Di pagi yang sangat dingin, dan suasana pun sangat sepi. seorang anak laki laki berusia 10 tahun masih tidur nyenyak di bawah selimut. Padahal jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi.
Lalu, terdengar suara pintu terbuka. Seorang wanita cantik masuk ke dalam kamar. Dengan pelan dan lembut, si wanita membangunkan anak laki laki itu.
Anak laki laki itu pun bangun dan langsung masuk ke kamar mandi.
"Boy ... Baju sudah Mamih siapkan. Mamih mau ke dapur untuk siapkan sarapan dulu, ok."
"Ok Mamih."
Adira Larasati. Wanita berumur 33 tahun yang masih terlihat cantik. Dia adalah wanita yang kuat dan mandiri. Dira seorang ibu dari satu anak. Tapi status Dira belum menikah.
Dira dan anaknya yang bernama boy, tinggal di luar negri. Dira bekerja di sebuah perusahaan ternama. Sedang Boy seorang siswa SD dan baru kelas 4.
Keduanya hanya tinggal berdua saja. Dulu ada Om Dira yang selalu menemani Dira dan Boy. Sampai Boy menganggap Om Dira itu papahnya. Tapi Om Dira kecelakaan dan meninggal. Makanya sekarang Dira hanya tinggal bersama Boy saja.
Orang tua Dira di Indonesia. Setahun sekali orang tua Dira akan datang berkunjung, untuk menengok Dira dan Boy.
Sarapan sudah siap. Dira memanggil Boy di kamarnya untuk cepat bersiap dan sarapan, karena sudah siang.
"Iya, Mamih. Boy sudah siap."
"Ya sudah, ayo kita sarapan."
Keduanya sarapan bersama. Setelah sarapan, keduanya berangkat. Dira akan mengantar Boy ke sekolah. Setelah itu baru Dira akan berangkat ke tempat kerjanya.
Boy pulang sekolah ikut mobil jemputan. Dan nanti di rumah, Boy sudah terbiasa sendiri. Boy anak yang pintar dan mandiri. Karena Boy tau, Mamih nya bekerja untuk dirinya juga.
Boy tidak pernah bertanya tentang Papahnya. Karena Boy taunya Papahnya sudah meninggal.
Dira pulang kerja pukul 4 sore. Dira tidak banyak teman dan Dira juga jarang bergaul dengan laki laki. Rupanya Dira punya trauma masa lalu yang membuatnya tidak mau dekat dan berteman dengan laki laki.
"Selamat sore sayang," Dira baru saja pulang kerja, dan langsung masuk ke dalam rumah. Dira melihat anaknya yang sedang di sofa sambil tiduran tengkurap.
"Sore Mamih."
"Boy sedang apa?"
"Boy sedang isi PR."
"Oh, isi PR. Ya sudah, Mamih mau bersih bersih dulu ya," sebelum pergi, Dira mencium kening Boy, lalu mengusap kepalanya juga.
"Iya Mih."
Dira lalu masuk ke kamar dan bersih bersih. Setelah selesai bersih bersih, Dira keluar dari kamar. Dira mau memasak buat makan malam.
Dira membuka kulkas. Ternyata di dalam kulkas, bahan masakan sudah habis. Dira lalu keluar dari dapur dan mendekati anaknya.
"Sayang. Kita nanti makan malam di luar aja yah."
"Kenapa makan di luar, Mih?"
"Soalnya bahan masakan habis. Nanti kita lanjut ke supermarket belanja bahan masakan setelah makan. Gimana, mau kan?"
"Ok Mih."
Dira lalu menemani Boy mengerjakan PR . Setelah selesai, Boy dan Dira bersiap untuk pergi.
Keduanya pakai baju hangat, karena di luar sangat dingin.
Dira membawa mobilnya menuju tempat makan siap saji ayam kriuk. sampai di tempat makan, Dira memesan ayam, kentang goreng dan juga minuman.
