NovelToon NovelToon

Universum Turrim

Lantai pertama part 1 * Elysium Forest

aku terbangun dari tidur, disambut oleh gemerisik lembut dedaunan yang menari-nari di bawah sinar mentari pagi yang hangat. Namun, kebingungan dan kepanikan menghampiri ketika menyadari bahwa aku berada di tempat yang asing, di tengah hutan yang sunyi bersama ribuan orang yang juga terbangun dengan kebingungan yang sama.

Tanpa alasan yang jelas, suasana hutan menjadi semakin misterius saat sebuah kata tiba-tiba terdengar di dalam pikiranku: "Dunia ke-5120, Peradaban ke-10, Bumi, dikonfirmasi! Alokasi pribumi, dikonfirmasi. Memulai evolusi pribumi... evolusi dikonfirmasi. Melapor pada Sang Pencipta Agung."

Peristiwa yang tak terduga ini membuat hati berdebar-debar dan pikiran berkecamuk. Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa Sang Pencipta Agung yang dimaksud? Dan apa arti dari evolusi pribumi yang telah dikonfirmasi?

Dalam keadaan bingung dan penuh pertanyaan, lantas kemudian muncul sebuah kumparan cahaya berwarna-warni yang menyilaukan, "Menganalisis pribumi..., pribumi dikonfirmasi Ras manusia. Intelektual: peringkat planetary, bakat: bintang, potensi: galaksi. Makhluk peringkat 'Star System' dikonfirmasi," kata kumparan cahaya itu. "Data dikonfirmasi, data pribumi manusia diterima di 'universum turrim', memulai singkronisasi... Sinkronisasi selesai, manusia siap memulai peradaban," lanjutnya.

Setelah mengatakan itu, kumparan cahaya bersinar terang hingga aku tidak dapat membuka mata karena silaunya. Sesaat kemudian, tanah mulai gemetar, dan hutan yang sunyi tidak lagi menjadi sunyi. Situasi semakin mencekam dengan munculnya makhluk-makhluk aneh yang tidak pernah kulihat sebelumnya seperti kelinci bertaring, makhluk hijau memegang tongkat kayu, lendir hijau yang bergerak-gerak, dan masih banyak lagi. Kegelapan hutan yang dulu sunyi kini dipenuhi dengan kekacauan dan ketakutan.

Saat panik merajalela dan orang-orang berlarian ke segala penjuru, aku ikut terbawa arus, lari begitu jauh hingga menemukan diriku terjebak di dalam hutan yang semakin terpencil. Di sana, aku menyaksikan pertarungan antara serigala berukuran besar dengan dua buah tanduk di kepalanya melawan kuda bersayap yang juga memiliki tanduk di kepalanya. Kedua makhluk itu bertarung dengan ganas, mengguncang tanah di sekitarnya.

Dalam ketakutan yang melumpuhkan, aku bersembunyi di balik pohon, menahan napas, berharap agar tidak disadari oleh kedua makhluk tersebut. Suasana yang mencekam membuat detak jantungku berdegup kencang, sementara aku berharap agar peristiwa aneh ini segera berakhir.

Tanpa sadar aku terduduk membeku sepanjang malam, hingga akhirnya aku menyadari bahwa kedua makhluk itu telah pergi. Namun, ketika aku memalingkan wajah, aku disambut oleh wajah kecil yang keriput, berbalut kulit hijau. Makhluk itu berteriak dengan sangat keras, membuatku terkejut. Kemudian, puluhan makhluk serupa datang dari berbagai arah, membuatku semakin ketakutan. Aku mulai berlari tanpa arah karena mereka mengejarku, suara aneh yang mereka keluarkan membuatku merinding.

Dalam kepanikan, aku berlari tanpa arah dan masuk ke dalam gua raksasa. Anehnya, makhluk hijau tersebut tidak mengikutiku masuk. Merasa lega karena terhindar dari kejaran mereka, Namun, dengan kebodohanku, aku melangkah lebih dalam ke dalam gua, hanya untuk tercengang melihat makhluk raksasa yang berada di depanku. Untuk pertama kalinya di tempat yang aneh ini, aku merasa takjub melihat sosok menawan itu, dengan sayap besar dan kokoh, serta sisik merah keperakan yang indah.

Untuk pertama kalinya di tempat yang aneh ini, aku merasa takjub melihat sosok menawan itu, dengan sayap besar yang kokoh dan sisik merah keperakan yang indah. Saat aku ingin mendekatinya, tiba-tiba di depan mataku tertera tulisan "Large Crimson Dragon. Status: Death."

Entah bagaimana, aku merasa tersadar bahwa sepertinya dunia ini memiliki banyak kejutan dan misteri yang menanti untuk diungkap.

Saat itulah aku tersadar bahwa dunia ini penuh dengan kejutan dan misteri yang menunggu untuk diungkap. Namun, kebingungan dan keraguan segera menyelinap ke dalam pikiranku. Bagaimana aku bisa melihat informasi tentang naga ini? Apakah ini hanya khayalan ataukah ada sesuatu yang lebih dalam di baliknya?

