NovelToon NovelToon

ROMEO & JULIET

RJ-01

...❄️❄️❄️...

Romeo Anjelo, pemuda berusia dua puluh tiga tahun dan berdarah campuran. Ibu berkebangsaan Korea dan ayah sudah jelas berasal dari Indonesia. Kenapa ia tidak memiliki nama dari marga ibunya, itu karena Romeo lahir disaat yang bersamaan dengan kepergian sang ibu. Lupakan tentang hal menyedihkan itu..!

Saat ini Romeo sedang menjalani studi dengan jurusan management bisnis di salah satu universitas ternama di California.

Romeo adalah salah satu pemuda tampan dengan pesona yang cukup memikat banyak gadis, memiliki mata sayu dan juga senyum yang sedikit misterius.

Bukan bad boy, tapi juga bukan seorang good boy. Bisa di bilang Romeo adalah pemuda yang berada di pertengahan. Ia pernah berpacaran beberapa kali dan juga menolak pernyataan cinta beberapa kali. Intinya, Romeo tidak sembarang mengencani para gadis..

Lahir dari keluarga kaya raya, dengan seorang ayah yang saat ini adalah seorang singel parent. Romeo sudah terbiasa hidup mandiri.

Yah pokonya makan dan mandi sendiri. Sejak kecil ia sudah di didik dan di ajarkan untuk bertanggung jawab dengan apapun yang ia perbuat, dalam hal kecil maupun hal besar. Seperti itulah didikan ayahnya.

Meskipun begitu, seorang Romeo tidak memiliki kebebasan penuh seperti yang orang lain pikirkan tentang dirinya yang merupakan anak dari seorang triliuner.

Hidup Romeo masih sangat bergantung dari belas kasihan sang papa, Wiratama Atmajaya.

Terkenal sebagai triliuner yang luar biasa dermawan; selain sebagai seorang pebisnis, Wiratama juga terkenal karena hobi yang dimiliki nya adalah mendirikan yayasan dan juga sekolah-sekolah sampai ke berbagai pelosok dunia.

Jika bisa, Romeo yakin papa nya juga mungkin akan mendirikan sekolah di luar planet bumi. Itulah papa nya.

Meskipun Romeo adalah putra tunggal yang nantinya akan mewarisi semua kekayaan sang Papa, namun tak membuatnya sesuka hati dalam menggunakan uang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan begitu saja. 

Jika anak-anak kaya lainnya hanya tinggal mengatakan apa yang mereka inginkan, maka berbeda dengan Romeo. Black card? mimpi. Itu hal yang mustahil bagi Romeo.

Bisa di bilang, papanya akan lebih rela jika uang yang di milikinya di berikan sebagai donasi dari pada harus di gunakan oleh Romeo untuk berkumpul bersama teman-temannya. Sangat perhitungan. Begitulah Romeo mendeskripsikan sikap orang tua itu.

Romeo bahkan tidak tahu apa arti dari semua yang di miliki nya saat ini. Hidupnya tetap bergantung dan harus sesuai dengan keinginan Wiratama.

Yang Romeo tahu, ia hanya perlu menikmati hidup dan menjalani hidupnya seperti yang papanya inginkan. Menjadi putra yang baik. Memiliki hidup yang baik. Dan kelak akan mati dan kembali di kenang sebagai orang baik pula. Terdengar membosankan bukan? tapi apa Romeo punya pilihan? tentu tidak. Ia tidak punya hak-hak istimewa seperti itu..

Seperti nya kata baik adalah kata kunci dalam keluarga mereka. Apapun itu Romeo tetap lah putra seorang Triliuner. Dan akan terus seperti itu selama mereka tidak mengalami kebangkrutan secara misterius. Romeo harap itu tidak akan terjadi. Tidak sampai ia bisa menikmati semua yang di milikinya. Ralat, dimiliki orang tua nya.

Selama ini, Romeo selalu patuh kepada Wiratama. Selain karena ia menghargai dan mengasihi papanya, Romeo juga sangat ingin hidup seperti papanya. Sukses dan juga sangat manusiawi.

Meskipun Romeo sendiri tidak tahu motifasi apa yang di miliki oleh papanya dalam menjalani hidup. Tidak satupun yang Romeo ketahui selain dari apa yang dilihatnya. Sedikit aneh memang. Bahkan menurut Romeo hubungan di antara mereka juga terbilang unik mendekati aneh.

Dan satu hal teraneh dalam hubungan mereka ialah; setiap kali Romeo memiliki permintaan maka ia harus memberikan timbal balik kepada sang papa. Dengan kata lain, mereka selalu melakukan barter. Give and take. Selalu berlaku dalam hubungan ayah dan anak tersebut.

...❄️❄️...

"Pa, minggu depan Romeo ada party sama James and clubs.'' lapor Romeo yang baru saja mendaratkan bokong nya di sofa empuk ruang kerja Wiratama. Dengan sikap santai, Romeo menunggu persetujuan dari papanya.

Wiratama melirik sejenak kemudian mendengus samar, "Party dimana?" ujarnya yang selalu ingin tahu kemana anak semata wayangnya itu akan pergi.

"Di kapal pesiar keluarga James pa. Sekitar empat sampai lima hari aja kok. Lagian minggu depan Romeo juga udah libur.'' bebernya seraya membujuk.

Romeo yakin akan mendapatkan ijin. Karena mereka sama-sama tahu, jika selama beberapa bulan ini Romeo sudah bersikap sangat baik. Ia juga sudah menuruti permintaan papanya untuk menjadi relawan selama satu bulan penuh di Zimbabwe.

Bahkan tanpa tawar menawar sedikit pun. Sekarang giliran Romeo yang meminta hak pribadinya untuk sedikit bersantai dan meluangkan waktu bersama teman-temannya.

"Kenapa harus di kapal pesiar? kalian bikin pesta apa? pesta nakal-nakalan?" kata Wiratama dengan sorot mata menuduh, dan tentu saja ia memiliki penilaian negatif akan acara tersebut. Ia tidak ingin putranya ikut terjebak.

"Apaan sih pa! biar begini-begini, Romeo tuh bersih," Romeo melakukan pembelaan dan Wiratama tahu bahwa itu benar.

"Romeo gak make apa-apa, anti bahkan. Romeo juga gak free ***. Romeo tuh cowok baik-baik pa'' tambahnya masih berusaha meyakinkan sang papa. Karena sejauh ini Romeo benar-benar pemuda yang menjaga dirinya dengan baik meskipun di tengah pergaulan yang sedikit kompleks.

"Tapi miras kan?" tuduh Wiratama yang masih tidak mau mengalah. Karena beberapa kali Wiratama mendapati putranya pulang dengan berbau alkohol.

"Apaan sih pa, kan dikit doang. Lagian Romeo tuh udah dua puluh tiga tahun, udah bukan bocah lagi, masa iya Romeo cupu. Minum dikit aja gak boleh. Romeo kan cowok tulen. Cowok pa, cowok. Gimana sih." Romeo mendengus sedikit tersinggung dengan tuduhan Wiratama.

