“Apakah kamu akan meninggalkan ku ?” terlihat guratan ke khawatiran yang muncul dari wajah Daren. “Tolong jangan tinggalkan aku. Apakah kau tidak percaya bahwa aku mencintaimu”
Daren kini sudah bersimpuh dihadapan Freya yang tengah duduk di sofa rumah mereka, tampak air mata mulai menggenang di pelupuk mata Freya. Dia sungguh tidak tega melihat seseorang yang amat dicintainya berlutut di hadapannya.
“Sungguh kak, aku ingin sekali mempercayaimu. Sungguh.” Suara serak yang tercekat sungguh menyiksa Freya kini. “Tapi aku tidak bisa, ayo kak duduklah di sofa jangan duduk seperti itu aku sungguh tidak ingin melihatnya.”
Bukankah penyesalan memang selalu datang terlambat, seseorang akan menyadari seseorang itu berharga ketika kamu kehilangannya.
.
.
.
.
.
.
.
Tahun itu Freya memasuki hari pertama di sekolah menengah atas di Vancouver, British Columbia, kanada. Sungguh kota yang sangat indah lengkap dengan bangunan-bangunan tingginya yang menjulang ke langit, di kelilingi oleh laut biru dengan kapal-kapal pesiar baik besar maupun kecil yang selalu sedia berada di atas laut biru nan cantik tersebut, kota tersebut juga dilengkapi fasilitas yang canggih baik dari segi medis ataupun tekhnologi lainnya, sungguh kota Vancouver sudah terkenal akan keindahannya di dunia. Bahkan kota Vancouver ini juga terkenal karena memiliki penduduk terbanyak di British, Columbia dengan jumlah lebih dari dua juta orang didalamnya.
Sebelumnya Freya bukanlah tinggal di kota Vancouver yang sekarang menjadi tempat tinggalnya dia hanyalah gadis yang berasal dari kota kecil yang bernama kota Enderby yang berada di wilayah Okanagan utara di British Columbia.
Freya sengaja pindah sekolah karena permintaan Lydia Kenric yang merupakan saudara tiri dari ayahnya yang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Ayah Freya sendiri diangkat menjadi anak oleh orang tua Lydia ketika dia kecil sehingga mereka menjadi saudara tiri, namun ayah Freya memutuskan untuk pindah ke kota Enderby setelah menikah dengan ibunya Freya sampai memiliki anak dan bahkan menghembuskan nafas terakhirnya di kota kecil tersebut.
Hingga ikatan antara ayah Freya dan Lydia menjadikan Freya sebagai sepupu tiri dengan anak-anak Lydia di keluarganya.
.
.
.
.
.
.
.
Freya Malvia Godehyda sendiri adalah seorang gadis cantik dengan tinggi seratus enam puluh centimeter, memiliki kulit yang putih dan bersih lengkap dengan senyum manisnya, memiliki sifat yang baik hati, suka menolong, penyabar dan sangat menyayangi orang-orang terdekatnya. Terutama ibu dan juga ayahnya, bahkan ketika ayahnya pergi dan tidak kembali Freya hanya terus mengurung dirinya di dalam kamar beberapa hari sambil terus menangis membasahi pipinya karena merasakan kehilangan yang teramat dalam, dirinya tidak pernah membayangkan akan di tinggalkan oleh ayahnya secepat itu. Padahal Freya ingin ayahnya melihat Freya sukses dan mendampinginya ketika menikah nanti.
Jika melihat Freya ketika masih sekolah di sekolah menengah atas dia memang terlihat agak culun karena style pakaian yang dikenakannya namun penampilannya itu tak menampik kecantikan yang tersembunyi dari dalam dirinya bahkan dia sangatlah mempesona. Bahkan di hari pertama memasuki sekolahnya sudah ada laki-laki brengsek yang mulai menggodanya secara terang terangan di hadapan yang lainnya.