Imajinasiku mulai melayang liar, mengingat-ingat novel dan komik yang pernah kubaca. Tanpa sadar, kata-kata "appraisal" terucap dari bibirku . Namun, keheningan yang menyusul membuatku merasa malu, meskipun tak ada yang menyaksikan. Entah mengapa, aku merasa seolah-olah ada yang menertawakanku di keheningan itu. Dalam kebingungan yang semakin dalam, aku berusaha mengingat bagaimana aku bisa memiliki kemampuan untuk melihat informasi tentang naga ini.

Ketika aku fokus dan mencoba lagi, aku berhasil membaca tulisan yang tertulis di kerangka dekat naga tersebut: "Pseudo-God (Bogenflügel). Status: Death." Keterkejutan melanda diriku, bukan karena aku berhasil menggunakan kemampuan ini lagi, melainkan karena kata "pseudo-god".

"Sial, bahkan dewa pun bisa mati di sini?" ucapku sambil mencoba menenangkan diri. Aku mulai menyelidiki sekitar dan menelusuri daerah sekitar kerangka itu. Aku menemukan sebuah plat kayu berwarna hitam di dekat kerangka, dan saat kuambil, terdapat ukiran aneh di atasnya. Saat kuamati lebih dekat, tiba-tiba aku membaca tulisan yang terukir di sana, entah bagaimana: "Aku sudah tidak tahu berapa ratus tahun yang sudah berlalu, bahkan setelah tertusuk oleh 'Aimovóres', makhluk itu masih dapat hidup. Dengan luka separah ini tanpa manaku kurasa hidupku hanya beberapa tahun lagi..."

Kesadaran bahwa bahkan dewa pun bisa mati di tempat ini membuatku merasa terguncang. Apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini? Dan siapa atau apa itu "Aimovóres" yang mampu melukai naga yang mampu membunuh dewa itu? Semakin banyak pertanyaan yang muncul di pikiranku, semakin dalam aku terperosok ke dalam misteri yang menyelimuti tempat ini.

Saat aku melihat pedang yang menancap pada tubuh naga, rasa penasaran memuncak, dan aku merasa terdorong untuk menyentuhnya. Namun, saat aku mencoba menarik pedang itu, aku merasakan sesuatu yang aneh, seperti energi besar yang memasuki tubuhku dengan kekuatan yang tak terbayangkan, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Aku berteriak dengan keras, mencoba menahan rasa sakit yang melanda.

Tiba-tiba, suara aneh terdengar di dalam kepalaku: "Aimovóres mengkonfirmasi inang baru. Inang berasal dari ras asing. Memperbaharui data. Data diperbaharui. Inang ras: manusia. Makhluk peringkat Star System dikonfirmasi. Memulai prosedur implan DNA, implan sedang berlangsung."

Keterkejutan dan kebingungan melanda diriku. "Apa-apaan ini, sial?! Seharusnya aku tidak menyentuhnya dari awal!" seruku dalam kepanikan. Namun, sebelum aku bisa lebih lanjut, rasa sakit yang tak tertahankan membuatku pingsan...

Ke esokan harinya, aku terbangun dalam keadaan lemas, mendengar lagi suara aneh di kepalaku. "Proses implan selesai, memperbaharui ras pseudo-god (manusia), prosedur dikonfirmasi, salam tuan rumah."

"Ha? Tuan rumah? Sial, apa lagi yang terjadi sekarang? Apa aku sudah menjadi dewa begitu ha?" keluhku dengan nada sarkastik, sambil berusaha bangkit meskipun tubuh masih terasa lemas. "Jawab, tidak. Tuan rumah tidak menjadi dewa, namun berpotensi melampaui mereka," jawab suara itu. Aku terdiam sesaat.

"Hei, siapa itu?" tanyaku. "Jawab, saya adalah Aimovóres, sebuah Divine weapon dengan jiwa buatan," jawab suara itu. "Tunggu, kau pedang sialan itu?" tanyaku dengan heran. "Jawab, ya," kata suara itu.

"Sial, apa yang terjadi di sini?" desahku, penuh kebingungan. "Jawab, saya jug..." "Tunggu, aku tak bertanya padamu," potongku, mencoba memahami situasi yang semakin kompleks dan misterius.

"Haaa....," aku menghela nafas panjang, "baiklah, bisa kau jelaskan apa yang sedang terjadi di sini?" tanyaku.

"Jawab, saya adalah 'Aim'ovóres', sebuah senjata divine yang diciptakan dengan jiwa buatan..., saya dapat menyerap garis darah keturunan makhluk lain dari tubuhnya..., kemudian memberikannya dalam bentuk modifikasi pada tuan rumah," jelasnya panjang lebar.

"Ha, oh, jadi pada dasarnya kau sebuah senjata, kan?" tanyaku karena bingung dengan penjelasan panjang itu.

"Jawab, benar," sahutnya.

"Lalu bagaimana kau bisa ada padaku?" lanjutku bertanya.

"Jawab, itu karena tuanku yang sebelumnya, 'Bogenflügel', telah mati dan anda yang pertama kali menyentuh saya dalam beberapa puluh tahun lamanya," jawabnya.

"Baiklah, itu berarti sekarang akulah tuanmu?" tanyaku mencoba memahaminya.

"Jawab, benar," jawabnya.