Menurut Romeo papanya terlalu berlebihan saat menilai teman-teman nya. James adalah pria yang baik meskipun terkesan semrawut. Tapi Romeo menyukai hubungan pertemanan mereka. Hubungan yang tidak akan ia dapatkan dari kehidupan sosial ayahnya. Romeo ingin sedikit memberontak.

"Bukan masalah kamu cupu atau enggak Rom, tapi kenapa- harus- kalau bisa enggak? Papa aja yang duitnya segudang gini gak pernah tuh aneh-aneh.'' tegur Wiratama pada putra nya disertai fakta-fakta yang sudah Romeo hafal di luar nalar.

"Ya-Ya.. papa maha benar, apalah Romeo yang penuh dosa dan kesalahan ini. Romeo hanya anak kecil di mata papa. Dan akan terus seperti itu. Ya kan?'' sarkas Romeo.

Wiratama menggelengkan kepala sedikit heran. Ia hanya ingin menunjukkan jalan yang benar kepada putranya. Tapi kenapa anak muda zaman sekarang sangat sulit untuk di pahami..

"Kalau kapalnya tenggelam bagaimana?"

"Astaga Papa, gitu amat omongan nya. Tenang, Romeo bawa pelampung kok." balas Romeo masih tak ingin kalah dalam tawar-menawar tersebut.

"Jadi gimana nih pa, boleh ya? cuma lima hari kok. Gak lebih. Gak kurang. Lima hari cukup.'' bujuk Romeo lagi. Baginya lima hari bukanlah apa-apa di bandingkan menjadi relawan selama satu bulan penuh.

Wiratama melipat kedua tangannya sambil sedikit memutar kursi yang ia duduki. "Kapalnya berlayar sampai mana?" tanya Wiratama lagi.

Romeo sedikit tercengang mendengar pertanyaan aneh lainnya dari sang papa, "Ya mana Romeo tau pa. Romeo kan bukan kapten kapalnya. Mungkin disekitar pantai miami. Who know's?" Romeo menggeleng asal.

Dalam hati Romeo ingin mengumpat, tapi ia tahu tidak bisa melakukan hal tersebut apalagi di hadapan papanya.

"Oke. Papa ijinkan." Romeo tersenyum lebar. "Tapi ada syaratnya.'' ujar Wiratama memberikan tawaran seperti biasa.

Romeo mendesah berat, "Syarat lagi! kenapa sih pa harus kaya gini lagi, sekali aja coba gak usah tawar menawar. Udah kaya pedagang kain aja.'' kesal Romeo pada Wiratama.

"Tidak bisa! ikuti syarat papa maka kamu bisa pergi dengan teman-teman berandalan mu itu.'' putus Wiratama tak ingin di ganggu gugat.

"Pa, please. James bukan berandalan, cuma tampang nya aja yang kaya gitu. James itu pemuda baik.'' Romeo membela sahabatnya.

Kenapa para orang tua selalu saja memandang negatif pada semua teman-teman anak mereka. Benar-benar tidak objektif.

"Terserah!" Sahut Wiratama. Sejak dulu Wiratama memang tidak menyukai teman-teman putranya. Menurut Wiratama, James dan teman-teman nya akan menjadi pengaruh buruk bagi Romeo.

Wiratama tidak ingin putranya terjerumus dengan pergaulan para muda-mudi di sana. Karena itulah Wiratama lebih memilih mengirim Romeo kemanapun untuk menjadi relawan di bandingkan harus menghabiskan waktu luang bersama dengan teman-teman berandalannya itu.

"Ya udah apa nih syaratnya..?" tanya Romeo terpaksa mengalah. Ia tidak punya pilihan lain. Saat ini mendengar dan melakukan transaksi adalah pilihan yang tepat.

Melihat sikap Romeo, Wiratama pun menyeringai penuh kemenangan. Ia tahu bahwa ia bisa membuat Romeo selalu menuruti perkataannya. Semua ini demi masa depan putranya kelak.

"Dua minggu lagi kita akan bertemu dengan keluarga Opa Adam, kamu akan papa jodohkan dengan cucu kedua opa Adam.'' ujar Wiratama bersemangat dengan sorot mata yang tidak bisa di bantah.

Bagaikan suara letupan mercon tetangga di telinga Romeo, ini benar-benar barter yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bagaimana bisa kali ini tentang perjodohan? Romeo lebih suka di kirim ke Afrika dari pada harus menjalani sebuah pernikahan.

"What? di jodohkan..? Papa gak salah nih? yang benar aja lah pa. Masa dijodohin?" tanya Romeo, dengan bahu terkulai Romeo menaikan satu alisnya dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Tidak ada yang salah. Apa yang baru saja kamu dengar itu adalah syaratnya. Mau atau tidak silahkan putuskan sendiri.'' tutup Wiratama lagi dengan senyum samar. Cara ini selalu berhasil untuk membuat Romeo menurut padanya.

"Pa, ini tuh jaman kapan sih? masa Romeo harus dijodohin segala. Jangan anggap remeh pesona Romeo dong, gini-gini Romeo populer tau di kampus. Banyak yang ngantri buat jadi pacar Romeo. Masa iya dijodohin.'' Romeo masih kekeh dengan pendapat nya. Ia tidak bisa melakukan persyaratan seperti ini.

Wiratama mendesis, "Terserah. Pokoknya kalau kamu mau pergi party, kamu harus terima di jodohkan dengan cucu opa Adam. Itu syarat papa. Titik. Tidak ada koma, tambah, ataupun kurang. Apalagi pembagian. Tidak ada. Hanya itu. Titik."

Romeo diam sejenak. Ini bukanlah perkara yang bisa ia jawab dengan "Ya" begitu saja, " Iya. Iya. Romeo tau ini bukan jam matematika. Jadi misalkan Romeo setuju, dijodohin sampai nikah atau bisa nolak nih kalau gak cocok sama cewek pilihan papa?" sanggah Romeo kembali berpikir. Ia harus tahu sampai mana ayahnya ingin membuat nya tidak pergi ke acara sahabat nya James.

"Kamu pikir kamu yang harus menentukan semua itu? Justru kamu lah yang harus menyakinkan keluarga opa Adam agar di terima sebagai cucu menantu dalam keluarga mereka."

"Semua keputusan ada pada opa Adam dan cucunya, yang jelas kalian harus segera bertunangan setelah kalian bertemu.'' jelas Wiratama, sambil tersenyum senang namun dengan perintah yang Romeo tahu bahwa ayahnya sudah membuat rencana yang besar.

Luar biasa. Permintaan yang sungguh aneh. Romeo mengacak pelan rambut nya yang sudah tersisir rapi.

Wiratama memang memiliki kebiasaan yang unik, dengan putra nya sendiripun tak mau berbelas kasih.