Dengan seringai yang di perlihatkan laki-laki asing tersebut tentunya membuat Freya sangat ketakutan, Freya semakin terpojok karena itu adalah hari pertamanya pindah sekolah membuat dirinya tidak berani untuk sekedar melawan karena tidak ingin menimbulkan masalah, dengan sedikit keberanian Freya mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman laki-laki asing tersebut namun karena kekuatan wanita tidak lah sebesar laki-laki tentu saja usaha Freya sia-sia. Dengan sigap sebuah kepalan tangan berhasil di lancarkan kepada wajah laki-laki tersebut hingga suaranya terdengar nyaring.
Brukkk.....
Dan dengan sigap tangan Freya kini sudah berpindah alih kepada laki-laki lain sehingga tanpa sengaja wajahnya membentur dada bidangnya dan membuat Freya sedikit meringis karena merasakan kerasnya dada laki-laki tersebut.
“Awww, apa-apaan.” Laki-laki tersebut meringis dan langsung terdiam ketika melihat siapa yang sudah berani memukulinya.
Belum sempat Freya mendongkakkan wajahnya untuk melihat siapakah laki-laki tersebut namun dirinya sudah terseret karena pergerakan tangannya yang sudah ditarik menjauhi korban yang baru saja dipukuli. Tangannya langsung terlepas diikuti dengan gerakan kakinya yang terhenti tatkala laki-laki itu melepaskan genggamannya dan meninggalkan Freya tanpa sepatah katapun.
Sadar dari lamunannya Freya langsung berteriak dan mengucapkan terimakasih.
“Terimakasih banyak sudah menolongku.” sembari terus memperhatikan punggung laki-laki tersebut yang semakin menjauh.
Kejadian tersebut membuat jantung Freya berdetak dengan cepat dan dengan cepat pula dia mengetahui siapa kah nama laki-laki tersebut karena kepopuleran yang disandang olehnya di sekolah tersebut. Bahkan dirinya sudah jatuh cinta bahkan ketika dia belum mengetahui wajah dari laki-laki tersebut.
Namanya adalah Daren Heafen Kenric yang tentu saja nama belakangnya membuat Freya kaget karena itu adalah nama dari ibu angkatnya Lydia Kenric. Daren si pemilik mata hijau yang memikat hati dengan tinggi seratus delapan puluh tiga centimeter tersebut memiliki berkulit putih bersih tanpa noda, sedikit angkuh, cuek, manja tentunya, namun sebenarnya memiliki hati yang baik namun sering kali dirinya menutupinya dengan sifatnya yang terlihat arogan.
Dareb memiliki alis tebal dan hidung mancungnya sungguh membuat wanita akan langsung memujinya. Tidak hanya itu mata birunya yang mampu membisukan siapapun dengan tatapan matanya, membuatnya mudah untuk di cintai.
Daren adalah cinta pertama Freya laki-laki yang mampu menggetarkan hatinya membuat jantung Freya berdetak dengan cepat hanya dengan melihatnya saja, Daren sendiri adalah ketua OSIS di sekolahnya yang memiliki banyak bakat salah satunya seperti memainkan gitar, dia selalu memainkan gitarnya jika memiliki waktu senggang di sekolahan, Freya selalu menyempatkan diri melihat Daren baik dari dekat maupun jauh tanpa sepengetahuan Daren tentunya dan itu selalu membuat hatinya berbunga-bunga.
.
.
.
.
.
.
.
Freya semakin terkejut ketika mengetahui dirinya akan tinggal bersama dengan laki-laki yang dipujanya, karena mereka adalah saudara sepupu dan sungguh hal tersebut sangat di syukuri oleh Freya, bagaimana tidak dia seperti berjodoh dengan Daren dan peluang tersebut di dapatkan dari bibinya Lydia.
