Narendra Baladitya. Orang-orang akrab memanggilnya Rendra. Sepertinya semua orang akan setuju bila predikat pria tampan di sematkan kepadanya. Betapa tidak, aura manly, garis rahang yang tegas, kulit sawo matang nan eksotis, dada bidang, serta lengan kuat yang berotot, menjadi penegas akan kejeniusan Tuhan dalam menciptakan morfologi fisik yang nyaris sempurna.
Pria matang itu tak hanya dianugerahi keindahan tubuh dan wajah saja, tapi ia juga memiliki keindahan batin yang luar biasa karena mau menerima Alisha, seorang gadis urakan yang hamil dan di tinggalkan kekasihnya tanpa kejelasan.
Gadis yang entah mengapa memiliki sikap yang sulit di kendalikan bahkan oleh kedua orangtuanya sekalipun. Apakah dia produk broken home? Apakah dia anak yang kurang kasih sayang? Atau, apakah dia hidup dalam kekurangan? Jawabannya ialah tidak. Justru karena terlalu dimanjakan, membuat Alisha salah jalan.
Farraz, laki-laki brengsek cap pecundang tengik itu tega meninggalkan Alisha saat gadis itu baru saja memberitahu tentang kehamilannya. Bimantara berang. Bagaimana tidak, anaknya yang tersisa dan menjadi satu-satunya harapan itu malah berbuat cela dan meluluh lantakkan segenap harapan.
Kenakalan Alisha benar-benar diluar batas wajar. Jika hanya kerap kena sweeping kepolisian ketika menonton konser dan berkelahi itu sudah biasa. Pulang dalam keadaan berbau alkohol itu juga pun sudah sering. Bahkan, selama bersekolah tak terhitung jumlahnya orangtuanya di panggil oleh guru BK karena kelakuannya.
Tapi kali ini gadis itu sudah sangat keterlaluan. Kedua orangtuanya mengetahui Alisha tengah hamil ketika dia sedang menelpon Farraz dan memberitahukan soal kehamilannya.
PLAK!
" Papa sudah tidak tahu lagi musti dengan cara apa mendidik mu Alisha. Bunuh saja papa jika begini!" teriak Bimantara yang sudah lelah dengan tingkah anaknya. Ia berada di ujung kemarahan.
Suci semakin menangis histeris mendapati suaminya naik pitam sembari menampar anak mereka satu-satunya. Alisha yang memang bersalah hanya bisa diam sembari merasakan pedih di pipinya.
" Kenapa kamu tega membuat hal seperti ini Alisha. Kau anak kami satu-satunya yang tersisa. Seharusnya kau tahu besarnya harapan kami padamu!" Bimantara berteriak disela tangisnya yang pilu. Meluapkan segala kekecewaan yang berjubel di dadanya.
" Aku juga tidak tahu jika Farraz akan pergi Pa. Biar aku cari dia!" ucap Alisha seraya hendak melangkah pergi.
"Anak kurang ajar! Masih berani kau menyebut nama bajingan itu, hah?!" Bimantara menghardik anaknya.
Karena luapan emosi yang memuncak, Bimantara tiba-tiba merasa kepalanya sakit, tubuhnya lemas dan dadanya panas. Ia langsung ambruk dengan napas yang kembang-kempis.
"Papa!" Suci berteriak dan membuat Alisha kontan berbalik menuju kepada Papanya yang kejang.
" Papa!" Alisha yang panik menggoyang tubuh sang Papa dengan gemetaran.
" Cepat siapkan mobil. Kita harus segera bawa Papamu ke rumah sakit!"
•
•
Setibanya mereka di rumah sakit, dokter yang menangani Bimantara memberitahu jika tensi laki-laki itu sangat tinggi. Jelas menegaskan bila penyakit Hipertensi Ayahnya kumat.
" Jika begini terus, bisa berpotensi stroke. Untuk sementara harus di rawat!"
