NovelToon NovelToon

Sembilan Nyawa

9 Nyawa 1

Wajah Rudi seketika memucat saat melihat kedua orang pria memasuki kantor tempatnya bekerja.

"Mati lo Rud, tuh debt kolektor nyamperin kemari!" seru seorang pria menepuk pundaknya

"Gue harus gimana Don?" tanya Rudi dengan wajah tegang

"Buruan samperin mereka sebelum ketemu Bos, bisa bahaya kalau bos sampai tahu ada debt kolektor kemari?"

Rudi buru-buru berlari keluar menemui sang debt kolektor yang memasuki lobi kantor.

"Nah ini dia yang kita cari-cari!" seru salah seorang debt kolektor saat melihat kemunculan Rudi

Dengan wajah merah padam Rudi mengajak kedua pria itu untuk meninggalkan lobby kantor.

"Kalau lo ingin mengusir kami, maka bayar dulu utang-utang lo yang sudah menunggak lama!" seru salah seorang dari mereka menolak ajakan Rudi

"Aku janji setelah ini aku pasti akan bayar, tapi tolong jangan pernah datang ke kantor ku," jawab Rudi

"Kenapa, lo malu?"

"Bukan begitu bang, hanya saja kalau seperti ini kan mengganggu pekerjaan aku, jadi gimana bisa bayar hutang kalau lagi kerja di ganggu begini,"

Tiba-tiba pria itu langsung mendorong tubuh Rudi hingga membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai.

"Makanya bayar utang lo kalau gak mau kita datengin!" seru salah seorang dari mereka menghampiri Rudi dan menarik kerah bajunya

"Pasti aku bayar bang!" jawab Rudi menelungkupkan kedua tangannya

"Kapan!" seru pria itu dengan mata melotot

"Secepatnya Bang!"

"Awas saja kalau bohong, Gue pastikan wajah lo yang mulus ini akan berubah warna jika berani membohongi gue!" sahut pria itu melesatkan tinjunya nyaris mengenai wajah Rudi

Melihat Rudi yang hendak di pukul membuat seorang sekuriti langsung melerai mereka. Para karyawan lain penasaran dengan apa yang terjadi pun mengerubungi meraka membuat Rudi begitu malu.

"Ada apa ini!" seru seorang lelaki paruh baya saat melihat kerumunan karyawannya di lobby.

Semua orang langsung minggir dan memberikannya jalan saat pria itu berjalan mendekati Rudi.

"Apa yang kamu lakukan!" serunya kemudian menarik debt kolektor yang mencengkeram leher Rudi

"Maaf, kalau kami sudah membuat keributan di kantor anda. Tapi percayalah semua ini tidak akan terjadi jika karyawan anda tidak menunggak pembayaran hutangnya. Padahal kami sudah memberikan kelonggaran waktu yang cukup kepadanya, tapi dia malah sengaja mengulur waktu untuk menunda pembayaran, jadi tolong nasihati karyawan anda ini agar segera melunasi hutang-hutangnya jika tidak mau kami teror!" ucap salah satu debt kolektor kemudian pergi meninggalkan tempat itu .

Bukan hanya malu karena semua orang jadi tahu tentang hutang-hutangnya, Rudi juga harus kehilangan pekerjaannya karena di berhentikan secara tidak hormat karena dianggap merusak citra perusahaan.

Saat itu dunia seperti runtuh. Rudi yang tengah di kejar-kejar oleh beberapa debt kolektor pinjaman online harus menghadapi kenyataan pahit karena kehilangan pekerjaannya. Belum lagi kontrakan rumahnya yang sudah menunggak 3 bulan.

Malam itu ia begitu terkejut saat pulang ke rumah, istri dan kedua anaknya tampak duduk dibawah pohon menunggu kedatangannya. Bukan hanya itu saja yang membuatnya miris adalah semua barang-barang milik mereka tampak berserakan di depan rumah.