Lydia sendiri memiliki dua orang anak, yang pertama adalah Delano Dion Kenric dan yang kedua ada Daren. Usia dari keduanya terpaut lima tahun antara Daren dan Delano. Freya sendiri memiliki ibu yang bernama Iris Godehyda, dia adalah sosok ibu yang sangat dipuja oleh Freya selain karena dia adalah orang tua satu-satunya yang kini dimilikinya Iris juga memiliki sifat yang baik dan penyabar dan sangat sayang terhadap Freya dan selalu mengutamakan kebahagiaan Freya dan mendukung keputusan Freya jika dirasa itu adalah keputusan yang baik untuk putrinya.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa
klik favorit 📌
like 👍
Dan komentar nya ya 💌
Dan jangan lupa juga vote❤️
Vote novel ini sebanyak banyaknya jangan lupa soalnya suka kelupaan kalo keasikan baca, biar author makin semangat nulisnya terimakasih buat semua pembaca novel Suamiku Sepupuku, bentuk dukungan adalah penghargaan bagi para author 😘🤗💞💞
Dua minggu sebelumnya di sebuah kamar hotel Daren bersama dengan wanita yang sedang ia kencani Emily Esme, Daren merasa tertipu, dia tidak mengetahui jika Emily sudah memiliki seorang suami karena pengakuan dari Emily bahwa dirinya masih sendiri dan tidak memiliki hubungan dengan siapapun.
Mengetahui bahwa Emily sudah berkeluarga membuat Daren murka ketika melihat isi pesan yang dikirimkan oleh suami Emily, tertera nama Alvon dari nama pengirim pesan tersebut karena rasa penasarannya akhirnya Daren memberanikan diri untuk melihatnya. Dilihatnya Emily yang kini berada di sampingnya tengah tertidur dengan pulas.
"Kau sedang berada di mana istriku ?" Itulah isi pesan yang tengah di baca Daren dan membuatnya tercengang bukan main, bukankah Emily mengatakan dirinya masih sendiri. Mencoba memastikan Daren melihat penyimpanan foto di ponsel Emily dan melihat sosoknya tengah melangsungkan pernikahan dengan seorang pria.
Alvon ternyata sudah mengetahui keberadaan istrinya dimana dia mendapatkan informasi dari asisten kepercayaannya yang mengatakan bahwa Emily tengah bersama dengan seorang pria yang tak lain adalah Daren berada di kamar hotel. Emosi Alvon semakin memuncak setelah mengetahui perselingkuhan istrinya dan mengutuk pria yang sedang bersama dengan istrinya tersebut.
"Lihat saja kau tidak akan lolos, akan ku bunuh kau !!"
.
.
.
.
.
.
.
Merasa kecewa karena sudah dibohongi di guncangkan tubuh Emily dengan kerasnya memaksanya untuk membuka matanya dan bangun dari tempatnya berbaring kini.
"Bangun kau, hei aku akan bertanya padamu. Apakah kamu punya kekasih lain ? " Mencoba menanyakan kebenaran yang sudah diketahuinya.
"Daren, bagaimana mungkin aku punya kekasih lain." Dengan suara manjanya khas suara orang ketika bangun dari tidurnya.
"Aku hanya milikmu sayang, ayo kita fokus lagi pada urusan kita."
Ketika Emily hendak mencium kembali bibir Daren dihempasnya tubuh tersebut hingga terjerembab di atas kasur nan empuk tersebut, dilemparnya ponsel Emily yang memperlihatkan foto pernikahannya bersama Alvon membuatnya tidak bisa berkata-kata. Daren pun langsung mengambil baju yang tergelatak dilantai dan langsung memakainya kembali dengan perasaan kesal dan ingin rasanya membunuh wanita yang berada di sampingnya.
"Daren dengarkan aku ! " sambil menarik narik tangan Daren yang hendak memakai baju.
"Kamu bilang padaku kalau kamu masih lajang. Apa maksudmu ?" tanya Daren. "Jangan mencoba membohongiku suamimu mengirimi pesan dan menanyakan keberadaan mu."
"Aku akui memang aku punya suami, tapi kami menghadapi banyak masalah dan aku
akan menceraikannya." Emily terus merengek agar Daren tidak meninggalkannya.
"Tetapi kamu masih belum menceraikannya" perkataan Daren langsung tepat sasaran dan membuat Emily tidak bisa berkata kata. " Kamu berbohong kepadaku, kamu menghancurkan kepercayaan ku."
"Daren, aku tidak bermaksud membohongimu ! " Emily mencoba mencari-cari alasan untuk di kemukakannya.
"Mulai sekarang kamu tidak usah mencari ku lagi." Daren menghempaskan tangan Emily dengan kasar melepaskan pegangan tangan Emily bahkan tidak memperdulikan kesakitan yang dirasakan oleh tangan mungil tersebut.
