“Hei bisakah kau membuatkanku kopi?” ucap seorang wanita.
Caroline melirik wanita itu dengan tajam, lalu merubah ekspresinya dengan wajah datar. “Baiklah.” Caroline pergi kedapur kantor dan membuatkan kopi.
“Hei apa kau lihat tatapannya tadi? Itu sangat menyebalkan.” Ucap seorang wanita.
“Yah … kenapa dia bisa berada disini? Penampilannya sangat kuno.” Jawab teman wanita satunya.
Caroline tidak menganggap serius orang yang membicarakannya, karena dia bekerja untuk menyamarkan dirinya. Dia setiap hari dibully dan ditertawakan di kantorn tempat dia bekerja.
Saat membuat kopi, Caroline menerima telpon. “Boss kita sudah menyerang markas musuh dan menangkap bossnya,” ucap seorang pria di sebrang telpon.
Caroline tersenyum dan bersandar pada dinding. “Bagus … tunggu aku kesana setelah pulang kerja.” Caroline menutup telpon dan membawa kopi yang telah dia buat.
Menaruh kopi diatas meja wanita yang menyuruhnya tadi. Wanita itu melihat Caroline pergi begitu saja dan meminum kopi itu . “Aaah … panas sekali!” teriak wanita itu.
“Apa kau baik – baik saja?” tanya teman sebelahnya.
“Lidahku terbakar.”
Caroline berjalan memasuki lift menuju lantai atas. Memasuki ruangan boss tanpa mengetuk pintu.
Boss yang sedang asik bercumbu dengan asistennya terkejut dan kesal. “Siapa yang berani-“
“Aku … kenapa?” tanya Caroline.
“Keluarlah.” Boss mendorong asistennya untuk menjauh. Asisten wanita itu merapikan rambut dan bajunya lalu keluar dengan tergesa – gesa.
“Ehm … apa yang kau butuhkan?” tanyanya.
“Kevin kau sangat menjijikkan seperti biasa,” ucap Caroline.
“Hei … dia yang menggodaku terlebih dahulu,” sangkalnya.
Caroline duduk di sofa dengan santai dan mengeluarkan rokoknya. Ruangan seketika dipenuhi dengan asap rokok.
“Aku akan mengambil libur beberapa hari,” ucap Caroline.
“Baiklah kau bossnya lakukan sesukamu,” ucap Kevin.
Caroline berdiri dan ingin meninggalkan ruangan. Sebelum itu dia berbicara, “Jangan berbuat hal yang tidak aku sukai di perusahaanku.”
Kevin bergidik dan menundukkan kepalanya. “Kau hanya pengganti … jangan lupa diri.” Caroline berjalan keluar dan menutup pintu.
Memasuki lift khusus, Caroline membuka kaca mata dan ikat rambutnya.
“Apa mobil sudah siap?” tanya Caroline.
“Sudah.” Pengawal itu memberi jaket untukk Caroline dan terus berjalan dibelakangnya.
Memasuki mobil dan pergi ke markasnya.
Beberapa saat kemudian, Caroline telah tiba dimarkasnya dan berjalan masuk.
BUK BUK BUK. Terdengar suara pukulan dan suara rintihan.
“Arrrh …” Orang itu berbaring dilantai dengan kesakitan.
“Boss,” anak buah yang lain berhenti dan memberi hormat kepada Caroline.
“Apa dia mengakuinya?” tanya Caroline.
“Belum.”
Caroline berjalan dengan rokok di mulutnya dan berjongkok didepan tawanan itu.
“Katakan padaku siapa Boss mu?” tanya Caroline.
Pria itu menatap Caroline dengan tajam tanpa menjawab.
Melihatnya tidak menjawab Caroline berdiri dan berbalik. “Bunuh dia.” Ucap Caroline.
“Baik Boss.”
“Tidak … tunggu aku-“
“Jangan bunuh aku … aku mohon!” teriaknya dengan tangisan diwajahnya.
“Aku memiliki istri dan anak,” ucapnya lagi.
Caroline berhenti dan menatap pria yang ada dilantai. Pria itu merasakan ada sedikit harapan, dia tahu kalau Boss mafia tidak akan menyakiti orang baik.