"Apa yang terjadi, kenapa semua barang-barang milik kita ada di luar?" tanyanya dengan suara parau

"Kita di usir Mas," jawab Ayu

"Sebaiknya kamu berhenti main forex Mas, percuma saja kamu belum bisa menguasai tekniknya kamu hanya akan menambah hutang-hutang mu. Kalau modal mu masih ada mending diambil buat bayar kontrakan, kasian anak-anak," imbuh Ayu menahan air matanya

"Lah emangnya kamu gak ada uang. Lalu tiap hari lembur sampai malam duitnya kamu kemanain sampai buat bantu bayar kontrakan saja gak ada!" seru Rudi dengan wajah kesal menatap sang istri

"Duit ku kan habis buat kebutuhan sehari-hari Mas, apa kamu lupa selama ini kamu gak pernah ngasih uang belanja buat aku. Kamu lebih asyik menghabiskan uang untuk trading yang gak ada hasilnya!" jawab Ayu tak mau mau kalah

Rudi tampak murung saat mendengar jawaban sang istri, bagaimanapun juga apa yang diucapkan Ayu memang benar, selama ini ia tak pernah memberikan uang belanja kepadanya.

"Terus sekarang gimana ini!" seru Rudi

"Aku gak bisa bantu lagi Mas, sekarang aku sudah tidak punya apa-apa, semua perhiasan aku sudah aku jual untuk modal kamu kan, tapi semuanya lenyap hanya dalam waktu satu malam tanpa ada sisa,"

"Arrghh!!" Rudi berteriak sekeras-kerasnya melepaskan rasa sedih bercampur kesal. Kali ini ia benar-benar mati kutu dan tak bisa berkutik lagi. Cobaan kali ini benar-benar sudah membuatnya tak bisa berpikir lagi. Ia bahkan tak berani menceritakan kepada istrinya jika ia baru saja di pecat dari tempatnya bekerja. Belum lagi teror dari para debt kolektor yang sudah mulai mengancamnya.

Kini ia mulai sadar jika apa yang dilakukannya selama ini salah. Melihat Istri dan anaknya harus ikut merasakan akibat dari keegoisannya membuat Rudi tak bisa menahan air matanya lagi. Menyesal kemudian tiada guna, itulah yang ia rasakan kini.

"Maafkan aku jika selama ini aku tidak pernah mendengarkan mu. Jujur sekarang aku sadar jika semua yang kau ucapkan itu benar. Maafkan aku Yu, maafkan aku jika selama ini aku belum bisa menjadi suami yang baik bagimu. Aku belum bisa membahagiakan kamu dan anak kita. Maafkan aku jika selama ini aku hanya bisa membuat mu hidup menderita," suara Rudi terdengar parau hingga Ayu pun ikut menangis mendengar ucapannya.

"Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Tak guna lagi menyesali semua yang sudah terjadi. Yang penting sekarang bagaimana kita bisa keluar dari masalah ini," jawab Ayu berusaha membesarkan hati suaminya

Tak lama hujan turun begitu deras. Ayu dan Rudi buru-buru menggendong buah hati mereka dan mengajaknya untuk berteduh di depan rumah mereka.

Rudi menatap sendu kearah kedua buah hati mereka yang tampak kedinginan.

"Maafkan ayah ya sayang, karena ayah kalian harus seperti ini,_" ucap Rudi kemudian memeluk kedua buah hatinya

Ayu hanya bisa memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan air matanya yang sudah membasahi wajahnya.

"Ayah, aku ngantuk aku mau tidur!" seru anak bungsu Rudi

Rudi segera menggelar matras dan menyuruh buah hatinya untuk berbaring.

"Untuk sementara kita tidur di sini dulu ya sayang, nanti kalau hujan reda ayah akan pergi ke rumah Nyak Haji untuk mengambil kunci rumah kita agar kalian bisa tidur di kamar lagi, ok!"

"Ok!" jawab kedua anak Rudi bersamaan

Rudi kemudian membuka dompetnya dan memberikan ATMnya kepada Ayu.