"Dengarkan aku, aku tidak mencintainya ! " Emily terus berusaha agar Daren mempercayainya. "Daren, jangan tinggalkan aku !"
"Berhenti ! " teriak Emily dengan kerasnya.
"Daren berhenti ! aku tidak akan melepaskan mu !"
Daren pun berlalu dan meninggalkan Emily seorang diri, dia mengendarai mobilnya, melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumahnya.
.
.
.
.
.
.
.
Daren menghembuskan napasnya dengan kasar dan berjalan menuju ke arah dapur, namun seketika Daren terjatuh karena lantai yang basah dan licin.
"Freyaaaaaaaa !!!!! " teriak Daren murka.
Freya pun berlari dan menghampiri Daren, terkejut melihat Daren yang sudah
duduk di atas lantai karena tergelincir, seolah meminta jawaban dari Freya meminta pertanggung jawabannua Daren bergantian melihat ke arah lantai dan Freya sambil menatapnya tajam.
"Kak Daren.." Freya pun tersenyum dan berlari untuk menghindari Daren.
"Freya, berhenti ! Sudah kubilang jangan seret kantong sampah ke lantai ! " berjalan menghampiri Freya. "Lihatlah lantainya jadi basah dan licin."
"Aku tidak tahu kalau kamu akan pulang lebih awal."
Freya pun berlari ketika Daren mengejarnya, mereka pun berhenti di meja makan, Freya
pun berjongkok bersembunyi dibalik meja dan sesekali melihat ke arah Daren yang
menatapnya tajam diseberang meja, Daren yang pusing akan kelakuan Freya berusaha tidak memperdulikannya dan melempar jasnya di atas meja makan.
"Apakah ada yang bisa dimakan ? " tanya Daren.
Freya pun berdiri sambil tersenyum dan menjelaskan makanan yang sudah dibuatnya
"Ada telur gulung, sosis, dan tahu isi, aku akan menghidangkan nya untukmu."
Daren pun mencuci tangannya dan berjalan duduk ke meja makan, dimakannya makanan tersebut dengan lahap menghabiskan semua makanan yang tersaji, Freya berdiri di samping Daren dan memandangnya sebentar sebelum melanjutkan pekerjaan rumahnya yang belum selesai.
.
.
.
.
.
.
.
Ketika Daren sedang menikmati makanannya, dia terkejut karena Lydia sudah berada di
sampingnya, tentunya Daren pun langsung berdiri karena terkejut.
"Mam, kenapa mami ada disini ? "
"Kenapa mami tidak boleh ada disini ? ini kan rumah mami."
"Kapan mami datang ? " tanya Daren.
"Tadi malam." jawab Freya yang sudah berlari sambil membawa air minum untuk Daren.
Daren pun langsung menatap tajam ke arah Freya karena tidak memberitahu kalau maminya datang ke rumah. Daren memang tidak tinggal dirumah utama ibunya tapi dirumah yang lainnya bersama Freya karena jarak yang memudahkannya untuk bekerja di
kantor.
"Jangan memandanginya seperti itu, bukan dia yang memberitahu mami. Mami yang
tahu sendiri. Apakah kamu melakukan sesuatu yang buruk lagi ? " cecar sang
ibu karena tahu anaknya yang satu ini hanya bisa membuat masalah saja.
"Mam, apakah mami hanya ingat kalau aku pria yang buruk ? " tanya Daren tidak terima.
"Iya."
"Bukankah itu terdengar sangat kasar ? " makin tidak terima akan jawaban sang ibu.
"Tidak sama sekali, memang itu kebenarannya."
"Aku pergi hanya untuk..." belum sempat Daren menjelaskan alasan kepada
ibunya Freya memotong perkataan Daren karena tidak ingin ikut campur kepada
urusan anak dan ibu yang sepertinya tidak ada habisnya.
"Aku akan melanjutkan membereskan rumah." Sambil tersenyum memperlihatkan
deretan giginya dan berlalu pergi.
"Aku akan tidur siang sebentar. Aku sangat mengantuk." Meletakan gelas dan
hendak berlalu pergi.