“Anakku masih kecil dan istriku sedang hamil,” teriaknya lagi.
Caroline berjongkok dan menarik rambutnya. “Jangan berlagak seakan kau mencintai keluargamu.”
“Aku tahu kau sudah menyiksa anak dan istrimu yang sedang hamil,” ucap Caroline.
Caroline melemparnya. “Tunggu aku akan mengatakannya … aku akan mengatakannya,” ucap pria itu dengan panik.
“Dia adalah r-“ BOOOM suara ledakan terdengar dan darah serta daging manusia berceceran dimana – mana.
“Apa yang terjadi!” teriak Caroline dengan wajah penuh darah.
“Sepertinya dia telah dipasang sebuah chip tertentu,” jawab bawahan.
“Sial! Bersihkan semuanya.” Caroline mengelap darah yang ada diwajahnya.
“ini sangat menjengkelkan,” ucap Caroline.
Caroline membersihkan dirinya dan pergi memasuki ruang kerjanya. Memikirkan siapa yang berusaha ingin menghancurkannya? Dia memiliki banyak musuh, namun tidak ada pernah yang seberani ini menyerangnya.
Keesokan harinya Caroline bersiap – siap untuk melakukan perjalanan bisnis menggunakan helikopter. Sebelum itu dia pergi menemui istri dan anak pria yang meledak semalam.
“Permisi.” Caroline mengetuk pintu.
“Siapa?” seorang anak kecil membuka pintu dan menjawab dengan suara bayinya.
“Apa ibumu ada?” tanya Caroline tersenyum.
Anak kecil itu terpesona dengan senyum Caroline. “Siapa?” barulah seorang wanita hamil keluar untuk melihat siapa yang mengetuk pintu rumahnya.
Caroline melihat wanita dan anak yang kurus itu penuh dengan lebam yang belum sembuh diwajahnya, merasa kasihan dan kesal dengan pria yang mati dengan mudah semalam. Seharunya aku menyiksanya lebih parah.
“Apa kau mencari suamiku? Dia tidak pulang dari semalam,” ucap wanita itu.
“Tidak … aku hanya memberikan ini.” Caroline memberikan sebuah berkas.
Wanita itu membacanya dan melihat Caroline dengan mata terbelalak. “Ini!” ucapnya.
“Suami anda telah menandatangani surat cerai dan anda bisa pergi kemana saja.”
“Ini adalah kunci villa yang dibuat suamimu dan juga ada sebuah bisnis kecil yang diberikan oleh suamimu,” ucap Caroline.
Wanita itu menutup mulutnya dan menangis tanpa bersuara. Caroline merasa lega dan pergi meninggalkan wanita itu.
Sebelum pria kejam itu mati, dia sudah membuat pria itu menandatangani semuanya. Dia sangat beruntung dapat melakukannya dengan cepat.
Memasuki mobil dan melihat dari kejauhan, wanita itu menangis memeluk anaknya. “Ayo pergi,” ucap Caroline.
Mobil melaju dengan lancar dan tiba dilandasan dimana helikopternya berada.
“Apa semua sudah siap?” tanya Caroline.
“Barang – barang telah dimasukkan semua kedalam helikopter dan juga ada beberapa senjata untuk keamanan anda,” ucap bawahan.
“Bagus.” Caroline menaiki helikopter dan menyimpan pistol kecil dibagian belakang pakaiannya.
Helikopter terbang dengan lancar tanpa hambatan. Sata terbang disekitar hutan, terdengar suara helikopter lain yang mengikuti mereka.
“Siapa mereka?” Caroline mengerutkan kening.
DOR DOR DOR. Helikopter lawan mulai melakukan serangan. Caroline segera berlindung dan mengambil senjata yang sudah disiapkan. Namun saat Caroline hendak memakai senjata itu, tenyata peluru tidak ada didalamnya.
“Sial!” teriak Caroline membuang senjata besar itu.
DOR. Serangan datang lagi dan kali ini pilot yang terkena serangan. Helikopter kehilangan kendali dan segera jatuh.
Caroline menggertakkan gigi dan mengambil pistol kecil yang ada di balik pakaiannya.
“Kalian pikir aku akan membiarkan diriku mati sendirian?”