Apapun itu harus mempertimbangkan untung dan rugi. Setelah permintaan ini apa lagi yang diinginkan papahnya? Apakah akte kepemilikan tanah di Mars milik Romeo?

Menikah di usia muda sungguh bukanlah impian Romeo. Bisa-bisa ia justru akan menjadi bahan lelucon para sahabatnya. Dan Romeo tentu saja tidak bisa membiarkan hal seperti Itu terjadi. Romeo tidak bisa menyetujui permintaan untuk menikah.

Lagi pula bagaimana kalau cucu opa Adam tidak seperti harapan Romeo? Oh my God! ini tentang hubungan selamanya..

...Aku harus apa..? Itu cewe tampang nya gimana lagi? bisa bikin omelette gak? Kalau aku gak setuju papa pasti bakalan marah besar. Jangan-jangan setelah ini semua jatah bulanan bakal melayang. God!...

"Oke. Romeo setuju buat tunangan sama cucu nya opa Adam. Tapi Romeo punya permintaan tambahan. Lagian syarat papa gak sebanding dengan apa yang romeo minta. Gimana?'' tawar Romeo mencoba untuk melakukan pertukaran yang lebih menarik. Jika benar ini hanya siasat papanya, maka Romeo juga akan memainkan siasat nya sendiri.

Selama ini, Romeo menginginkan sesuatu dari papanya. Walaupun Romeo sebenarnya ingin memiliki benda tersebut dengan usaha kerja kerasnya sendiri, tapi apa salahnya mencoba peruntungan lain, kenapa tidak sekalian saja ia manfaatkan kesempatan yang ada.

Wiratama menautkan kedua alisnya, "Apa permintaan mu?" tanya sang ayah memberikan perhatian lebih pada permintaan putranya.

Wiratama akan sedikit melonggarkan tawar- menawar kali ini. Ia ingin tahu Sampai dimana putra nya bisa mengambil kebijakan. Dengan begitu Wiratama akan tahu bagaimana harus bersikap nanti.

"Romeo mau Ferrari keluaran terbaru Pa. Romeo juga mau liburan keliling dunia selama dua bulan pakai uang papa. Gak ada permintaan tambahan. Dan Romeo juga gak mau lagi jadi relawan papa. Gimana, papa setuju?"

Ini adalah satu-satunya trik yang akan Romeo gunakan untuk membuat papa nya berpikir ulang tentang perjodohan tersebut. Romeo tersenyum samar. Ia memang jenius.

Romeo sangat yakin jika papa nya akan menolak dan mengganti syarat yang sudah di ajukan sebelumnya.

Tapi seketika Romeo mulai khawatir saat Wiratama memberikan sebuah senyuman misterius, dan perasaan Romeo menjadi sedikit waspada karenanya, "Oke, DEAL PAPA SETUJU. Asalkan kamu menerima perjodohan yang sudah papa atur untuk mu. Bagaimana?''

...OH MY GOD ROMEO...! ini namanya senjata makan tuan. Damn!...

"Pa.. ?"

"Eits. Tidak ada tawar-menawar lagi. Ingat?"

.......

.......

.......

.......

.......

...ROMEO ANJELO...

RJ-02

...❄️❄️❄️...

"JULIET DOMINIQUE!" Seru seorang wanita paruh baya, sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar cucu perempuannya. "Juliet, cepat bangun atau jangan bangun sama sekali!" seru sang nenek lagi.

"Ya oma, sebentar lagi." jawab gadis itu,- yang sebenarnya hanya dapat didengarkan oleh dirinya sendiri. Alih-alih segera bangun Juliet justru semakin menutup tubuhnya dengan selimut.

"Oma hitung sampai tiga, kalau kamu gak bangun sekarang, jangan harap mang Danang nganterin kamu ke kampus, naik ojek sana!" ancam oma dengan suara yang cukup nyaring disertai suara khas serak-serak yang terdengar seperti seorang rockstar sejati.

Bagaimana sang nenek tidak turun tangan jika cucu perempuan nya selalu saja membuat nya mengelus dada.

Sudah sejak satu jam yang lalu, para pelayan bergantian mengetuk pintu kamar Juliet, namun gadis muda itu tak juga kunjung bangun dari tidurnya.

Padahal tepat pukul 9 nanti akan diadakan ujian akhir di kampusnya.

"Aduuhh apaan sih oma, baru jam berapa juga! lagian hari ini dosen nya pada bolos oma," sahut Juliet malas.

"1...

"dosen yang satu ada kencan, terus ada yang lagi jalan-jalan sama keluarganya, terus ada juga yang.."

"2...

"yang apa lagi ya..?" gumam Juliet masih dengan mata terpejam.

"Juliet, hari ini kamu ada ujian!" Oma Dena mengetuk pintu lebih keras. "Bangun, atau kamu harus menikah besok!!" Kali ini peringatan dan juga ancaman di berikan sang oma dengan suara lebih nyaring, dan juga ketukan dua kali lebih keras dari sebelumnya. Para pelayan hanya bisa diam-diam mengamati kehebohan yang terjadi di lantai dua tersebut.

"Ujian apaan sih oma, ada-ada aja nih oma. emang nya oma dos..-

Mendengar kata Ujian, membuat Juliet segera membuka matanya. Ia merasa sangat familiar dengan kata-kata tersebut akhir-akhir ini.

Juliet tersentak, "What? ujian..? Sial!" Juliet segera bangun kemudian melihat pada jam weker Seiko miliknya yang saat ini sudah tak berdetak akibat baterei yang sudah Juliet lepas sebelumnya.

"Ommmaaa.. kok teriak-teriak nya baru sekarang sih! telat kan jadinya!" Juliet melemparkan protes sambil balas berteriak pada sang oma yang masih berdiri di depan pintu.

"Cepat buka pintunya! Apa guna nya cantik dan pintar kalau kamu selalu terlambat seperti ini?" ujar Dena meneriaki Juliet sekali lagi.

Setelah mendengar suara pancuran air mengalir, alih-alih menunggu di depan pintu, Oma Dena memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan menyiapkan sarapan bagi sang cucu yang selalu saja bermasalah dengan -waktu- tersebut.

...Perkenalkan the lead female;...

...JULIET DOMINIQUE...

usia dua puluh satu tahun, jurusan Desian Graphic. Tahun ke enam alias sebentar lagi akan segera mengikuti skripsi akhir.

...Kelebihan;...

Pintar, cantik, berbakat dan yang terpenting, Juliet dikenal sebagai gadis baik hati yang selalu dimarahi oleh dosennya.

...Alasannya;...

Dari awal perkuliahan, Juliet selalu saja menjadi langganan omelan para dosen karena dirinya yang selalu saja terlambat dikelas dalam mata kuliah apapun.

Kegarangan seorang dosen ternyata tidak juga bisa mendisiplinkan gadis tersebut, tetap saja Juliet selalu terlambat. All of day. All the time.