"Benarkah ? berhenti." Perintah Lydia sambil memegang tangan Daren." Jangan berpikir untuk melarikan diri".
"Kamu tidak peduli dengan keluarga, kamu pergi larut malam dan pulang pagi hari,
jangan mencoba menghindari mami dengan alasan-alasan ini." Cecar Lydia. " Kapan kamu akan berhenti membuat mami khawatir ? Kapan kamu akan menikah seperti kakakmu ? Hubunganmu tidak pernah bertahan lama." Sudah pusing melihat kelakuan anaknya yang bungsu.
"Daren belum menemukan gadis yang cocok mih, lagi pula Daren masih muda baru berusia 26 tahun."
"Masih belum menemukan gadis yang cocok ? " tanya Lydia " Kalau itu alasannya, mami akan menikahkan kamu dengan Freya lagian dia juga sudah dewasa sudah 24 tahun."
"Apa ?" Daren tidak percaya dengan apa yang dia dengar sambil melihat ke arah Freya yang sedang memasukan bahan makanan ke dalam kulkas.
"Iya." jawab Lydia
"Tidak mungkin Daren menikahi Freya." perkataan Daren langsung membuat
Freya sedih mendengarnya.
"Kenapa tidak ?" Tanya Lydia.
"Lihat." sontak Lydia pun melihat ke arah Freya. "Dia seperti anak kecil."
"Apa ? dia punya payudara dan bagian belakang seperti perempuan yang kamu
suka." Perkataan Lydia membuat Freya malu dan langsung memegangi dadanya dan juga bokongnya.
"Mami dia bukan tipeku." Daren beralasan.
"Bukan tipe mu ? hati hati kalau begitu, nenek moyang berkata... semakin kamu membenci seseorang semakin besar kemungkinan kita akan menyukainya." Seketika Daren melihat ke arah Freya dengan tatapan merendahkan. "Jika suatu saat kamu jatuh cinta dengan Freya, hahahaa mami akan tertawa sampai
menangis. Tunggu dan lihat saja."
"Mami tidak akan mempunyai kesempatan untuk itu."
"Kenapa tidak ? " Tanya Lydia
"Karena hari itu tidak akan datang. Karena aku tidak akan pernah menyukainya." Jawab Daren mantap.
"Jangan terlalu yakin, tunggu dan lihat saja." tantang Lydia yang langsung ditinggalkan Daren ke kamarnya.
Freya hanya bisa mematung dan bersedih terlihat dari sorot matanya, dia hanya menatap punggung Daren yang semakin menjauh Setelah Daren pergi ke kamarnya Lydia berpamitan untuk kembali pulang dan diantar keluar rumah oleh Freya.
.
.
.
.
.
.
.
Daren bangun dari tidurnya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia melihat jam ditangannya dan bergegas ke kamar mandi dan melempar sembarang kaos yang di pakainya.
Setelah selesai mandi Daren turun kelantai bawah, Daren sudah rapih dengan memakai kaos hitamnya dan celana jeansnya. Daren pun berhenti di teras rumahnya, sambil
menenteng sepatunya dan dia berhenti ketika melihat Freya sedang memandikan kucingnya pretty.
"Freya, aku mau keluar. Tetaplah di rumah bersama kucingmu pretty."
"Kak Daren, kamu mau pergi kemana ?" tanya Freya penasaran.
Tapi bukannya menjawab pertanyaan Freya Daren malah sibuk melihat ponselnya dan
duduk di kursi teras rumahnya sambil memakai sepatu yang di bawanya tadi.
Daren meninggalkan ponselnya dia melupakan ponselnya ketika dia sedang memakai sepatu.
"Hah, kak Daren meninggalkan ponselnya di rumah lagi." Freya mengecek ponsel Daren. "Apakah dia mengajak dua gadis sekaligus ? kalau iya, mereka pasti akan bertemu satu sama lain."