"Meskipun tidak banyak, tapi aku yakin kamu bisa menggunakan uang ini untuk kebutuhan sehari-hari dan membayar kontrakan," ujar Rudi

Tidak lama ponsel Rudi berdering. Tiba-tiba saja raut wajah Rudi berubah pucat saat melihat siapa yang menelponnya.

"Sayang, aku pergi sebentar untuk menemui seseorang. Tolong jaga anak kita selama aku pergi, dan satu lagi...." Rudi tampak diam sesaat saat hendak melanjutkan ucapannya

"Kenapa Mas?" tanya Ayu yang penasaran dengan gelagat aneh suaminya

Rudi tersenyum simpul mendengar pertanyaan istrinya.

"Kalau kau memang tak bahagia hidup bersamaku, aku tidak keberatan jika kau ingin berpisah dariku. Aku sadar jika tak bisa membahagiakan dirimu. Mungkin kau bisa mendapatkan orang yang lebih baik dariku dan bisa membahagiakan dirimu. Apalagi kau ini cantik dan pintar aku yakin tidak sulit untuk mendapatkan pria mapan untuk mu,"

"Kenapa Mas bicara seperti itu, meskipun selama ini kita hidup susah aku tetap bahagia asalkan kita tetap bersama, jadi jangan pernah menyuruh ku untuk meninggalkan dirimu, karena aku tidak bisa,"

Seketika Rudi langsung memeluk erat istrinya.

"Maafkan aku Yu," ucap Rudi

"Aku sudah memaafkan mu sebelum kau memintanya,"

Rudi melepaskan pelukannya dan bergegas pergi meninggalkan Ayu.

Ia kemudian melesatkan sepeda motornya menemui seseorang yang menghubunginya.

"Gawat Rud, Martin menghilang, sepertinya duit kita juga ikut ilang," ucap Doni tampak gusar

*Deg!

Rasanya dunia benar-benar runtuh, saat Rudi mengetahui jika investasi yang ia titipkan kepada sahabatnya juga ikut hilang.

Rudi yang sudah tak bisa berpikir jernih pun memilih mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atas gedung.

"Lebih baik aku mati saja, dengan begitu semua hutang-hutang ku lunas, dan aku tidak perlu membebani istri ku lagi!"

*Bruugghh!

9 Nyawa 2

"Maafkan aku Yu," ucap Rudi

"Aku sudah memaafkan mu sebelum kau memintanya,"

"Terimakasih sayang, aku pergi dulu. Tolong jaga anak-anak!" bisik Rudi

Ia kemudian melepaskan pelukannya dan bergegas pergi meninggalkan Ayu.

Ia kemudian melesatkan sepeda motornya menemui seseorang yang menghubunginya.

"Gawat Rud, Martin menghilang, sepertinya duit kita juga ikut ilang," ucap Doni tampak gusar

"Uang kita ilang, ilang gimana maksudnya?" tanya Rudi penasaran

Doni kemudian menjelaskan jika Trader tempat mereka berinvestasi menghilang, dan kini tengah menjadi buronan polisi karena kasus penipuan. Seketika Rudi langsung lemas mendengar ucapan sahabatnya itu. Ia tak menyangka jika satu-satunya harapannya musnah.

"Ya Tuhan cobaan apalagi ini, kenapa kau selalu memberiku cobaan tak henti-henti. Bisa gak sih sekali saja aku bisa menikmati hidup ini!" seru Rudi

"Sabar ya Rud, aku juga sama. Aku juga bingung bagaimana memberitahu istriku," sahut Doni

"Apalagi aku Don, kau tahu kan kalau aku sengaja menggunakan uang pinjaman dari Bank untuk investasi ini, tapi malah jadi begini," sahut Rudi

"Entahlah Rud, yang jelas pikiran ku sedang kalut," tandas Doni kemudian meninggalkan Rudi sendirian

"Arggghh!" Rudi berteriak sekeras-kerasnya melampiaskan kekesalannya

Ia bahkan menangis tersedu-sedu saat mengingat nasib anak dan istrinya.

Rasanya dunia benar-benar runtuh, saat ia tahu jika investasi yang ia titipkan kepada sahabatnya juga ikut hilang.