"Kalau begitu, karena kau sudah berada lama di sini, bisakah kau jelaskan tempat sialan apa ini?" tanyaku lebih panjang.

"Jawab, baik. Tempat ini adalah menara yang dibangun oleh 'The Great Creator', dengan puluhan ribu lantai di dalamnya yang me....."

"Tunggu, tempat ini menara? Aku berada di dalam menara? Lalu kenapa aku dapat melihat matahari dan bulan di sini? Bahkan bintang-bintang?" tanyaku yang keheranan lagi.

"Jawab, menara ini bernama 'Universum Turrim', yang mana setiap lantai menaranya benar-benar sebuah dunia lengkap dengan semesta beserta isinya," jelasnya. Aku tertegun dalam pandangan kosong tak percaya dengan apa yang kudengar.

"Hah...., sudahlah terserah, jadi apa kau tahu cara keluar dari sini?" aku bertanya hampir putus asa.

"Jawab, tidak. Namun saya tahu cara untuk naik ke lantai yang lebih tinggi," katanya.

"Untuk apa?" aku perjelas.

"Jawab, untuk mengetahui lebih banyak," jawabnya.

"Huh, kalau begitu, bag'Aim'ana caranya?" aku bertanya.

"Jawab, dengan 'momentous' yang ada di setiap sarang kelas-1 di setiap lantai," jawabnya.

"Lalu, di mana sarangnya?" tanyaku.

"Sarang terdekat adalah 'Goblin Champion Nest', berada 18 KM barat daya dari sini," jawabnya.

"Perhatian! Rank minimum untuk Raid 'Goblin Champion Nest' adalah Rank-10 (menengah), sedangkan tuan rumah berada di Rank-10 (awal), disarankan meningkatkan kekuatan terlebih dahulu," lanjutnya.

"Oh, ok, akan kulakukan dalam perjalanan," jawabku dengan singkat.

Setelah itu, perjalanan ku dimulai. Pada hari pertama, aku lebih memilih untuk mencari tahu apa yang dapat ku makan dan tidak. Meskipun kelaparan ku selama dua hari terakhir telah hilang berkat 'Aim' (Aimovóres), namun aku masih bisa saja kelaparan nantinya.

Aku mencari sesuatu yang kuketahui setidaknya yang mirip dengan yang ada di bumi, seperti buah-buahannya, tanaman, dan hewan kurasa. Setelah kutelusuri buah dan tanaman, disini tak jauh berbeda dengan di bumi jadi kukumpulkan di gua.

Namun, rasa penasaran ini mengganggu ku, "hei 'Aim', apa naga itu dapat kumakan?" tanyaku dengan penasaran karena naga itu telah mati selama puluhan tahun.

"Jawab, dapat dimakan. Pada dasarnya naga adalah makhluk dengan 'Ether' yang kaya, jadi kesegaran dagingnya terjaga," jawabnya.

"Oh, baiklah," sahutku senang mendengarnya.

'Aim' pun berubah menjadi sebilah pisau. Meskipun aku terkejut, aku lebih tertarik untuk memotong daging naga itu. Ku singkirkan sisiknya sedikit demi sedikit lalu ku potong dagingnya, sembari kegembiraan menyelimuti muncul lagi tulisan itu: "daging 'Large Crimson Dragon', status: fresh". Hal itu membuat ku diam sesaat, namun melihat daging segar itu langsung membuatku merasa lapar. Aku pun mulai menyalakan api dan memanggang daging nya di atasnya. Aroma sedabnya melumpuhkan ku dalam kenikmatan.

sebuah gigitan pun mendarat, kombinasi kelezatan dan kelembutan dari daging yang kugigit membuat tu terlena olehnya.

Lantai pertama part 2 * The Goblin Champion

Sembari menikmati setiap gigitan, aku pun bertanya lebih lanjut tentang kemampuan 'Aim'.

"Jawab, aimovóressaya dapat merebut Bloodline dari lawan, kemudian memodifikasinya dan menerapkannya pada tuan rumah. Tubuh tuan rumah sendiri telah dimodifikasi agar dapat menerima banyak garis keturunan," katanya.

"Lalu, untuk bentukmu sendiri, apa? Karena pertama kali aku melihatmu kau berbentuk pedang, kemudian pisau?" lanjut aku bertanya.

"Jawab, aimovóressaya sendiri tidak memiliki bentuk pasti. Bentuk aimovóres tergantung pada imajinasi serta kebutuhan tuan rumah," jawabnya menjelaskan.

"Itu artinya kau dapat menjadi apa saja," aku bertanya lagi.

"Jawab, benar," jawabnya.

"Hmm, ini menjadi lebih sederhana," gumamku.

Setelah selesai, aku pun mengemas beberapa daging dan sisiknya, dan perjalananku pun dimulai.

Dalam perjalanan, aku pun mempelajari cara menggunakan 'Aim'. Awalnya aku bingung menggunakannya sebagai apa, namun kurasa bentuk saber, mirip dengan senjata yang sering aku gunakan saat di rumah. Saat dalam perjalanan, aku mendengar suara gemerisik di semak-semak. Aku pun memberanikan diri untuk mengeceknya, dan ternyata itu adalah seekor kelinci bertaring.

