Plak!
Plak!
Plak!
"Dasar anak tidak berguna. Bisanya hanya mengotori nama baik keluarga saja!" bentak seorang pria paruh baya setelah memberi tamparan pada putri keduanya.
Sang ibu yang tidak tega dengan sang putri langsung membawanya dalam pelukan. Bekas tamparan itu membuat pipi memerah.
"Maafkan kesalahan Lin'er suamiku," ucap siang istri dengan berurai air mata.
"Maaf katamu!" teriak pria itu sambil menatap sang istri tajam.
"Cih.... Aku sampai lupa dari mana dirimu berasal. Kamu saja berani naik ke atas ranjang suami dari sahabatmu. Tidak heran putrimu bertindak seperti jalang!"
Deg!
Li Qin tidak menyangka jika ucapan itu kembali terdengar setelah tujuh belas tahun berlalu. Dia kira ucapan itu tidak akan pernah lagi ia dengar.
Lin Hua terkejut mendengar ucapan sang ayah. Apa benar yang diucapkan ayahnya.
Mungkinkah dia lahir tanpa ada ikatan pernikahan?
Dan kini ia melakukan hal yang sama, mengandung tanpa ia ketahui siapa lelaki yang sudah menghamilinya.
Sebulan yang lalu Lin Hua menghadiri pesta kedewasaan Xiu Ying yang di adakan di rumah peristirahatan berada di pinggir kota kekaisaran.
Karena jaraknya yang jauh mengharuskannya menginap. Dia pergi bersama Ling ling. Xiu Ying merupakan sahabat dekat Ling ling.
Xiu Ying memiliki seorang kakak yang terobsesi dengan Lin Hua. Dia merupakan sahabat dari jenderal Huang.
Ling-ling dan kakak Xiu Ying mempunyai kesepakatan untuk memisahkan Li Hua dan jenderal Huang. Mereka sepakat untuk menjebak Lin Hua bersama kakak Xiu Ying.
Sayangnya Lin Hua berhasil selamat dari penjebakan itu. Lin Hua kabur dari rumah itu.
Tapi nasibnya tidak beruntung, ramuan yang diminum Lin Hua sejenis perangsang dengan dosis yang tinggi.
Dia berlari tanpa arah sambil merasakan gairah yang belum pernah ia rasakan. Tubuhnya juga merasakan panas tak nyaman.
Melihat ada aliran sungai, tanpa pikir panjang dia menceburkan tubuhnya. Lin Hua juga melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya.
Tanpa Lin Hua ketahui ada seseorang yang juga terkena ramuan yang sama. Dia menatap tubuh Lin Hua penuh nafsu. Entah bagaimana caranya namun keduanya berakhir tidur bersama.
"Pergi dari rumah ini sekarang juga. Aku tidak sudi rumahku dikotori oleh dua orang jalang macam kalian!" maki pria itu tanpa perasaan.
Lin Hua tersadar dari lamunannya akibat teriakan Ayahnya. Ingin sekali ia membantah, namun mulutnya terasa kelu. Tatapannya tiba-tiba berubah kosong.
"Baik. Aku terima saat kau menghinaku. Tapi aku tidak terima jika kau menghina putriku. Mulai saat ini juga aku akan membawa putriku keluar dari rumah ini,"kata Li Qin dengan tegas.
Li Qin merasa kesabarannya sudah habis. Tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan dari rumah tangganya. Lebih baik ia pergi membawa putrinya.
Li Qin menatap sang putri yang terduduk diatas lantai bersamanya . Betapa hancur hatinya melihat sang putri menatap kosong ke depan.
Bukan hanya tubuhnya yang kotor. Kini ayahnya pun membuangnya.
Li Qin membawa Lin Hua keluar dari kediaman mentri Li hanya membawa baju yang mereka kenakan. Mereka berjalan tanpa menoleh kebelakang lagi.
Menteri Li menatap kepergian mereka dengan perasaan yang campur aduk. Marah, kecewa, sedih, semua tidak bisa ia jabarkan satu persatu.
Ling Ling merasa senang akhirnya semua berjalan sesuai rencananya. Dia menghampiri sang ayah yang masih terdiam di tempat.
