkejutnya Zayn ketika melihat wajah gadis itu saat dia mengangkat kepalanya dan berdiri.
Gimana mungkin ini terjadi? Cewek ini... kenapa mukanya mirip sama cewek yang ada di mimpi gue?, batin Zayn.
Tanpa Zayn sadari, kakinya ringan berjalan ke arah wanita itu seraya terus memandangi wajahnya yang sangat cantik dan anggun. Dan ekspresi gadis itu tak kalah terkejutnya dengan Zayn saat dia melihat siapa yang sedang berjalan ke arahnya dan sekarang sudah berdiri tepat di hadapannya, matanya bahkan tidak bisa berkedip melihat ciptaan Tuhan yang sangat indah tengah berdiri di depannya.
Cukup lama mereka berdua berpandangan akhirnya Zayn memberanikan diri untuk membelai wajah cantik dan mulus milik Zoya yang membuat gadis itu langsung terjatuh pingsan dan tidak sadarkan diri. Dengan sigap, Zayn menangkap tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai.
Betapa bahagianya Zayn saat bertemu dengan gadis itu. Dan laki-laki itu memutuskan bahwa gadis ini yang akan memulai debutnya dengan menjadi lawan mainnya pada film kali ini, dan akan dijadikannya seorang bintang yang bahkan lebih bersinar dari dirinya sendiri.
***
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!