Hari ini adalah minggu pertama bulan Januari tahu 2014 dimana Kang Ji Eun sedang tidak melakukan misi. Ia mendapatkan libur untuk merayakan tahun baru.
Kang Ji Eun, dia merupakan seorang pembunuh bayaran yang memiliki tingkat SSS. Tingkat paling tinggi, dimana namanya ditakuti dan disegani di kalangan para pembunuh bayaran. Saat tengah libur, Ji Eun biasanya akan menghabiskan waktu menjelajahi kulineran di sepanjang daerah Hongdae. Dan hari ini bertepatan dengan perayaan tahun baru. Satu hal yang memang menjadi waktu favorit Ji Eun karena dia bisa berlibur dari semua misi.
Di sepanjang jalan daerah Hongdae itu, sekarang Ji Eun benar-benar kalap dalam membeli jajanan. Tteokbokki, jajangmyeon, odeng dan lainnya sudah masuk ke dalam perut gadis berusia 25 tahun itu. Sepertinya daya tampung perut Ji Eun sungguh sangat besar sehingga mampu memakan semuanya itu.
" Aaah, sungguh enak sekali. Tapi tunggu, masih ada yang kurang. Naah itu, kedai ayam goreng."
Dengan langkah besar dan wajah yang ceria, gadis itu masuk ke sebuah kedai ayam goreng. Dia memesan ayam dalam jumlah banyak dan tak lupa beberapa botol soju dia ambil untuk menemani dirinya makan ayam goreng.
" Wohooo, tidak pulang jika tidak mabuk!"
Jie Eun bersorak. Dia acuh saat beberapa orang melihatnya makan sendirian.
" Makan ayam goreng memang paling baik sambil meminum soju, aaaah," ucap Ji Eun dengan mulut penuhnya.
Ji Eun terus menikmati ayam gorengnya. Hingga pada saat ayam ke 5 masuk ke mulutnya, tiba-tiba sebuah tulang menyangkut di lehernya. Ji Eun tidak bisa bernafas ia mencoba memukul dadanya tapi tidak berhasil juga.
Bruk!
Byur!
Ji Eun membuka matanya. Ia tentu sangat bingung dengan apa yang dia lihat. Bukannya tadi akau di kedai ayam goreng? Lalu mengapa bisa di dalam air, batinnya.
Tapi sekarang bukan itu yang jadi fokus utama Ji Eun, ia harus segera bisa naik ke atas dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sial, kaki Ji Eun tersangkut oleh tanaman air yang ada di dasar. Matanya seketika kabur.
" Apakah aku akan benar-benar mati sekarang, di sini, di tempat yang tidak ku ketahui? Apakah aku benar-benar melintas hanya untuk mati?"
Saat Ji Eun merasa hidupnya sudah diujung kematian ( untuk kedua kalinya), seseorang menarik tangannya dan juga pinggangnya lalu membawa ke atas. Tubuh Ji Eun dibaringkan di tepian danau.
" Uhuk .. Uhuk ... ."
Ji En terbangun dengan nafas yang sedikit sulit karena air masuk ke dalam paru-parunya tadi, Namun, ada hal yang membuatnya sedikit salah fokus, ia menggenakan pakaian pria. Matanya semakin membelalak saat melihat siapa yang menolongnya.
" Apakah aku melintas ke jaman kerajaan? Dan pria itu, dia adalah putra mahkota? Lalu apa ini aku menjadi laki-laki?" gumam Ji Eun lirih. Dia bisa menyimpulkan hal tersebut karena mengenali pakaian yang dikenakan oleh pria yang berjongkok di sebelahnya. Baju berwana biru tua dengan hiasan sulaman benang emas di bagian dada. Penutup kepala yang dikenakan pria itu memperkuat dugaan Ji Eun.