Alisha menangis meratapi kesalahannya yang berujung pada memburuknya kondisi kesehatan sang Papa. Suci yang benar-benar kalut hanya bisa menangis. Ia lelah dengan semua hal buruk yang datang secara bersamaan di dalam hidupnya.
" Ma!" Alisha memberanikan diri memanggil mamanya karena kasihan.
" Puas kamu sekarang Alisha?" Suci tampak kecewa kepada anaknya. Sangat kecewa. " Mama nggak akan memaafkan kamu jika sampai Papamu kenapa-kenapa. Dan sekarang, jangan kau pikir untuk menggugurkan bayimu yang tidak berdosa itu! Ada atau tidaknya Ayah bayi itu, kau harus tetap memeliharanya dengan baik!"
Rendra yang malam itu kebetulan melintas di koridor rumah sakit usai mendonorkan darahnya malah tak sengaja mendengar dua orang yang berteriak.
Ia menoleh lalu memicingkan mata karena kenapa bisa ada orang bertengkar di rumah sakit seperti sekarang ini. Dan saat pandangannya sudah jelas, ia terkejut demi melihat orang yang ia kenal sedang bertengkar hebat.
" Tapi aku mau nyari Farraz Ma. Dia harus tanggung jawab!"
" Mau cari kemana? Bajingan kayak dia pasti udah kabur. Dia tidak akan mau tanggung jawab. Punya kerjaan apa dia?" Suci menunjuk-nunjuk anaknya dengan murkanya.
Alisha tertunduk layu. Bahkan selama ini Farraz memang lah orang yang manja. Anak broken home yang di kehidupannya lebih banyak mendapatkan sokongan uang dari pada kasih sayang itu benar-benar telah membuat hidup Alisha berbalik seratus delapan puluh derajat.
" Itu semua salah kamu!"
Rendra yang mengenal dua orang itu terlihat bergerak maju. " Tante!" sapa Rendra yang tak mengira jika akan bertemu dengan keluarga Bimantara di sini.
Membuat seorang wanita yang usianya lebih dari setengah abad itu terperanjat. " Rendra?"
"Tante di sini, siapa yang sakit?" tanya Rendra sembari melihat ke arah Alisha yang mengelap air mata di wajahnya menggunakan punggung tangan. Wajah gadis itu tampak sedih dan terpukul.
" Om Bima Ren. Dia..." Suci tercekat saking tak kuasanya ia menahan segala kesedihan. Ia kembali menangis karena tak mampu lagi berpura-pura baik-baik saja di depan Rendra, orang yang ia kenal dengan sangat baik.
Rendra yang merasa kasihan mengusap punggung wanita itu dan mengira jika mungkin orang yang sudah mulai tua akan kerap terkena sakit penyakit. " Sabar Tante. Yang kuat!"
Namun beberapa waktu kemudian , Rendra akhirnya tahu sebab musabab Bimantara di rawat di rumah sakit adalah karena mereka sedang memiliki masalah besar. Beberapa saat kemudian, dokter mengizinkan keluarga Bimantara masuk. Suci memberitahu suaminya bila ada Rendra di luar.
" Ada Rendra di luar mas. Dia kebetulan lewat dan ngelihat aku tadi!" tutur Suci menatap muram suaminya.
" Mana dia?"
" Mas mau ketemu?"
Bimantara mengangguk. Ia hanya ingin melihat pria yang sudah dia anggap sebagai anaknya itu di saat sedih seperti saat ini.
Rendra masuk dan sempat melihat Alisha duduk berdiam diri di sofa. Tak jauh dari Alisha duduk ia mendapati Bima sudah sadar dengan wajah sedih bak orang kehilangan pengharapan. Tapi dari semua kesedihan yang terpampang, ia sungguh tak menduga jika sumber keadaan ini adalah karena cela yang di lakukan Alisha.
" Alisha hamil dan di tinggalkan pacarnya Ren. Seandainya kamu masih jadi aparat, mungkin aku bisa minta tolong kamu untuk menggelandang bajingan itu. Aku tidak tahu lagi musti bagiamana Ren. Aku gagal mendidiknya!" Bimantara kembali terisak-isak dan berkeluh kesah kepada Rendra.