"Ayah_"
"Kembali ke kamarmu!" ucap menteri Li sambil berlalu dari tempat itu.
Ling-Ling tidak memperdulikan ucapan ayahnya. Yang penting sekarang tidak ada lagi yang menghalanginya untuk bersanding dengan Jendral impiannya.
Li Young merupakan nama asli dari menteri Li. Dia memiliki tiga orang anak dari dua orang istri.
Istri pertamanya meninggal saat melahirkan anak keduanya. Dia menikah dengan Li Qin karena kepergok tidur berdua dengannya.
Dalam keadaan mabuk ia menyetubuhi Li Qin yang tak lain sahabat dari Feng Yin istri pertamanya.
Flashback on :
"Kamu tidur bersamaku kan?" pinta Feng Yin dengan melas.
"Kalau suamimu datang bagaimana?"
"Tidak akan. Dia sedang bersama dengan teman-temannya. Biasanya dia akan tidur di kamarnya. Kamu mau kan tidur bersama ku?" bujuk Feng Yin sekali lagi.
Li Qin tidak tega menolak permintaan sahabat dekatnya. Apalagi ini merupakan pertemuan pertamanya setelah enam tahun. Dia juga ingin berbagi cerita selama kepergiannya.
"Baiklah," ucap Li Qin tanpa daya. Dia sangat menyayangi sahabat kecilnya itu.
Feng Yin sangat senang. Dia membawa Li Qin masuk kedalam kamarnya. Keduanya asyik bertukar cerita hingga larut. Entah sampai jam berapa. Namun kini keduanya sudah terlelap.
Tok tok tok
Tok tok tok
Feng Yin merasa terganggu dengan ketukan di pintu. Ia menoleh pada sahabatnya yang masih nyenyak dalam tidurnya.
Tok tok tok
Pintu kamarnya kembali terketuk dari luar. Dengan geram ia turun dari ranjang. Dengan malas Feng Yin berjalan kearah pintu.
Ceklek!
Ternyata pelayan yang merawat anaknya. Feng Yin yang awalnya ingin marah jadi mengurungkannya.
"Ada apa?"
"Nona Ling-ling menangis, Nyonya ."
Mendengar putrinya menangis Feng Yin bergegas pergi ke kamarnya. Keduanya sampai lupa jika pintu kamar itu masih terbuka.
Tak lama setelah Feng Yin pergi, datanglah Li Young. Dia datang dengan langkah sempoyongan. Sepertinya dia mabuk berat.
Li Young memasuki kamar dan menutupnya tanpa dikunci. Tatapannya tertuju pada sesosok wanita yang sedang berbaring diatas ranjang.
Gaun tidur yang Li Qin pakai tersingkap hingga keatas paha. Li Young tidak mampu menahan nafsunya. Apalagi ia dipengaruhi oleh alkohol.
Tanpa rasa malu Li Young menanggalkan seluruh pakaiannya. Hingga tak ada satu pakaian pun yang melekat di tubuhnya.
Kemudian Li young mulai mendekatinya. Li Qin yang sedang terlelap tidak menyadari bahaya yang akan menghampirinya.
Li Young mulai melampiaskan nafsunya. Li Qin terbangun dan melakukan perlawanan. Namun perlawanannya berakhir sia-sia. Kekuatannya tidak sebanding kekuatan Li Young.
Akhirnya kehormatan yang ia jaga Ternodai. Li Qin terus menangis ditengah gempuran Li Young.
Ceklek!
"Apa yang kalian lakukan!" teriak Feng Yin yang baru selesai menenangkan sang putri. Betapa hancurnya Feng Yin saat melihat sang suami berbagi peluh dengan sahabatnya.
Namun otaknya masih berjalan. Dia melihat Li Qin yang menangis dan meronta di bawah kungkungan sang suami.
Dia pun berjalan mendekat dan menarik tubuh suaminya yang masih terus memacu tubuhnya.
Bruk!
"Brengsek!"
Li Qin yang berhasil lepas dari kungkungan Li Young langsung menutupi tubuhnya dengan selimut.