Kepala ji Eun berdenyut, ia merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Saat itu terlihat berbagai banyak bayangan muncul bagaikan slide power point saat dia melakukan presentasi. Ji Eun menyerap ingatan dari pemilik tubuh asli. Ia sedikit terkejut saat mengetahui bahwa ia dan pemilik tubuh asli memiliki nama yang sama.
Satu persatu peristiwa yang Ji Eun yakini milik si empunya tubuh asli bisa ia lihat. Dan juga kehidupan seperti apa yang dialami orang ini pun juga ia ketahui. Tapi satu hal yang ia syukuri bahwa dirinya bukanlah benar-benar seorang pria. Ibu nya menyembunyikan identitas aslinya sebagai seorang wanita agar salah satu dalam keluarganya ada yang bisa menjadi sorang anggota militer. Dalam hal ini adalah seorang prajurit.
Sebenarnya bukan itu, Kang Ji Eun adalah putri bungsu dari keluarga perdana menteri Kang Hoon. Kelahirannya bertepatan dengan hujan badai yang disertai petir yang menggelegar. Diramalkan, menurut ahli astronomi, bayi yang dilahirkan pada saat itu akan menjadi malapetaka bagi keluarganya. Dan dia tidak boleh selalu di rumah.
Maka dari itu, ibu pemilik tubuh asli membuat putri bungsunya menyamar sebagai laki-laki. dalam ramalan yang disebutkan putri terakhir akan jadi pengacau di keluarga. Dan dia juga akan membuat keluarga tersebut musnah.
" Hei, apakah kamu begitu bodoh. Bukankah kamu sorang prajurit, lalu mengapa kamu tidak bisa berenang? Sebagai prajurit di Negara Mae ini seharusnya kamu bisa berenang sebelum mendaftar, siapa namamu?"
Pria Mahkota negara Mae bernama Han So itu terkenal dingin terhadap para perempuan. Dari ingatan tubuh asli, banyak wanita yang mengidolakan Putra Mahkota ini. Tapi tidak ada satupun yang berhasil menarik perhatian sang Wangseja.
" Hei aku bicara padamu, apakah karena tercebur di air kamu menjadi tuli dan bisu?"
" Ampun Pangeran, hamba hanya syok. Hamba bukannya tidak bisa berenang, hanya saja tadi kaki hamba tersangkut tumbuhan di dasar danau. Terimakasih atas kebaikan Pangeran karena telah menolong hamba."
Pangeran Han So langsung saja meninggalkan Ji Eun tanpa menanggapi ucapan Ji Eun yang panjang lebar. Tapi hal tersebut membuat Ji Eun lega, pasalnya dia bisa bersikap tenang.
" Haaah, untuk aku suka nonton drama Saeguk di sela-sela waktu liburku. Jadi saat di sini aku harus mendalami peranku. Hal yang pertama harus aku lakukan adalah pulang ke kediaman Perdana Mentri Kang. Aku ingin tahu, ada apa di sana. Uhhh, tubuh asli ini begitu lemah dan kurus. Mana ada prajurit tubuhnya kerempeng begini."
Dengan berbekal ingatan dari pemilik tubuh asli, Ji eun yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan tubuh asli langsung mencari arah jalan pulang.
Sebuah kediaman yang megah. Di bagian pintu gerbang bagian depan tertuliskan nama yang begitu besar. KEDIAMAN PERDANA MENTRI KANG HOON.
Dengan tubuhnya yang basah, Ji Eun masuk ke pekarangan rumah melewati beberapa pengawal milik kediaman tersebut.
" Selamat datang Tuan Muda? Apa yang terjadi dengan tuan muda, mengapa Anda basah kuyup begini?" Si Jin, salah seorang pengawal sekaligus teman masa kecil Ji Eun terlihat khawatir, Ia berusaha membantu Ji Eun untuk masuk ke kamar. Di dalam kediaman itu Ji Eun dipanggil Tuan Muda Kang, diambil dari nama depannya.