Caroline adalah penembak jitu dan penyerang jarak dekat yang handal. Membidik lawannya dan menembak tepat dikepala lawannya dua kali. Lalu Caroline menyerang pilot mereka.
Dalam keadaan terjun bebas Caroline bisa membunuh lawannya. “hah! Rasakan itu.”
Setelah melakukan serangan, helikopter Caroline jatuh dan meledak begitu saja.
“Ugggh .. sakit sekali,” Caroline memegang kepalanya. Apa dia tidak mati?
“Apa kau mendengarku?” teriak seorang pria paruh baya.
“Kau harus menjalankan tugasmu,” ucap Pria itu.
“Siapa yang berani meneriakiku.” Caroline perlahan membuka matanya dan melihat pria itu dengan jelas.
“Kau sama saja seperti ibu, sangat menyebalkan.” Pria itu pergi dengan wajah kesal.
“Siapa pria tua itu?” gumam Caroline.
Caroline melihat cermin yang ada disebelah kasurnya. “Siapa?” terkejut melihat wajah wanita cantik yang ada dicermin.
Caroline memegang wajah dan rambutnya. “Apa ini aku?” gumamnya dengan mata terbelalak.
Akhir dari Bab 1
Caroline merasakan sakit dikepalanya. Beberapa gambar muncul dipikirannya dan itu seperti membunuhnya.
“Ugghh!” Caroline mengerang kesakitan hingga dia tidak tahan lagi dan pingsan begitu saja.
Sraaa!! Terdengar suara siraman air.
Caroline yang pingsan mengerutkan keningnya dan perlahan membuka mata.
“Bawa dia keruang bawah tanah dan berikan dia makan roti,” teriak pria paruh baya.
Caroline masih setengah sadar dan diseret begitu saja oleh pengawal. Caroline tidak bisa melawan tubuhnya sangat lemah saat ini dan dia tidak mampu melihat orang yang memerintahkan pengawal ini.
Diseret begitu saja membuat kulit kakinya terluka, dia merasakan sakit ditangannya. Saat ini mereka telah tiba diruang gelap yang hanya diterangi oleh api unggun.
Didepan penjara, Caroline dilempar begitu saja oleh pengawal.
“Aggh!” teriak Caroline dengan lemah.
“Apa gunanya mejadi Tuan Putri jika tidak ada yang menginginkannya,” ucap Pengawal itu.
“Hahaha … aku lebih menyukai tuan putri Edelyn.”
“Yah … tuan putri Edelyn sangat lembut dan cantik.”
“Berbeda sekali dengan Tuan Putri Caroline yang dingin bahkan tidak pernah menangis saat disiksa.”
Pengawal itu mengunci pintu penjara dan pergi meninggalkan Caroline sendirian.
“Apa?” Caroline saat ini sangat lelah dan dia mulai tertidur lagi dilantai yang dingin tanpa selimut.
Beberapa saat kemudian Caroline terbangun dengan sinar matahari menyinari wajahnya dari balik ventilasi kecil. Mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya yang menyinari matanya.
Caroline sudah bisa berpikir jernih sekarang. Melihat roti yang disiapkan dan juga ada minuman, Caroline dengan cepat memakan dan meminumnya. Tubuh ini sudah berapa lama tidak makan? Sangat tidak bertenaga.
“Setidaknya mereka menyediakan roti bersih dan air bersih,” gumam Caroline.
Setelah menghabiskan makanannya Caroline mengelap mulutnya menggunakan lengan. Terdengar suara tawa dari balik ventilasi. Caroline berjinjit melihat apa yang ada diluar. Terlihat seorang gadis cantik tertawa lepas bersama dengan pelayan.
“Tuan Putri anda sangat cantik menggunakan mahkota bunga,” puji pelayan.
Gadis itu tersenyum bahagia mendengar pujian ini dan terus berjalan diantara taman bunga.
“Apa dia adalah Tuan Putri yang dibicarakan?” ucap Caroline.
“Semua orang sepertinya menyukai wanita yang lembut.” Caroline berhenti melihat dan mulai memikirkan gambar yang muncul dikepalanya sebelum dia pingsan.