"Enak sayang?"
"Enak Mih."
"Makan yang banyak ya. Biar Boy cepat besar."
"Iya Mih. nanti kalau Boy sudah besar, Boy yang akan bekerja cari uang. Biar Mamih ngga capek capek kerja lagi."
Dira hanya tersenyum mendengarnya. Boy sama sekali tidak pernah buat Dira sedih dan menangis.
Saat mau pergi, rupanya Boy kebelet pipis.
"Ya sudah sana Boy ke toilet dulu. Mamih tunggu sini."
"Iya Mih."
Boy pergi ke toilet cowo. Boy langsung pipis. Boy mau memasang kancing celananya, tapi Boy cukup kesusahan. Lalu ada laki laki yang mau membantunya.
"Apa adek perlu bantuan?"
(Ceritanya mereka bicaranya pakai bahasa inggris ya)
Boy melihat ke laki laki yang berdiri di depannya. Boy diam karena merasa takut. Boy jarang berinteraksi dengan orang yang tak di kenal.
"Jangan takut. Om tidak jahat kok," laki laki itu lalu berjongkok dan membantu memasang kancing celana Boy.
Setelah selesai, keduanya saling tatap. laki laki itu melihat Boy sambil tersenyum.
"Apa kamu orang Indonesia?"
"Iya. orang tua Boy, orang Indonesia."
"Wah kita sama. Senang bertemu dengan mu anak kecil."
"Boy bukan anak kecil Om. Boy sudah besar. Boy pergi dulu. Terimakasih sudah bantu."
Boy lalu keluar dari toilet cowok itu. Laki laki itu tersenyum sambil terus melihat Boy. Tapi tiba tiba laki laki itu meras sakit di dalam hatinya. Laki laki itu langsung mengusap dadanya.
"Kenapa tiba tiba sakit begini. Ada apa ini?"
"Mamih. Ayo kita pergi," Boy mendekat ke Dira
"Iya sayang."
Boy menggandeng tangan Dira. Keduanya menuju mobil di parkiran. Dira lalu membawa mobilnya menuju supermaket untuk belanja.
Semoga suka dengan cerita baruku...
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...
Hari ini hari libur. Dira ingin mengajak Boy jalan jalan. Karena sudah lama, Dira tidak mengajak Boy pergi keluar rumah.
"Kita mau pergi kemana, Mih?"
"Kalau kita ke Mal aja. gimana?"
"Emm ... Boleh."
"Ya sudah, sekarang kita siap siap ya," Boy jawab iya.
Keduanya lalu bersiap. Sekitar 10 menit, keduanya sudah siap dan langsung berangkat ke Mal. Dira membawa mobilnya dengan santai.
Sampainya di Mal, Dira mengajak Boy menuju toko mainan.
"Sayang. pilih mainan yang kamu suka. Mamih akan belikan buat kamu."
Boy terlihat senang, dan Boy langsung memilih mainan yang ingin di beli nya.
Dira menunggu Boy memilih mainan sambil duduk di kursi yang ada di toko mainan. Boy cukup lama memilih karena bingung mau pilih mainan yang mana. Dira hanya akan membelikan satu mainan, makanya Boy cukup lama memilih.
Saat sedang memilih mainan, Boy bertemu dengan laki laki yang kemarin bertemu dengannya di toilet restoran siap saji.
"Hai. Kita bertemu lagi,"sapa laki laki itu pada Boy. Boy tidak langsung menjawab karena belum ingat siapa laki laki itu.
Boy hanya menganggukkan kepala, setelah ingat siapa laki laki itu. Boy memang selalu di ingatkan Dira untuk tidak terlalu banyak bicara dengan orang yang belum di kenalnya.
"Kamu mau beli mainan?"
"Iya. Ini kan toko mainan, jadi Boy di sini untuk beli mainan."
"Oh iya, benar juga ya. jadi nama kamu Boy ?"