Freya pun terkejut ketika melihat dilayar ponsel Daren ada sebuah pesan masuk dari
nomor asing tapi bukan itu yang membuatnya terkejut tapi isi dari pesan tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa klik favorit, like dan komentar nya ya, dan jangan lupa juga vote novel ini sebanyak banyaknya jangan lupa soalnya suka kelupaan kalo keasikan baca, biar author makin semangat nulisnya terimakasih buat semua pembaca novel Suamiku Sepupuku 😘😘🤗🤗💞💞
Freya pun terkejut ketika melihat dilayar ponsel Daren ada sebuah pesan masuk dari
nomor asing tapi bukan itu yang membuatnya terkejut tapi isi dari pesan tersebut.
"Jika kamu tidak ingin mati, menjauhlah dari istriku. Jika kau melanggar nyawamu akan melayang, Itu pelajaran kecil untukmu." Itulah isi dari pesan tersebut.
Freya sungguh sangat terkejut melihat pesan tersebut dan memikirkan bagaimana cara mengatasi hal tersebut, sementara ditempat lain terlihat Daren menghampiri Emily disebuah restoran setelah sebelumnya mereka membuat janji untuk bertemu kembali.
Emily terlihat bahagia setelah Daren datang menghampirinya dan mendudukkan dirinya di hadapannya, sementara Daren melihat Emily dengan tatapan benci terlihat dari sorot di kedua bola matanya. Daren pun menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Emily dan bersandar di kursi tersebut.
"Katakan saja apa yang kau mau ?" Berbicara langsung ke intinya dan tanpa ada niat berbasa-basi. "Kamu hanya punya waktu lima
belas menit." Daren berbicara dengan ketusnya.
"Daren tolong jangan berkata sepertu itu" sambil terus memegangi lehernya. "Aku hanya ingin putus denganmu secara baik-baik."
"Hubungan kita sudah berakhir, kamu ingin aku punya kenangan yang indah denganmu ?"
"Apa kamu... masih ingat pertama kali kita bertemu ? kamu menyelamatkan ku waktu itu." mencoba mengingatkan kenangan mereka.
"Kamu membantuku mengobati luka ku pada hari itu, aku juga berkata bahwa aku tidak
ingin pergi ke rumah sakit. Bukan karena aku takut bertemu dokter, tapi karena.... aku tidak ingin orang lain tahu... apa yang terjadi padaku."
.
.
.
.
.
Di rumah Delano dia dan istri serta ibunya Lydia sedang bersantai di ruang tamu menikmati kebersamaan yang menenangkan namun sebuah panggilan masuk ke ponsel Delano. Dilihatnya nama yang tertera di layar ponselnya dan Freya adalah nama yang terlihat di sana.
"Halo." Jawab Delano.
"Kak Delano, ini Freya kak Daren meninggalkan teleponnya di rumah dan aku melihat beberapa pesan aneh." Terang Freya.
"Pesan apa ?" Delano penasaran dan khawatir karena mendengar napas Freya yang memburu ketika berbicara.
"Tampak seperti ancaman untuk kak Daren." Freya semakin khawatir dibuatnya.
"Freya dimana Daren sekarang ?"
"Kak Daren sudah keluar rumah tadi sore, aku rasa dia akan menemui seseorang tadi Freya sudah mengecek nama tempatnya, dan sekarang Freya dalam perjalanan menuju
ke sana." Langsung menutup telepon.
"Freya, freya, freya !"
Di dalam restoran Emily menunjukan lehernya yang sudah sedari tadi dia pegang dan sembunyikan kemudian tanpa di minta dirinya
menjelaskan bahwa luka dilehernya adalah perbuatan suaminya, suaminya datang ke
hotel setelah kepergian Daren dan mencekik lehernya serta mencambuk Emily. Dia menceritakan penderitaannya kepada Daren dan berharap Daren akan luluh dengan perkataannya dan bukti yang di tunjukan olehnya.
"Setiap kali dia marah, dia akan melepaskan kemarahannya kepadaku." sambil terisak
dihadapan Daren.
"Aku bersimpati kepadamu. Tapi aku minta maaf, hubungan kita tidak bisa berlanjut.
Kamu sudah menikah, dan aku tidak ingin terlibat dalam masalah pernikahanmu." Menjawab dengan acuhnya.
