"Berapa kali harus kukatakan padamu, menjauhlah dari hidupku dan Sean!!" Seorang wanita tampak naik pitam terhadap gadis yang tersenyum meremehkan dengan ke dua tangan yang bersedekap di dada.
"Kenapa kau menyalahkan aku, Sarah. Sean kekasihmu itu yang datang mencariku, kau tahu kenapa? Karena dia masih mencintaiku," jawab gadis itu tak kalah sengit.
Gadis yang di panggil Sarah tampak mengepalkan ke dua tangannya, wanita di hadapannya ini bernama Naya, mantan kekasih dari kekasihnya.
Semenjak kemunculan Naya ke Negara B, sara merasa hubungannya bersama Sean jadi merenggang, dan ia pikir itu semua gara-gara Naya.
Tak sekali dua kali, ia juga pernah melihat mereka jalan dan makan bersama, dan saat itu Sean mengatakan padanya kalau ia ada acara dengan clientnya.
Pembohong.
Semua itu hanya kebohongan belaka, faktanya ia melihat sendiri namun ia tak ingin membongkar kebohongan itu, ia ingin melihat sampai kapan Sean akan terus berbohong dengannya.
Merasa sudah tidak bisa di toleransi lagi, Sarah mendatangi apartemen Naya.
Puncak emosinya meluap saat sang kekasih keluar dari sana, tak menunggu lama sara langsung melabrak Naya yang masih belum sempat untuk duduk.
Dan kini kedua gadis itu tengah beradu mulut karena seorang laki-laki. Sarah melirik air minum yang sepertinya tadi bekas minuman Sean di atas meja, tanpa menunggu instruksi sara langsung menyiramkan air itu tepat ke wajah Naya.
"Plakk"
Kini sebuah tamparan keras berasal dari Naya tangannya kanannya tepat mendarat di permukaan wajah sara yang langsung memerah.
Sarah berniat juga ikut membalasnya namun dengan cepat Naya menampar pipi sara yang satu lagi, sontak sara melototkan matanya sambil memegang wajahnya yang sudah menjadi sasaran telapak tangan Naya.
"KAU!" Guman Sarah sambil menunjuk Naya tajam.
"Apa? Ingin ku tampar lagi?" tanya Naya dengan wajah angkuhnya menatap sara sengit, masih tak terima sara memecahkan vas bunga di atas meja dan mengacaukan semuanya, sedangkan Naya tangannya sudah gatal ingin menampar gadis itu lagi, belum sempat ia melakukan apa yang dipikirkannya sebuah suara langsung menghentikan keadaan tersebut.
"CUT!!!"
Suara datang daryai sudut ruangan di balik sebuah layar dengan berbagai macam jenis kamera dan berbagai peralatan yang mendukung proses syuting saat ini.
Ke dua artis yang tadi memerankan sosok Naya adalah Quen dan yang memerankan sosok Sara adalah Jessica Adhitama, mereka terlibat dalam sebuah kontrak yang sama dan berharap mereka bisa bekerja satu sama lain.
Namun fakta tentang hubungan mereka yang tak pernah akur telah melekat pada para staff di agensi mereka yaitu Star Dream Entertainment seperti saat ini Jessica mendatangi tempat yang sedang membersihkan wajahnya dan berbicara dengan asisten yang merangkap sekaligus menjadi managernya.
"Quen Putri!!" amuk Jessica dengan suara yang cukup keras.
Sedangkan yang di panggil hanya menutup mata bersikap seolah-olah tak pernah mendengar namanya di panggil apalagi oleh perempuan itu.
"Kau sengaja kan, menamparku keras seperti itu?" Tanya Jessica dengan wajah yang meluap-luap.
Quen membuka mata sambil menatap Jessica dengan sudut matanya.
"Dibagian mana aku sengaja menamparmu?" tanya Quen datar.
"Jangan berpura-pura tidak tahu, di skrip hanya tertulis jika kau hanya menamparku satu kali saja, tidak lebih!" ucap Jessica dengan suara nyaring yang mengundang perhatian para staff yang bertugas.
