NovelToon NovelToon

Presdir I'M In Love

Episode 1

Diana.

Seorang mahasiswi dengan wajahnya yang cantik, body goal, dan kulit putih yang bercahaya.

Dia sering kali mematahkan hati seorang pria. Bagaimana tidak, dia memberikan harapan-harapan palsu pada mereka. Sering kali dia pergi berkencan, namun tidak ada satupun pria yang berhasil menjadi pacarnya. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Diana selalu meninggalkan pria itu tanpa kepastian.

Seperti saat ini.

Ponsel keluaran terbaru itu terus saja berdering. Tidak ada jawaban dari sang pemilik, dia masih bergelut dengan dunia mimpinya.

Entah apa yang dia dapatkan dalam mimpinya, tapi dia terlihat tersenyum beberapa kali.

Ponsel tersebut kembali berdering, Diana menutup kepalanya dengan bantal. "Arrgghhh kenapa berisik sekali sih?"

Namun suara nyaring dari ponsel tersebut memenuhi ruangan. Diana meraih ponsel yang dia letakkan di samping kepalanya.

"Braaakkkkk" dia membanting ponselnya.

Namun seketika dia tersadar, "Handphone kuuuuu."

Dia segera meraihnya dan mendapati layar ponsel yang sudah pecah bagaikan kumpulan dari beberapa pulau.

Dia menggerakkan layar ponsel tersebut, dan untung masih bisa digunakan.

Dengan malas Diana menjawab panggilan telponnya. Dilihatnya nama Rio di layar ponsel miliknya.

"Hallo" Suaranya dibuat merdu.

"Kamu tidak lupa kan kalau kita akan jalan sore ini ?" Seorang pria tampak sedikit berteriak karena panggilannya yang tidak dijawab sejak beberapa waktu lalu.

Diana terkejut, dia melihat jam sudah menunjukkan pukul lima sore "Ah tentu saja babby aku tidak lupa, aku akan bersiap-siap dulu. Sampai jumpa."

Diana mengakhiri panggilannya dan bergegas memasuki kamar mandi.

Tidak lama kemudian Diana keluar dari kamar mandi dan menuju meja rias. Diana mengaplikasikan bedak dan liptint di bibirnya serta rambut yang dicepol semakin memancarkan kecantikan yang luar biasa. Dia memakai hotpants dan baju kebesaran tetapi sangat cocok di tubuhnya. Tas selempang dan flat shoes menyempurnakan penampilannya.

Diana memesan taxi online ketika jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

Dia menuju sebuah mall termewah di kota X. Tidak lama kemudian, taxi tiba di tempat yang dituju.

Benar saja Rio seorang Ceo dari sebuah perusahaan ternama sudah menunggunya disana.

"Maafkan aku babby, jalanan sangat macet" Diana mencium pipi kiri Rio.

"Tidak apa, kamu terlihat sangat cantik" Rio hendak mengecup bibir Diana, namun dia berhasil menghindar.

"Ayolah, disini banyak orang. Akan sangat bermasalah jika orang-orang melihat mu seperti itu."

Rio mengabaikan ucapan Diana dan kembali mendekatkan bibirnya, namun Diana menahannya. "Babby, aku tidak ingin orang lain melihatnya" suara Diana dibuat manja.

"Baiklah, ikuti aku!" Rio menarik lengan Diana, Diana terseret mengikuti langkah Rio.

Rio yang sudah hampir dua bulan dekat dengan Diana sudah menganggap Mereka mempunyai hubungan yang spesial. Namun tidak dengan Diana.

Di pinggir mall di bawah lampu yang redup Rio kembali mendekatkan wajahnya kepada wajah Diana.

"Ayolah Babby, tidak seperti ini" Diana melihat banyak sekali pasangan yang sedang berkencan, tidak sedikit diantara mereka yang sedang mesum. Bahkan ada beberapa pria yang sedang menikmati sentuhan dari tangan nakal wanitanya. Suara lenguhan terdengar silih berganti.

"Tapi aku menginginkannya babby." suara Rio mulai serak menahan nafsu.

Rio hendak menempelkan bibirnya di leher jenjang Diana namun lagi-lagi Diana menghindarinya, "Tapi aku tidak bisa." Diana mendorong pelan tubuh Rio.

"Kenapa? Bukankah kita saling cinta? Sudah sewajarnya kita saling mencurahkan rasa cinta ini. Aku benar-benar tidak tahan setiap kali melihatmu." mata Rio terlihat sayu.