"Yes."
"Boy kesini sama siapa,?"
"Mamih."
"Oh, sama Mamih. Boy sudah pilih mainan yang ingin di beli belum?"
"Belum. Boy sedang bingung mau pilih antara ini dan ini," Boy sambil menunjukan dua mainan di depannya
"Kenapa ngga ambil dua duanya?"
"Mamih hanya akan belikan Boy satu mainan. Jadi Boy harus pilih salah satu."
"Ya sudah, kalau gitu Boy ambil yang ini. Biar ini Om yang belikan."
"Tidak usah. Terimakasih. Boy tidak mau menerima barang dari orang yang belum di kenal. Kalau ketahuan Mamih, Boy akan di marahi."
Boy lalu mengambil satu mainan, setelah itu Boy pun pergi. Laki laki itu melihat ke mainan yang tadi di lihat Boy. laki laki itu mengambilnya dan membawanya ke kasir.
Laki laki itu juga baru saja membeli mainan buat anaknya. Tapi mainan yang dia beli untuk anak cewek.
Boy mendekat ke Dira dan menunjukan mainan yang di belinya.
"Mamih. ayo kita ke kasir. Boy sudah pilih mainan."
"Oh, ok. Ayo kita ke kasir."
Dira dan Boy menuju kasir untuk membayarnya. Saat mau pergi, kasir memberikan satu mainan lagi pada Boy. Kasir itu bilang ada laki laki yang sudah membayarnya dan menyuruh memberikan pada Boy.
"Boy. Siapa laki laki yang di maksud Pak Kasir?"
"Boy ngga tau Mamih."
"Maaf Pak, Saya tidak mau menerimanya. Karena anak Saya tidak kenal dengan laki laki itu," Dira menolak mainan itu.
Tapi Kasih memberi tau ciri ciri laki laki itu. Dan di kantong kresek mainan juga ada keras yang sudah di tulis.
"Hai Boy. Om senang berjumpa denganmu lagi. Om belikan mainan untukmu sebagai salam kenal. sampai jumpa di lain waktu."
Dira membaca tulisan itu, dan langsung bertanya pada Boy tentang kata kata "senang berjumpa denganmu lagi" Boy pun menjelaskan pada Dira siapa laki laki itu, setelah Boy tau ternyata laki laki yang membelikan mainan itu adalah om yang tadi bicara dengannya.
Akhirnya Dira menyuruh Boy menerima mainan itu. Dira memegang kertas yang ada tulisannya itu. Rupanya Dira seperti paham dengan tulisan nya. Tapi Dira di dalam hatinya hanya bilang, tidak mungkin.
Keduanya lalu lanjut menuju restoran untuk makan siang. Saat sedang makan, Dira mengingatkan lagi kalau tidak boleh bicara sembarangan pada orang yang tidak di kenal.
"Iya Mamih. Tapi Om itu baik. Dan Om itu orang Indonesia."
"Walaupun orang Indonesia, tapi tetap harus hati hati. Ok."
"Ok, Mamih."
Seharian keduanya berjalan jalan di mal. Dira juga membeli baju untuk dirinya dan Boy. Sekitar jam 5 sore, keduanya pulang ke rumah.
Dira menyuruh Boy masuk ke kamar untuk istirahat. begitu juga dengan dirinya masuk ke kamarnya.
Boy di kamar langsung membuka mainan barunya. Boy sangat suka mainan yang di belikan laki laki yang tidak di kenalnya itu. Boy memang tadinya mau mengambil mainan itu. Tapi saat di lihat harganya cukup mahal, boy tidak jadi memilihnya.
Sedang Dira di kamar melihat ke kertas yang ada tulisan laki laki misterius itu.
"Ini seperti tulisan Dia. Tapi apa mungkin Dia. Sepertinya tidak mungkin sih. Karena di dunia ini kan banyak orang, pasti ada yang tulisan nya sama."