Nama gadis yang dia masuki adalah Caroline Brianna putri pertama dari Raja Aqan Brianna. Ayahnya sangat tidak menyukainya karena dia sangat mirip dengan ibunya yang telah tiada. Ibunya adalah master pedang terkuat dikerajaan ini yang bernama Azura Alston.
Ibunya sangat dihormati oleh bangsawan dan rakyat karena dia adalah pahlawan. Ibu menikah dengan raja karena dorongan dari para bangsawan untuk menambah dukungan dan kekuatan. Raja sangat tidak menyukai ibunya karena ibunya lebih kuat daripada ayahnya yang seorang raja.
Ibu melahirkan dua orang anak dari Raja Aqan, yang pertama adalah Caroline Brianna yang memiliki perawakan persis seperti ibunya memiliki mata biru dan rambut bergelombang berwarna silver itu semua sangat indah dan cantik.
Sedangkan adik laki – lakinya memiliki perawakan seperti raja Aqan, hanya matanya saja yang berbeda itu mengikuti warna mata ibu mereka. Raja Aqan memiliki rambut berwarna blonde dengan mata merah ruby. Meskipun lahir dari rahim wanita yang dibencinya, Raja sangat menyukai anak laki – lakinya ini dan memberinya gelar Putra Mahkota.
Raja Aqan memiliki selir yang sangat dia cintai yaitu selir Bianca Arcelio, dia memiliki anak yang seumuran dengan Caroline yang bernama Edelyn. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan Caroline, Edelyn memiliki kepribadian yang sangat cerah. Setelah melahirkan Edelyn, selir Bianca tidak bisa lagi melahirkan seorang anak karena kesehatannya.
Selama masa kehamilan, raja hanya memperhatikan selirnya saja dan mengabaikan ibu yang juga sedang hamil anak mereka.
“Ternyata raja hanya seorang pria br*****k,” Caroline sedikit mengumpat.
“Tapi sepertinya dia pernah mendengar nama – nama ini,” pikir Caroline.
“Dimana?”
Saat Caroline sedang mencoba mengingat tiba – tiba terdengar suara.
“Apa kau telah sadar?” itu adalah ayahnya yang datang menemuinya, Raja Aqan.
Caroline tidak menjawab dan hanya diam menatap pria sial ini.
“Ayah … sepertinya kakak sudah sadar akan kesalahannya, bagaimana keluarkan kakak dari sini?” Tuan Putri Edelyn melirik Caroline dengan tatapan kasihan.
“Tuan Putri anda terlalu baik,” ucap seorang pengawal.
“Benar … “ ucap Pengawal yang lain.
“Kau masih tidak ingin meminta maaf kepada adikmu?” tanya Raja.
“Kakak minta maaflah,” seorang remaja angkat bicara, itu adalah adik kandung Caroline sendiri.
Adik itu juga tidak menyukainya karena hasutan dari lingkungannya, dia tumbuh mendengar keburukan kakak kandungnya sehingga dia hanya dekat dengan Edelyn.
Caroline melihat Adelyn yang memiliki wajah sedih. Dalam ingatan yang dia dapat, Edelyn sangat kesal dan membenci Caroline. Dia memanggil Caroline bertemu di pinggir Danau, saat itu Caroline tidak mencurigai apa – apa. tetapi saat dia mendekat Edelyn tiba – tiba menceburkan diri kedalam Danau. Tanpa mengingatnya pun Caroline tahu apa yang terjadi selanjutnya.
“Apa kau masih tidak mau berbicara?” teriak Raja. Dia tidak bisa menyingkirkan Caroline begitu saja karena dia masih membutuhkan kekuatannya.
Caroline memiliki bakat master pedang seperti ibunya, dia ingin mengirim Caroline ke perbatasan untuk berperang. Saat ini kerajaan mereka sedang mengalami krisis melawan kerajaan tetangga.
“Aku tidak merasa melakukan kesalahan,” jawab Caroline dengan wajah datarnya.
“Kamu-“
“Raja!”
“Maafkan aku telah mengganggumu … “ ajudan itu membisikkan sesuatu di telinga Raja.
Raja mengerutkan kening. “Pikirkanlah keselahanmu jika kau ingin keluar dari sini.” Raja pergi begitu saja dengan yang lain.
