NovelToon NovelToon

My Arumi

Poor Arumi

" Saya ingin putri anda menikah dengan saya sebagai bentuk tanggung jawabnya karena telah membuat saya seperti ini "

Malik menyatakan keinginannya kepada Zayyan dan Shahnaz saat mereka melihat keadaan pria yang menjadi korban yang kecelakaan yang melibatkan Arumi, putri mereka.

Shahnaz dan Zayyan saling berpandangan. Mereka tak mengira jika Malik akan meminta bentuk tanggung jawab yang tak biasa padahal mereka sudah menyanggupi semua biaya pengobatan dan perawatan untuk Malik dan anaknya.

" Maaf Tuan Malik... Saya rasa hal ini sulit dilakukan, bagaimanapun pernikahan itu adalah suatu hal yang sakral. Tidak bisa dipermainkan " ucap Shahnaz menolak permintaan Malik secara halus.

Malik menghunuskan tatapan tajamnya. Ia benar-benar tak suka keinginannya ditolak.

" Jadi kalian menolaknya ? "

" Bukan begitu, Tuan Malik. Maksud istri saya ini, pernikahan harus disetujui oleh kedua belah pihak. Dan kami harus meminta tanggapan putri kami lebih dulu karena nanti yang akan menjalani adalah putri kami " ucap Zayyan.

" Jika anda menginginkan ada yang merawat anda dan putra anda, kami akan memberikan perawatan terbaik untuk merawat kalian sampai sembuh dan juga kami akan memberikan pengasuh untuk merawat anak anda sampai nanti istri anda kembali " Zayyan kembali memberikan penawaran kepada Malik.

Malik tersenyum miring,

" Apa anda pikir perawat bisa melayani urusan suami istri juga ? Atau anda pikir pengasuh akan menyayangi anakku dengan tulus ? " tanya Malik.

" Seharusnya kalian sadar, disini saya menderita kerugian yang besar. Kaki saya menjadi lumpuh. Bahkan saya tidak dapat mencegah kepergian istri saya dan ibu dari anak saya karena kecelakaan itu " ucap Malik dengan suara meninggi.

" Baiklah, jika kalian menolak. Aku akan memberikan opsi lain. Selain memberikan pengobatan dan perawat terbaik untuk kami. Maka kalian juga harus menyerahkan kepemilikan saham kalian sebesar 50% di perusahaan atau aku akan memenjarakan anak kalian dengan hukuman yang sangat berat. Percayalah, aku bisa melakukan apapun " ucap Malik dengan aura intimidasi.

Zayyan dan Shahnaz tercengang. Semua opsi yang diberikan oleh Malik bukanlah pilihan yang ringan.

" Saya akan memberikan tenggat waktu sampai besok. Jadi saya harap anda sudah memiliki jawabannya saat menemui saya lagi " tegas Malik.

Semua pembicaraan itu di dengar langsung oleh Arumi yang tengah berdiri di belakang pintu sambil menggendong seorang bocah tampan. Ia sengaja menyusul orang tuanya ke ruangan perawatan Malik untuk meminta maaf secara langsung, juga untuk mengantarkan bocah tampan itu kepada ayahnya.

Air mata Arumi mengalir, ia tak menyangka akibat dari perbuatannya akan berakibat fatal. Ingatannya kembali pada saat kecelakaan itu terjadi.

Flash back

Ckiit...

Braak...

Bunyi decitan ban yang tertahan rem diikuti bunyi tubrukan keras membuat semua orang yang tengah menepi akibat hujan deras berlarian menuju arah suara.

Dua buah mobil yang berada di jalur yang berbeda baru saja terlibat tabrakan yang menyebabkan satu mobil terpental, sementara mobil yang lain menabrak pohon besar di pinggir jalan.

Orang-orang berlarian memberikan pertolongan dengan membawa keluar para penumpang yang berada di kedua mobil tersebut.

Derap langkah kaki berlari menuju ke unit gawat darurat sebuah rumah sakit swasta terbesar. Raut wajah penuh kekhawatiran jelas terlihat di wajah pasangan suami istri yang tak lain adalah Shahnaz dan Zayyan.