Rudi yang sudah tak bisa berpikir jernih pun memilih mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atas gedung. Ia berpikir bunuh diri adalah jalan satu-satunya agar ia dan keluarganya bisa lepas dari hutang-hutangnya.

"Lebih baik aku mati saja, dengan begitu semua hutang-hutang ku lunas, dan aku tidak perlu membebani istri ku lagi!"

Ia kemudian naik keatas roftoof gedung dan menjatuhkan diri dari atas gedung lantai 8.

*Bruugghh!

*Dreet, dreett, dreet!!

"Bunyi apa ini kenapa berisik sekali!"

Perlahan Rudi membuka matanya. Ia terkejut saat melihat ke sekelilingnya.

"Dimana ini, bukannya aku sudah mati?" ia begitu bingung saat mendapati dirinya berada di sebuah ruangan besar.

Ia kemudian mengambil gawai pipih yang terus bergetar.

"Apa di akhirat juga ada ponsel??" Rudi mengernyit saat melihat seseorang menghubunginya

"Tunggu, sepertinya ada yang aneh?"

Rudi memperhatikan ponsel mewah di tangannya. Ia tahu jika itu bukan ponselnya. Mana mungkin ia mampu membeli ponsel Iph*ne model terbaru. Ia juga mengamati sekelilingnya. Ia begitu tertegun saat mengetahui dirinya berada di sebuah kamar mewah. Bukan hanya itu saja, semua barang-barang yang ada di kamar tersebut adalah barang-barang branded yang harganya tak main-main.

"Apa ini di surga??"

Seketika Rudi berpikir jika dirinya berada di Surga, namun raut wajahnya seketika berubah saat ia melihat ke cermin. Ia mengerutkan keningnya saat menyadari jika dirinya berada di tubuh orang lain.

"Tunggu, kenapa wajahku berubah lebih muda dan tampan. Memang benar jika manusia mati dan tinggal di surga akan kembali muda dan berubah tampan. Tapi setampan-tampannya diriku aku tidak akan berubah setampan dan seglowing ini. Lagipula sejak kapan aku punya jambang, bahkan kakek buyutku gak ada yang punya jambang!" saat Rudi sedang asyik menganalisa wajah barunya tiba-tiba ia mendengar suara seseorang berbicara dari ponselnya

*Ding dong!

"Selamat datang di aplikasi Death Race!"

Rudi reflek membuang ponselnya saat kaget mendengar orang berbicara dari ponselnya.

"Apalagi ini!" Rudi tiba-tiba mundur menjauhi ponsel tersebut

*Grep!

Rudi membelalak saat merasakan seseorang menepuk pundaknya.

"Siapa kau, apa kau malaikat maut!" tuturnya dengan wajah ketakutan

"Cih, terlalu dini jika kau menyebut ku sebagai Malaikat maut, karena aku bukan malaikat!" seru pria itu

"Lalu jika kau bukan malaikat lalu siapa?" tanya Rudi

"Aku??" pria itu tersenyum sambil menunjuk dirinya

"Aku adalah orang yang selama ini kamu cari?" jawan pria itu kemudian duduk di atas sofa

"Aku mencarimu?" tanya Rudi tak percaya

Pria itu mengangguk pelan.

"Sebenarnya bukan hanya kau saja yang suka mencariku, tapi banyak manusia di dunia ini selalu mendatangi ku jika sedang kalut atau lebih tepatnya tak punya iman. Padahal kebanyakan manusia sangat takut saat aku mendekat, dan itulah yang membuat ku marah padamu. Kau sudah memanggilku di saat aku belum mendatangi mu. Dan karena kekesalan ku itu maka kau harus mendapatkan hukuman,"

"Hukuman??" Rudi mengernyit mendengar ucapan pria misterius itu.

"Apa kau lupa kalau bunuh diri itu di larang oleh agama?"

Rudi terdiam mendengar ucapan pria itu.