" Aku tidak apa-apa Si Jin, kembalilah ke tempatmu. Aku akan masuk untuk mandi dan berganti pakaian."
Si Jin hanya bisa pasrah, Jika Ji Eun sudah berkata begitu maka dia hanya bisa menuruti. Namun, Si Jin merasakan ada hal aneh di dalam tubuh tuan mudanya. Gaya bicara Tuan Muda Kang terdengar lebih tenang dan pembawaaannya juga lebih santai tapi tegas. Berbeda dengan sebelumnya yang terkesan takut dan berhati-hati.
" Mungkin hanya perasaanku saja, Kang tetaplah seperti biasanya." gumam Si Jin lirih. Ia melenggang pergi menuju tempatnya berjaga. Meskipun berusaha untuk mengabaikan, tapi Si Jin tetap merasa bahwa teman masa kecilnya itu sedikit berbeda.
TBC
Pangeran Han So atau biasa dipanggil putra mahkota terlihat tengah menembakkan anak panah di halaman belakang istana bersama kedua adiknya pangeran Han Baek dan Han Yoon. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan nilai tertinggi. Sebenarnya bukan keinginan ketiganya, itu semua hanya murni kemauan sang pangeran pertama.
" Sebenarnya apa yang terjadi hari itu," gumam Han So. Ditengah-tengah ia menembakkan panahnya, ia memikirkan hal lain. Ia tidak mengerti mengapa ada seorang prajurit yang tercebur ke dalam danau. Saat itu Han So sedang berjalan-jalan disekitar itu. Dia berlari ke arah danau karena mendengar ada teriakan minta tolong.
" Ingat taruhan kalian. Jika kalian kalah maka kalian harus membelaku di depan ayahanda jika beliau menginginkan aku menikah secepatnya," ucap Han So. ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran itu.
Sang Putra Mahkota terlihat memperingatkan Baek dan Yoon. Kedua adiknya itu hanya bisa menelan saliva nya dengan susah payah. Mereka menggerutu pelan saat sang kakak mengatakan hal tersebut.
" Bagaimana bisa menang, dia memang ahli dalam menggunakan berbagai banyak senjata. Mirip ibunda," gumam Han Yoon.
" Kau benar Yoon, hyung hanya mau menjadikan kita tameng saja. Padahal kita tidak ada keinginan mengajaknya bertaruh," timpal Han Baek. Mereka terlihat kesal, namun tetap tidak bisa berbuat apa-apa.
Baek dan Yoon membuang nafasnya kasar. Mereka sudah tahu bahwa mereka akan kalah. Kemampuan sang kakak tentu tidak perlu diragukan. Han So sering ikut terjun ke medan perang bersama kedua pamannya Kyung Sam dan Jin Sang, maka dari itu soal ilmu bela diri dan menggunakan senjata tentu Baek dan Yoon bukalah tandingan.
" Tck, jangan menggerutu. Lekas lesatkan panah kalian," hardik So kepada kedua adiknya. Baek dan Yoon pun dengan malas-malasan melepaskan anak panah mereka. Namun teriakan seseorang membuat Baek dan Yoon bernafas lega.
" Oppaa, dipanggil ayahanda dan ibunda. Oppa diminta untuk segera datang ke kediaman utama."
Ya, suara teriakan yang melengking itu adalah milik Han Areum, putri bungsu Raja Han Hyeon dan Ratu Lee Gyeo Wool. Putri satu-satunya milik Kerajaan Mae yang lebih senang bersama dengan paman Jae Hwan untuk belajar ilmu pengobatan. Padahal usia Han Areum baru 15 tahun namun ilmu pengobatan yang dia punya patut di perhitungkan.
" Tck, baru dibicarakan sudah terjadi."
Soo menggerutu kesal. Ia tahu apa yang akan ayah dan ibu nya bicarakan itu kepadanya nanti.
" Bisakah aku pura-pura sakit perut dan tidak memenuhi panggilan ayahanda dan ibunda," keluh So. Dia sungguh enggan untuk memenuhi panggilan kedua orang tuanya itu.