Setelah mendapat kabar dari rumah sakit bahwa anggota keluarga mereka yang bernama Arumi mengalami kecelakaan, keduanya yang tengah menikmati hari libur dengan bersantai di rumah langsung beranjak menuju rumah sakit.

" Rumi... Sayang ! " Shahnaz segera membuka tirai yang menutup kamar rawat sang anak.

Ia melihat Arumi tengah berbaring dengan kepala terbalut perban. Tangannya terlihat saling bertaut.

" Mama... " panggil Arumi lega saat melihat keberadaan Shahnaz disana.

Takut dan cemas tergambar di raut wajah Arumi yang terlihat sembab. Mungkin dia menangis karena shock akibat kecelakaan yang terjadi tadi.

Shahnaz segera menghampiri Arumi kemudian memeluk sang anak.

" Alhamdulillah, kamu selamat. Tenang, sayang... Mama sama papa udah disini sekarang. Jangan takut ! "

Shahnaz mencoba menenangkan Arumi.

" Ma... Rumi udah bikin orang lain celaka, gara-gara Rumi "

Suara Arumi terdengar lirih dan bergetar. Bahkan air mata kembali membasahi wajahnya.

" Istighfar, sayang ! Astaghfirullohal adziim... "

Shahnaz membimbing Arumi untuk mengucapkan kalimat istighfar tersebut. Hingga akhirnya Arumi nampak lebih tenang setelah berkali-kali melapazkan kalimat tersebut.

Sementara Zayyan masih berada di bagian administrasi. Ia juga menanyakan nasib korban kecelakaan lainnya.

" Korban sedang dalam tindakan medis lebih lanjut. Saat ini, satu orang dewasa berada di ruang operasi. Sedangkan anaknya masih berada di ruangan di samping kamar nona Arumi " jawab perawat saat Zayyan menanyakan perihal korban kecelakaan lainnya.

Zayyan kini berjalan memasuki kamar Arumi. Ia bersyukur saat melihat kondisi Arumi tidak parah sebagaimana perkiraannya tadi.

" Papa... " ucap Arumi saat Zayyan mendekatinya.

" Tenang, sayang... Yang penting kamu baik-baik saja " Zayyan memeluk lalu mengusap kepala anak pertamanya itu dengan lembut.

" Gimana Mas, kondisi korban yang lain ? " tanya Shahnaz.

" Masih dalam perawatan, tapi anaknya katanya ada disini " ucap Zayyan sambil menunjuk ke ruang sebelah yang hanya terpisah oleh tirai.

Shahnaz dan Arumi langsung menoleh, saat Zayyan membuka tirai. Nampak seorang anak laki-laki berusia sekitar 2 tahunan tengah tertidur tanpa ada yang menunggu.

Beruntung, tidak ada luka serius pada anak tersebut. Ia hanya mendapatkan luka gores sedikit pada kening dan lengannya.

Arumi turun dari brankarnya.

" Mau kemana, sayang ? " tanya mama Shahnaz saat melihat Arumi justru turun dan berjalan sedikit tertatih menuju brankar tempat tidur anak tersebut.

" Kasihan, ma... Ini gara-gara Rumi. Kalau aja tadi Rumi gak ngebut bawa mobilnya pasti gak akan kayak gini akhirnya "

Arumi menyalahkan dirinya sendiri. Ya, seandainya saja dia tidak emosi, tentu hal ini akan bisa dihindari.

" Sudah sayang, jangan terus menyalahkan diri sendiri. Ini sudah takdir... " Shahnaz kembali berusaha menenangkan Arumi dengan mengusap pundaknya perlahan.

Ingatan Arumi kembali pada kejadian sebelum terjadinya kecelakaan.

Tadi, ia bermaksud untuk menemui sang pujaan hati karena hari ini adalah hari ulang tahunnya. Arumi membawa kue tart serta hadiah.