DEG
Rendra yang mendengarnya sontak tertegun dengan leher yang seperti di cekik. Apa yang ia dengar benar-benar membuat dadanya perih. Pernah suatu masa ia mendengar tentang Alisha yang urakan dan bengal. Namun ia tak menduga jika Alisha benar-benar se nakal ini.
"Aku Ayah yang gagal Ren. Kenapa Tuhan membuat hidupku sebegini prihatinnya. Apa salahku?" Bimantara meratap. Meninggalkan rasa pilu bagi siapa saja yang melihatnya.
Rendra meneguk ludahnya. Ia benar-benar kasihan melihat Bimantara. Ia lantas menoleh kepada Alisha. Gadis itu terlihat sibuk dengan ponselnya seperti sedang menelpon seseorang tapi tak bisa-bisa. Ia bahkan mendengar Alisha sempat mengumpat lirih kala nomor yang ia hubungi tak membuahkan hasil.
Tiga hari setelahnya, Rendra membesuk Bimantara yang sudah dibawa pulang. Tapi kali ini ia tidak datang dengan buah tangan berupa kue atau buah-buahan, melainkan kalimat yang membuat mata Alisha mendelik lebar.
" Jika di izinkan, saya siap membimbing Alisha dengan segala kekurangannya Om! Saya mau menikahi Alisha!"
Alisha sontak mendongak. Pun dengan Suci yang shock dengan ucapan laki-laki gagah tersebut.
" Apa kau serius dengan ucapanmu Ren? Tapi dia..."
"Saya sangat serius Om!" sahut Rendra dengan raut yang sulit di baca oleh siapapun. Membuat Suci dan Bimantara bertukar pandang.
Alisha yang mendengar hal itu sontak berdiri. " Aku tidak mau!"
Bimantara menatap tajam anaknya." Tidak mau kau bilang?"
" Aku tidak kenal siapa dia dan kenapa dia tiba-tiba mau menikahiku?" kata Alisha menatap sengit Rendra.
Tapi Rendra tak memperdulikan ocehan impulsif Alisha. Ia hanya fokus kepada Bimantara dan Suci. Juga seberkas sinar petunjuk yang mendadak muncul di hatinya.
" Lebih cepat lebih baik Om! Mungkin dihadiri keluarga dekat saja cukup!"
" Apa kau bilang? Tidak, aku tidak mau!" sergah Alisha yang tentu tak mau menikah dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Apalagi, ia tidak kenal dengan laki-laki itu.
Bimantara menatap kalut pada anaknya. " Jika kau tidak mau menikah dengan Rendra, maka sebaiknya kau pergi dari rumah ini dan lebih baik aku mati daripada harus menanggung malu karena ulahmu!"
DEG
Maka Alisha sepertinya tak bisa lagi mengelak dari ketentuan ini. "Bagaimana ini? Aku tidak mau menikah dengan dia, tapi Papa...?"
Dan dari sinilah awal mula kisah mereka.
.
.
.
.
Halo para pembaca terkasih, ini author Mommy Eng. Author meluncurkan kisah baru lagi karena kisah Kevin sudah berakhir. Semoga bisa menemanimu hari-hari para Readers sekalian di manapun berada ya.
Kenapa kok bukan kisah Frans?
👉 Kisah Frans bakal author buat tapi belum tahu kapan ya. Hati dan pikiran author sedang tertambat di tema nikah paksa dengan spesifik perbedaan usia. Bagi yang kurang cocok, mohon untuk tidak berkomentar yang kurang baik ya😇
Dan bagi yang suka, mohon tekan like, subscribe dan komen ya. Sekecil apapun dukungan pembaca, sangat berarti buat author untuk terus bertahan dan berkarya di paltform tercinta kita ini.
Ingat, kisah ini hanyalah fiksi semata. Semua yang tertuang hanyalah manifestasi dari kekayaan imajinasi penulis. Jika ada jalan cerita, nama tokoh, tempat yang sama di kisah ini, itu semua hanya kebetulan semata.