Tanpa aba-aba, kelinci itu melompat ke arahku. Aku pun tanpa sadar mengayunkan 'Aim' dan menebasnya. Kemudian, aku tersadar, "Oh, ini tambahan makanan." Setelah membersihkannya, aku pun mengemasnya bersama barangku yang lain dan melanjutkan perjalanan.

Kemudian, aku melihat sebuah benda yang terlihat seperti lendir di dalam plastik. Saat rasa penasaranku memuncak, tulisan "green slime, status: fresh" muncul. "Ha, kurasa aku mulai terbiasa dengan ini," gumamku.

Aku pun mendekatinya, berusaha mengobservasinya lebih lanjut. Namun, saat kusentuh, tiba-tiba benda itu melilit lengan ku. Aku panik dan mulai menusuknya berkali-kali hingga benda itu tak lagi bergerak.

"Hmm, slime kah, hei Aim apa benda ini beracun?" tanyaku yang penasaran.

"Jawab, tidak! semua jenis slime dapat di konsumsi," Jawab Aim. Dan ya, aku menyimpannya lagi.

Dalam perjalanan ini, aku menemui banyak monster yang dapat dimakan, yang kurasa pada dasarnya asal tidak beracun dan berwujud humanoid masih bisa dimakan.

Setelah berjalan selama beberapa hari, aku menemukan sebuah keributan seperti teriakan dan lolongan, dan saat ku periksa ternyata sebuah perkebunan wilayah antar monster hijau, Keadilan Iru, dengan sekelompok serigala bertanduk dan kelihatannya para serigala itu kalah jumlah. Setelah pertempuran selesai, aku mengambil kesempatan dari para makhluk hijau itu dengan membunuhnya dari belakang.

Miris melihat kawanan serigala itu telah dihabisi namun tak ada yang bisa kulakukan, saat aku hendak pergi terdengar suara lolongan samar-samar, saat kucari ternyata ada seekor bayi serigala di bawah mayat serigala dewasa, kurasa yang dewasa berusaha melindunginya.

Disaat aku kebingungan hendak berbuat apa pada bayi serigala ini, Aim seolah membaca pikiran ku dan mengatakan, "Jawab, ada bisa melakukan kontrak darah untung menjadikan nya famili anda".

"Kontrak darah? apa itu? mengapa itu terdengar menyeramkan?", tanyaku kebingungan.

"Jawab, kontrak darah merupakan semacam ritual yang dilakukan ras yang lebih tinggi ke ras yang lebih rendah dengan memberikan darahnya yang bertujuan untuk menjadikan ras rendah sebagai familinya," jelas Aim.

"Oh, jadi aku hanya perlu memberikan nya darah ku", Jawab ku sambil menyayat ujung jari ku. Karna bicara aku tidak perhatian dan tanpa sengaja melakukannya nya terlalu dalam dan mengeluarkan darah yang banyak, aku pun bergegas memberikannya pada serigala itu lalu membungkus jariku.

"Sial aku harus lebih berhati hati dimasa depan, baiklah karna sudah selesai kurasa yang tersisa adalah memberimu nama", kataku.

"Hmm, aku kurang baik dalam memberikan nama, yah karna warnamu abu abu bagai mana kalau ku panggil abu", kataku yang sejujurnya tidak berharap banyak.

"Whoff" katanya. Aku merasa senang karna kurasa dia senang.

Setelah selesai melakukan kontrak itu, kami melanjutkan perjalanan, dan untungnya perjalanan kali ini kami tidak menemui banyak kesulitan, karena ada Aim dan si abu, kurasa aku akan baik-baik saja.

Kami memulainya dengan mendekati secara diam-diam dan perlahan karena ada satu makhluk hijau... maksudku Goblin di pintu masuknya. Kemudian aku membunuhnya dengan cepat agar tidak ada suara yang keluar. Setelahnya, aku kembali bergerak secara diam-diam, namun sayangnya aku ketahuan oleh Goblin bernama 'Goblin ranger'. Akupun spontan menerjang ke arahnya dan menebasnya, namun sayangnya para Goblin lain sudah berkumpul.

Disana, aku mulai membunuh mereka satu persatu dan beberapa saat kemudian, aku teringat dengan si abu. Aku menoleh melihat ke arah si abu, namun ternyata dia baik-baik saja mengurus mereka. Yah, kurasa itu karena dendam pribadi.

Tiba-tiba, di saat aku melihat si abu, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan terlempar ke arahku. Setelah kulihat, ternyata itu ulah 'Goblin ranger' itu. Yah, kurasa memang seharusnya aku urus mereka dulu. Setelah aku selesai dengan beberapa dari mereka, tiba-tiba aku melihat sambutan api tepat ke arah wajahku. Akupun menghindarinya secara refleks. Rupanya, itu berasal dari 'Goblin shaman'.

Jujur, aku terkejut dengan hal itu karena kalau Goblin saja bisa menggunakan sihir, apa lagi aku.

"Hei Aim, apa aku bisa menggunakan sihir juga?" tanyaku.

"Jawab, bisa. Namun, tuan rumah belum memiliki sirkuit sihir," Jawab Aim.

"Kalau begitu, bagaimana cara memilikinya?" tanyaku bergegas.