Sayangnya, saat ia sampai di apartemen sang kekasih. Ia mendapati jika kekasihnya tersebut tengah melamar wanita lain yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Arumi segera berlari menjauh dari apartemen Pandu dengan berlinang air mata. Ia merasa sangat bodoh karena bisa dibohongi oleh dua orang terdekatnya. Yang satu sahabatnya sendiri dan yang satunya kekasih hatinya.

Hujan deras mengguyur jalanan ibu kota saat Arumi melajukan kendaraannya dari apartemen Pandu. Maksud hati membuat kejutan untuk sang kekasih justru yang didapat adalah kejutan untuk dirinya sendiri.

Tanpa sadar Arumi menekan pedal gas membuat mobilnya melaju dengan kencang. Jalanan yang lengang, membuatnya tak berniat untuk menurunkan kecepatan mobilnya hingga akhirnya dari arah berlawanan muncul sebuah mobil yang juga meluncur dengan kecepatan tinggi.

Arumi langsung banting stir saat berhadapan dengan mobil tersebut namun naas mobil mereka sempat bersinggungan. Mobil milik Arumi berputar dan menabrak pohon besar yang berada di pinggir jalan. Sementara, mobil yang satunya terlempar dan terpental beberapa meter lalu terguling.

Untungnya, air bag mobilnya mengembang sempurna sehingga Arumi tidak mendapatkan luka serius.

...----------------...

" Saya bersedia menikah dengan anda " ucap Arumi yang kini sudah berdiri di ambang pintu.

Terlanjur hancur dunianya saat mengetahui pengkhianatan orang terdekatnya. Belum lagi ia menyebabkan orang lain ikut terseret akibat perbuatannya. Kini ia harus bertanggung jawab. Arumi tak ingin lari dari masalah. Seberat apapun ia akan menerimanya, bahkan ia harus rela menjadi istri kedua laki-laki yang terluka karenanya.

Ada apa dengan Kakiku

Arumi kini telah menempati ruang perawatan VIP karena telah pindah dari ruang igd.

Sementara anak kecil korban kecelakaan itu, ikut pula bersama Arumi karena enggan untuk dipisahkan dari Arumi. Ia menganggap jika Arumi adalah ibunya. Bahkan anak itu menyematkan kata mommy kepada Arumj.

Arumi tidak keberatan, karena ia merasa bersalah kepada anak tersebut. Keberadaan anak tersebut juga sudah diketahui oleh walinya yang saat ini berada di ruang rawat Arumi tengah berbicara serius dengan Zayyan dan Shahnaz.

Pria muda bernama Omar itu, merupakan asisten dari Malik, ayah anak tersebut yang juga merupakan korban yang terlibat kecelakaan bersama Arumi. Ayah anak tersebut masih dalam observasi setelah operasi yang dilakukan.

Mengingat saat kecelakaan, kaki Malik terhimpit badan mobil dan mengalami patah tulang. Bahkan jika ada jaringan syarafnya yang rusak maka tak tertutup kemungkinan jika Malik akan mengalami kelumpuhan.

Zayyan turut berduka atas apa yang menimpa pada Malik. Atas nama sang anak, Zayyan meminta maaf kepada Omar dan juga mengatakan jika ia akan bertanggung jawab penuh untuk perawatan Malik.

Omar mengangguk, ia menyambut baik maksud dari Zayyan. Hanya saja, untuk saat ini ia belum bisa memutuskan apapun mengingat sang tuan masih belum sadar.

Omar pun akhirnya pamit kepada Zayyan dan Shahnaz, sesaat ia melirik ke arah Arumi yang sedang bermain bersama Attar. Gadis muda itu, tampak sangat lembut dan penuh kasih sayang. Pantas saja, Attar tak ingin jauh darinya. Bocah kecil itu, nampaknya sudah jatuh hati kepada Arumi.

" Tuan kecil, kita ke kamar daddy yuk ! " ajak Omar kepada Attar. Ia berjalan mendekati Attar yang berada di atas ranjang Arumi.

" No... Au mommy " ucap Attar sambil memeluk Arumi.