"Cinta? Memangnya kapan aku berkata cinta kepadamu ? Aku tidak mencintaimu babby."

Rio terkejut mendengar perkataan Diana, bagaimana mungkin ? Dia sudah memberikan segalanya kepada Diana. Baju, tas, sepatu, handphone bahkan dia memberikan kartu Silver kepadanya.

"Apa maksudmu Diana? Aku bahkan memberikan semuanya kepada mu dan Kamu bilang kalau Kamu tidak mencintai ku?" Rio mulai meninggikan suaranya.

"Ayolah babby, aku tidak pernah berkata cinta kepadamu, kamu sendiri yang memberikan semuanya kepadaku. Aku hanya mengatakan apa yang aku inginkan, tapi kamu selalu mengabulkannya. Apa itu salahku?" Diana membelai dada bidang Rio yang berdegub sangat kencang.

"Maafkan aku babby, aku bisa menerima pemberianmu. Tapi bukan cinta." Diana mengecup pipi Rio dan pergi meninggalkannya.

Rio menatap kepergian Diana dengan penuh rasa marah.

Episode 2

Rio adalah korban kesekian dari seorang Diana.

"Jadi lo beneran ninggalin Rio?" Via menatap tak percaya.

"Mesum dia, ternyata dia tak sepolos yang kita lihat." Diana tampak anteng memainkan ponsel miliknya.

"Mending lah Di, dia mesum juga disertai dengan latar belakang yang memenuhi. Udah ganteng, CEO pula. Dari pada si Tomi, iya kan Vi?" Rara dan Via tertawa.

"Iya Ra, udah mesum pelitnya minta ampun. Padahal ngakunya orang kaya. Tapi pelit." Via mengiyakan.

"Tapi beneran loh cowok itu nggak bisa lihat cewek cantik dan sexy, bawaannya mesum terus." Diana meletakkan ponselnya dan duduk bersama kedua sahabatnya.

"Lah namanya juga kucing disuguhin ikan Di, nggak mungkin lah dianggurin gitu aja" Rara menjawab dengan mulut yang penuh dengan kentang goreng.

Mereka saat ini sedang berada di tempat makan siap saji.

"Eh tapi kata Kakak gue, ada loh cowok yang nggak suka cewek" Via teringat kata Kakak laki-lakinya Tio.

Tio adalah asisten pribadi seorang CEO ternama.

"Lah bisa aja lo dibodohin Kakak lo. Nggak percaya gue" Diana mencibir.

"Gue pernah buktiin. Malah pas gue berhadapan dengannya kayanya gue transparan di matanya" Via membayangkan saat dia bertemu dengan Bos dari Kakak laki-lakinya itu.

"Hahaha mungkin karena dia nggak tertarik sama lo Vi." Rara tampak puas tertawa.

Via melempar Rara dengan kentang goreng miliknya.

"Sial*n lo Ra, gue nggak jelek-jelek banget kali."

Diana dan Rara tertawa melihat Via yang mendumel.

Esok hari Diana, Rara dan Via menjalani aktivitas kampus seperti biasa. Mereka kuliah di salah satu kampus ternama dengan jurusan designer. Mahasiswi tingkat akhir yang akan menjalani magang ini sedang sibuk mencari dan memilih perusahaan yang bersedia menampung mereka.

"Di, sama gue aja yu. Gue punya kenalan perusahaan perancang busana terbaik." Tomi menarik lengan Diana.

"Apaan sih lo, kalo lo beneran punya kenalan perancang busana ternama harusnya lo lebih modis lah, ngga kaya gini juga" Rara sewot melihat Tomi yang saat ini menggunakan sweater dan celana selutut.

"Lah lo aja yang nggak tau fasion. Ini lagi trend di LN sana" Tomi tak mau kalah.

"Liat aja ya, sebentar lagi satu kampus bakalan niru gaya gue ini." Tomi dengan percaya dirinya membanggakan penampilannya.

"Udah udah, kenapa kalian malah ribut begini sih." Diana pergi meninggalkan mereka dan diikuti oleh Via serta Rara.

"Di, jadi lo mau kan sama gue?" Tomi masih berteriak.

Diana mengabaikan perkataan Tomi, namun Rara berteriak, "Nggak sudi dia bareng magang sama lo."

"Awas lo Ra. Liat aja suatu saat nanti lo bakalan jadi langganan rancangan baju gue." Tomi kembali berteriak, dia tidak peduli saat orang-orang mendengar teriakannya. Bahkan ada diantara mereka yang langsung memasang headset.