Daren pun pergi meninggalkan Emily yang termenung dan masih tidak percaya akan jawaban Daren dirinya menolak akan reaksi yang Daren berikan kini Emily hanya terus saja menangis sambil menatap kepergian Daren yang semakin menjauh dari jangkauannya.
.
.
.
.
.
.
.
Freya sampai di depan restoran dengan menaiki taksi di tempat Daren berada. Freya
melihat mobil yang dikendarai Daren sedang berjalan keluar restoran.
"Pak tolong ikuti mobil itu." Pinta Freya.
"Apakah itu mobilnya" Tanya supir taksi.
"Iya pak."
Ketika taksi yang membawa Freya berusaha mendekati mobil Daren sebuah mobil datang dan menyalip taksi tersebut dan hampir saja menabraknya.
Daren yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang diikuti oleh dua mobil yaitu mobil
Freya dan satu lagi adalah mobil Alvon suami Emily. Mobil Alvon terus saja membunyikan klakson dan membuat Daren heran apa yang diinginkan orang dalam mobil tersebut.
Mobil Alvon terus memojokkan mobil Daren dan membuat supir taksi yang ditumpangi
Freya heran dan bertanya - tanya.
"Kenapa.dia mengemudi seperti itu ?" tanya supir taksi penasaran.
Freya tidak menjawab pertanyaan supir taksi karena Freya sangat khawatir dengan
keadaan Daren. Mobil Alvon pun sejajar dengan mobil Daren seketika itu Daren
penasaran dan membuka kaca mobilnya.
Freya langsung menghubungi Delano dan menyampaikan ada sesuatu yang terjadi pada
Daren.
"Kak Delano, ada sesuatu yang terjadi pada kak Daren."
"Kirimkan aku lokasimu sekarang, jangan berbuat apa-apa mengerti ? kak Delano akan
segera ke sana."
"Baik." Freya pun matanya tampak berkaca-kaca menahan rasa ke khawatiran dalam dirinya berharap bahwa Daren akan baik-baik saja.
"Freya kenapa ?" Tanya Lydia yang tidak sengaja mendengar percakapan Delano.
"Mami ini bukan Freya tapi Daren, dia sedang dalam bahaya sekarang."
"Apa ?" Lydia pun sangat terkejut mendengarnya.
Daren membelokan mobilnya ke arah tepi laut "Apa yang akan kita lakukan selanjutnya ?" tanya supir taksi.
"Ikuti mereka." Pinta Freya
Ketika mobil Daren berbelok ke sebelah kanan ternyata mobil Alvon sudah berada di
depannya, sehingga Daren pun terpaksa memundurkan mobilnya dengan kecepatan
tinggi, Daren pun berhasil menghindarinya mobilnya segera berbelok ke sebelah
kiri dan terus menabrak semua benda yang ada di depannya.
Mobil Daren terjebak tatkala dia tidak menemukan jalan di depannya hanya ada laut
didepan mata Daren, ketika Daren akan memundurkan mobilnya mobil Alvon sudah
berada dibelakangnya.
"Tabrak mobil itu." Perintah Alvon
Dan mobil Alvon pun menabrak mobil Daren sehingga kepala Daren terbentur ke depan
setir dan membuat dia tidak sadarkan diri, tidak cukup membuat Daren tidak sadarkan diri, mobil Alvon mendorongnya hingga mobil Daren masuk kedalam laut.
Freya yang melihatnya langsung membelalakkan matanya membuatnya terkejut dengan tergesa-gesa Freya langsung keluar dari dalam mobil melihat kejadian yang sungguh tidak diharapkan olehnya.
Alvon pun langsung keluar dari dalam mobil ketika melihat mobil Daren sudah masuk kedalam air laut dan tersenyum penuh kemenangan, berharap air laut segera membunuh Daren yang dia yakini masih berada di dalam mobil.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa klik favorit, like dan komentarnya ya, dan jangan lupa juga vote novel ini sebanyak banyaknya jangan lupa soalnya suka kelupaan kalo keasikan baca, biar author makin semangat nulisnya terimakasih buat semua pembaca novel Suamiku Sepupuku 😘😘🤗🤗💞💞
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!