Feng Yin menatap Li Qin iba. Dia tidak menyangka jika keputusannya mengajak sahabatnya menginap membuatnya kehilangan keperawanan.
Dia dapat melihat dengan jelas jejak keperawanannya yang tertinggal di selimut.
Feng Yin kemudian mengalihkan pandangannya pada sang suami yang kini sudah terlelap diatas lantai. Kini ia tahu penyebabnya. Suaminya dalam keadaan mabuk.
Perlahan Feng Yin mendekati Li Qin yang masih menangis. Dia membawanya dalam pelukan.
"Maafkan aku," ucap Feng Yin dengan rasa bersalah.
Keesokan harinya Feng Yin mengajak Li Young berbicara dengan Li Qin. Setelah memikirkan matang-matang akhirnya Feng Yin memintanya untuk menikahi Li Qin. Dia berbesar hati menyambut Li Qin menjadi istri kedua suaminya.
Li Qin awalnya menolak. Karena dia juga tidak pernah mencintai Li Young. Dia sudah memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai.
Begitupun dengan Li Young. Dia tidak sadar dengan apa yang dilakukannya semalam. Di menuduh Li Qin telah menjebaknya.
"Dasar wanita tak tahu diri!" bentak Li Young tanpa perasaan. Banyak lagi ungkapan kasar yang ia berikan pada Li Qin
Meski keduanya menolak, namun Feng Yin tetap kekeh menikahkan keduanya. Dia takut jika apa yang mereka lakukan semalam akan membuahkan hasil.
Apa yang ditakutkan Feng Yin akhirnya terjadi. Sebulan kemudian Li Qin dinyatakan hamil. Mau tidak mau Li Qin harus menikah dengan Li young. Apalagi sang kekasih tidak mau menerimanya yang sudah berbadan dua.
Pernikahan Li Qing dan Li Young dilaksanakan sederhana. Li Qing secara resmi telah menjadi istri Li young.
Sejak saat itu Li Qing tinggal bersama Li young dan Feng Yin. Feng Yin menerimanya dengan lapang dada. Bahkan hubungan mereka tetap baik.
Tapi tidak dengan Li Young. Dia tidak menerima Li Qing sama sekali. Baginya Li Qing hanya wanita penggoda. Tidak sekali dua kali Li young mengucapkan kata-kata kasar padanya.
Li Qing melahirkan putri yang sangat cantik. Sejak saat itu ia ditempatkan di rumah bagian belakang. Tidak sekalipun Li Young melihat wajah putrinya.
Hingga usia Lin Hua ke dua tahun, belum pernah sekalipun Li Young memasuki rumahnya. Dia juga melarang Li Qing untuk membawa putrinya ke rumah utama.
Hingga kejadian tak terduga terjadi. Feng Yin meninggal saat melahirkan anak keduanya.
Li young menyuruh Li Qing untuk mengasuh putranya dengan Feng Yin. Sebab Jae won selalu menangis jika digendong orang lain. Sejak satu itu Li Qing dan Lin Hua tinggal di rumah utama.
Flash back off.
Sepasang ibu dan anak memiliki nasib yang sama. Namun Li Qin berdoa semoga masa depan Lin Hua berbeda dengannya.
Semoga Lin Hua mendapatkan suami yang mau menerima semua masa lalunya, dan mencintainya tanpa syarat.
Li Qin membawa Lin Hua pulang ke rumah mendiang orang tuanya. Rumah itu saat ini ditempati oleh kakak lelaki beserta istri dan kedua anaknya.
Kedua orang tua Li Qin sudah meninggal. Dia hanya memiliki seorang saudara laki-laki yang kini tinggal di kediaman orang tuanya .
Rumah peninggalan kedua orang tua Li Qin berada di kota Xi'an. Dari kota kekaisaran Nanjing dibutuhkan waktu selama sehari perjalanan menggunakan kereta kuda.
Li Qin menyewa kereta milik kenalannya. Dia berjanji akan membayar saat tiba di rumah Mengingat ia tidak membawa apapun dari rumah suaminya.