Tapi anehnya, meskipun kedisiplinan waktu yang dimiliki gadis itu mines tetap saja Juliet selalu mendapatkan nilai tertinggi di jurusannya.

Seperti kata pepatah, di balik kekurangan pastilah ada kelebihan. Dan itulah Juliet. Wajah cantik tidak menjamin bahwa ia adalah seorang yang sempurna.

Oh Ya, satu lagi; Juliet juga seorang gadis yatim piatu. Namun ia bukanlah anak tunggal, Juliet memiliki seorang saudari perempuan- Lily Dominique, dua puluh tujuh tahun.

Seorang wanita karier yang terbilang sukses, mapan, serta mujur dalam hal percintaan. Membuat Juliet terkadang berdecak iri pada sang kakak.

Juliet dan Lily  dibesarkan oleh Opa dan Oma nya  (Adam Dominique dan Dena Dominique) sejak keduanya masih kanak-kanak. Takdir memiliki keluarga yang utuh dan sempurna ternyata tidak menjadi bagian dalam hidup Juliet.

Meskipun begitu, Juliet tetaplah sangat bersyukur karena masih memiliki Opa dan oma yang selalu ada baginya kapanpun dan di manapun. Bahkan bagi Juliet opa dan Oma nya sudah lebih dari cukup.

...❄️❄️...

Lima belas menit kemudian, terdengar suara kletak-kletuk dari sepatu Juliet saat menuruni tangga. Gadis itu hanya mengenakan kemeja dengan motif piramid berwarna biru muda, di padu dengan celana jins dan juga sneaker.

Rambut dikuncir satu, tidak lupa juga ia juga membawa buku gambar berukuran besar, beserta laptop, dan juga beraneka ragam benda-benda minimalis lainnya yang bersembunyi didalam ransel.

"Oma, Opa.. Juliet pergi dulu, bye!" serunya berlari sambil melambaikan tangan dengan terburu-buru.

"Juliet Stop!" perintah sang oma dengan suara nyaring. Dengan keahlian mengerem yang sangat stabil, sedikit limbung namun berhasil berhenti ditempatnya, Juliet berhenti dengan patuh.

"Apa oma..? Juliet telat nih..!" rengek gadis itu sambil melirik pada jam tangan yang jarumnya terus bergerak.

Oma yang memang mengetahui cucunya tersebut akan terlambat sudah menyediakan bekal untuk Juliet agar bisa di makan dalam perjalanan.

"Ini kotak bekal dan juga tumbler mu. Makan ini dijalan." Oma Dena menggeleng gemas melihat cucunya. "cepss..cepss.. kapan kamu bisa tepat waktu Juliet..!" katanya dengan wajah sedikit cemberut.

Juliet yang menerima tas bekal dari oma Dena merasa terharu atas semua perhatian yang ia dapatkan saat itu.

"Eeeemmm.. oma, thinggkkuueee.. Juliet sayang omaaa..'' ucapnya dengan wajah manja dan juga mata yang sengaja ia kedip kan dengan gemas sambil memeluk sang oma.

"Sudah sana, nanti kamu terlambat. Hati-hati di jalan, dan semoga kali ini dosen mu masih berbaik hati'' ucap Oma mencium pipi Juliet.

Juliet tertawa kecil, "Oma tenang aja, dosen kali ini baik kok, paling ntar cuma diomelin dikit. Udah biasa.'' ucapnya sambil cengengesan.

"Juliet pergi ya oma..- Opa," teriaknya melirik kebelakang Oma Dena. "Opa doain Juliet ya..! Bye..'' serunya lagi dengan sura melengking.

"Bye cucu opa, semoga sukses..'' doa opa Adam dari meja makan.

"Mang Legend yuk ah cabut, Juliet telat nih!" perintah Juliet pada Danang, supir pribadi keluarga Dominique.

Ahhh.. untuk diketahui mengapa Mang Danang disebut dengan Mang Legend, alasannya adalah karena mamang supir tersebut sangat mirip dengan seorang artis tempoe doeloe, menurut Juliet. Karena itulah sejak kecil Juliet selalu memanggil Danang dengan sebutan -Mang legend.

"Hayuk atuh neng. Mamang teh sudah siap dari kemarin." jawab sang supir ngawur.

"Kemarin..? mamang gak tidur semalaman karena nungguin Juliet berangkat ke kampus?" balas Juliet dengan memperlihatkan wajah polos.

Mang Danang pun mengikuti percakapan nona mudanya dengan antusias, "Iya neng, mamang teh tidur disini sambil berdiri begini, karena kalau mamang tidur, mamang teh takut telat juga.." guyon sang supir menjawabi Juliet.

"Waaww... emmeeejjjiiinggg mang.. emeeejjiiinngg... !" Juliet bertepuk tangan dengan dramatis, Sedetik kemudian ekspresi wajah Juliet berubah drastis "Udah mang bercanda nya?"

"He'eh udah non..!" Danang membukakan pintu mobil disertai cengiran lebar.

"Yukk cusss, telat nih! gaspoll ya mang..!" seru Juliet dengan santai.

"oke,, siap neng Juliet.."

"Mang Danang udah sarapan? nih Oma bikin sandwich, mamang mau?" Juliet menawarkan bekalnya. Kepribadian Juliet memang seperti ini, karena itulah ia mudah dekat dengan siapa saja. Termasuk para pelayan dirumahnya.

"Mamang teh sudah sarapan tadi non, sama bibi-bibi yang lain. Non saja yang makan, biar semangat ujiannya." jawab Danang memperhatikan senyum dari kaca spion.

...❄️❄️...

Sesampainya di kampus, Juliet berlari dengan kecepatan angin menuju ke kelasnya. Ia sangat tahu bahwa kali ini ia akan terlambat.

Dan yang menyebalkan, kenapa ruangan ujian nya sangat jauh. Dua kali menaiki tangga, berbelok ke tikungan tajam, kemudian naik lagi satu lantai.

"Ya ampun gila banget! siapa sih yang desain ni kampus? gak ada lift apa ya? dikira ini sekolah atlet maraton!" gerutu Juliet sambil sesekali berhenti karena nafasnya tersengal-sengal akibat menaiki tangga.

Dan benar saja, saat Juliet tiba di depan pintu, kertas ujian sudah di bagikan. Seperti biasa, dengan menampilkan senyum tak bersalah dan juga tingkah konyolnya, Juliet mengetuk pintu dengan begitu santainya.

"Excusmeeeee.. Juliet here sir.!" serunya, tersenyum sambil mengigit bibir gemas. Sementara siswa lain hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Mereka sudah terbiasa menyaksikan Juliet melakukan hal tersebut.

Hah!

"Lagi-lagi sang Juliet!" ucap sang dosen. "Masuk! segera duduk dan kerjakan ujian mu!" perintah Dosen yang sudah kehabisan teguran bagi Juliet.