Sejak tadi, Attar memanggil Arumi dengan sebutan mommy. Mungkin ia pikir jika Arumi adalah ibunya.

" Tapi, Attar... Kakak ini bukan mommy Attar " ucap Omar lembut.

" Mommy... Mommy... " sahut Attar lagi. Bocah kecil itu semakin mengeratkan pelukannya kepada Arumi.

" Tidak apa, Tuan Omar. Biar saja Attar disini, saya tidak keberatan. Nanti kalau mau ketemu ayahnya, saya antar ke ruangannya " ucap Arumi sambil mengelus punggung Attar dengan lembut.

" Baiklah... Maaf kalau jadi merepotkan anda. Kalau begitu saya permisi ! " ucap Omar berpamitan.

Arumi menganggukkan kepalanya kepada Omar dengan senyum tipis sebelum kembali mengalihkan perhatiannya kepada Attar.

Sepertinya bukan hanya Attar yang jatuh hati. Omar pun kemungkinan tertarik kepada Arumi.

Siapa yang tidak tertarik dengan gadis yang cantik dan lembut seperti Arumi ? Mungkin hanya kekasihnya saja yang bodoh sehingga bisa berpaling dari Arumi.

Omar telah sampai di ruang perawatan Malik.Tepat beberapa saat setelah dirinya masuk, Malik akhirnya sadar.

" Anda sudah sadar Tuan. Syukurlah " ucap Omar terlihat begitu lega.

" Dimana Attar ? "

Pertanyaan pertama yang dilontarkan Malik adalah keberadaan putranya. Ia bertanya dengan suara yang lemah.

" Tuan muda Attar berada di ruang perawatan Nona Arumi " jawab Omar jujur.

Malik mengerutkan keningnya, kepala dan tubuhnya masih terasa berat. Ia memegangi kepalanya yang dililit oleh perban.

" Arumi ? Siapa itu Arumi ? " tanya Malik penasaran karena ia tak merasa mengenal seseorang yang bernama Arumi.

Omar menghela nafasnya,

" Nona Arumi adalah gadis yang terlibat kecelakaan dengan anda, Tuan. Sejak sadar, Tuan muda Attar terus menempel kepadanya, ia berpikir jika Nina Arumi adalah ibunya " jawab Omar apa adanya.

Malik memejamkan matanya, lalu kemudian membuka paksa matanya kembali.

" Lalu bagaimana dengan Alea ? Apa dia jadi berangkat ? " selidik Malik.

" Maaf Tuan... Nyonya Alea sudah pergi saat kami sampai di bandara. Bahkan sampai saat ini, kami masih kesulitan untuk menghubunginya " jelas Omar sesuai keadaan yang sebenarnya.

" Rupanya dia benar-benar pergi " gumam Malik geram sendiri.

" Jadi dia belum tahu apa yang menimpaku dan Attar ? " tanya Malik geram.

" Belum Tuan. Maafkan kami, tapi secepatnya kami akan segera mencari keberadaan Nyonya Alea " ucap Omar tanggap.

Malik mengepalkan tangannya. Ia merasa kesal dengan perbuatan sang istri yang lebih mementingkan karir modellingnya dengan meninggalkan dirinya dan Attar.

Malik mengingat kembali, kejadian tadi saat ia bermaksud mengejar Alea untuk mencegahnya pergi.

Malik yang baru saja kembali dari luar kota untuk urusan bisnis, tiba-tiba dikejutkan saat membaca surat yang ditulis sang istri yang mengatakan bahwa dirinya akan memulai kembali karir modellingnya di Italia karena telah mendapatkan kontrak selama 1 tahun.

Malik langsung bergegas menuju kendaraannya, tak peduli jika raganya masih letih karena baru saja tiba. Malik juga membawa serta Attar, berharap agar Alea bisa membatalkan niatnya setelah melihat Attar yang masih butuh perhatian dari sang ibu.

" Anda mau kemana Tuan ? " tanya Omar saat berpapasan dengan Malik yang justru menuju mobil.