Tomi Agrasa, satu-satunya anak dari pemilik perusahaan Agrasa. Perusahaan menengah yang ada di ibu kota.

"Di, gimana dong kita belum dapet perusahaan yang akan nampung kita?" Rara meneguk minumannya.

"Gue coba hubungin abang gue aja ya, dia kan bekerja di perusahaan yang menguasai bidang perhiasan. Kita juga pernah kan belajar mendesign perhiasan. Siapa tau disana sedang membutuhkan mahasiwi-mahasiswi cantik dan memiliki ide-ide brilian seperti Kita ini." Via memberikan ide.

"Lo yakin? Itu perusahaan nomor satu loh di negeri ini. Bahkan sudah membuka cabang di berbagai negeri." Rara menciut.

"Tenang aja, kita kan punya Diana. Mahasiswi terbaik di kampus kita." Via menunjuk Diana yang tampak acuk tak acuh.

"Diana emang terbaik di kampus kita. Tapi kita?" Rara memanyunkan bibirnya.

"Udahlah mendingan kita coba aja, siapa tahu jodoh." Diana menengahi perselisihan diantara kedua sahabatnya itu.

"Hah? Lo mau cari jodoh Di? Kenapa bukan sama si Rio aja?" Rara kembali menyeruput minumannya.

"Jodoh sama pekerjaan kita. Pikiran lo udah ngebet kawin makanya kesana terus arahnya" Diana mengacak rambut Rara.

...****************...

Like Like Like...

Komen Komen Komen Kakak Zeyeeeeeng 🤗🤗

Episode 3

"Ayo Vi telpon abang lo, kalo udah fiks baru kita buatkan buat laporan buat ke kampus." Diana tampak bersemangat.

"Oke Di, kebetulan sekarang jam istirahatnya." Via meraih ponsel miliknya dan memanggil Tio.

Tuuuuuttttt ttuuuuuuttttt

Dalam hitungan beberapa detik, panggilan pun terhubung. "Hallo bang..."

"Kenapa?" Tia terdengar acuk tak acuh. Biasanya Via menelpon hanya jika menginginkan sesuatu.

"Kenapa apanya bang?" Via malah balik bertanya.

"Kenapa lo ganggu hidup gue mulu, udah ganggu di rumah, sekarang gue lagi kerja aja lo nelpon gue." Tio tampak mengomel.

"Iisshh jahat banget sih punya abang. Gue mau minta bantuan lo bang." Diana dan Rara tertawa melihat ekspresi Via yang berubah menjadi cemberut.

Via dan Tio dua bersaudara. Umur mereka hanya beda delapan tahun. Sejak lulus kuliah S2 di New York Tio bekerja di perusahaan sahabatnya sebagai asisten pribadi. Tio memang lebih pintar dibanding Via, kuliah S1 aja dia selesaikan dalam waktu tiga tahun setengah, hingga dia mendapatkan beasiswa di NY dan bertemu dengan sahabat yang kini menjadi atasannya.

"Udah tau, bantuan apaan?" Tio yang tengah sibuk bela-belain mendengar ocehan dari adiknya semata wayang itu.

"Semester ini gue harus magang bang..." Belum selesai berbicara, Tio memotong pembicaraan Via.

"Oke ntar gue transfer." Tio tengah sibuk menghabiskan makanannya, di perusahaan memang tengah sibuk sehingga waktu istirahatnya tidaklah lama.

"Makasih bang hehe." Via nyengir bahagia.

"Udah gue mau..." Tio hendak mengakhiri panggilannya.

"Eh tunggu dulu, gue bukan minta transfer. Eh maksud gue, bukan transfer aja. Tapi ada lagi..." Via mencegah Tio untuk tidak mengakhiri panggilannya, biasanya Tio akan sulit dihubungi jika sedang bekerja.

"Apa lagi?" Tio tampak menarik nafas panjang.

"Gue boleh magang di perusahaan lo?" Via tampak ragu.

"Magang? Di perusahaan Queens Jewelry?" Tio tampak sangat terkejut.

"Iya bang." Via menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan, matanya berbinar penuh harap.

"Mau bikin bangkrut lo?" Tio terdengar meninggikan suaranya.

"Lah bang, gue bawa Diana ko. Dia mahasiswi terbaik di kampus kita." Via tampak pantang menyerah, bahkan dia mempertaruhkan nama Diana.