"Benarkah?" Olok Quen dengan wajah tanpa dosa pura-pura terkejut dan merasa bersalah dan dengan santai ia memberikan skrip yang berada di atas mejanya.
"Kau bisa membacanya sendiri kan? Lihat dan baca satu atau dua, menganggu ku saja," ujar Quen berdiri dari duduknya dan mengkode asistennya untuk segera pergi lebih tepatnya ke arah sutradara Jeno meninggalkan Jessica yang menganga membaca skrip yang tadi di berikan Quen padanya.
Di sana tertulis, memang benar Quen mendapatkan bagian menamparnya dua kali, tapi kenapa di skripnya malah berbeda, tak terima di permainkan seperti ini, Jessica langsung menghampiri Sutradara Jeno yang tengah berbicara dengan Quen.
"Sutradara Jeno, jelaskan padaku apa maksud semua ini?" tanya Jessica ca memperlihatkan skrip yang di pegangnya.
"Apa yang harus ku jelaskan padamu, Jessica?" tanya sutradara nampak bingung.
"Kenapa skripku dan Quen berbeda, di skripku hanya tertulis jika aku hanya di tampar satu kali bukan dua kali," jelas Jessica berapi-api.
Sutradara Jeno nampak berpikir sebelum akhirnya ia menjawab.
"Apa managermu belum mengganti naskahmu? Aku sudah memberinya naskah yang baru kemarin," ujar sutradara Jeno.
"Naskah baru? Kenapa aku tidak tahu?" ujar Jessica kesal.
"Kenapa kau tidak menanyakannya ke managernya mu? Bukan langsung menyalahkan orang, aku ini artis profesional, berperan seperti yang di tulis bukan menambah-nambah scene yang tak perlu," ujar Quen yang membuat Jessica sangat malu di hadapan banyak orang seperti ini, bahkan banyak yang membicarakannya.
"Ah sial, kenapa aku yang harus malu dan mendapatkan semua ini, seharusnya dia, kenapa keadaan malah menyerang ku," rutuk Jessica langsung beranjak dari sana untuk menemui managernya dan memarahinya habis-habisan untuk kejadian seperti ini.
"Aku rasa proses syuting untuk hari ini, ku rasa cukup. Kita bisa melanjutkannya kembali lusa, kau bisa pulang dan istirahat Quen, " ucap sutradara Jeno.
Quen tak menjawab, ia langsung memakai kacamata hitamnya dan managernya memasangkan jaketnya serta membawakan tasnya untuk keluar dari lokasi syuting.
"Aku yakin Jessica akan mengamuk pada managernya," ucap manager Quen yang bernama Alena wanda terlihat gembira, sedangkan gadis itu tetap fokus berjalan dengan gaya angkuhnya.
"Tentu saja itu akan terjadi Ka, gadis jahat itu harus diberi pelajaran, siapa suruh ia merusak pakaianku, dia pikir aku tidak tahu kalau dia pelakunya," jawab Quen.
Tak terasa mereka sampai di luar gedung, Quen langsung duduk di belakang dan managernya yang membawa mobil. Quen fokus dengan handphonenya.
"Jadwalku hari ini apa saja Ka?" tanya Quen meletakkan handphonenya dan bersandar untuk melepas lelah.
"Jam 2 siang nanti ada pemotretan majalah ELl, jam 4 ada jamuan sosial di king hotel yang mungkin akan selesai sekitar jam 7 malaman," jawab Alena sudah sangat hapal dengan agenda gadis itu.
Quen melirik jam tangannya, baru jam 12.10 masih ada waktu untuk dia istirahat pikirannya.
"Mau pulang ke rumah?" tanya Alena melihat dari kaca mobil.
Quen menggeleng.
"ketempat biasa saja, nanti eonni tak usah menjemputku, biar aku pergi sendiri," ujar Quen.
"Aku akan menemanimu, ingat aku asisten sekaligus managermu, jadi kemana pun kau pergi aku akan ikut," jawab Alena.