" Aku akan menyusul Alea ke bandara " jawab Malik, ia berjalan melewati Omar dengan tergesa.

" Biar saya antar Tuan. Anda tentu masih lelah, selain itu saat ini tengah turun hujan deras... "

" Aku akan pergi sendiri bersama Attar. Aku harus mencegah Alea untuk berangkat dengan tanganku sendiri " potong Malik lalu ia masuk ke dalam mobilnya.

Sebelumnya Malik meletakkan Attar pada car seat di jok belakang mobil dan memastikan sang anak aman berkendara dengannya. Setelahnya barulah Malik menjalankan mobilnya.

Malik mengendarai kendaraannya dengan cepat, ia juga berusaha menghubungi sang istri. Dan akhirnya berhasil, Alea mengangkat panggilan darinya.

" Kau dimana Alea ? " tanya Malik langsung.

" Aku sudah di bandara dan aku akan segera berangkat " jawab Alea.

" Batalkan rencanamu itu ! " seru Malik.

" Tapi aku sudah menandatangani kontraknya, dan jika membatalkannya aku harus membayar penalti dua kali lipat dari nilai kontrak "

" Aku akan membayarnya meskipun itu sepuluh kali lipat. Aku minta kau batalkan niatmu itu ! " desak Malik sambil terus menekan pedal gas.

" Ini mimpiku, kau tahu betul tentang itu. Dengar Malik, aku sudah mengalah selama ini untuk diam di rumah, melahirkan dan merawat Attar. Ku mohon untuk kali ini saja, biarkan aku meraih mimpiku. Ini kesempatan besar dan aku tak akan melepaskannya " bantah Alea.

" Lalu, bagaimana dengan Attar ? Kau tega meninggalkan anak kandungmu ? Demi Tuhan, Attar masih terlalu kecil untuk kau tinggalkan Alea " balas Malik.

" Kau kan bisa meminta orang untuk merawatnya. Bahkan ada banyak pengasuh di rumah. Aku tidak pergi lama, hanya 1 tahun dan aku akan kembali lagi " sahut Alea santai.

" Satu tahun tidak lama kau bilang ? Kau gila Alea ! " geram Malik.

" Sudah ya, aku harus segera check in. Baik-baik bersama Attar " ucap Alea kemudian memutus panggilan sepihak.

" Sial ! " pekik Malik.

Ia terus berusaha menghubungi Alea, namun ponsel sang istri sepertinya sudah dinonaktifkan. Malik memukul kemudi mobilnya lalu melihat Attar yang malah tertidur pada car seat di jok belakang mobilnya.

Malik mempercepat laju mobilnya, ia melawan derasnya hujan agar segera sampai di bandara.

Namun nahas, dari arah berlawanan tak diduga ada sebuah kendaraan yang juga melaju cepat. Malik berusaha menghindar dengan menginjak pedal rem dan membanting kemudi. Akan tetapi, entah mengapa remnya tak berfungsi sehingga membuatnya bersenggolan dan mobilnya terlempar, lalu terpental dan terguling.

Malik tak lagi mengingat apapun, sampai akhirnya ia bangun dan sudah berada di ruang rawat tersebut.

Malik berusaha untuk menggerakkan kakinya, sayangnya ia tak bisa merasakan apapun.

Ada apa dengan kakiku ? Mengapa aku tak bisa merasakan apapun ?

Paksaan Menikah

Shahnaz dan Zayyan kini berada di dalam ruangan rawat Malik. Mereka sengaja datang melihat keadaan Malik setelah mengetahui bahwa Malik telah sadar.

" Kami akan bertanggung jawab atas apa yang menimpa anda Tuan Malik. Selaku orang tua dari Arumi, kami memohon maaf sebesar-besarnya atas kejadian ini " ucap Zayyan. Ia mengatakannya dengan penuh rasa bersalah, seolah mewakili apa yang dirasakan sang anak.

" Dengan apa kalian akan bertanggung jawab ? " tanya Malik dengan sorot mata dingin.