" Oppa ayolah, kasian ayahanda. Beliau sedang tidak sehat akhir-akhir ini," ucap Areum. Gadis paling cantik diantara para putra Raja Hyeon itu membujuk kakak pertamanya dengan mengatakan kondisi sang ayah.
So menurut, sedangkan Baek dan Yoon saling tos. Memang hanya Areum yang bisa membuat So luluh. Mereka berempat pun berjalan beriringan menuju ke kediaman raja dan ratu negara Mae. Setiap penghuni istana menunduk hormat saat putra putri kerajaan tersebut melewati mereka. Terlebih putra mahkota Han So juga melintas.
Putra Mahkota Han So adalah pangeran pertama Raja dan ratu. Kelahirannya 23 tahun lalu begitu diharapkan oleh seluruh rakyat. Ia sudah dinobatkan menjadi Wangseja sejak masih kecil.
" Hormat kepada Ayahanda dan Ibunda, semoga Anda berdua panjang umur."
Ke empat pangeran dan putri memberi hormat. Raja Hyeon dan Ratu Gyeo Wool menerima salam dan hormat putra putrinya. Raja Hyeon juga langsung mempersilahkan duduk keempat anaknya.
" Putra Mahkota Han So, kapan kamu siap untuk menikah, jika belun ingin mencari istri maka pilihlah wanita untuk menjadi selirmu." Agaknya Raja Hyeon tidak perlu basa-basi. Dia langsung mengatakan niat memanggil sang putra mahkota.
" Maaf ayahanda, ananda tidak berniat untuk mencari selir. Ananda hanya ingin menikahi seorang wanita saja untuk dijadikan seorang istri sah. Seperti ayahanda yang hanya menikahi ibunda, ananda juga hanya menginginkan satu istri dan menghapuskan adanya sistem harem di istana."
Hyeon hanya bisa berdecak kesal. Rupanya apa yang dia lakukan menjadi role model bagi putranya. Semenjak terjadinya pemberontakan Jin Sang--kakak sepupu-- yang disebabkan oleh kesalahpahaman, Hyeon memang memulangkan semua selirnya. Ia juga menghapus adanya harem di istana sehingga Ratu Lee Gyeo Wool merupakan wanita satu satunya di harem dan pastinya di hati Raja Hyeon.
" Baiklah kalau itu maumu. Lalu kapan kamu akan menikah? Usiamu sudah 23 tahun. Ayah dan ibu mu ingin segera mundur dari tahta. Aku sudah sangat lelah, aku hanya ingin menikmati hidup tanpa memikirkan soal negara dan pemerintahan."
" Nanti kalau sudah ketemu yang cocok ayahanda."
Hyeon membuang nafasnya kasar. Putra pertamanya ini sungguh sangat keras kepala. Ia sampai memijit keningnya pelan. Tapi tiba-tiba Hyeon memiliki sebuah ide bagus yang muncul di kepalanya.
" Terserah jika kamu selalu menolak, tapi aku akan membuat sesuatu dan mau tidak mau kau harus memilih. Sebuah pemilihan istri bagi Wangseja. Kasim Ho, nanti buatlah pengumuman dan tempel di papan pengumuman ibu kota, katakan akan diadakan sebuah sayembara untuk pemilihan Putri mahkota. Semua orang bisa ikut dalam sayembara ini, tidak peduli dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa."
" Baik Pheya, sesuai keinginan paduka."
Mata Soo membelalak saat raja Hyeon mengeluarkan titah tersebut. Bagaimana bisa ayahandanya itu memiliki ide seperti itu. Sebenarnya bukan hanya Putra Mahkota So yang terkejut, bahkan Ratu Gyeo Wool pun terkejut beserta tiga anaknya yang lain.