Keadaan Lin Hua saat ini tak ubahnya bagai mayat hidup. Tatapannya kosong. Sebagai seorang ibu hati Li Qin merasa sakit.
Li Qin dan Lin Hua tiba di rumah kediaman kakaknya hampir tengah malam. Untungnya penjaga gerbang mengenalinya. Sehingga membiarkannya masuk kedalam.
Kemudian Li Qin meminta sang kusir untuk istirahat barang sejenak. Sekaligus menunggunya meminta uang pada sang kakak.
Meng Li merasa kaget saat mengetahui kedatangan Li Qin dan Lin Hua. Dia segera keluar untuk menyambutnya.
"Li Qin! "panggil Meng Li begitu melihat adiknya berdiri di depan rumah .
"Kakak!"
"Kenapa _"
"Minta uangnya dong kak. Aku belum membayar ongkos kereta."
Meng Li hanya menghela nafas sebelum kembali kedalam rumah. Ia mengambil uang yang dibutuhkan adiknya.
Setelah keluar Meng Li memberikan uang itu pada Li Qin. Lalu Li Qin memberikannya pada kusir.
Banyak pertanyaan yang tersimpan dalam benak Meng Li. Apalagi melihat kondisi Li Qin dan juga Lin Hua. Namun dia menahan dirinya untuk bertanya mengingat keduanya butuh istirahat.
"Mari kedalam. Kalian istirahat dulu di kamar. Besok kita berbicara," ucap Meng Li setelah urusan dengan sang kusir selesai .
"Baik Kak."
Li Qin menuntun Lin Hua kedalam kamar yang pernah menjadi kamarnya . Kamar yang sudah ia tinggalkan sejak ia tinggal di kediaman Menteri Li.
Li Qin tidak mau meninggalkan Lin Hua sendiri di kamarnya. Meski mulut Meng Li sudah gatal ingin bertanya. Namun dengan sekuat tenaga menahannya.
Li Qin dengan sabar memandikan Lin Hua seperti anak kecil. Lin Hua hanya menatap kosong ke depan. Selesai mandi mereka pun istirahat
Keesokan harinya Li Qin menceritakan kondisi Lin Hua pada kakaknya. Selain itu Li Qin juga menceritakan alasan dia dan Lin Hua mendatangi rumahnya.
Tentu saja Meng Li langsung marah saat mendengarnya. Bagaimana bisa seorang ayah bertindak seperti itu?
Meng Li ingin membuat perhitungan pada Li Young. Namun Li Qin melarang. Untuk saat ini yang paling penting baginya adalah kesehatan mental sang putri.
Sejak saat itu Li Qin dan Lin Hua tinggal bersama keluarga Meng Li. Kondisi Lin Hua masih tetap seperti sebelumnya. Namun, tubuhnya jauh lebih kurus dengan perut yang mulai membuncit.
Tiga bulan kemudian ada berita yang membuat Lin Hua bertambah terguncang. Ling-ling dikabarkan akan menikah dengan tunangannya.
Lin Hua melakukan upaya bunuh diri dari atas jembatan. Kepalanya terbentur batu sampai nyawanya tidak tertolong.
"Lin'er !" teriak Qiang yang tak lain kakak sepupu Lin Hua.
Qiang segera mencari bantuan untuk menolong Lin Hua. Dengan bantuan beberapa warga akhirnya Lin Hua berhasil diselamatkan.
"Bibi! " panggil adik Qiang yang bernama Qing.
Li Qin yang sedang merajut langsung menghentikan kegiatannya. Dia melihat Qing datang dengan ngos-ngosan heran .
"Ada apa Qing'er?" tanya Li Qin dengan lembut.
"Gawat Bibi. Lin'er menceburkan dirinya ke sungai."
"Apa?!"teriak Li Qin kaget. Sampai-sampai jarum yang ia pegang terjatuh. Namun ia tidak memperdulikannya.
"Ayo kita kesana Bi," ajak Qing.
Qing mengajak Li Qin menyusul Lin Hua. Keduanya berjalan dengan cepat.
"Lin'er !" pekik Li Qin histeris.
"Maaf Nyonya...."
"Apa maksudmu?"