Zayyan saling berpandangan dengan sang istri.

" Kami akan membiayai seluruh biaya pengobatan anda dan anak anda hingga kalian berdua benar-benar dinyatakan sembuh " ucap Zayyan yakin.

" Kalian pikir aku tidak bisa membiayai perawatanku sendiri ? " tukas Malik dengan nada remeh.

Zayyan menghirup nafasnya dalam-dalam. Sebagai seorang pengusaha, tentu saja Zayyan mengenal Malik Al Rasyid. Seorang pengusaha muda yang sangat sukses. Bahkan perusahaan milik Malik merupakan perusahaan terbesar kedua saat ini. Tentunya, masalah keuangan bukanlah hal sulit baginya.

" Maaf Tuan Malik, saya sadar jika anda dapat membiayai perawatan anda sendiri bahkan mungkin jauh lebih baik dari perawatan yang akan kami berikan. Hanya saja ini merupakan bentuk tanggung jawab kami kepada anda " ucap Zayyan.

Zayyan harus berhati-hati dalam menempatkan kata karena ia tahu dengan siapa saat ini ia berhadapan.

" Aku tidak perlu tanggung jawab untuk biaya perawatanku. Aku menginginkan tanggung jawab dalam bentuk yang lain " ucap Malik setelah sebelumnya terdiam.

" Maksud anda ? Tanggung jawab seperti apa yang anda inginkan ? " tanya Zayyan penasaran.

" Saat kecelakaan itu terjadi, aku tengah menyusul istriku agar ia tidak pergi meninggalkanku dan anak kami. Namun karena kecelakaan ini, akhirnya aku kehilangan istriku. Tak hanya itu saja saat ini kakiku juga tidak bisa digunakan untuk berjalan. Lalu kalian hanya akan bertanggung jawab untuk pengobatanku saja ? Aku rasa itu tak sebanding dengan apa yang menimpaku dan anakku " jawab Malik menatap dengan tatapan tajam.

" Jika anda menginginkan kami merawat anak anda juga, kami akan melakukannya. Kami akan membiayai perawat untuk anda dan pengasuh untuk anak anda hingga istri anda kembali " sahut Zayyan.

Malik tersenyum sinis mendengar jawaban dari Zayyan.

" Apakah seorang perawat bisa menggantikan peran seorang istri dan pengasuh bisa menggantikan peran seorang ibu ? " telak Malik.

Dan jawaban Malik itu membuat Shahnaz membulatkan matanya.

" Maksud anda, anda ingin menjadikan Arumi sebagai istri anda ? " tanya Shahnaz langsung dengan nada suara yang bergetar.

" Benar sekali. Aku menginginkan anak anda untuk menikah denganku sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatannya yang menyebabkan keadaanku sampai seperti ini " tegas Malik menyorot Shahnaz dan Zayyan yang cukup terkejut mendengar permintaan Malik.

Shahnaz menatap Zayyan sambil menggeleng pelan.

" Maaf, Tuan Malik. Kami tidak bisa memenuhi permintaan anda. Arumi masih menempuh pendidikannya, selain itu usianya masih 22 tahun. Ia masih terlalu muda, belum siap untuk menikah. Apalagi anda juga masih memiliki seorang istri. Saya tidak akan membuat nama anak saya buruk karena menjadi istri kedua dan orang ketiga dalam rumah tangga anda " tolak Shahnaz.

Malik menajamkan pandangannya, ia tak suka mendengar penolakan. Dan ia akan melakukan cara apapun agar tujuannya berhasil.

" Jadi anda menolaknya ? Seharusnya anda berbangga diri, diluar sana banyak yang menginginkan untuk menjadi wanita simpanan saya bahkan tanpa ikatan pernikahan tapi saya menolaknya. Saya menawarkan anak anda untuk menjadi istri saya secara sah meskipun hanya menjadi istri kedua " tukas Malik merasa tak terima dengan penolakan yang diberikan.