Akhir kata, selamat membaca 🤗😘
Dua Minggu kemudian, apa yang di kehendaki Rendra usai berpikir keras dan matang akhirnya akan terwujud juga. Ia bakal menikahi Alisha meski gadis itu terus-terusan menyuguhkan raut tak bersahabat.
" Kenapa kau mau menikahi ku?" Alisha sempat mengejarnya tepat di hari terakhir mereka mengurus berkas pernikahan.
Rendra menatap wajah Alisha datar. " Setiap orang pasti punya alasan. Tapi tidak semua alasan perlu di ungkapkan. Yang jelas, kau harus belajar hidup dengan benar mulai saat ini!"
Dan Alisha tak cukup puas dengan ucapan laki-laki berkulit sawo matang itu. Tapi ia tak memiliki pilihan. Apalagi, Papanya selalu mengeraskan wajahnya tiap ia hendak menolak. Apa karena pria itu tak laku sehingga mau menikahinya? Pasti iya. Tentu saja karena hal itu. Tak salah lagi. Jika tidak, mana mungkin ada orang yang mau menikahi wanita hamil konyol seperti Alisha.
Nasi sudah menjadi bubur. Ia tak bisa mengelak karena memikirkan Papanya. Biarlah semua ini terjadi, setidaknya ia bisa menerima hal ini sampai anaknya lahir. Setelah itu, ia berniat akan pergi dan mencari kehidupannya sendiri. Bercerai.
Hingga di Ahad pagi,
" Saya terima nikah dan kawinnya Alisha Dheandita binti Bimantara Kusuma dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" ucap Rendra serius dalam sekali tarikan napas.
" Bagaimana saksi?"
"Sah!" koor semua orang yang membuat Bimantara dan Suci bernapas lega.
Sirna sudah keresahan Bimantara dan Suci selama ini akan masa depan anaknya, berkat seorang pria yang datang bagai pelita di tengah kegelapan. Sinar keberanian Rendra mampu menerangi jalan terjal yang sempat membuat khawatir keluarga Bimantara.
Disaat orang-orang melafalkan doa dengan kedua tangan menengadah mengaminkan, Alisha justru berlinang air mata karena resmi menjadi istri pria yang sama sekali tak ia cintai. Ia juga merasa pria itu kaku dan tidak sesuai kriterianya. Meskipun tampan, tapi pria itu memiliki usia yang terpaut jauh dengannya. Pria itu pasti monoton. Sudah di pastikan bahwa kehidupannya mendatang akan boring dan garing.
Suci tampak menotolkan tissue ke sudut matanya karena tidak pikirannya yang tak karuan, sementara Rendra terlihat tenang dan khusyu' dalam melantunkan doa. Meski tak di pungkiri jika pria itu terlihat begitu berkharisma dan jantan, tapi tetap saja Alisha tak menyukai Rendra sebab ia memang tak mengenalnya. Sama sekali.
Tak ada gelaran resepsi mewah atau acara seremonial lumrah seperti orang-orang pada umumnya. Pernikahan itu hanya di hadiri oleh beberapa kerabat Bimantara, dan saudara jauh Rendra untuk menyaksikan kelegalan pernikahan mereka.
Rendra bahkan langsung membawa Alisha pergi ke rumahnya keesokan harinya sebab pekerjaannya tak bisa lama-lama di tinggalkan.
"Kamu harus nurut apa kata suami kamu, sebab mulai sekarang kamu adalah tanggung jawabnya Rendra!" tutur Suci melepaskan anaknya. Sebagaimana orangtua, tentu ia berharap jika Alisha akan merubah sikapnya yang selama ini urakan dan bengal.
"Ya Ma!" jawabnya singkat.
Alisha tak mengajak Rendra berbicara sejak kemarin. Perempuan itu bahkan betah mengacuhkan Rendra bagai orang asing selama berada di dalam mobil. Dan hal itu awet sampai mereka tiba di rumah Rendra yang ternyata lebih besar dari yang Alisha dan duga.