Dira mengambil hpnya. Lalu melihat ke galeri. Dan melihat foto lamanya.
"Pasti kalian sudah bahagia,"kata Dira pelan sambil mengusap foto di layar hp nya.
Esok harinya, Dira mengantar Boy sekolah.
"Ingat ya Sayang. Jangan bicara pada orang yang tidak di kenal."
"Iya Mamih."
"Pintar anak Mamih," sambil mengusap kepala Boy.
Baru saja setengah perjalanan, tiba tiba mobil Dira seperti mau mogok. Dira lalu menepikan mobilnya.
"Ada apa Mih?"
"Mobilnya seperti ada masalah."
Setelah menepi, mobil berhenti. Dira lalu turun dari mobil karena ingin memeriksa mesin.
Salju rupanya pas turun juga. Dira merasa kedinginan, tapi harus memeriksa mobilnya. Dira melarang Boy turun dari mobil. Karena di luar sangat dingin.
Saat Dira sedang melihat mesin mobil, terdengar suara dari belakangnya.
"Did your car break down?"(apa mobil anda mogok)
Dira menengok ke sumber suara. Dan tatapan mata Dira langsung kaget melihat siapa orang yang bertanya padanya.
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih..
Dira merasa kaget melihat laki laki yang ada di depannya. Begitu juga dengan laki laki itu.
"Di ... Dira," dengan terbata bata, laki laki itu memanggil Dira.
"Mamih cepat. Boy nanti terlambat sekolah," Boy rupanya keluar dari dalam mobil.
"I ... Iya sayang. Tunggu sebentar. Mamih periksa mobilnya dulu. Boy di dalam mobil saja ya, di luar sangat dingin," Dira menyuruh Boy masuk ke dalam mobil dulu.
Setelah Boy masuk ke dalam mobil, Dira melihat ke mesin mobilnya. Dira terlihat kikuk.
Si laki laki mendekat ke Dira. Lalu membantu Dira memeriksa mobilnya.
"Biar aku bantu."
Laki laki itu tanpa mendengar persetujuan Dira, langsung membantu memeriksa mesin mobilnya. Dira memundurkan badanya agar tidak terlalu dekat dengan si laki laki.
"Coba sekarang nyalakan mobilnya."
Dira langsung menuju kemudi dan menyalakan mobilnya. Ternyata mobil menyala.
Dira mendekati laki laki itu. "Terimakasih,"
"Sama sama."
"Dira duluan Mas. Dira harus mengantar Boy ke sekolah."
Dira mau langsung masuk ke mobil. Tapi laki laki itu menahannya.
"Dira, tunggu!"
Dira berhenti berjalan dan menengok kebelakang.
"Ada apa Mas?"
"Apa kita bisa bertemu lagi? Aku ingin mengobrol banyak dengan kamu."
"Maaf Mas, Dira ngga bisa. Kalau kita ada pertemuan kedua, baru Dira mau mengobrol dengan Mas."
Riko juga meminta no telfon Dira, tapi Dira tidak mau memberinya.
Dira langsung masuk ke dalam mobil, dan membawa mobilnya menuju sekolah Boy.
Laki laki yang bertemu Dira adalah Riko. Pria yang dulu pernah suka padanya. Tapi saat Riko sedang berusaha untuk mendapatkan hati Dira, tiba tiba Dira pergi dan tidak ada kabar. Sampai akhirnya hari ini Riko bertemu Dira kembali. Tapi sayang, Riko sekarang sudah menikah dan juga Dira saat ini sudah punya anak.
Riko masih melihat ke mobil Dira yang makin menjauh dan tidak terlihat lagi.
"Riko. Ayo kita pergi."
Riko di panggil temannya yang baru saja keluar dari minimarket. Riko berjalan menuju mobilnya dengan wajah tanpa ekspresi. Riko seperti habis lihat setan, membuat temanya bertanya ada apa.