Caroline menghela nafas lega. “Ini sangat melelahkan … tubuh ini cukup kuat karena latihan, namun juga cukup lemah karena hukuman yang diberikan raja.” Hukuman yang diberikan Raja kepada putrinya sangat kejam.
Dia mengambil Mana yang ada ditubuh putrinya sendiri. Mana ditubuh Caroline sangat kuat meskipun telah diambil, dia akan pulih dengan sendirinya. Tugas yang diberikan ayahnya sejak dia kecil adalah melakukan yang terbaik untuk kerajaan ini dan memberikan mana nya sebulan sekali untuk istana.
Caroline tumbuh dengan pendidikan dari ayahnya. Itu membuatnya merasa bertanggung jawab dan rela memberikan mana nya meskipun dia tidak tahu untuk apa itu semua. Kali ini mananya terkuras habis karena hukuman sehingga tubuh ini tidak sanggup menahannya.
Caroline menatap tangannya. “Sepertinya perlahan akan pulih,” gumam Caroline.
Dia memikirkan kecelakaan helikopter yang dialaminya. Apakah dia bereinkarnasi sekarang? Dulu dia sama sekali tidak mempercayai hal ini. Namun sekarang dia mengalaminya sendiri.
“Caroline … Edelyn?” masih memikirkan nama ini. Dia pernah mendengarnya disuatu tempat.
“Oh?” Caroline mengingatnya.
“F***k … apa aku masuk kedalam novel yang bawahanku tulis?” ucap Caroline.
Dunia yang dia masuki adalah dunia novel yang berjudul Bunga putih Duke dingin. Mendengar judulnya saja sudah sangat menggelikan.
Caroline merinding sekarang, bagaimana bisa? Edelyn yang dia lihat tadi adalah pemeran utama wanita? Itu lebih terlihat seperti wanita lotus putih daripada pemeran utama wanita.
Didalam cerita itu kerajaannya kalah dengan kerajaan tetangga dan mereka memiliki syarat untuk mengirimkan putri tertua mereka, Akhirnya Caroline pergi menikahi Duke. Saat acara pernikahan, Edelyn melihat wajah Duke dan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Mulai saat itu Edelyn memutuskan tinggal dikediaman Duke dengan alasan menemani kakaknya. Semua orang mengira bahwa Tuan Putri Edelyn terlalu baik dan para pembaca pun sangat bersemangat melihat adegan ini. Caroline yang telah membaca novel itu, tidak berpikir bahwa ini romantis. Ini adalah rubah penggoda kakak iparnya sendiri, awalnya dia berpikir seperti itu. Sekarang setelah melihat langsung, pemeran utama wanita memang seekor rubah, apa yang dia pikirkan memang benar.
Didalam novel diperlihatkan pertemuan Edelyn yang tidak disengaja dengan Duke, namun setelah dipikir – pikir lagi pasti itu Edelyn yang menguntit Duke.
“Sangat tidak tahu malu,” gumam Caroline.
Tetapi Duke selalu menjaga jarak dengan Tuan Putri Edelyn dan menghormati istrinya. Setelah istrinya meninggal pun butuh dua tahun bagi Edelyn untuk menaklukkan hati Duke yang dingin.
Memikirkan calon suaminya, Caroline tida sabar ingin melihat wajah Duke itu.
“Tidak akan aku biarkan Rubah itu masuk kedalam kediaman Duke nanti,” Ucap Caroline dengan senyum licik.
“Aku tidak merebut pemeran utama pria dari pemeran utama wanita, tetapi memang dari awal Duke yang dingin itu adalah miliknya,” ucap Caroline.
Caroline berdiri dan merapikan pakaiannya, “Mereka menganggapku wanita jahat dan dingin … mari kita lakukan itu,” ucap Caroline menaruh kedua tangan dipinggangnya.
Akhir dari Bab 2.
Hari sudah mulai gelap. Caroline duduk di lantai yang dingin, dia jadi mengingat masa – masa dia menjadi gelandangan saat dia masih kecil.
“Kapan aku dikeluarkan dari sini?” Caroline menunggu dengan bosan. Dia ingin melihat dunia ini lebih jelas lagi.
“Apa aku harus meminta maaf?”
“Tapi aku tidak memiliki kesalahan.” Caroline berbaring dengan kedua tangan dibelakang kepalanya.