"Ka tak usah sungkan padaku, aku tahu Ka juga lelah, Ka harus istirahat apalagi dengan jadwalku akhir-akhir ini," ucap Quen.
Alena hanya tersenyum, jika mereka hanya berdua, sifat Quen akan berubah, hanya ada Quen yang sebenarnya tak ada Quen yang dikenal angkuh dan sombong seperti kata banyak orang tentang aktris muda yang satu ini.
Alena mengenal Quen semenjak 5 tahun yang lalu, cukup lama untuk saling mengenal satu sama lain. Alena sangat mengenal bagaimana pribadi seorang Quen, walaupun orang menganggap Quen orang yang sangat kasar dan menyakitkan saat berbicara semuanya tidaklah benar.
Gadis itu hanya mencoba kuat, menjaga dirinya, dari orang-orang yang berusaha menjatuhkannya, ia tak ingin diinjak, dan diremehkan bahkan untuk melukai harga dirinya, ditambah dengan bidang yang sedang ia geluti tentu banyak berbagai jenis kontra yang akan menjatuhkannya.
Sebut saja beberapa kasus yang sudah menjerat namanya diberbagai media.
Quen Fernandez terlibat percekcokan dengan lawan mainnya Nanda di sebuah restoran, ada memar di dahi Nanda, di duga jika Quen membenturkan kepala gadis itu ke sudut meja.
Jangan lupa
Like
Vote
Ulasan nya
Komen
Semua itu adalah dukungan kalian untuk membuat author semangat ngelanjutin ceritanya
Terima kasih 🙏😊
Satu Minggu kemudian, Quen Putri dipergoki berada di sebuah club malam bersama seorang pria yang di duga seorang produser yang membiayai drama yang Pernah di bintanginya.
Tak selang beberapa lama, sebuah kasus terjadi lagi, Quen terekam melontarkan kata-kata kasar pada salah seorang staff di lokasi syutingnya.
Namun dari kebanyakan kontroversi yang membawa namanya, itu semua hanyalah cara untuk menjatuhkannya, kabar kalau dia membenturkan kepala Nanda itu semua hanya kebohongan yang di lakukan Nanda, ia sudah minta maaf pada Quen atas skandal yang ia buat dengan membawa nama Quen, ia melakukan itu hanya sekedar iri.
Namun Quen tak pernah menanggapi permintaan maaf kira, belum lagi foto-foto yang mirip dirinya berada di sebuah club malam, dan itu juga murni editan, pelakunya Sudah di tangkap untuk ditindak lanjuti lebih lanjut.
Video yang tersebar saat ia melontarkan kata-kata kasar pada salah seorang staff ternyata hanya sebuah potongan video, bukan video utuh semuanya sudah di usut tuntas.
Namun imagenya di mata masyarakat tetap bertahan sebagai artis kontroversi dan angkuh, walaupun bukti dan kebenaran sudah terungkap itu tak menghilangkan pandangan khalayak padanya.
Jadi, jika sudah begini, gadis itu tak memiliki cara dan jalan lain selain menjalankan bagaimana prasangka orang terhadapnya, sederhana bukan.
Biarlah bagaimana orang lain menanggapi tentang dirinya, dia hidup untuk dirinya bukan untuk orang lain, jadi biarkan orang lain bersikap seperti kemauannya selama itu belum melampaui ambang batas toleransinya.
Tak terasa mereka sampai di sebuah taman, sebelum turun ia mengambil masker hitam dan topi hitam dari sebuah paperbag, tak lupa ia juga mengganti jaketnya dengan yang lebih dalam, begitu pun dengan sebuah ransel yang selalu ada dalam mobil managernya.
Merasa cukup aman, Quen pun membuka pintu sebelum keluar ia masih berkata.
"Ingat Ka, tak usah menjemputku nanti, akan kupastikan aku akan datang tepat waktu," ujar Quen langsung pergi berbaur dengan kebanyakan orang di sana.