"Lin'er _"
Uhk Uhk Uhk
Belum juga orang itu melanjutkan ucapannya, namun Lin Hua sadar. Orang itu kaget. Sebab saat ia periksa tadi Lin Hua sudah tidak bernyawa.
Li Qin segera menghampiri Lin Hua sambil menangis. Perlahan Lin Hua membuka matanya. Dia terlihat kebingungan melihat dirinya dikerumuni banyak orang. .
"Apa yang sudah kamu lakukan, Sayang? Untung nyawamu masih bisa selamat."
"Siapa kamu?" tanya Lin Hua lemah.
Deg!
"Kamu tidak mengenali ibumu sendiri?"tanya Li Qin shock.
"Lebih baik putri ibu dibawa ke klinik. Mungkin benturan di kepalanya membuatnya hilang ingatan."
Li Qin panik. Apa yang dikatakan orang itu memang benar. Kepala Lin Hua mengeluarkan banyak darah.
"Tolong bawa putriku ke klinik," pinta Li Qin pada orang-orang yang masih berkerumun.
Lin Hua sebenarnya ingin menolak. Namun tubuhnya terasa lemah. Jadi dia membiarkan orang-orang membopong tubuhnya ke klinik terdekat.
Sebenarnya Li Hua sudah mati. Namun ada arwah yang datang dari masa depan memasuki tubuhnya.
Dialah Merleen. Seorang anggota mafia dengan keahlian yang menakjubkan. Dia pandai merakit dan menggunakan senjata. Pandai meramu obat dan akupunktur. Dan masih banyak lagi keahlian yang bisa membuat orang tercengang.
Merleen merupakan anak yatim piatu. Dia diadopsi oleh seorang dokter tiongkok yang ahli. Kematian orang tua angkatnya yang tidak wajar membuatnya masuk dalam satu kelompok mafia Black tiger.
Selama menjadi anggota Black tiger, tidak sedikit orang yang sudah ia bunuh. Namun ia harus mati ditangan sang kekasih yang ternyata mata-mata dari pihak musuh.
Tabib yang berada di klinik memeriksa dan mengobati luka di kepala Lin Hua.
"Bagaimana keadaan putri dan cucu saya tabib?" tanya Li Qin tak sabar.
"Tidak ada luka serius nyonya. Kandungannya juga baik-baik saja," jawab tabib.
"Tapi kenapa putriku tidak mengingatku?" tanya Li Qin heran.
Mendengar ucapan Li Qin membuat sang tabib mengalihkan pandangannya pada Lin Hua. Dia ingin mengetahui secara langsung apa benar yang dikatakan oleh Li Qin.
"Apa anda mengenal Nyonya ini Nona?" tanya sang tabib sambil menunjuk Li Qin yang berdiri di sampingnya.
Merleen yang memang tidak mengenal Li Qin tentu saja menggelengkan kepalanya. Bahkan Merleen masih belum sadar jika jiwanya telah memasuki raga Lin Hua.
"Bagaimana dengan namamu?"
Merleen lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Dia tidak suka mengungkapkan identitasnya kepada orang orang asing.
"Sepertinya putri Nyonya mengalami hilang ingatan. Namun jangan khawatir lambat laun ingatan itu akan kembali," ucap sang tabib kemudian.
Li Qin merasa sedih mendengar Lin Hua tidak mengingat dirinya. Namun tiba-tiba ia menatap Lin Hua yang kini sedang menatapnya.
"Sayang..." ucap Li Qin sendu.
"Kamu siapa?"
Li Qin tersenyum mendengar pertanyaan Lin Hua. Ternyata ada manfaatnya juga putrinya hilang ingatan. Kini Lin Hua sudah tidak lagi seperti mayat hidup.
"Aku ibumu. Ibu senang akhirnya kamu sadar. Tapi tolong jangan melakukan hal bodoh lagi seperti tadi. Kasihan dengan bayi yang ada dalam kandunganmu. "
"Bayi???"
Merleen shock. Seumur hidup belum pernah sekalipun ia melakukan hubungan intim. Meski teman-teman nya rata-rata laki-laki namun dia sangat menjaga kehormatannya. Apalagi sejak kecil tidak pernah mengetahui orang tua kandungnya.