"Jawab, dengan membunuhnya."

Kemudian, setelah aku membunuh Goblin shaman itu, Aim berkata, "lapor, bronze bloodline (sirkuit sihir tongkat rendah) ingin melakukan didapatkan, apa tuan rumah ingin melakukan injeksi bloodline?"

Dan tentu saja aku menjawab "ya!"

Saat injeksi, sekujur tubuhku terasa seperti tertusuk oleh jarum, sakit memang, namun keinginanku untuk dapat menggunakan sihir jauh lebih besar. Setelah selesai, aku tak merasa ada yang berbeda, kemudian aku berfikir, "Oh, coba bayangkan sebuah pelontar api, lalu coba arahkan Ether atau apa pun itu keluar." Dan setelah itu, menakjubkannya, api nya benar-benar keluar, walaupun aku merasa cukup kelelahan.

"hei, Aim aku baru ingat garis keturunanya apa masih ada yang lain", tanyaku.

"jawab, masih ada, apa tuan rumah ingin menginjeksi semuanya?", kata Aim.

"ya. semuanya",jawabku dengan antusias.

"lapor, bronze bloodline (rapid jump) 3×, bronze bloodline (night vision), bronze bloodline (physical regeneration) 2×, silver bloodline (critical strike), memulai injeksi" ,

"lapor, injeksi selesai", kata Aim

Oh itu tak sesakit sebelumnya walau tubuhku terasa aneh namun tidak buruk juga, aku merasa kemungkinan kemenangan pada pertarungan ini meningkat.

aku pun melanjutkan nya dengan memasuki gua yang ada di sarang ini karna kurasa gua itulah bagian utamanya, dan benar saja baru aku memasukinya dan sekelompok Goblin itu mulai mendatangi ku bahkan beberapa yang berujuran besar menghampiri ku, sepertinya tertulis 'Hobgoblin' disana.

dengan 'rapid jump' bahkan hampir dapat melompat di udara, dan 'critical strike' itu juga hampir menjadi "one strike kill' pertarungan ini terasa mudah diawal dan setelah hambatan diawal selesai last bosnya pun muncul, 'Goblin Champion'.

Tubuhnya lebih besar dari Hobgoblin dan sialnya ada empat Goblin shaman bersamanya, terlebih dengan pedang batu besar di tangannya itu. Sedari awal dia sudah melompat ke arahku sambil mengayunkan pedangnya. Untung aku dapat menghindarinya tepat waktu. Sembari menghindar, aku pun mengurus para shamannya terlebih dahulu. Ini sulit karena setiap kali aku mendekati para shaman, si besar itu langsung menghampiri ku.

Walau begitu, aku tetap mengutamakan para shaman karena serangan jarak jauh mereka merepotkan, dan kalau bukan karena 'physical regeneration' dapat memulihkan staminaku, kurasa sulit melakukan strategi tarik ulur ini. Aku dapat menghabisi para shaman satu persatu walau harus memakan waktu yang lama. Stamina si besar pun sudah berkurang, jadi aku memanfaatkan keadaan itu dan bergegas menghampirinya, berniat langsung menghabisinya, namun tak kusangka dia berpura-pura kelelahan lalu mengayunkan pedang besar itu ke arahku. Aku pun menghindar, walau ku tahu itu terlambat.

Aku terluka oleh serangannya, walau tak seberapa, namun ini masih terasa sakit. Walau 'physical regeneration' dapat memulihkan luka, namun itu hanya secara perlahan, tapi itu sudah cukup untuk membuatku bertahan. Walau begitu, dengan luka ini aku tak bisa lagi melakukan strategi tarik ulur ini, jadi aku mengerahkan segalanya pada serangan ini. Aku mengalirkan listrik tegangan tinggi pada bilah pedang Aim menggunakan sihirku dan kuatkan dengan 'critical strike', berharap ini akan berhasil. Aku memasang kuda-kuda yang baik dan bersiap saat kulihat ada kesempatan, kuserang dia.

Aku pun terjatuh, terbujur kaku setelah melakukan serangan terakhir. Beruntung serangan itu mendarat sempurna dan menghabisinya. Setelah itu, aku pun pingsan untuk beberapa saat.

aku terbangun oleh si abu yang berusaha membangunkan ku, dan setelah terbangun yang pertama kupikir adalah makan, jadi

 kubuka perbekalan ku dan mulai makan, sembari makan aku bertanya pada Aim dimana 'momentous' nya.

Dia mengatakan kalau 'momentous' nya adalah pedang batu milik 'Goblin Champion' yang perluku lakukan hanyalah mencarinya, setelah kutemukan Aim bilang untuk mengatakan "floor trade" seketika sebuah simbol aneh muncul dan saat kemudian tampak sebuah siluet berbungkus jubah lusuh, kemudian Aim menyuruhku mengatakan "floor gate" sambil menunjuk kan pedang batu itu.

seketika pedang batu itupun menghilang dan siluet itu pu. mengayunkan tangannya, pada saat terdengar suara sobekan yang sangat keras yang membuat ku terkejut dan saat kulihat seperti ruang yang terkoyak dihadapan ku, tanpa ragu aku pun melangkah maju memasuki sobekan itu bersama abu, dan sesaat kemudia pemandan yang benar benar berbeda kulihat.