Inilah tempat yang di tujunya sebuah ayunan yang terletak jauh dari taman, mungkin tak banyak orang yang tahu tempat ini, bisa saja hanya dirinya seorang yang tahu tempat ini.
Di dekat ayunan itu ada sebuah kolam kecil yang tak terawat, ditumbuhi oleh berbagai jenis teratai yang berwarna-warni, kesunyian menambah kenyamanan tempat ini, tak jarang juga banyak burung dan kupu-kupu yang berterbangan di sana.
Apakah dia seorang penyendiri?.
Jawabannya adalah tidak, dia hanyalah orang yang butuh ketenangan dan kenyamanan.
Setidaknya jika manusia tak ada yang ingin mendengar keluh kesah dan bertegur sapa denganmu, ingatlah masih ada alam yang datang memberikan ketenangan dan kenyamanan lebih dari yang kau harapkan, akan mereka sampaikan gundah gulanamu pada sang Tuhan pemberi kehidupan dan pengaturan perasaan.
Sesuai dengan janjinya, di sinilah Quen berada sekarang.
Hotel king, tempat perjamuan sosial dikalangan artis dan kelas atas.
Jessica juga turut hadir ia nampak mengenakan dress putih yang sungguh serasi dengan tubuhnya.
la terlihat akrab dengan beberapa kenalannya sesama artis, berbicara dan bercanda ria, sedangkan Quen gadis dengan dress hitam itu yang begitu mempesona dikalangan para tamu yang hadir hanya duduk di sebuah meja ditemani dengan segelas anggur yang harganya cukup membuat orang bergeming.
Banyak orang yang menatapnya kagum, tapi banyak juga yang tak Berani bicara dengannya.
"Setiap sudut hanya ada kepalsuan, penuh topeng dan sandiwara, ternyata keseringan bermain peran dampaknya juga terbawa ke dunia nyata," ucap Quen menggeleng.
la ingin keluar ntuk mencari udara segar, dan setelah itu pulang, tidur dan bekerja. Baru selangkah ia beranjak dari tempat duduknya.
Srekkk Bunyi kain robek, menghentikan langkah Quen, ia menoleh ke belakang, matanya tajam melihat gaunnya robek hampir sampai di atas lututnya.
Dan apa yang membuat Quen geram, Jessica dengan sengaja menginjak gaunnya yang sedikit berlebih menyapu lantai saat ia akan melangkah.
"Maaf, aku tak sengaja," kata Jessica menutup mulutnya memasang wajah bersalah atas apa yang ia lakukan.
Banyak orang yang melihat mereka, Quen hanya diam, sebelum ia merobek kasar gaunnya menjadi seperti rok span di atas lutut, yang membuat orang di sana, melihat aksi artis itu yang tak tanggung-tanggung.
Apalagi kakinya yang jenjang, mengundang banyak perhatian, gelas anggur yang masih setia berada ditangan kirinya kini dengan sengaja ia tumpahkan ke gaun putih yang di pakai Jessica.
"Maaf, aku juga tak sengaja," ujar Quen meniru gaya Jessica dengan sama persis dengan ekspresi yang tak kalah mengejek.
"Quen Putri! Bukankah ini sangat keterlaluan? Aku sudah minta maaf padamu, kenapa kau masih mempersalahkannya?" tanya Jessica mulai berakting.
"Apa bedanya denganku, aku sudah minta maaf padamu, kenapa kau masih mempersulitnya?" Jawab Quen yang membuat orang di sana menggeleng pelan dengan tingkahnya.
"Gaun yang ku pakai ini, kau tau jelas Jessica, ini edisi terbatas dan kau malah merusak gaunku, dan kau pikir aku bodoh, saat kau bilang tak sengaja?" gelak tawa Quen memecah keadaan yang mulai naik.
"Quen, bisakah masalah kita berdua jangan kita bahas di sini?
Tak enak bila acara ini rusak hanya karena kesalahpahaman dan persoalan sepele seperti ini?" ujar Jessica berlagak sok tau tata Krama.