" Suamiku, apakah tidak akan apa-apa jika begini? Apa ini tidak akan menimbulkan gesekan?" tanya Ratu Gyeo Wool dengan nada penuh kekhawatiran. Memilih istri untuk Wangseja tentu bukan masalah, namun jika semua gadis diperbolehkan tanpa memandang status, maka ini yang akan jadi perdebatan.
" Nah, ini adalah bagianmu untuk mengatur, istriku. Kau kan wanita yang cerdas maka untuk pemilihan ini terapkanlah persyaratannya. Nanti saat semua nya sudah masuk ke dalam istana. Tapi yang jelas, aku ingin So mendapatkan istri sepert mu, bukan hanya pandai dalam mengurus rumah tangga istana tapi juga pandai dalam hal beladiri," jawab Raja Hyeon mantap.
Ratu Gyeo Wool hanya bisa menghela nafasnya panjang. Jika sudah seperti ini, dia hanya bisa bekerja sama dengan suaminya yakni mengikuti apa yang diinginkan sang suami.
Sedangkan di sisi lain, Putra Mahkota Negara Mae itu hanya bersikap acuh. Dia terlihat bersikap bodo amat dengan apa yang ayahandanya lakukan itu.
" Sayembara kok mencari istri, dasar ayahanda aneh. Lagi pula mana ada wanita yang seperti ibunda, jika benar ada, aku pasti akan menikahinya. Di dunia ini hanya ada ibunda yang seperti itu, pandai dalam segala bidang."
Pangeran So menggerutu, dia tentu kesal dengan keputusan sang ayah. Tapi apa mau dikata, ayahnya adalah raja dan titah raja itu seperti titah Dewa yang tidak bisa diganggu gugat dan tentunya harus dipatuhi. Namun meskipun begitu sang pangeran masih tampak tenang karena pengumuman sayembara tersebut tidak langsung dilakukan oleh Kasim Ho.
TBC
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi Ji Eun. Dia yang hendak akan berangkat bertugas pagi itu harus mendapatkan sarapan yang tidak terduga. Goo So Jung-- ibu Ji Eun itu tanpa sebab yang jelas sudah mendaratkan telapak tangannya di pipi Ji Eun.
Ohh, ini ibu pemilik tubuh asli, face nya seperti ibu tiri. Tapi dia ibu kandung Kang.
" Sekarang berani ya kamu memelototi ibumu? Apa kamu tidak tahu apa kesalahanmu sehingga aku menampar mu?" Teriakan So Jung melengking membuat telinga Ji En berdengung. Selama ini dia tidak pernah mendapat omelan wanita yang bernama ibu, karena di kehidupan sebelumnya dia sudah yatim piatu sejak kecil.
" Maaf ibu, Ji Eun tidak tahu apa yang salah. Mohon ibu memberitahu Ji Eun."
Plak!
Bukannya mendapat jawaban tapi malah pipi Ji Eun kembali ditampar. Nafas Ji eun memburu. Dia ingin sekali menghabisi nyawa orang yang berada di depannya itu, tapi ia tentu harus menahannya. Tangan Ji Eun yang mengepak erat langsung ia lepaskan. Ia juga mengatur nafasnya agar tidak terlampau kesal.
" Siapa yang memperbolehkan kamu menggunakan nama itu. Kau harus ingat, di kediaman perdana mentri ini kami tidak memiliki putri ketiga. Kami hanya memiliki putra ketiga dan namanya adalah Ji Kang. Namamu Ji Kang bukannya Ji Eun. Kang Jie Eun tidak lagi ada, yang ada hanyalah Ji Kang."
Ji Eun hanya bisa mengangguk, ia tidak mungkin melakukan perlawanan secara terang-terangan. Dia harus bersikap layaknya putri bodoh yang dipaksa menjadi seorang pria seperti ingatan yang ia dapat dari pemilik tubuh asli.
" Ji Kang tidak akan lupa identitas yang ibunda berikan, tapi mohon petunjuk, mengapa ibu begitu marah dengan Ji Kang pagi ini."