Melihat kesamping, ada batu yang cukup besar untuk dijadikan bantal.
“Uh …. Uh… “ Caroline mengambil batu itu.
“Kenapa sangat berat?” batu ini terlihat sangat ringan, tapi ternyata cukup berat.
Caroline masih berusaha untuk mengangkat menyeret batu itu. Saat Caroline berusaha keras menariknya, jarinya terluka terkena bagian tajam batu.
“Sial! Aku menyerah.” Caroline kembali berbaring dengan tangannya. jarinya masih terasa perih dan mengeluarkan darah.
“Sepertinya tubuh ini lama untuk pulih karena kehilangan banyak mana,” gumam Caroline melihat lukanya.
Caroline tahu dari novel kalau tubuh ini sangat cepat pulih seperti memiliki air suci ditubuhnya. Namun karena hukuman dari ayah yang tidak tahu diri itu, tubuh ini menjadi sangat lemah.
“Lihat saja aku akan membalas dendam,” ucap Caroline dengan kesal.
Saat Caroline memejamkan mata tiba – tiba ada cahaya yang sangat terang didalam ruangan. Caroline tidak bisa melihat apa – apa.
“Apa? apa aku akan mati lagi?” teriak Caroline.
Cahaya itu tiba – tiba redup. Caroline perlahan membuka matanya dan melihat benda yang melayang.
“Master!” terdengar suara anak kecil.
“Ha?” itu adalah seekor anjing hitam kecil yang berbicara padanya.
“Ayo kebawah … aku melihat cahaya mencurigakan dari tempat Putri Caroline!” teriak penjaga. Ada banyak penjaga yang datang ke ruang tahanan Caroline.
Saat mereka tiba, mereka hanya melihat Caroline yang sedang duduk.
“Aku tadi melihatnya,” ucap Penjaga itu dengan ragu.
Caroline melihat mereka dengan wajah dingin. “Apa yang kalian lakukan?” tanya Caroline dengan aura kejamnya.
“M-maaf tuan putri … sepertinya kami salah melihat.” Mereka semua kembali keatas.
“Apa kau lihat tatapan putri tadi?”
“Aku baru pertama melihatnya … dulu putri akan menatap kita dengan wajah dingin seperti orang mati.”
“Sssst … bisakah kau diam!”
Caroline tinggal sendirian dan mengeluarkan anak anjing itu. “Kenapa kau bisa bicara?” tanya Caroline.
“Aku makhluk dari ribuan tahun lalu … aku sudah tertidur sangat lama dan master telah membangunkanku,” ucap anak anjing itu.
“Aku tidak bisa memeliharamu … aku tidak punya makanan anjing juga,” ucap Caroline.
“Aku bukan anjing … aku serigala!” teriaknya.
“Master jangan buang aku … aku mohon … aku akan menjadi hewan yang baik.”
“dan juga tidak ada yang bisa melihatku selain master,” ucapnya.
Caroline masih tidak menjawab. “Eum … ak- aku bisa membantumu balas dendam,” ucapnya lagi.
“dengan tubuh kecilmu bagaimana kamu membantuku?” tanya Caroline.
“Jika kekuatanku pulih aku akan tumbuh menjadi serigala yang besar dan master bisa menggunakan kekuatanku sesuka hati,” ucapnya lagi.
“Hmm.. “ terdengar seperti pokemon.
Caroline tersenyum. “Baiklah aku menerimamu sebagai bawahanku,” ucap Caroline.
“Terimakasih master aku pasti akan sangat berguna,” ucap serigala kecil itu mengelilingi Caroline dengan bahagia.
“Jadi … siapa namamu?” tanya Caroline.
“Tolong berikan aku nama,” ucap serigala kecil itu.
Caroline diam, dia buruk dalam memberikan nama peliharaan.
Dikehidupan sebelumnya.
“Boss siapa nama karakter boss didalam game?”
“Cor,” Ucap Caroline dengan wajah datar.
“Pfft … hahaha …. Nama macam apa itu? Apa kau ingin mengecor sesuatu?”
Keesokan harinya di panti asuhan.
“Kakak tolong beri nama kelinci ini.”
“…..” Caroline melihat mata merah kelinci itu.