Lantai 2 Part 1 * The Forest of Eternal Snow

Setelah melewati celah itu, pemandangan yang terbuka di hadapanku sungguhlah misterius. Pepohonan yang menjulang tinggi, diliputi oleh selimut salju putih yang bersih, menciptakan suasana dingin yang menusuk tulang Benar-benar berbeda dari apa yang saya alami di lantai sebelumnya.

Dengan dingin yang menusuk tulang itu, aku merasa perlu mencari tempat untuk menghangatkan diri. Akhirnya, aku menemukan sebuah gua yang cukup besar. Namun, begitu aku memasukinya, saya sadar bahwa gua itu merupakan sarang dari suatu monster. Tak lama kemudian, seekor beruang putih, 'snow bear', mendekatiku dengan pandangan tajamnya. Meskipun aku berhasil menangkis serangannya, aku terpukul mundur. Beruntungnya, si abu muncul dan dengan cepat menghabisinya sebelum terlambat.

Rasa lega menyelimuti diriku saat berhasil mengatasi beruang putih pertama, namun rasa itu segera tergantikan oleh kekhawatiran saat beberapa 'snow bear' lain muncul. Dengan cepat, aku dan si abu bergerak untuk menghadapi mereka sebelum rasa dingin membekukan kami. Setelah berhasil menghabisi semua beruang tersebut, aku segera menyalakan api dengan bantuan sihirku untuk menghangatkan diri kami. Dingin yang menusuk membuatku merasa lapar, jadi aku memutuskan untuk memanggang beberapa daging beruang itu, dan benar saja, rasanya sungguh lezat, memberikan sedikit kehangatan di tengah dingin yang menggigit.

"Aim, apa yang ku dapatkan dari pertempuran melawan 'Goblin Champion'?"

"Jawab, silver bloodline (champion Wills) dan silver bloodline (strong swing)."

"Apa saya bisa menginjeksinya?" tanyaku.

"jawab, tentu saja. silver bloodline (champion Wills), silver bloodline (strong swing), bronze bloodline (cold resistant) 4×. Mulai proses injeksi."

"Injeksi selesai."

"Oh, 'cold resistant', pasti dari 'snow bear'. Bagus," gumamku, merasa lega dengan tambahan kemampuan Baru itu.

"Iya, mungkin si abu juga mendapatkan kemampuan 'cold resistant' dari adaptasi lingkungan," aku berpikir sambil mengamatinya.

Dengan tambahan kemampuan baru ini, kami pun melanjutkan perjalanan kami melalui hutan salju yang tak berujung, siap menghadapi apa pun yang menunggu di depan.

"Oh benar juga, mengingat pertarunganku dengan 'Goblin Champion' menjadi sangat sulit karena kurangnya kemampuan dan pengalaman," ujarku.

"Aim, apakah ada batas pada berapa jumlah bloodline yang dapatku dapatkan?" tanyaku.

"Jawab, tidak," katanya.

"Kalau begitu, mari kita kumpulkan beberapa di lantai ini," kataku dengan semangat.

Karena kami akan tinggal untuk beberapa saat, aku akan menjadikan gua ini sebagai basis kami. Aku pun mengajak si abu pergi bersama menelusuri daerah di sekitar gua. Tanpa disangka, aku menemukan sebuah pohon berbuah apel emas. "Ha, 'golden apple'?" aku berkata, bukan hanya karena itu adalah apel emas, namun karena memang benar-benar tertulis 'golden apple' di hadapanku.

Dan karena apel itu terlihat enak, tanpa pikir panjang, aku pun mengambilnya. Kemudian, tiba-tiba ada sesuatu yang terbang ke arahku dengan kecepatan tinggi. Untungnya, si abu berhasil menangkisnya untukku. Walau begitu, makhluk itu belum mati, jadi aku pun menebasnya. Tepat setelah itu, aku mendengar suara di belakangku yang ternyata adalah kawanan makhluk itu. Namanya 'snow elemental', dan ya, 'status: angry'.

Untuk bertahan hidup, aku melakukan yang terbaik. Benar, dengan melarikan diri, maksudku, jumlah mereka ada ratusan, Ayolah. aku memancing mereka ke dalam gua, dan setelah mereka masuk, aku bergegas melompat keluar dan berniat menggunakan 'flame torch' pada mereka. Namun, tiba-tiba aku terpikir, "Bukankah kalau aku membakar mereka, aku tidak akan mendapatkan bloodline-nya?" Setelah itu, akupun mengurungkan niatku dan menggunakan cara lama, ya, dengan menebas mereka semua.

Mereka menyerang dengan cara menabrakkan diri mereka padaku, dan yang menyusahkan adalah efek dingin ekstrim yang kurasakan saat mereka menyentuhku. Yah, karena jumlah mereka, aku butuh hingga setengah hari untuk memusnahkan mereka semua, walaupun dibantu oleh si abu.