"Tingggkkkyyyuuuu siiirrr... "

"Setelah kamu lulus bapak doakan kamu segera bertemu dengan romeo mu, agar ada yang mengingatkan mu betapa pentingnya disiplin waktu.'' Nasihat sang dosen sambil lalu.

"Huh.. okkee siiiirrrr... " jawab Juliet, menerima sindiran tersebut. Ia tidak peduli karena Juliet sudah mendengarkan doa itu jutaan kali sering nya.

Setelah mengerjakan semua ujian, Juliet segera mengumpulkan kertas ujian lalu keluar dari dalam ruangan.

"Ssssttt... baru kelar?" tegur Randy, teman seangkatannya Juliet namun berbeda jurusan.

"Sat sut sat sut.! lo kira gue apaan, tikus? Hem, baru aja kelar. Napa..?" jawab Juliet malas.

Randy yang memang sudah mengenal bagaimana karakter Juliet hanya bisa tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Ngafe yuk, udah lama gak ngumpul nih, bareng Fela sama Anes juga kok, Yuk?" ajak Randy berjalan ke arah Juliet.

"Sebenernya gue mau, tapi gue harus ketemu opa sama kak Lily nih, jadi next time aja ya. Lain kali gue yang traktir.'' Tolak Juliet dengan alasan yang sebenarnya.

"Lah, lu yakin? sebentar aja kali." bujuk Randy lagi.

"Gak ah. Lu kan tau gimana opa. Mau lu jadi kodok." balas Juliet sambil memainkan alisnya, "Ya Udah gue duluan ya. Bye."

Setelah meninggalkan kampus, Juliet langsung menuju DOMINIQUE company diantarkan oleh mamang legend nya.

"Gimana neng ujian nya, sukses?" tanya sang supir memulai percakapan.

Percakapan-percakapan seperti ini sudah biasa mereka lakukan, alias terkadang mamang legend adalah tempat curhatnya Juliet dengan jaminan rahasia terjaga 100%.

"Ahh mamang kaya gak tau Juliet aja, ujian gitu doang mah gampang, sambil merem juga Juliet bisa jawab.'' ujarnya membanggakan kepintarannya.

"Iya neng, mamang teh kadang lupa kalau eneng teh orangnya sinius.." puji mang Legend sambil tersenyum.

"Apaan mang sinius?"

"Itu loh neng, orang-orang yang kaya temen mamang si ensten teh..'' sahut Danang.

"Genius mamang.. genius. Bukan sinius." ralat Juliet menanggapi supir nya.

"Iya neng, itu maksudnya.''

...❄️❄️...

...Tiga puluh menit kemudian.....

"Opa?" sapa Juliet yang baru saja membuka pintu ruang kerja Adam tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Ah cucu opa, sini nak, masuk. Kakak mu sebentar lagi juga akan datang.'' ujar Adam mempersilahkan Juliet masuk.

Setelah nya Adam langsung menekan dial pada telepon nya, "Tolong siapkan makan siang untuk tiga orang diruangan saya.'' perintah sang opa pada sekretarisnya.

Juliet yang sudah mendaratkan bokongnya dengan nyaman di atas sofa, mengambil beberapa majalah untuk dibaca seraya menunggu sang kakak tiba.

''Ada apa sih opa, tumben banget nyuruh Juliet kesini, mau nyuruh Juliet masuk DC ya? Juliet males opa. Juliet pengen kerja yang lain aja. Juliet pengen punya kantor sendiri. Jadi bos. Gak mau kerja di sini.'' Juliet bertanya serta menjawab sendiri pertanyaannya.

Opa Adam terkekeh sesaat sebelum menjawabi pertanyaan Juliet.

"Bukan itu sayang, ada hal lain yang harus opa katakan padamu, dan ini adalah perintah bukan permintaan.'' ujar sang opa, membuat Juliet menegakkan bahunya ngeri.

Pasalnya jika kata perintah sudah di ucapkan, layaknya mantra, maka perintah tersebut haruslah dilakukan.

Dan selama Juliet hidup, ini adalah kali ketiga Juliet mendengar kata-kata itu, namun bukan untuk dirinya, tapi untuk Lily saudarinya, dan kali ini Juliet lah yang akan menerima perintah dari opa Adam.

"Apa sih opa, Julie merinding nih! tuh lihat kan..'' ujarnya memperlihatkan bulu tangannya yang entah kenapa memang sudah berdiri.

Mungkin Juliet terlalu ngeri mendengar kata -Perintah- jika kata tersebut keluar dari mulut opa nya.

Tak lama kemudian, pintu kembali diketuk, dan Lily lah yang muncul dari sana.

"Opa,- sapa nya ramah seperti biasa, "ngapain lagi lo sampai dipanggil? telat lagi ke kampus?" sindir Lily pada adiknya.

"Apaan sih kak. Mana ada begituan." Juliet memanyunkan bibirnya malas.

"Udah..udah, Opa manggil kalian kesini, karena Opa punya perintah.'' sela Adam di depan keduanya.

Mendengar kata terlarang tersebut, Juliet dan Lily sama-sama bersikap serius.

"Apa opa?" tanya keduanya secara bersamaan.

"Dua minggu lagi, kita- tepatnya, opa, oma dan juga kamu Juliet." tunjuk opa pada Juliet, membuat wajah gadis itu semakin tegang, sementara Lily menghembuskan nafas lega. "Kita akan terbang ke California." kata Adam.

Mendengar kata California, wajah Juliet berubah santai. "Liburan Opa?" tebak Juliet senang. Ia belum tahu apa yang sedang menanti dirinya. Sebuah kejutan.

"Hem.. kurang lebih seperti itu. Di sana kita akan bertemu dengan paman Wiratama dan juga putranya, calon tunangan mu.'' jelas sang opa singkat seakan kabar itu sudah di ketahui sejak lama.

Dan apa yang di harapkan opanya, Juliet tersenyum lebar dan melompat-lompat bahagia? tentu saja mustahil.

Seketika wajah Juliet berubah ngeri karena kehilangan antusias dan juga shock seketika.

"Opa.." Juliet diam sejenak mempersiapkan diri untuk bertarung. Juliet hampir kehabisan kata-kata. Ayolah otak pintar ku. Kemana fungsi mu saat ini? "Wait opa. Juliet baru dua satu loh ini, apa maksudnya coba pake tunangan segala? Opa kan tu kalau,-

"Ini perintah JULIET DOMINIQUE!" tegas Adam kepada cucu nya. Juliet semakin ngeri. Itu artinya ia sudah tamat.

"Terus gimana dengan hak Juliet opa? Juliet juga warga negara yang baik yang punya HAM, alias hak asasi memohon untuk pembatalan rencana opa, ya kan opa? ya kan.. ya kan..?" Gadis itu berakting manja sambil memelas.

Ini tidak mungkin. Dan tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa ia harus menikah di usia nya yang masih begitu muda. Ini benar-benar mimpi buruk.