"Karena kau sudah melakukan dosa besar maka sudah sepantasnya kau akan mendapatkan hukuman bukan?" ucap lelaki itu menghampiri Rudi

"Hukuman??" Rudi menoleh kearah pria di sampingnya.

Namun Lelaki itu hanya tersenyum kemudian menghilang.

Saat Rudi sedang kebingungan tiba-tiba ia mendengar suara pintu kamarnya di ketuk seseorang. Ia buru-buru membukanya. Seorang wanita cantik tampak berdiri di depan pintu dengan wajah ramah.

"Selamat pagi Bapak," sapanya dengan ramah

"Pagi," jawab Rudi sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Hari ini bapak ada rapat dengan pemegang saham, jadi aku harap bapak segera siap-siap," ujar wanita itu

Rudi terpaksa kembali masuk untuk mandi. Tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering.

"Selamat datang di aplikasi Death Race Game, saat ini anda sedang menjadi salah satu pemain Death Race Game. Silakan tekan tombol satu untuk mengetahui identitas Anda,"

"Pemain Game??" Rudi tampak ragu saat mendengar suara dari ponselnya.

Karena penasaran Rudi kemudian mengikuti instruksi dari ponselnya untuk menekan angka satu.

NAMA : Richard Austin Kill

Usia : 25 Tahun

Pekerjaan : Saat ini tengah menjadi kandidat terkuat untuk menjadi CEO Mahadaya Group

"Gila, yang bener aja, sekarang gue terlahir kembali sebagai seorang CEO Mahadaya Group??" Rudi menyeringai

Ia tak menyangka jika dirinya akan hidup kembali dan bereinkarnasi menjadi seorang miliarder seperti dalam cerita novel.

"Wah ini benar-benar kejutan, jika ini benar, maka aku bisa memperbaiki kehidupan ku sekarang,"

Rudi yang begitu bahagia tak menyia-nyiakan kesempatan kedua yang di perolehannya. Ia segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Selesai mandi iapun buru-buru bergegas pergi bersama dengan sekretarisnya untuk menghadiri rapat.

Saat ia memasuki ruang rapat iapun terkejut saat melihat Martin di sana.

"Martin??, bagaimana bisa bajingan itu ada di sini, bukankah dia sedang menjadi buron??" ucapnya dalam hati

Saat ia hendak menghampiri Martin, tiba-tiba seorang pria menghampirinya.

"Sebaiknya cepat kita mulai rapatnya, jangan biarkan mereka menunggu terlalu lama," ucap Pria itu kemudian menuntunnya menuju tempat duduknya. Rapat pun di mulai, hari itu para pemegang saham mengadakan voting untuk memilih CEO Perusahaan.

Rudi begitu senang saat dirinya berhasil terpilih menjadi CEO Mahadaya Group. Ia tak mengira jika keputusannya untuk bunuh diri benar-benar akan merubah hidupnya.

Saat ia hendak menyampaikan pidato pasca kemenangannya dalam voting, seorang wanita datang menghampirinya, wanita itu kemudian menuangkan air mineral ke gelas kosong yang ada di depan Rudi.

"Terimakasih," ucap Rudi kemudian meneguk air putih sebelum memulai pidatonya

Namun siapa sangka setelah meminum air itu Rudi merasakan lehernya seperti tercekik dan merasakan sakit yang luar biasa hingga ambruk ke lantai.

*Bruughh!!!

9 Nyawa 3

Suara ambulance terdengar nyaring membuat para pengguna jalan minggir untuk memberinya jalan.

Rudi tampak mengerjapkan matanya saat ia mendengar beberapa orang memperbincangkannya.

"Dimana ini?"

Rudi menyipitkan matanya mencoba menebak dimana ia berada. Seorang pria yang begitu familiar bergegas mendekatinya.

"Syukurlah kamu sudah sadar, tunggu sebentar biar aku panggilkan dokter dulu," ucap pria itu kemudian meninggalkannya

Tidak lama ia kembali bersama seorang dokter. Ia kemudian memeriksa kondisinya.