"Jessica Jessica , kau tau jelas ini acara di luar syuting dan kau masih memainkan peranmu dengan buruk seperti ini? Ck, baiklah karena bagimu ini hanya masalah sepele, aku akan membuatnya gampang, aku akan mengirimkan nota pembelian gaun ini padamu, karena kita teman aku akan memberikanmu potongan harga sebanyak 50%, itung-itung untuk biaya kompensasi saja," ujar Quen tersenyum palsu kemudian berlalu pergi keluar dari acara.
Sedangkan Jessica hanya terdiam di tempatnya berdiri, rencananya berhasil untuk menambah citra buruk tentang Quen kepada para tamu acara ini, tapi ia tak juga mengingkari kata-kata yang di keluarkan Quen cukup memakan harga dirinya.
Sedangkan tak jauh dari sana, seorang pria yang berdiri di antara tamu lainnya yang dari tadi menyaksikan sedikit problema di antara artis agensinya itu, kini memilih pergi, matanya cukup panas melihat semua itu.
Banyak orang yang bersimpati dengan Jessica, menyemangatinya dan mengatakan dia harus sabar menghadapi artis sombong seperti Quen Putri, sedangkan Jessica dia tersenyum kuat seolah mengatakan ia tidak apa-apa, ini sudah terbiasa terjadi dengan kami, memang Quen lebih segalanya darinya, sedangkan dia hanya artis kecil, ucapnya merendah.
Sedangkan Quen yang dengan wajah datarnya, hanya berjalan keluar dari ballroom hotel, ia sudah menebak jika ular sanca seperti kristal akan mencari onar dengannya, dia bukanlah gadis bodoh yang akan menerima semua sandiwara Jessica yang semakin menginjak-injaknya.
Baru saja ia akan mengambil kunci mobilnya, sebuah tangan tiba-tiba saja menarik dan membawanya, dan kini mereka berada di sebuah tempat yang cukup sepi.
"Alvian, lepaskan!!!" ronta Quen merasa tangannya cukup sakit.
Ya, orang yang membawanya adalah Alvian.
"Apakah tak bisa sedikit saja, kau tak membuat ulah? Di mana-mana kau selalu membuat kekacauan, dan ujung-ujungnya citra perusahaan yang akan memburuk," sela Alvian.
"Membuat ulah? Aku? Kau percaya diri sekali mengatakannya, jelas-jelas kristal sengaja menginjak gaunku dan kau mengatakan akulah yang membuat kekacauan?" ungkap Quen tak terima.
"Bukankah Jessica sudah minta maaf, tapi kau malah mempermalukannya dengan harga gaunmu yang tak seberapa itu," ucap Alvian tanpa menyadari perubahan pada raut wajah Quen yang sudah mengeras.
"Sekali saja kau membelaku kenapa? Apa aku terlalu buruk di hadapanmu? Dan kau tidak bisa melihat kesalahan kristal sedikitpun, maaf maaf dan maaf hanya dengan kata itu semuanya akan selesai begitu saja, tidak!" ujar Quen.
"Quen berhentilah bersikap egois seperti ini, menyalahkan orang lain karena kesalahanmu sendiri," ucap Alvian tak kalah keras.
"Kau berbicara seperti ini, apa karena posisimu sebagai atasanku atau sebagai kekasihku? Biar aku tahu bagaimana cara berbicara denganmu," ucap Quen purau tangannya sudah mengepal erat.
Sedangkan Alvian hanya mengusap wajahnya kasar, tak mengucapkan apa-apa.
"Masuklah, acaranya belum selesai kan? Aku izin pulang sebelum aku malah mempermalukan agensi lagi, Jessica juga masih di dalam, dia pasti butuh dukungan terutama darimu," ucap Quen langsung pergi mengambaikan Alvian yang terus memanggilnya.
Sedangkan mata gadis itu sudah memerah ia masuk ke mobil dan memukul stir mobil berulang-ulang kali.