"Ney..ney.. ney.. Ini perintah Opa! Dan kewajiban mu adalah menuruti semua perkataan opa Juliet. Mengerti?"

Juliet menutup mulutnya dan jatuh lemas, "Tapi opa, inikan..?"

"Kamu akan berterimakasih jika menjadi istri pemuda itu sayang. Pemuda itu adalah pria yang baik dan dari keluarga yang baik. Hidup mu akan bahagia jika menikah dengan nya. Percaya pada opa. Hem?"

.......

.......

.......

RJ-03

...❄️❄️❄️...

...San Jose, California, 12 Am. Brasdway Hotel...

Cekrek.. Cekrek.. Suara kamera ponsel milik Juliet saat mengambil beberapa pose dirinya seraya menunggu di dalam kamar. Ia juga mengambil potret pemandangan dari luar hotel kemudian membaginya di akun sosial media miliknya, dengan caption.

...''Di sini, bertemu dengan seseorang yang tidak diharapkan.''...

Tidak lupa Juliet juga menambahkan emoticon sedih dalam unggahannya. Yang sedang menggambarkan isi hati Juliet yang sebenarnya. Ia benar-benar merasa sedih saat ini. Hidup seakan tidak adil padanya.

Hanya dalam beberapa menit setelah mengunggah foto tersebut Juliet telah mendapatkan begitu banyak like, dan juga komentar; salah satunya;

@JulietFansdom; Kenapa di sana, jika lebih baik disini, aku mungkin akan diharapkan. komentar salah satu followersnya, tidak lupa ditambah emoticon love. 

@Rand007; Lu pergi gak bilang-bilang sih..😥

Randy juga memberikan komentar pada photo yang diunggah Juliet.

Juliet hanya bisa mendesah pasrah. Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan disini. Opa Adam melarang nya keluar dari hotel sebelum pertemuan mereka dilakukan. Juliet hanya bisa menghabiskan waktu menikmati semua fasilitas yang sudah disediakan.

Tapi bagi Juliet, saat ini yang ada dipikiran nya; dari pada menghabiskan waktu di dalam kamar dan menunggu, Juliet lebih ingin kabur dan menghindari pertemuan tersebut.

Tapi bagaimana jika opa nya marah dan mencoret nama Juliet dari daftar keluarga..? Ah, ****!

Argh! Ini tidak bisa di biarkan. Juliet ingin pergi, tapi Juliet juga merasa enggan karena tidak ingin membuat Opa nya marah, terlebih lagi, Juliet tidak ingin membuat oma nya merasa kecewa jika Juliet melakukan sesuatu yang salah.

Juliet ingin kedua orang itu bahagia. Tapi apakah sepadan dengan mengorbankan hidupnya?

Juliet benar-benar tidak ingin bertemu dengan pria itu, calon tunangannya. Juliet berharap jika ia akan mendapatkan kecelakaan saat keluar dari kamarnya nanti. Apapun boleh asalkan jangan menikah. Juliet tidak ingin melakukan itu.

"Apa aku kabur aja?" Juliet berwajah masam. Ia ingin menangis, tapi ditahan. Juliet tidak ingin kembali mengambil alat riasnya.

"Coba aja kalau Oma ada disini. Setidaknya Juliet kan bisa meluk Oma." Juliet kembali mengasihani diri sendiri.

...❄️❄️...

Tanpa terasa waktu pun berjalan dengan begitu cepat. Pukul tujuh malam, Opa Adam sudah menghubungi Juliet.

Adam mengatakan jika Uncle Wiratama dan juga putranya, yang tidak lain adalah calon tunangan Juliet sudah tiba di hotel dan saat ini mereka telah menunggu di restoran. Karena itulah Opa meminta Juliet untuk segera bersiap-siap. 

Tak ingin membuat opa nya menunggu lama, Juliet hanya mengenakan pakaian formal yang ia siapkan di dalam koper. Dengan dandanan sederhana, Juliet keluar dari dalam kamarnya untuk menemui Opa Adam yang sudah menunggu nya di private room.

"Opa, apa Juliet terlalu lama?" Juliet mengaitkan tangannya ke sisi dalam tangan Adam, keduanya kini sedang melangkah menuju ke restoran, "Tidak sayang. Ayo!"

Salah satu hal yang membuat Juliet sering bertanya-tanya. Mengapa orang-orang selalu memilih restoran atau Cafe sebagai tempat pertemuan untuk acara seperti ini.

Apakah dengan makan membuat suasana dapat terasa lebih baik? padahal bagi Juliet sama saja. Bisa-bisa Juliet akan memuntahkan isi perutnya. Sangat mengherankan.

Tapi apapun itu, Juliet berharap, semoga saja calon tunangan nya bukanlah termasuk pria menyebalkan dan juga arogan. Juliet membenci tipe pria seperti itu. Sangat membencinya.

''Kau akan menyukai calon suamimu. Romeo adalah pemuda yang baik.'' ujar Opa menenangkan Juliet. Seakan-akan tahu akan kegelisahan di hati cucu nya tersebut. Andai saja opanya mengerti bahwa Juliet sangat tidak menginginkan perjodohan ini terjadi.

"Ayo kita temui Romeo dan calon ayah mertua mu." Juliet mengerutkan keningnya;

What..? nama nya Romeo? dan aku Juliet. ini mau bikin film atau apa sih? Apa benar ada kebetulan seperti ini di dunia?

Sesampainya di depan pintu menuju ke dalam restoran, seorang pelayan telah menunggu keduanya.

''Tuan Adam? mari saya antar ke meja anda.'' sambut pelayan itu dengan sopan. 

Juliet mengedarkan pandangannya, mencari-cari sosok yang akan segera ia temui. Pelayan itu langsung mengarahkan mereka pada satu meja yang telah di duduki oleh dua orang pria, yang Juliet yakini salah satunya adalah Romeo, laki-laki yang akan di jodohkan dengan dirinya. 

''Disini meja anda, tuan.'' ujar pelayan tersebut, membuat Wiratama dan Juga Romeo menyadari kehadiran keduanya.

''Selamat malam tuan Adam, selamat datang.. '' sambut Wiratama mengulurkan tangannya. Sementara itu Romeo, pemuda itu juga menyambut mereka dengan ramah. 

Karena mereka sama-sama bisa menggunakan bahasa Indonesia pembicaraan mereka pun berlangsung dengan nyaman.

Juliet meneliti sesaat, tidak ada yang salah dengan penampilan pemuda itu; style nya rapi dan juga modis sesuai dengan usianya.

Wajahnya juga tidak mengecewakan, dan juga; Juliet memicingkan matanya, tunggu dulu, apa laki-laki itu baru saja mengedipkan matanya? Cih. Dasar hidung belang!

''Ini cucu anda Juliet?" Wiratama tersenyum kepada Juliet. "Wah senang sekali melihat mu nak.- perkenalkan putra uncle, Romeo.'' Wiratama memperkenalkan keduanya.