"Benar Sayang. Dalam perut kamu ada bayi yang sedang kamu kandung," ucap Li Qin dengan lembut. Ia sangat senang Lin Hua menanggapi semua perkataannya.
"Bolehkah aku pinjam cermin?" pinta Lin Hua shock.
Li Qin pun menoleh pada tabib. Sang tabib yang mengerti tatapan Li Qin langsung mengambil cermin yang ia simpan di lemari.
Cermin itu tabib berikan pada Lin Hua. Lin Hua segera menerimanya. Kemudian mengarahkannya ke depan wajahnya.
Merleen melotot melihat wajah cantik didepannya. Wajah itu bukanlah Wajahnya. Namun ia akui jika wajah itu lebih cantik dari wajahnya.
Perlahan Merleen sudah menerima kondisi yang menimpanya. Beruntung dia masih bisa hidup kembali meski bukan di tubuhnya . Merleen juga sudah terbiasa dipanggil Lin Hua atau Lin'er.
Usia kandungan Lin Hua saat ini sudah memasuki sembilan bulan. Tinggal menunggu kelahirannya saja.
Lima bulan ini Lin Hua sering berada di dalam rumah.Tubuhnya yang lemas membuatnya tak bisa melakukan aktivitas berat.
"Mau pergi ke mana Lin'er?"tanya Li Qin heran. Tumben putrinya mau keluar.
"Mau jalan-jalan. Ibu mau ikut?"
"Tidak. Kamu mau jalan-jalan kemana?"
"Jalan-jalan di sekitar sini saja Bu. Malas juga kalau diam di rumah terus."
"Bawa Nian bersamamu! " titah Li Qin tidak ingin dibantah.
Nian merupakan pelayan yang mengurus semua keperluan Lin Hua. Meski tidak sekaya kediaman Menteri Li,namun bukan berarti mereka tidak memiliki pelayan.
Tanpa menunggu persetujuan Lin Hua, Li Qin segera memanggil Nian yang ada di dalam rumah. Tadinya Li Qin sedang menyiram bunga yang ia tanam.
Sejak tinggal bersama kakaknya, Li Qin mulai melanjutkan usaha mendiang orang tuanya. Orang tua Li Qin mempunyai usaha di bidang kuliner.
Meng Li memberi satu restoran untuk ia kelola. Itupun atas persetujuan bersama. Termasuk istri Meng Li dan Li Hua.
"Maafkan saya, Nona," ucap Nian gugup. Lin Hua hanya menatap datar wajah Nian.
"Ayo!"
Lin Hua melangkahkan kakinya diikuti oleh Nian. Keduanya berjalan menyusuri jalan di sekitar rumah.
Di zaman ini meski berada di kota namun jalannya masih sederhana. Tidak ada aspal, jalan cor maupun jalan berbatu. Semua jalan masih berupa tanah.
Mesin pada saat ini belum ditemukan, sehingga transportasi masih menggunakan tenaga yang ditemukan di alam, dari tenaga hewan seperti kuda hingga tenaga urat manusia.
Angkong menjadi salah satu perwujudan transportasi "manual" tersebut. Transportasi ini menyerupai gerobak beroda dua dengan kursi empuk dan ditarik dengan tenaga manusia.
Selain angkong ada juga kereta kuda. Bagi warga yang hidupnya dibawah standar malah menggunakan kereta yang ditarik oleh dua ekor sapi.
Pandangan Lin Hua tertuju pada makanan yang di jual di pinggir jalan. Tiba-tiba ia menginginkan makanan itu. Sayangnya ia tidak membawa uang sama sekali.
"Apa kamu bawa uang?" tanya Lin Hua pada Nian. Nian pun memeriksa isi kantongnya.
"Ada Nona. Tapi cuma beberapa koin perak saja," jawab Nian sambil menunjukkan isi kantongnya.
"Apa cukup buat beli makanan itu?" tanya Lin Hua sambil menunjuk makanan yang ia inginkan.
"Saya kira cukup Nona. Bagaimana kalau kita tanya langsung pada penjualnya?"