“Bagaimana kalau kelinci?” ucap Caroline dengan serius.
“……” anak kecil itu terdiam.
“Pfffft …. Ahahhaha”
Plak. Caroline melempar sendal kewajah bawahannya.
Sekian flashback Caroline dikehidupannya yang lalu. Melihat mata anak serigala yang penuh harap membuat Caroline merasa tertekan.
“Emmm ….” Caroline berpikir keras.
“Namamu adalah Demon,” ucap Caroline.
Mata anak serigala itu berbinar. “Terimakasih master.” Demon mengusap tubuhnya ketangan Caroline. Ini adalah nama yang diberikan master untuknya.
“Jadi apa kekuatanmu?” tanya Caroline.
“Aku memiliki sihir hitam dan aku bisa menyerang,” ucap Demon.
“Saat kekuatanku pulih master bisa memanggilku dan aku akan berubah dalam wujud serigala besar yang dapat dilihat oleh manusia,” ucapnya dengan bangga.
“dan aku bisa memanggil serigala yang lain … aku adalah Raja serigala,” lanjutnya.
“Bagaimana cara memulihkan kekuatanmu?” tanya Caroline.
“Itu master bisa memberikanku sedikit mana mu,” ucapnya.
“Hmmm … aku memiliki banyak mana … jadi itu bisa dilakukan,” ucap Caroline.
“Apa ada lagi yang sepertimu?” tanya Caroline lagi.
“Sepertinya ada tapi hanya ada 3 didunia ini,” jawab Demon.
“Apa kau bisa melacaknya?”
“Bisa …”
“Bagus … kita akan mengumpulkan hewan lainnya,” ucap Caroline.
Keesokan pagi Caroline terbangun dan merasakan tubuhnya telah pulih sepenuhnya. Dia memberikan Demon sedikit mana nya dan mencoba untuk memanggil Demon dalam mode menyerang.
Saat Caroline berbicara dengan Demon, ada suara langkah kaki yang datang.
Itu adalah pengawal, dia membukaan kunci. “Keluarlah … raja telah menghilangkan hukumanmu,” ucap pengawal itu.
Caroline berdiri dan mengikuti pengawal itu dari belakang.
“Master … mau kemana kita?” tanya Demon.
“Mater bisa menjawabku di dalam pikirannya,” ucap Demon.
“Sepertinya akan kekamarku,” jawab Caroline.
Caroline di antar kekamarnya. “Raja mengatakan jika kamu sudah selesai … silahkan datang keistana utama untuk sarapan.” Pengawal itu pergi begitu saja meninggalkan Caroline.
“Apa – apaan? Dia sangat tidak sopan sekali!” teriak Demon.
Caroline tidak terlalu memikirkannya dan bersiap – siap untuk mandi. Tubuh ini sangat kotor dan lengket, dia tidak tahan lagi ingin mandi.
Setelah beberapa saat Caroline akhirnya merasa segar, dia melihat pakaian yang ada dilemari. Itu semua seperti pakaian ksatria. Caroline menyukainya, tetapi dia ingin tampil seperti tuan putri bukan ksatria.
Melihat diantara beberapa baju, Caroline akhirnya memilih baju berwarna biru muda yang cocok dengan rambut silvernya.
Melihat kecermin Caroline merasa sangat puas. “Master anda sangat cantik sekali,” ucap Demon kagum.
Caroline juga setuju, bahwa tubuh ini sangat bagus dan lembut terutama dibagian wajah dan dada serta bokong bukankah ini tubuh yang sangat menggoda? berbeda dengan tubuhnya dikehidupan sebelumnya yang berotot dan penuh luka.
“Aku akan menjaga kecantikan ini,” ucap Caroline. Tidak banyak yang tahu, tetapi sebenarnya Caroline menyukai kecantikan.
Caroline berjalan menuju istana utama menggunakan ingatannya. Melihat sekeliling, ini benar – benar dunia fantasi. Semua tempat seperti tidak nyata bagiku.
Setelah tiba diistana utama Caroline masuk kedalam dan melihat orang – orang bercanda dan tertawa.
“Putri Caroline memberi salam kepada yang mulia raja.” Caroline memberi salam kerajaan yang biasa dilakukan pemilik tubuh asli ini.