" Ini rumahku, sekarang jadi rumah kamu juga. Di dalam ada bi Ani, beliau sudah ikut denganku lebih dari lima belas tahun. Kalau butuh sesuatu, panggil saja bi Ani!" tutur Rendra sembari sibuk menurunkan barang-barang Alisha. Menjadi kalimat pertama usai keduanya kompak membisu di dalam mobil.
Alisha masih tak sudi menjawab. Matanya masygul memperhatikan lengan kekar Rendra yang mengetat karena mengangkat dua koper besar sekaligus. Pria itu memang rupawan, tapi terlihat seperti pedofil karena menikahi gadis muda cimpil seperti dirinya.
Ketika Rendra mulai beranjak, Alisha mengekor, ia masuk sembari memindai sekeliling ruangan yang banyak sekali menunjukkan lukisan surealisme.
" Orang ini benar-benar monoton seperti dugaanku. Aku pasti tidak kerasan di sini. Barang-barangnya membosankan!"
DUG
Ia menabrak punggung keras yang ternyata mengeluarkan keharuman samar karena terlalu fokus dengan lukisan.
Sialan!
" Ini kamar kita!" kata Rendra membuka pintu kamar berpelitur coklat.
" Kita? Tidak bisakah aku tidur di kamarku sendiri? Kau tahu kan aku tidak mengenalmu. Aku tidak bisa tidur dengan orang yang aku kenal!" oceh Alisha menunjukkan ketidaksukaan secara terang-terangan.
Tapi Rendra tak menggubris kalimat bernada ketus yang baru saja terlontar. Ia sudah menduga hal-hal semacam ini.
" Aku harus segera bekerja. Kamu masuk dan istirahat lah dulu!" Rendra tersenyum meski Alisha masih cemberut. " Aku berangkat!"
Alisha mendengus tak suka. Ia benar-benar merasa seperti tinggal bersama orang yang lebih pantas ia panggil Om dari pada suami.
" CK, bosan. Kenapa Papa membiarkan orang asing ini menikahiku sih?" Alisha melempar kopernya ke sembarang arah. Ia frustasi karena dalam sekejap dunianya berubah.
Rendra rupanya kembali pabrik karena ia masih memiliki beberapa tanggung jawab di sana. Rendra mengisi hari-harinya dengan memimpin perusahaan papanya yang bergerak di bidang pengolahan ikan. Dia juga memiliki restoran di kawasan pantai yang kerap di penuhi wisatawan asing.
"Wah, sudah balik Pak? Katanya ada acara?" tanya Yazid. Orang yang paling di andalkan Rendra di perusahannya.
Rendra mengangguk. " Barusan datang. Gimana anak baru yang di kasir? Jadi resign dia?"
" Jadi Pak, tapi sudah saya ganti dengan Dwi. Dia yang udah lama ikut kita, jadi dia saya upgrade terus posisi waiter saya carikan anak baru!"
"Prioritaskan anak sini yang di terima!"
Yazid mengangguk. " Sudah Pak. Saya selalu ingat pesan Pak Rendra!"
Ia kembali ke rumah jelang petang. Tapi bukannya sang istri yang membukakan pintu, melainkan pembantunya.
" Alisha sudah makan bi?" tanya Rendra sembari melangkah masuk.
" Nganu mas, dari tadi saya panggil nggak keluar." jawab Bi Ani muram. Bingung dengan istri majikannya itu.
Rendra terlihat cemas. Ia lantas membuka pintu kamarnya lalu mendapati Alisha membaca komik dengan kuping yang mengenakan headset.
Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya tak menyadari kedatangan suaminya.
" Sha!" Rendra menepuk pundak istrinya.
" Alisha!" Rendra melepas paksa benda yang tertempel di kuping itu ketika ia tak di jawab.
"Apaan sih, ganggu aja!" Alisha mendengus saat suaminya merasa telah mengganggunya.