"Oke lo bawa surat pengantar dari kampus disertai syarat lainnya. Awas jangan dimanipulasi traskrip nilainya." Tio akhirnya menyerah.

"Lo jahat banget sih sama ade sendiri juga. IPK gue ngga dibawah tiga koma lima juga kali." Via tampak kesal, pasalnya IPK Tio nyaris sempurna saat melakukan kulias S-1.

"Tapi gue nggak yakin Kalian bakalan diterima sebagai mahasiswa magang atau nggak. Lo temui aja bagian di kantor, Gue tunggu besok pagi." Tio menyadari kalau perusahaannya bukanlah perusahaan coba-coba, namun dia tidak ingin mematahkan semangat adiknya.

"Siaap bang, thank you yaa... Tambah sayang gue. Jangan lupa transfernya hehe." Via tampak sangat bahagia. Mereka pun mengakhiri panggilannya.

"Jadi gimana Vi?" Rara tampak penasaran.

"Kita buat proposal, besok pagi kita berangkat kesana." Via tampak bersemangat, Rara dan Diana pun tampak bersorak bahagia.

Mereka bergegas menuju ruangan TU.

"Bu kita mau minta proposal magang." Diana menemui salah satu petugas.

"Baik, ke perusahaan mana?" Bu Ria mencari file proposal magang di PC nya.

"Queens Jewelry Bu." Dengan percaya dirinya Via menyebutkan nama perusahaan nomor satu di negeri ini.

"Kalian yakin? Itu kan perusahaan terbaik" Bu Ria tidak percaya.

"Hehe yakin Bu, Saya ada saudara disana jadi sudah konfirmasi." Via tersenyum bangga.

"Oke baiklah, tapi kalau tidak diterima disana segera hubungi Kami. Kalian harus mulai magang minggu depan. Biar Kami yang memilihkan perusahaan untuk tempat Kalian magang." Bu Ria memberikan proposal yang diminta serta syarat-syarat yang harus dipenuhi.

"Iya baik Bu, terima kasih." Diana mengambil proposal itu dengan sangat bangga.

"Kita janjian jam delapan, jadi jangan sampai telat ya. Jam tujuh gue jemput kalian" Diana memberi intruksi.

"Di... Diana...." Tomi berlari mengejar mereka.

"Kenapa?" Rara tampak sewot.

"Gue mau ikut magang sama lo. Boleh ya? Please..." Tomi tampak memohon.

"Bukannya lo punya kenalan perusahaan ternama?" Rara tampak menyindir Tomi.

"Tapi gue pengen nyoba masuk Queens Jewelry walaupun cuma tiga bulan." Tomi tampak sungguh-sungguh.

"Iya udah lo bawa syarat-syaratnya, besok Kita tunggu jam setengah delapan di depan perusahaan." Diana mengiyakan karena jumlah yang disarankan kampus adalah empat orang.

"Pake baju yang bener" Rara mencibir.

"Iya iya, liat aja lo bakalan terpesona melihat penampilan gue di kantor. Bahkan lebih cocok jadi direktur daripada mahasiswa magang." Tomi tampak sangat percaya diri.

"Serah lo dah." Rara memasuki mobil milik Diana.

Via dan Diana tertawa melihat sahabatnya yang tak pernah akur dengan Tomi.

"Hati-hati loh, nanti kalian jodoh." Via meneriaki Rara dan Tomi.

"Ih amit-amit" Rara membuka kaca mobil.

"Jodoh gue jauh lebih cantik dari lo Ra." Tomi tak mau kalah.

"Ngimpi lo." Rara masih tidak terima.

Diana dan Via tampak tertawa.

"Jangan telat ya Tom." Diana dan Via menyusul Rara ke dalam mobil.

"Siap, thank you ya Di." Tomi tampak sangat bahagia.

"Diana aja?" Rara meneriaki Tomi.

"Thank you Diana, Via dan Rara." Tomi menekan kata terakhirnya.

Rara tidak menjawab apapun, dia malah tampak kesal.

Diana mengantarkan Rara dan Vita di depan rumahnya masing-masing.

Diana Alexander. Tidak ada orang yang mengetahui asal usulnya termasuk sahabat-sahabatnya. Diana selalu menolak ketika ada orang menanyakan mengenai keluarganya.

Pewaris Alexander ini lebih memilih meninggalkan keluarganya daripada dijodohkan dengan orang pilihan keluarganya.

"Generasi 4.0 mana mau dijodohkan?" Begitu pikir gadis berusia dua puluh tahun itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!