Semua orang terdiam dan berbalik melihat Caroline. Semua orang terpana dengan pakaian dan riasan yang dipakai Caroline. Meskipun dia tidak menggunakan perhiasan mewah, itu tidak menutup kecantikannya.
“Ehm … duduklah,” ucap yang mulia raja. Melihat Caroline lagi, dia akui sebenarnya istri lama nya memang cantik. Kalau tidak dia tidak akan memiliki dua anak darinya. Sayang sekali dia membenci istrinya itu.
Caroline duduk disebelah adiknya dan melirik adinya. Hmmm … benar – benar pantas menjadi adikku, wajah ini cukup tampan.
“Apa yang kau lihat?” bisik Aland dengan kesal.
Ups .. adik ini sangat galak. Caroline mengabaikan adiknya dan memakan makanan yang ada dimeja.
“Edelyn ibu dengar guru musik memuji permainan musikmu kemarin,” ucap Ratu Bianca.
“Benarkah?” tanya Raja.
“Itu hanya kata – kata berlebihan yang diucapkan oleh guru,” ucap Edelyn malu – malu.
“Tidak kakak kau memang sangat berbakat,” ucap Aland.
“Baiklah … terimakasih,” ucap Edelyn.
Edelyn sangat senang dengan pujian ini. Dia melirik Caroline ingin melihat ekspresinya. Tetapi yang dia lihat hanyalah ketidak pedulian Caroline.
Edelyn sangat kesal. “K-kakak Caroline bagaimana kabarmu?” tanya Edelyn.
Caroline berhenti makan dan melihat Edelyn. “Apa kau serius menanyakan ini?” tanya Caroline.
“Ah tidak maksudku itu.”
“Kak Edelyn menanyakan itu karena dia peduli padamu,” teriak Aland marah.
“Sudah hentikan!” teriak Raja.
Semua orang diam dan mulai makan dengan tenang.
“Caroline … datang keruanganku.” Yang mulai raja berdiri dan pergi meninggalkan meja makan.
Semua orang pergi meninggalkan meja makan dan hanya menyisakan Caroline.
“Bagaimana bisa mereka tidak menghabiskan semua makanan?” gumam Caroline. Dia melanjutkan makan sampai dia merasa penuh.
Saat Caroline keluar dari ruang makan, dia dihadang oleh Aland.
“Ada perlu apa?” tanya Caroline.
“Jangan ganggu kak Edelyn lagi …” ucap Aland.
Caroline melihat adiknya dan melipat kedua lengan didadanya. “Kenapa?” tanyanya.
“Karna kak Edelyn sangat lemah,” ucap Aland.
“Kalau begitu dia harus menerima konsekuensinya, yang lemah akan ditindas dengan yang kuat,” ucap Caroline.
Aland menggertakkan gigi. “Ternyata benar yang orang lain katakan, kau adalah monster.” Aland menatap Caroline dengan tatapan tajam.
Caroline diam sebentar dan menatap adiknya yang hampir sama tinggi dengannya. “Jika aku mengatakan yang sebenarnya juga kau tidak akan percaya,” ucap Caroline lagi.
“Apa?” Aland semakin kesal.
Caroline melihat pedang yang ada di pinggang adiknya. “Pedang itu?” tanya Caroline.
“Ini adalah hadiah dari yang mulia raja untukku … pedang ini memiliki mana ksatria yang melindungi kerajaan dan itu khusus untukku dan beberapa ksatria berbakat,” ucapnya dengan bangga.
“Heh … begitu,” ucap Caroline.
“Ada apa dengan ekspresi itu?” Aland mengerutkan kening.
“Apa kau tahu dari mana itu berasal?” tanya Caroline.
“Tentu saja batu mana,” ucap Aland dengan percaya diri.
“Batu mana ya?” Caroline tersenyum mendengarnya.
“Itu bukan batu mana,” jawab Caroline.
“Apa?” Aland sedikit bingung.
“Kalau ingin melihat darimana itu berasal, ikutilah aku dari belakang tanpa diketahui orang.” Caroline pergi begitu saja setelah mengatakan itu.
Yah … aku akan memberitahu kakak mana yang benar – benar menyayanginya.
Akhir dari Bab 3
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!