" Huh, kamu kemarin di tolong oleh Putra Mahkota Han So saat tenggelam di danau kan, apa kamu mau menunjukkan identitas aslimu lalu menggodanya? Ingat, Putra Mahkota hanya pantas dengan kakak pertamamu, Kang Ji Ah. Ji Ah adalah wanita yang terampil dalam ilmu sastra, dia juga pandai dalam bidang kaligrafi dan musik. Bukan seperti mu, anak pembawa sial!"
Ji Eun didorong ibunya agar segera pergi dari rumah. Padahal dia belum sarapan. Setelah memaki dan menghinanya, Goo So Jung masuk kembali ke dalam rumah. Ia mengubah ekspresi wajahnya dari marah ke ramah.
" Kemana Ji Eun, apa dia tidak ikut kita sarapan?" tanya Perdana Mentri Kang.
" Tidak suamiku, katanya hari ini ada acara berburu bersama para pangeran. Jadi dia buru-buru pergi katanya agar tidak terlambat karena harus menyiapkan persenjataan. Bukankah Anda juga akan hadir. Aah iya, bisakah Anda membawa Ji Ah bersama?"
Perdana Mentri Kang hanya ber ooh ria. Dia tentu tahu putrinya itu bukan anak laki-laki, tapi Su Jung selalu mengatakan kepadanya bagus seperti itu terus agar rumah mereka tidak tertimpa kesialan. Semakin sering Ji Eun berada di rumah maka semakin bagus juga untuk keadaan rumah.
" Aku tidak bisa membawa Ji Ah sekarang, lain kali saja."
So Jung amat kesal dengan ucapan sang suami. Pun dengan Ji Ah, putri tertua Perdana Mentri Kang itu hanya bisa menunduk dalam. Padahal ia ingin sekali hadir di acara berburu karena di sana dia bisa melihat Putra Mahkota.
Di sisi lain, Ji Eun terus berjalan menuju tempat dimana para prajurit berkumpul. Ia mendesahkan nafasnya kasar. Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi kemarin. Mengapa si pemilik tubuh asli bisa tercebur ke dalam danau, dan aap yang ia lakukan fdi istana.
" Ughhh," Ji Eun mengerang. Kepalanya kembali sakit. Dan peristiwa itu terlintas di kepalanya. Ia melihat ada seseorang yang memintanya ke istana, dan ia disuruh menunggu di tepi danau. Tapi tiba-tiba tubuhnya di dorong dan ia berakhir terjatuh ke dalam air.
" Ternyata seperti itu kejadiannya, tapi siapa ya orang yang ingin mencelakakan Ji Eun?"
Kruuucuuuk
Perut Ji Eun berbunyi, apalagi dia tidak sarapan tadi karena malah menerima omelan. Melewati sebuah kawasan pertokoan, perutnya semakin terasa lapar saat mencium aroma masakan.
" Pantas saja tubuh ini begitu kurus. Rupanya si ibu tidak pernah memberinya makan. Aku baru ingat kemarin malam pun tidak ada yang mengantarkan makan malam ke kamarku. Aaargh, lapaaaar!"
Ji Eun melihat ke kanan dan kiri, ia mencari tahu apakah ada makanan yang bisa untuk mengisi perutnya. Sebuah warung mie ada di sana. Ji Eun berjalan mendekat, ia lalu merogoh bajunya, tapi sungguh sial karena dia sama sekali tidak punya uang.
" Hei, mau makan? Apakah tidak punya uang? Ayo makan, aku akan mentraktir mu."
Seseorang merangkul bahunya, awalnya ia ingin mengibaskan tangan orang itu, tapi dia baru ingat bahwa saat ini sedang berperan sebagai seorang pria. Ia melihat orang yang mengajaknya makan itu dari atas ke bawah. Satu hal yang ia simpulkan, orang itu bukanlah orang biasa. Dengan arti kata, orang itu bukanlah seorang rakyat biasa ataupun prajurit.