Wiratama merasa senang karena bertemu dengan calon menantunya. Gadis cantik dan juga menggemaskan seperti Juliet.

Juliet tersenyum canggung; Senang? kenapa harus merasa senang? bagaimana dengan perasaan ku? apa kalian tidak memikirkan nya?

''Selamat malam uncle, senang bertemu dengan uncle juga.'' balas Juliet mengulurkan tangannya,- 

''Dan kau juga,- tambah Juliet sinis saat melihat pada Romeo. 

laki-laki itu tidak seperti yang Juliet pikirkan. Romeo terkesan sangat mencurigakan di balik senyuman nya yang terlihat ramah. Juliet cukup tahu tipe pria seperti ini. Seperti tokoh playboy dalam drama favorit nya. Sial.

Setelah selesai menikmati makan malam, Wiratama dan juga Opa Adam meninggalkan keduanya dengan dalih ingin memberikan waktu agar Juliet dan Romeo bisa bicara.

Dengan begitu Opa Adam serta Wiratama berharap kedua anak muda itu bisa lebih leluasa dan dapat saling mengenal lebih jauh. 

...❄️❄️❄️...

''Hei kau, apa kau sedang menghubungi pacarmu?'' tegur Romeo yang sejak tadi mengamati Juliet yang terus memainkan ponsel di tangannya. Juliet ingin mengabaikan Romeo. Tapi kenapa pria itu harus menegurnya? dasar.

''Apa urusan nya dengan mu?" balas Juliet tak ingin menghiraukan Romeo. Ia berharap sikap dingin nya akan membuat Romeo menyerah.

''Dengar," Romeo mengubah sikap santai nya, menjadi lebih serius. ''Hei, aku bicara padamu. Aku sudah menyetujui perjodohan ini dengan papa ku."

"Aku sudah menandatangani perjanjiannya, jadi kuharap kau tidak bertingkah dan merusak semua rencana ku.'' kata Romeo menatap Juliet dengan tegas. Juliet mendengar perkataan Romeo seperti perintah untuk nya. Beraninya pria ini!

Juliet menatap Romeo sinis. "Aku sudah mengatakan Ya dalam perjanjian ku. Aku harap kau bisa bekerja sama dengan ku." ujar Romeo membuat sebuah permintaan seperti yang selama dilakukan dengan papanya.

Rencana..? Jadi menikahi ku adalah rencana bagimu? Bukannya kau menyapa ku dengan ramah, kau malah langsung mendikte ku. Dasar tidak sopan!

Juliet mengerutkan kening nya menatap sinis pada Romeo; sekali lagi. Itu adalah hal yang pasti akan Juliet lakukan. Ia tidak boleh lengah dan diperdaya oleh sebuah kesepakatan.

''Apa peduli ku dengan perjanjian mu? siapa yang meminta mu untuk menyetujui perjodohan ini?" jawab Juliet yang merasa kesal dengan sikap Romeo yang ternyata mulai menyebalkan.

''Ini bukan tentang aku mau atau tidak. Meskipun aku atau kamu yang menolaknya, itu tidak akan mengubah apapun, kita tetap akan menikah pada akhirnya."

"Dan aku tidak ingin kamu merusak rencana ku. Lagi pula kamu tidak akan rugi menikahi ku. Aku adalah satu-satunya putra ayahku. Kamu akan hidup berkecukupan dan apapun yang kamu inginkan akan ku penuhi, dengan syarat kau jangan mengganggu hidupku dan tidak ikut campur dalam urusan ku. Apapun itu. Mengerti!'' Romeo menatap Juliet dengan tatapan mengingatkan. Ia sudah biasa dengan penyelesaian seperti ini. Tentu saja Give and take selalu berlaku.

"Menyebalkan!"- Juliet meletakan ponselnya kemudian kembali melayangkan tatapan nyalang kepada Romeo. "Jangan memerintah ku dan jangan melihatku seperti itu tuan Arogan!" peringat Juliet membalas Romeo.

Berani sekali pria ini memerintah dirinya seperti ini. Apa dia pikir dunia ini hanya berpusat pada dirinya? sombong sekali! Juliet harus berpikir jernih. Ini tentang hidupnya. Masa depan nya.

Pembicaraan mereka tidak akan berhasil jika mereka terus seperti ini. Pria di hadapannya sama keras nya dengan opa maupun dirinya. Sial. Kenapa ia harus bertemu dengan pria yang setipe dengan dirinya.

Juliet mencoba untuk menenangkan diri; kemudian kembali bicara pada pria yang akan ia nikahi. Tapi semoga saja tidak.

''Katakan padaku apa yang uncle berikan sebagai imbalan agar kamu mau menikahi ku?" tanya Juliet yang merasa penasaran dengan kata-kata Romeo sebelum nya.

Jika ingin pernikahan ini berhasil mereka harus bekerja sama. Dan Juliet sudah memutuskan untuk tidak mengecewakan opanya. Dengan catatan, biarlah pria itu yang melakukan nya. Dan Juliet hanya akan memainkan peran figuran.

''Ya adalah pokoknya." Romeo mengubah posisi duduknya. Lalu mengubah bahasa nya menjadi lebih santai. Ia tahu Juliet lebih muda dari dirinya, dan seperti gadis itu juga bukan gadis yang kaku.

Juliet mengerutkan dahi karena Romeo bersikap misterius, dan sengaja tidak ingin memberitahukan rencananya pada Juliet, padahal mereka berada pada posisi yang sama.

Juliet menghentak meja pelan kemudian melipat kedua tangannya di dada; "Curang banget sih lo, yang nikahkan bukan cuma lo, masa lo doang yang dapet imbalan, lah terus gue gimana? lagian nih ya, kalau gue minta sama opa buat batalin perjodohan ini, lo pikir opa gak bakal nolak? heh!'' pancing Juliet, meskipun sejujurnya, Juliet sudah tak punya jalan keluar selain mengatakan -Ya- pada Opa nya. 

Astaga.

Juliet menutup rapat kedua mulutnya. Ia berharap bahwa opa Adam dan uncle Wiratama tidak mendengar suaranya barusan.

Romeo yang mendengarkan semua perkataan Juliet terdiam dan berpikir sejenak. Gadis ini bukan gadis yang mudah untuk di ajak bekerja sama.

Mau tidak mau Romeo harus mengubah rencananya; dari pada ia harus menikahi gadis yang tidak ia kenal, jika gadis di depannya ini bisa membuat pernikahan mereka di batalkan, mengapa tidak mencobanya saja.

''Kalau begitu, bagaimana kalau kamu coba bujuk opa mu, lalu kita tidak harus menikah, bukan kah itu lebih baik? Aku tahu kau juga tidak ingin menikah. Benarkan?" saran Romeo tiba-tiba membuat Juliet menjadi salah tingkah, karena sudah terperangkap dalam rencananya sendiri. 