Setelah langit menjadi gelap, aku mengakhiri petualangan hari itu. Haaa, itu melelahkan. Aku beristirahat di dalam gua sembari menanyakan pada Aim apa saja yang kudapatkan. Dia pun menjawab, "lapor, bronze bloodline (cold resistant) 231×, bronze bloodline (shivering touch) 322×, bronze bloodline (ice element) 53×. Jumlah bloodline memenuhi persyaratan. Apa tuan rumah ingin melakukan peleburan menjadi silver bloodline (cold resistant) 23×, silver bloodline (shivering touch) 32×, dan silver bloodline (ice element) 5×?" katanya tiba-tiba panjang lebar.

"Oh, ya, lakukan saja," jawabku yang sudah terlalu kelelahan.

Saat aku terbangun esok harinya, aku melihat si abu terlihat aneh. Apakah itu karena ia memakan beberapa bagian dari 'snow elemental' itu? Apakah ini semacam evolusi? Dan benar saja, salah satu tanduknya berubah menjadi biru keperakan yang memancarkan hawa dingin yang kuat.

Ya, kurasa itu bagus untuk kami. Kami pun memulai hari dengan sarapan, dan karena aku terlalu lelah untuk melakukan sesuatu, kami hanya memakan apel emas yang kudapatkan kemarin. Dan mengejutkannya, semua rasa lelahku menghilang sepenuhnya, bahkan aku menjadi sangat bersemangat, begitu juga dengan si abu.

Setelah itu, kami pun melanjutkan penelusuran lebih jauh dan menemukan pertempuran wilayah lainnya seperti sebelumnya, namun kali ini pertempuran antara makhluk raksasa setinggi 10 meter bernama 'snow giant' dengan babi yang berdiri dengan dua kaki berwarna putih bernama 'white orc'. Yah, itu pertarungan yang intens, tapi seperti biasa yang perlu kulakukan saat ini adalah bersembunyi di sini sebentar, dan saat pertarungan mereka hampir dimenangkan oleh para 'snow giant', aku pun melancarkan serangan terakhir pada mereka. Kekuatan mereka memang mengerikan, namun gerakannya lumayan lambat.

Aku belajar sesuatu mengenai Aim, aku tak perlu membunuh mereka menggunakan Aim, cukup biarkan Aim menyerap darah mereka, jadi aku menusuk Aim pada tubuh mereka dan mendapatkan panen besar.

Karena hari masih panjang dan kami juga belum begitu lelah, kami lanjut menelusuri tempat ini. Aku menjelajahi lebih jauh hingga ke sebuah bukit dan menemukan tanaman yang memancarkan hawa dingin dan Ether yang kuat. Jadi, aku pun mengambil beberapa untuk kujadikan salad. Setelah itu, kami kembali ke gua dan menyiapkan makan malam.

setelah makan akupun mengakakan pada Aim untuk menginjeksi semua bloodline yang berhasil kudapatkan.

"lapor, bronze bloodline (super strength) 27×, bronze bloodline (solid skin) 3×, bronze bloodline (physical regeneration) 29×. memenuhi persyaratan peleburan menjadi silver bloodline (super strength) 2×, silver bloodline (physical regeneration) 3×. injeksi selesai."

"Oh, aku mendapatkan beberapa yang silver lagi, itu bagus. Ini hari yang melelahkan, ayo tidur, Abu," kataku sebelum akhirnya tertidur lelap.

Kemudian aku dan Abu melanjutkan hari-hari kami selama beberapa minggu. Aku pun mendapat banyak kemampuan baru seperti bronze bloodline (acceleration) 7× dan bertemu beberapa shaman, yang menghasilkan bronze bloodline (sirkuit sihir) sebanyak 12×. Kemudian, aku memutuskan untuk melebur beberapa bloodline lainnya, seperti bronze bloodline (night vision) dan bronze bloodline (solid skin), menjadi silver bloodline (night vision) dan silver bloodline (solid skin).

Si Abu juga tumbuh sedikit lebih besar, dan dia juga sudah lebih terbiasa menggunakan kemampuan esnya. Karena kurasa persiapan kami sudah cukup, kurasa sudah saatnya untuk mencari 'momentous' lainnya. Menurut Aim, ada yang dekat hanya beberapa kilometer dari sini, jadi aku memutuskan untuk pergi ke sana. Namun, hal tak terduga pun terjadi, aku bertemu dengan manusia lain. Pada awalnya, kurasa itu hanyalah bayanganku karena sudah lama tidak melihat orang lain, namun mataku yakin bahwa mereka memang manusia.

Mereka terlihat berjuang dengan keras melawan serangan para 'white orc' . Tanpa ragu, aku melompat ke tengah pertempuran untuk membantu mereka.

"Kamu siapa?" tanya salah satu dari mereka, sambil mengarahkan senjata ke arahku dengan ketegangan.

"Aku adalah satu-satunya penjelajah di wilayah ini," jawabku, suara itu bergema di antara deru pertarungan. "Siapa kalian? Darimana kalian berasal?"

Mereka terdiam sejenak, seakan berusaha memproses kehadiran ku di tengah pertempuran ini.

"Kami adalah bagian dari kelompok 'Alice'," jawab salah satu dari mereka dengan napas terengah-engah. "Kau... kau sendirian?"

Aku mengangguk, "Ya, sejak awal aku berpetualang seorang diri."

Mereka saling bertukar pandang, terlihat bingung dan lega. Entah mengapa, pertemuan ini terasa lebih dari sekadar kebetulan.