"Syukurlah, racun yang diminumnya belum menyebar jadi ia masih bisa diselamatkan," ucap sang dokter

"Racun??" Rudi tampak membelalakkan matanya saat mendengar ia baru saja meminum racun.

"Jadi minuman yang aku minum mengandung racun??" pekiknya dalam hati

"Benar, tapi anda tidak perlu khawatir para dokter ahli sudah turun tangan untuk membantu kesembuhan anda," jawab sang dokter

Tidak lama dua orang perawat datang dan membawanya untuk melakukan pemeriksaan intensif. Setelah melakukan pemeriksaan secara intensif dengan menggunakan peralatan canggih, Rudi pun diizinkan pulang karena sudah sembuh.

"Sepertinya ada yang tidak suka dengan pengangkatan mu menjadi CEO Mahadaya Group, makanya mereka berusaha meracuni mu," ucap pria yang selalu menemaninya

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Rudi dengan wajah terkejut menatap sang kakak

"Aku sudah malang melintang di dunia bisnis, jadi hal seperti ini sudah sering aku temui. Sebaiknya mulai sekarang kau harus lebih hati-hati lagi, bila perlu gunakan jasa bodyguard untuk menjaga keselamatan mu," ucap pria itu kemudian membukakan pintu mobil untuknya

"Maaf aku masih ada urusan jadi tidak bisa mengantarmu," ucap pria itu kemudian menutup pintu mobil dan bergegas pergi

"Hari ini jadwal bapak adalah menemui klien untuk negosiasi produk baru. Bagaimana, apa akan dilanjutkan atau di cancel saja?" tanya sekretaris Rudi

"Lanjutkan saja, lagipula aku sudah baikan, jadi tidak masalah," jawab Rudi penuh semangat

"Baik,"

Sang sekretaris segera memerintahkan kepada sopir untuk menuju tempat pertemuan. Selama perjalanan wanita itu memberikan sejumlah dokumen kepada Rudi untuk dipelajari. Meskipun Rudi agak canggung saat menjadi seorang Richard Austin, namun berbekal ingatan dan kemampuan pria itu, Rudi mampu beradaptasi dengan cepat.

Karena perjalanan cukup jauh Rudi bisa mempelajari tentang klien yang akan ditemuinya.

"Aku harus bisa memanfaatkan kesempatan kedua ini dengan baik, setidaknya aku bisa memperbaiki hidupku jika aku berhasil," gumam Rudi

Ia sempat berpikir untuk menemui istri dan anaknya jika urusannya sudah selesai. Menjadi seorang miliarder di kehidupan Rudi membuatnya ingin membahagiakan keluarga kecilnya, dimulainya dengan membayar hutang-hutangnya, membeli rumah, dan lain-lain.

Rudi tersenyum simpul membayangkan kebahagiaan keluarga kecilnya saat ia bisa merealisasikan semua keinginannya itu.

"Tidak ada yang mustahil sekarang, apalagi saat ini aku punya segalanya,"

Namun baru saja ia terhanyut dalam angan-angan indahnya. Tiba-tiba saja ia merasakan mobil yang ditumpanginya oleng.

"Ada apa ini?" tanya Rudi kaget

"Maaf pak sepertinya rem mobilnya oleng!" seru sang sopir

Rudi melotot saat mendengar ucapan sang sopir. Ia tak menyangka jika mobil mewah yang ditumpanginya mengalami rem blong.

"Bagaimana bisa, apa kau tidak mengeceknya dulu sebelum memakainya!" bentak Rudi

"Sudah pak, semuanya baik-baik saja saat dicek oleh tim teknisi." jawab sang sopir

Saat mereka sedang panik tiba-tiba, terdengar sebuah alarm yang memperingatkan jika bom akan meledak dalam waktu sepuluh detik.

"Sial!" seru Rudi buru-buru melepaskan sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil.

Namun belum sempat ia menyelamatkan diri, mobil itu sudah meledak.

*Duaarrr!!

"Arggghh!" Rudi berteriak histeris saat merasakan kobaran api melahap tubuhnya diikuti oleh serpihan metal yang menacap di sekujur tubuhnya. Rasanya begitu ngilu hingga membuatnya harus merasakan kesakitan yang luar biasa hingga maut menjemputnya.