Melihat wajah terkejut Juliet, Romeo sadar jika perkataan gadis itu hanya sebuah omong kosong. Jika bisa menolak mereka tidak akan bertemu saat ini.

''Ahh... sepertinya kata-katamu tadi hanya omong kosong!'' Romeo kembali menyandarkan tubuhnya di kursi. Bisa-bisa nya ia percaya dengan gadis yang posisinya sama dengan dirinya. Bagaimana pun mereka berusaha, pilihan akhir tetaplah harus menikah. 

''Dasar menyebalkan! sepertinya kita emang tidak punya pilihan lain. Tapi apa kita harus menikah? tidak bisa kah hanya sampai di pertunangan saja?" rengek Juliet yang kembali merasa kesal dengan situasi mereka saat ini.

''Coba saja katakan itu pada Opa mu,- karena papa sudah pasti akan menolaknya. Papa mengharapkan aku menikahi mu, yang entah dengan alasan apa telah membuatnya seperti hanya melihat mu sebagai calon terbaik untuk jadi pendamping ku. Apa kau seorang penyihir?" Romeo menatap Juliet, menyelidik. 

Juliet mendengus. Ia tak mengira jika bukan hanya keluarga nya yang kekeh pada perjodohan itu, ternyata uncle Wiratama juga menginginkan hal yang sama.

Lebih parah nya lagi, laki-laki di hadapan Juliet ini telah mengatakan Ya. Jika Juliet berusaha menolak, bukan kah ia menggali kuburan nya sendiri? 

...❄️❄️...

Setelah beberapa saat, Adam dan Wiratama kembali mendatangi keduanya, untuk menanyakan bagaimana pendapat mereka tentang perjodohan itu; 

'Hei dengar, Jika kamu setuju, maka aku akan membagi sebagian imbalan ku padamu. Hem..?" bisik Romeo pada Juliet. 

Romeo harap Juliet mau bekerja sama. Baik untuk menggagalkan ataupun menyetujui perjodohan tersebut. Yang mana saja asalkan tidak merugikan Romeo.

Gila apa ni orang, di kira nikah sama kaya transaksi jual beli, pake ada keuntungan segala! Sial banget gue ketemu ni cowok!

Romeo menyenggol pelan kaki Juliet. Seakan tahu bahwa Juliet sedang mengumpat padanya.

"Sayang, Opa ingin mendengar pendapatmu, bagaimana, apakah kamu menyukai nak Romeo?" Opa Adam tersenyum lembut pada cucunya sambil menunggu jawaban Juliet.

Hah, suka? amit-amit opa!

''Kok opa malah nanya Juliet sih, kenapa gak tanya ni orang aja dulu..'' protes Juliet menunjuk pada Romeo. Ia tidak ingin memberikan pendapatnya lebih dulu.

Setidaknya Juliet harus mempertahankan harga dirinya di depan pria menyebalkan seperti Romeo. Ia tahu bahwa apapun yang ia katakan akan menjadi senjata bagi Romeo kedepannya. Juliet tidak akan memberikan hal itu pada Romeo.

''Aku sih -Yes aja Opa, jadi terserah Juliet,-bagaimana Juliet nya aja. Juliet sangat cantik dan baik juga. Romeo akan senang memiliki istri seperti Juliet. Keputusan Romeo serahkan pada Juliet. '' Romeo melempar kembali semua keputusan pada Juliet, membuat gadis itu kembali memberengut. Seperti nya ia tidak bisa menganggap remeh seorang Romeo.

Wiratama Juga menantikan keputusan Juliet. Wiratama sangat berharap jika Juliet mau menerima putra tengilnya itu sebagai suami. Meskipun sesungguhnya ia merasa sedikit berdosa karena menempatkan gadis semanis Juliet bersama putranya yang yah... tapi mau bagaimana lagi.

Wiratama juga bukan sengaja ingin melempar tanggung jawabnya, hanya saja ia yakin, Jika Romeo menikahi Juliet, gadis itu akan bisa membuat Romeo menjadi lebih baik. Tapi Jika tidak, maka Wiratama tidak tahu gadis mana lagi yang akan cocok dengan putranya.

Juliet dalam dilema. Keputusan nya akan menyelamatkan serta membunuh nya sekaligus. Juliet harus bagaimana?

''Terserah opa aja mau nya gimana, Juliet ikut kata opa aja.'' jawab Juliet, pasrah. Ia tidak bisa melukai perasaan opanya. Juliet ingin membahagiakan mereka, walaupun itu artinya ia harus menikahi Romeo.

Dengan demikian, maka keputusan telah di buat. Wiratama dan juga Opa Adam tersenyum puas mendengar Jawaban dari Juliet.

Tidak hanya itu, Romeo juga senang melihat wajah pasrah gadis di depannya. Romeo akan membuat permainan ini menyenangkan.

''Baiklah, kalau begitu pertunangan nya akan di lakukan bulan depan, dan pernikahannya akan dilaksanakan satu bulan setelahnya.'' putus Opa Adam, membuat Romeo dan Juliet sama-sama menelan ludah. 

''Opa, Juliet masih harus siap-siap buat sidang, tahun depan aja ya nikahnya..? Romeo juga sibuk kuliah. Masa kita nikah waktu kaya gini. Ya kan?" juliet memelas, memohon kelonggaran.

Ia berharap Romeo akan membantu nya membujuk, tapi pria itu hanya diam saja. Benar-benar membuat jengkel.

''Ini perintah sayang. Kalian harus segera menikah. Nak Romeo juga setuju kok. Benarkan nak Romeo?"

"Tentu Opa. Romeo gak keberatan kok. Terserah kalian saja." Turut Romeo membuat Juliet semakin geram. Jelas-jelas pria itu mengatakan tidak ingin menikah. Tapi lihat sekarang? benar-benar licik.

...❄️❄️❄️...

Setelah makan malam berakhir, Juliet langsung kembali ke kamar nya. Dan baru saja ia hendak melepas pakaian nya, pintu kamarnya kembali di ketuk oleh seseorang;

"Kamu? ngapain disini?" tanya Juliet yang melihat Romeo berdiri di depan kamarnya. Juliet sedikit merasa ngeri. Bagaimana Pria itu bisa menemukan kamar nya di saat seperti ini?

"Mau jalan-jalan malam? anggap saja sebagai kompensasi awal dari jawaban-Ya dari mu di acara makan malam tadi." Romeo tersenyum misterius kepada Juliet. Juliet memicing heran.

"Gak usah formal banget deh. Lo gak setua itu kan?" Juliet membuka pintu kamarnya dan menarik Romeo masuk.

"What? Tua? gue?" Romeo menunjuk diri sendiri.

"Iya Lo. Masa hantu. Lo masih hidup kan?"

"Lo doa'in gue mati?"

"Ya kalau Lo mau silahkan. Gue sih bodo amat."

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!