"Apakah kau dapat membantu kami?" kata salah seorang dari mereka dengan nada tegas.

"Apa kau benar-benar meminta bantuannya?" mereka berdiskusi dengan ekspresi tegang.

"Apa kita punya pilihan lain?" mereka bertukar pandangan.

"Baiklah, apa kau bisa membantu kami?" ulang mereka, suara mereka penuh harapan.

"Untuk apa?" tanyaku, mencoba memahami situasi dengan serius.

"Pemimpin kelompok dan sebagian besar anggota kelompok kami terjebak di 'ice python nest'," jelasnya, wajahnya tegang.

"Jadi kalian meminta bantuanku untuk menyelamatkan mereka?" aku bertanya dengan tegas.

"Ya, apakah kau bisa?" mereka memohon dengan nada serius.

"Yah, aku ingin membantu, jadi baiklah, akan kubantu kalian," jawabku dengan tekad.

"Benarkah? Terima kasih," kata mereka, wajah mereka terpancar harapan.

Setelah itu, kami pun bergegas menuju 'ice python nest'.

Tiba di 'ice python nest', suasana tegang menyelimuti kami. Kami merencanakan strategi dengan cermat sebelum memasuki sarang tersebut. Aku, bersama dengan mereka dari kelompok 'Alice', mempersiapkan diri secara mental dan fisik untuk menghadapi bahaya yang ada di depan.

"Kita harus bergerak hati-hati dan tetap waspada. Siapa pun yang terpisah dari kelompok, segera berteriak agar kita bisa segera memberikan bantuan," kataku dengan suara tegas.

Mereka mengangguk setuju, dan dengan hati-hati, kami memasuki sarang python yang diselimuti oleh dingin menusuk tulang. Rasa tegang semakin terasa saat langkah kami semakin mendekati area pemukiman python. Aku memperhatikan setiap gerakan di sekitar, siap bertindak jika ada bahaya yang mengintai.

Tiba-tiba, suara desiran yang terdengar semakin dekat membuat kami berhenti sejenak. Sebuah python raksasa muncul dari balik salju, siap untuk menyerang kami. Tanpa ragu, kami bersiap untuk bertempur, tekad kami kuat untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di dalam sarang ini.

Dalam ketegangan yang memenuhi udara, si abu muncul di sampingku, matanya memancarkan tekad yang sama kuatnya. Kami bertiga siap menghadapi python raksasa tersebut. Dengan sigap, si abu melompat ke arah python, mengalihkan perhatiannya dariku.

Sementara itu, aku bersiap untuk melancarkan serangan. Dengan 'flame troch' yang kuat, aku mencoba melemahkan python itu sambil menjaga jarak yang aman. Namun, python tersebut tak mudah dikalahkan. Serangan balasannya begitu cepat dan kuat, membuat kami harus bertahan dengan segala kekuatan yang kami miliki.

Kami berdua berusaha bekerja sama, menggunakan kemampuan dan kekuatan kami untuk menaklukkan python tersebut. Si abu memanfaatkan kecepatan dan ketangkasannya, sementara aku mencoba mengontrol api untuk meredam gerakannya.

Tak lama kemudian, dengan upaya yang gigih dan kerjasama yang solid, kami berhasil mengalahkan python raksasa itu. Nafas lega terasa saat melihat bahaya itu hilang. Namun, misi kami belum selesai. Kami harus segera mencari dan menyelamatkan mereka yang terjebak di dalam sarang ini. Dengan tekad yang tak goyah, kami melanjutkan perjalanan menuju bagian dalam sarang yang lebih dalam lagi.

Kami melangkah dengan hati-hati, menyusuri lorong-lorong gelap yang dipenuhi oleh bahaya. Setiap sudut sarang ini menimbulkan rasa tidak aman, namun kami terus maju dengan determinasi yang kuat.

Akhirnya, kami tiba di ruang yang lebih besar di dalam sarang tersebut. Di sana, kami menemukan pemimpin kelompok 'Alice' dan sebagian anggota mereka yang terjebak di tengah-tengah pertarungan sengit dengan beberapa ekor python lainnya.

Tanpa ragu, kami melompat masuk ke pertempuran itu. Si abu dengan lincahnya menyusup di antara python, mengalihkan perhatian mereka dari para manusia yang terjebak. Sementara itu, aku berusaha menyerang dari kejauhan dengan api, mencoba melemahkan musuh-musuh tersebut.

Pertarungan itu berlangsung sengit, dengan suara desingan dan teriakan yang menggema di ruang itu. Kami harus bekerja sama dengan sangat baik untuk mengalahkan musuh-musuh yang jumlahnya lebih banyak itu.

Namun, akhirnya, dengan tekad dan kerja keras, kami berhasil mengusir python dari sarang itu dan membebaskan mereka yang terjebak. Senang dan lega terpancar dari wajah mereka yang terselamatkan.

Setelah memastikan bahwa semua aman, kami bersama-sama meninggalkan sarang itu, meninggalkan tempat yang penuh bahaya itu untuk kembali ke gua kami. Saat matahari terbenam di ufuk barat, kami tiba di gua dengan perasaan lega dan puas atas misi yang berhasil kami laksanakan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!