"Hah!"

Tiba-tiba Rudi kembali terkejut saat ia mendapati dirinya hidup kembali.

"Dimana aku, apa aku berada di Neraka sekarang?" ucapnya sambil menatap ke sekelilingnya.

Seorang pria tiba-tiba muncul di depannya dengan senyuman sinis sambil bertepuk tangan.

"Bagaimana rasanya saat kau ingin hidup selamanya tapi maut justru menjemput mu?" tanya pria itu dengan nada sinis

"Jadi sekarang aku sudah mati lagi?" tanya Rudi dengan wajah kecewa

"Sayang sekali kau harus kalah di Race pertama. Padahal kalau kau bisa menang di Race ini, maka kau bisa hidup sebagai seorang miliarder seperti keinginan mu. Tapi sayangnya kau begitu bodoh hingga harus kehilangan kesempatan ini, dan kehilangan satu nyawa dalam game ini," ucap pria itu seolah merendahkannya

"Game, apa aku sedang bermain game sekarang??" tanya Rudi menyipitkan matanya

"Benar, sebagai hukuman karena telah melakukan bunuh diri maka kau akan mengalami 9 kali kematian yang begitu tragis. Dalam Game ini kau akan memulai game dengan hidup lagi sebagai seseorang yang berbeda yang memang sudah di takdirkan mengalami kematian yang tragis. Tergantung usahamu jika kau berhasil menyelamatkan mereka dari kematian maka sebagai imbalannya kau akan diberikan kesempatan kedua, yaitu kehidupan baru untuk mu,"

"Itu mustahil, bagaimana bisa aku mencegah kematian seseorang yang sudah mati. Bagaimana mungkin aku bisa bertahan hidup di dalam mobil yang sudah di pasang bom waktu yang sudah siap meledak!" sahut Rudi

"Itulah yang harus kau pikirkan, bagaimana caranya kau bisa lolos dari kematian?" ejek pria itu

"Lalu bagaimana jika aku gagal dalam misi ini?" tanya Rudi

"Maka bersiaplah untuk masuk Neraka!" sahut pria itu menyeringai. Ia kemudian menjentikkan jarinya membuat netra Rudi seketika membulat sempurna saat melihat sekelilingnya berubah memerah. Kini ia berada di tengah-tengah kobaran api dengan lava mendidih yang siap merebus tubuhnya. Wajahnya begitu ketakutan saat melihat pemandangan mengerikan didepannya.

Ia menangis tersedu-sedu kemudian bersujud meminta ampun.

"Kau pernah bilang jika hidupmu seperti di Neraka bukan?. Lalu bagaimana kesanmu setelah melihat Neraka yang asli?" tanya pria itu

"Apa kau bisa bertahan hidup di sana seperti dulu kau bertahan hidup, di kehidupan mu yang bak neraka?" tanya pria itu lagi

Rudi menggelengkan kepalanya.

"Tapi kau harus bertahan, kau harus bertahan dalam tubuh orang lain jika kau tidak ingin masuk kedalam Neraka?"

"Untuk apa, toh pada akhirnya aku akan gagal dan masuk Neraka," sangkal Rudi pesimis

"Siapa yang tahu jika kau bisa punya akhir yang berbeda dalam game ini?"

"Apa itu mungkin, apa aku bisa memenangkan game ini?" tanya Rudi

"Tentu saja, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kau bisa menghindari masuk Neraka dengan bertahan hidup di dalam tubuh orang lain dan menyelamatkan nyawanya, " jawab pria itu membuat kepercayaan Rudi kembali tumbuh

"Benar, ini kesempatan bagus bagiku untuk memperbaiki semuanya. Aku tidak mau berakhir di Neraka, bagaimanapun juga aku harus bertahan hidup, apapun yang terjadi!" tandas Rudi

"Baiklah kalau begitu kita mulai Race kedua game ini!"

*Jrasshh!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!