"Brengsek, bajingan! Kau anggap apa aku Alvian? Tak pernah sekalipun kau berniat untuk membelaku. Apa benar di matamu aku sudah terlalu buruk" ucap Quen seperti ingin menangis tapi air matanya tak jatuh, hanya ada kekecewaan dan kemarahan di dalam sana, tak lebih.
Sedangkan Jessica melihat Alvian yang kembali masuk ke dalam ballroom, dan melihat dari wajahnya dapat ia pastikan mungkin sudah terjadi perang dunia di antara sepasang kekasih itu.
Kini Quen sudah tiba di apartemennya yang cukup luas itu, mengganti gaunnya dengan piyama tidur dan mencuci muka, ia juga menonaktifkan ponselnya dan lebih memilih bergelut di dalam mimpi yang setidaknya ia merasa tak di kasihani di sana.
Sora pagi-pagi sudah sampai di apartemen gadis itu, menyiapkan serapan untuknya. Hari ini ada jadwal syuting sekitar jam 9 pagi, makanya ia harus turun tangan sendiri membangunkan Quen , apalagi dengan ponselnya yang tidak aktif dari semalam.
Quen keluar dari kamarnya, dengan wajah yang begitu fresh selesai habis mandi, rambutnya belum ia sisir, ia hanya menggunakan baju kaos putih berukuran besar yang menutupi hingga atas lututnya.
"Ayo sarapan!" ajak Alena sambil mengambilkan Quen roti beserta selai strawberry ia juga meletakkan segelas susu hangat.
Quen mengigit potongan roti itu sedikit demi sedikit.
"Ibumu semalam menelponku, karena semalam ponselmu juga tidak aktif kan," ujar Alena ragu-ragu.
"Untuk apa?" tanya Quen datar tanpa mengehentikan kunyahan di mulutnya.
"Kabarnya kakakmu sudah kembali," jawab Alena.
Quen seketika menghentikan acara makannya.
Kakak?
Yang benar saja?
Mungkin seperti itu pikir Quen sebelum mengambil susu hangat di depannya.
"Oooh, aku lupa kalau aku punya kakak," jawab Quen kembali menaruh gelasnya.
Sedangkan Alena tak ingin melanjutkan lagi, apalagi membahas tentang keluarga Quen, terutama kakaknya Xander.
Seperti biasa, Quen sudah berada di lokasi syuting, namun yang membuatnya heran sudah jam begini kenapa sutradara Jeno belum muncul juga, dan para staf kenapa sangat sedikit tak seperti biasanya.
"Ka, apa terjadi sesuatu?" tanya Quen merasa kebingungan dengan keadaan yang terjadi.
"Entahlah aku juga tidak tau, aku akan menghubungi sutradara," ujar Alena mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi orang yang di maksud.
Quen melihat Alena tampak berbicara serius, sebelum akhirnya Alena mendatanginya.
"Kita ke perusahaan sekarang," ujar Alena mengambil tas Quen dari atas meja.
"Untuk apa, bukankah ada syuting," tukas Quen .
"Sutradara Jeno mengatakan kalau proses syuting di tunda, dan sekarang kita harus ke Star Dream secepatnya," ujar Alena langsung menarik tangan Quen.
Tak butuh waktu lama, kini Quen dan Alena sudah berada di gedung agensinya, mereka langsung menuju ruang rapat, Quen yang khas sekali memakai kaca mata hitam langsung duduk di sebuah kursi yang kosong bersama Alena.
Dengan elegan dia menurunkan kaca matanya menatap anggota rapat yang menatapnya talk suka, apalagi Jessica yang duduk di dekat Alvian.
"Karena semuanya sudah hadir, aku langsung saja. Tak jauh dari kabar yang beredar kalau proses syuting untuk begain again terpaksa ditunda dan tidak menutup kemungkinan akan batal tayang," ucap Alvian yang langsung menuai berbagai macam reaksi dari semua yang hadir.
Begitu pun Quen, iya juga ikut terkejut dengan informasi ini, tapi dengan baiknya ia menutupi semua itu dengan wajah datarnya seolah-olah bukan sesuatu yang serius yang sedang terjadi.