"Kamu kenapa? Kok kaya habis lihat setan gitu."
Riko tidak menjawab, tapi langsung masuk mobil. Teman Riko pun ikut masuk mobil tanpa mendapat jawaban.
Di dalam mobil, Riko terus diam. Membuat temanya merasa penasaran karena Riko yang jadi aneh.
"Ko. Kamu tuh kenapa sih? Jangan bikin takut deh."
"Aku tadi bertemu Dira. Adira Larasati."
Teman Riko yang sedang menyetir mendengar nama Adira Larasati langsung menginjak rem mobil secara mendadak. Membuat Riko terdorong ke depan. Untung saja keduanya pakai sabuk pengaman.
Mobil yang dari belakang untungnya tidak ada. Kalau sampai ada mobil dari belakang, pasti sudah terjadi tabrakan beruntun.
"Kamu gila ya Ham!!"
Riko terlihat marah pada temanya yang tiba tiba mengerem mendadak. Teman Riko adalah Ilham. Ilham laki laki yang sangat tergila gila pada Dira sampai melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Tapi kegilaan Ilham tidak membuat Dira jadi miliknya. Dira lebih baik pergi meninggalkan Indonesia, demi menjaga perasaan sahabatnya yaitu Mega istri Ilham.
"Tadi kamu bilang apa!? Kamu habis bertemu siapa tadi?"
"Aku habis bertemu Dira."
"Apa itu Dira yang selama ini kita cari?"
"Iya. Dira yang selama ini kita cari."
"Kalau kamu bertemu dengannya, kenapa tadi kamu tidak memanggilku Ko!"
"Kamu lagi di minimarket, gimana aku memanggilmu!"
"Apa kamu tanya dimana dia tinggal?" Riko menggeleng.
"Kenapa kamu tidak bertanya di mana dia tinggal sih!"
"Aku mengajaknya mengobrol dan minta no hp nya pun, Dira tidak mau kasih Ham. Dira terlihat berbeda sekarang."
"Terlihat berbeda gimana maksud kamu?"
Sebelum Riko menjawab, dari belakang ada mobil yang menyalakan klakson. Ilham lalu membawa mobilnya ke pinggir.
"Lanjut Ko. Dira berbeda gimana?"
"Dira terlihat berisi. Dan Dira sudah punya anak."
Deg ...
"Anak. Dira sudah punya anak. bagai mana kamu tau itu anak Dira? Ceritakan dari awal kamu bertemu Ko."
"Saat aku menunggu kamu, aku melihat mobil mogok tidak jauh dari mobil kita. Aku pun ingin menolongnya. Saat aku menawarkan bantuan, wanita itu menengok dan ternyata Dira. Saat aku melihat mesin mobil Dira, keluar anak laki laki dari dalam mobil. Anak laki laki itu memanggil Dira dengan sebutan Mamih."
"Seberapa besar anak laki laki itu?"
"Emm ... Aku ngga bisa kira kira. Tapi dia sudah cukup besar dan anak itu juga memakai seragam sekolah. Sepertinya Dira mau antar anaknya sekolah deh."
"Apa kamu ingat seragam yang di pakai anak Dira?"
"Aku masih ingat Ham."
"Kita cari sekarang di internet baju seragam sekolah itu. Kita akan cari Dira lewat anaknya."
"Tapi itu sulit, Ham."
"Tidak akan sulit kalau kita ada niat."
"Lalu urusan kita gimana ini?"
"Urusan kita tunda aja dulu. Besok masih bisa kita urus."
Ilham menyuruh Riko mencari seragam baju sekolah yang di pakai anak Dira. Sedang Ilham terus berpikir tentang Dira yang sudah punya anak.
"Ya Tuhan. Apa Dira benar sudah menikah. Rasanya aku tidak ikhlas Tuhan. Semoga Dira belum menikah, dan anak itu adalah anak ku," kata Ilham dalam hatinya.
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!