"Ayo!"
Lin Hua dan Nian pun mendekati penjual makanan yang membuat Lin Hua tergiur. Sebenarnya makanan itu sejenis manisan yang terbuat dari buah-buahan.
"Berapa harganya tuan?" tanya Nian dengan sopan .
"Satu tusuk seharga satu koin tembaga," jawab si penjual.
"Kalau begitu kami beli sepuluh tusuk."
Lin Hua langsung mengutarakan keinginannya. Penjual yang tadinya menatap Nian kini beralih menatapnya.
"Mau pilih rasa yang mana Nyonya?"
"Semua rasa boleh."
"Baiklah, tunggu sebentar."
Penjual itu membungkus sepuluh tusuk sesuai keinginan Lin Hua. Kemudian memberikannya pada Lin Hua.
"Terimakasih tuan."
Nian membayar sesuai harga. Kemudian menyusul Lin Hua yang lebih dulu berjalan.
"Ini buat kamu," ucap Lin Hua sambil mengulurkan lima tusuk buat Nian.
"Tidak perlu Nona. Sa_"
"Jangan buat aku menunggu!"
Nian pun mengambilnya. Setelah melayani Lin Hua lebih dari lima bulan membuatnya faham dengan sifatnya. Lin Hua bisa bersikap lembut namun bisa juga tegas. Dia juga tidak suka dibantah.
Toplak!
Toplak!
Toplak!
Tiba-tiba rombongan prajurit melewati mereka. Mau tidak mau Lin Hua menghentikan langkahnya dan berdiri di pinggir jalan .
Bukan hanya Lin Hua dan Nian saja yang berhenti. Beberapa pejalan kaki yang lain pun turut berhenti di pinggir.
Tidak hanya puluhan prajurit yang melewati mereka namun ratusan. Hal itu membuat para warga saling berbisik. Apa yang sebenarnya terjadi?
Setelah rombongan prajurit itu berakhir, Lin Hua mengajak Nian untuk kembali ke rumah. Tubuhnya sudah terasa lelah. Dia ingin sekali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Lin Hua berjalan sambil memakan manisan di tangannya. Rasanya tidak sabar untuk menunggu sampai di rumah. Dia tidak memperdulikan orang yang menatapnya.
"Bukankah itu Lin'er?"
"Benar. Sudah lama kita tidak melihatnya."
"Iya. Kirain dia sudah kembali ke rumahnya."
"Tidak mungkin lah. Li Qin saja masih tinggal bersama kakaknya."
"Kasihan juga Lin'er. Katanya dia hamil karena di perkosa."
"Memangnya kamu percaya?"
"Percaya tidak percaya sih. Tapi kalau memang benar, kasihan benar tuh anak. Diperkosa, hamil terus tunangannya malah nikah sama kakaknya."
Meski Lin Hua mendengarnya namun tidak ada niat untuk membantah. Merleen masih belum mempunyai ingatan apapun milik tubuh aslinya.
Bagaimanapun kelakuan Lin Hua sebelumnya dia tidak mempermasalahkan. Lagipula dia juga bukan orang baik. Yang penting saat ini tubuh ini miliknya.
Selama orang-orang itu tidak mencari gara-gara dengannya, Lin Hua masih bisa mentolelir.
Akhirnya Lin Hua dan Nian tiba di rumah . Terlihat Li Qin sudah menunggunya dengan cemas .
"Kenapa lama sekali Lin'er ?" tanya Li Qin.
"Tadi ada banyak prajurit yang lewat . Jadi kami berhenti dulu . Ibu lihat juga kan?"
"Lihat . Itulah yang membuat ibu cemas . Takut terjadi sesuatu dengan kandunganmu ."
"Menurut ibu para prajurit itu mau pergi ke mana?"
"Mungkin saja ke wilayah Sichuan."
"Dimana itu?"
"Ibu sendiri belum pernah kesana . Dari yang ibu dengar , di wilayah itu sering terjadi kekeringan . Saat ini kekeringannya lebih serius dari sebelumnya."
"Oh, ayo masuk kedalam! "
"Ayo."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!