"Kenapa bisa begini? Bukankah sebentar lagi semuanya akan selesai?" tanya Jessica bertanya selaku artis yang berperan dalam film tersebut juga terlihat tak terima.
"Kebanyakan para client yang berperan besar dalam film ini menarik kembali dana yang mereka berikan dan membatalkan kontrak," jawab Alvian tegas.
"Untuk sementara, kalian bisa mengambil keuntungan untuk masalah ini, seperti liburan misalnya sebelum job baru datang dan banyak memakan waktu," ujar Alvian.
"Baguslah," jawab Quen dengan santai yang kembali mengundang pandangan orang.
"Quen, bisa-bisanya kau menerima ini dengan santainya? Apa kau tak dengar proyek film ini terancam gagal tayang!" ucap Jessica.
"Lalu aku harus apa? Kalau terancam batal ya batal, itu saja jadi masalah," ucap Quen.
Alena menyenggol lengan Quen tapi gadis itu tetap tak peduli.
"Tentu saja ini masalah, jangan mentang-mentang kau jadi pemeran utama dan dengan gampangnya kau bersikap seperti itu, kita semua sudah berusaha begitu keras untuk proyek ini," ujar Jessica yang tentu untuk cari muka.
"Kau pikir aku juga tidak bekerja keras? Waktuku lebih banyak tersita dari pada waktumu, jadi jika terancam batal apa itu semua salahku?" lawan Quen.
Brukkkk
Alvian dengan keras mengebrak meja, membuat yang disana terpelonjak kaget, terutama Quen dan Jessica yang dari tadi terus berdebat.
"CUKUP HENTIKAN!!!" teriak Alvian.
"Semuanya silahkan keluar, kecuali Quen, ada suatu hal yang ingin kubicarakan denganmu," ujar Alvian.
Mendengar itu, semuanya keluar kecuali orang yang di suruh tinggal.
Mereka penasaran apa yang akan Alvian dan Quen bicarakan berdua.
Pasalnya hubungan mereka bukan sesuatu yang dirahasiakan lagi, semuanya sudah tahu jika Quen dan Alvian memiliki hubungan khusus semenjak satu tahun yang lalu.
"Ingin mengatakan apa? Waktuku tak banyak," ujar Quen membuka Suara.
"Apa kau tak ingin tahu kenapa para investor itu membatalkan kontrak? Mungkin masalah ini tak terlalu penting bagimu, makanya kau bisa bersikap dengan acuh seperti ini, tapi bagi yang lain, tidak semudah itu. Alasan di balik pemberhentian proses syuting yaitu dirimu sendiri Quen, semua masalahnya darimu!" Jelas Alvian.
"Aku?" tunjuk Quen pada dirinya tak percaya dengan tuduhan kai terhadapnya.
"Apa kau lupa kejadian semalam? Sifat angkuh, dan merendahkan orang, apalagi orang itu adalah teman kerjamu sendiri! lagi-lagi Citra Star Dream di mata orang semakin buruk. Apa yang mereka katakan? Kalau Star Dream mempunyai artis yang tidak memiliki tata drama dan menjadi contoh yang sungguh buruk untuk industri artis dinegara ini dan orang itu adalah dirimu Quen ," ucap Alvian panjang lebar.
Quen terdiam hingga akhirnya ia angkat bicara.
"Kau marah karena pandangan orang terhadap Star Dream atau marah karena Star Dream juga mengalami banyak kerugian?" tanya Quen .
"Quen Putri!" Bentak Alvian.
"Jika opsi yang kedua, aku dengan senang hati akan membayar kerugian perusahaan berapapun itu, aku akan meminta managerku untuk mengurusnya, jika tidak ada lagi yang ingin anda sampaikan, aku akan pergi," kata Quen beranjak dari kursi dan pergi membuka pintu meninggalkan kai dengan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan.
Jangan lupa tinggalkan jejak
Like
Komen
Vote
Ulasan
Dan subcribe
Makasih banyak atas dukungan nya🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!