" Maaf Tuan Malik, yang diucapkan istri saya benar. Jika anda menginginkan seorang istri, kami akan mencarikan calon istri untuk anda tapi tidak dengan anak kami " tambah Zayyan yang semakin membuat Malik kesal.

" Aku sudah memutuskannya, aku hanya ingin agar anak kalian bertanggung jawab kepadaku dengan menjadi istriku. Jika kalian menolaknya, aku akan menuntut anak kalian dengan pasal berlapis. Percayalah, kalian akan lebih menderita karena melihatnya berada di balik jeruji besi karena aku tidak akan memilih jalan damai " ancam Malik yang tentu saja membuat Zayyan dan Shahnaz bergeming.

" Ah, aku akan memberikan kalian penawaran lainnya. Aku akan berdamai dengan syarat kalian harus memberikan 50% saham perusahaan yang kalian miliki kepadaku. Bagaimana ? " tanya Malik terus menekan Zayyan dan Shahnaz.

Wajah Zayyan memias, apa yang disampaikan oleh Malik semuanya bukanlah pilihan yang baik. Tapi, untuk melawan Malik pun, mereka tak punya kuasa lebih. Kendati mereka bisa memakai jasa Akbar sebagai pengacara kondang, tetap saja tak dapat mengalahkan kuasa yang dimiliki oleh Zayyan.

" Aku beri kalian waktu satu hari untuk memikirkannya. Dan aku harap besok kalian sudah memberikan jawabannya " seru Malik.

" Omar, antarkan mereka keluar dari sini ! " titah Malik kepada sang asisten.

" Maaf Tuan, Nyonya... Silakan " seru Omar sambil menuju pintu.

Namun tiba-tiba, Arumi masuk sambil menggendong Attar. Pipinya terlihat basah, ia menatap ke arah sang ayah dan ibu yang terlihat lesu.

" Aku bersedia menikah dengan anda Tuan. Tolong jangan libatkan orang tuaku, karena disini akulah yang sepenuhnya bersalah dan aku akan bertanggung jawab atas semua kesalahanku " ucap Arumi yang tentu saja membuat semua orang di ruangan itu terhenyak mendengarnya.

" Rumi... Apa yang kau bicarakan, sayang ? " tanya Shahnaz sambil berjalan mendekati Arumi.

" Ini semua salah Rumi, Ma... Biar Rumi menanggung semuanya. Papa dan mama selalu bilang jika berani berbuat berarti harus berani bertanggung jawab. Dan Rumi sekarang harus melakukannya " jawab Arumi dengan air mata berlinang di pipinya.

Arumi tadi memang berniat menyusul kedua orang tuanya ke ruang perawatan Malik. Ia juga membawa Attar, karena bocah tampan itu ingin menemui daddynya.

Di luar ruangan, Arumi tergugu saat mendengar orang tuanya adu mulut dengan Malik. Sungguh, Arumi merasa sangat bersalah. Tak hanya kepada kedua orang tuanya, tetapi kepada Malik dan juga Attar.

Jika saja kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin Malik bisa menyusul sang istri sehingga ia tidak perlu menderita lumpuh dan kehilangan istrinya. Attar pun tentunya akan berada dalam dekapan hangat sang ibu.

Sungguh Arumi merasa sangat bersalah dan menurutnya apa yang diminta oleh Malik adalah hal yang wajar.

Shahnaz menangkup pipi sang anak untuk melihat kebenaran dalam tatapan Arumi.

" Tapi, Rumi... Mama yakin akan ada jalan lain... "

" Tidak apa, Ma... Rumi ikhlas melakukannya. Rumi yakin semua akan baik-baik saja " sela Arumi memaksakan diri untuk tersenyum.

Shahnaz memeluk putri pertamanya itu, entah apa yang saat ini terjadi. Yang jelas ia hanya berharap jika ini merupakan salah satu bentuk ujian dari sang maha kuasa untuk lebih meningkatkan derajat mereka.

Sementara Zayyan hanya terpaku, ia tak menyangka akan melepas putri pertamanya itu secepat ini akibat kejadian yang tak pernah direncanakan sama sekali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!