" Nih, makanlah. Dilihat dari pakaianmu, kamu adalah seorang prajurit. Betul tidak?"
" Anda benar tuan, saya seorang prajurit."
" Aaah pas sekali, hari ini kita akan berburu. Jadilah satu tim dengan ku ya?"
Ji Eun menegakkan kepalanya lalu melihat pria yang ada di depannya dengan seksama. Dia memutar otaknya mencoba mencari ingatan dari tubuh pemilik asli terhadap pria tersebut.
" Anda, Yang mulia maaf, saya tidak mengenali Anda. Anda adalah pangeran kedua, pangeran Han Baek?" ucap Ji Eun terbata. Ia hendak bangkit dan memberi hormat, tapi oleh Han Baek tangan Ji Eun ditarik agar segera duduk kembali.
" Stttt, jangan keras-keras. Iya itu aku. Mengapa kamu bisa tahu. Aku sedang menyamar."
Ji Eun rasanya ingin berteriak sekencang mungkin saat ini. Penyamaran apa, pangeran Baek hanya menambahkan sebuah tahi lalat di sudut mata kananya. Ia lalu menepuk keningnya pelan ternyata orang jaman dulu hanya dengan begitu saja sudah menjadi seperti orang lain. Dan terbukti tidak ada yang mengenali pangeran Baek.
" Baiklah Tuan, karena Tuan sudah mentraktir saya makan maka saya pastinya harus berbalas budi. Saya akan jadi anggota tim Tuan dalam berburu nanti."
🍀🍀🍀
Sesudah makan pagi itu, mereka berdua datang ke tempat dimana akan dimulai perburuan. Ketiga pangeran sudah menunggang kudanya masing-masing. Ji Eun memandang takjub, apa yang biasanya ia lihat di drama televisi itu kini bisa dia lihat secara live atau langsung.
Woaah, ini andaikan aku membawa ponselku maka akan sangat bagus karena bisa diabadikan.
" Perburuan, dimulai!!"
Semua pangeran mulai memacu kuda mereka dan beberapa prajurit mengikuti di belakangnya. Ji Eun menjadi yang terakhir. Ia menggelengkan kepalanya cepat. Tubuh orang ini sangat lemah baru berlari sebentar saja dia sudah begitu kelelahan.
" Aku harus banyak makan makanan bergizi. Aku juga harus mulai melatih tubuh ini. Jika tidak mungkin aku akan mati cepat."
Sluuup
Sebuah panah melesat hampir mengenai dirinya. Untung Ji Eun bisa menghindar. Dan detik selanjutnya sebuah sabetan pedang bisa ia dengar, tapi nahas ia terlambat menghindar sehingga lengannya tersayat meskipun tidak dalam. Ji Eun lalu menarik pedang dari sisi kiri tubuhnya dan mulai menghadang serangan pedang yang kedua
Trang, trang, trang
Kedua pedang itu beradu. Orang yang melawan Ji Eun sedikit terkejut, ia tidak menyangka Ji Eun bisa membalas serangannya. Saat orang itu lengah, Ji Eun berhasil memojokkan orang tersebut hingga tersudut di pohon besar.
" Siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku," teriak Ji Eun sambil menatap tajam ke arah pria itu.
" Cih, aku tidak akan memberitahumu?"
" Bagus, maka aku pun juga tidak akan mengampuni mu," ucap Ji Eun dengan seringai mengerikan.
Sreeet
Arghhhh!!!!
Satu tangan bagian kiri langsung berhasil ditebas oleh Ji Eun dengan pedang. Orang itu sungguh ketakutan. Lagi-lagi dia tidak menyangka bahwa Ji Eun akan melakukan hal seperti itu.
" Masih tidak mau mengatakan?"
" Aku, aku akan katakan. Orang yang menyuruhku adalah ... ."
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!