" Kata bi Ani kamu belum makan. Kenapa gak makan? Kasihan yang ada di perut kamu!"
Alisha menoleh kesal. Ia bahkan lupa kalau dia mengandung. Dan setiap Rendra membahas hal itu, ia menjadi malu sendiri.
" Kamu makan lah dulu. Aku mau mandi sebentar!"
Alisha kesal karena laki-laki itu gemar memerintahnya. Ia lantas memilih pergi menuju menuju meja makan saat gemericik air di kamar mandi mulai terdengar.
" Mbak Alisha mau makan apa, biar bibi siapin?"
Alisha melihat menu yang ada di meja makan. Ia kaget karena menu di meja makan terlihat sangat banyak.
" Memangnya mau ada tamu?" tanya Alisha.
Bi Ani mengerutkan dahinya. " Tamu, tidak ada mbak!"
" Kenapa masaknya banyak?"
Bi Ani kemudian tersenyum. " Sengaja masak banyak biar mbak Alisha makannya banyak. Tadi mas Rendra yang nyuruh!"
Dan ketika Rendra menyusulnya ke meja makan, gadis itu langsung mengajukan pertanyaan yang dari tadi ia pendam.
" Kamu bilang sama pembantu kamu kalau aku hamil?" ia menatap dengan muka kesal.
" Nggak memangnya kenapa?" jawab Rendra santai sembari menarik piring lauk berisikan ayam serundeng di depannya.
Alisha kini malu karena menduga Rendra sudah mengatakan mengenai dirinya yang berbadan dua dan membuat pembantu itu memasak dalam porsi yang banyak.
.
.
.
.
FYI,
Hukum Menikahi Perempuan Hamil dari Hasil Zina dengan Orang Lain
“Hukum menikahi perempuan ini (hamil di luar nikah) bagi orang yang tidak zina dengannya adalah sah. Tapi haram baginya menggauli hingga anaknya lahir. Tambahkan penjelasan. Bagi laki-laki yang tidak berzina dengannya adalah sah dan tidak perlu akad nikah ulang setelah isterinya itu melahirkan. Namun laki-laki yang menikahinya tersebut tidak boleh menggaulinya hingga melahirkan.” (Fatawa al-Azhar)
Syekh Muhammad Amin dalam kitab Adlwa’u al-Bayan fi Idhahi al-Quran memberi alasan, laki-laki dalam konteks ini dilarang menggaulinya, padahal sudah menjadi istrinya yang sah. Sebagai bentuk penjagaan nasab seorang anak, agar air mani suaminya tidak bercampur dengan air mani yang dihasilkan dari zina.
Sumber: Google
Alisha pura-pura memejamkan matanya ketika terdengar suara pintu berderit. Menandakan jika Rendra pasti akan masuk. Dan benar saja, aroma parfum pria itu bahkan lebih dulu menyapa hidungnya. Dan anehnya, ia merasa tak keberatan dengan aroma itu.
Rendra yang sudah berada di dalam menatap sekilas Alisha lalu kemudian mendekatkan diri ke arah ranjang. Tapi bukannya tidur bersama, melainkan mengambil bantal lalu meletakkannya di sofa kamar itu.
Alisha membuka matanya sebelah lalu melirik Rendra yang kini berbaring sembari melipat kedua tangannya. " Bagus lah kalau tidur di sana. Aku tidak perlu repot-repot cari alasan!"batinnya lega.
Rendra sengaja tidur di sofa karena ia tahu baik dirinya maupun Alisha belum memiliki perasaan apapun. Ia hanya mengikuti nuraninya agar semuanya terselamatkan. Nurani yang timbul ketika ia melihat Bimantara dan Suci yang sangat sedih kala itu.
Dan ketika Alisha bangun keesokan paginya, ia sudah mendapati sofa di depan sana kosong. Bantal yang semula di pakai Rendra juga sudah kembali ke sampingnya. Jelas menegaskan jika pria itu sudah bangun lebih awal dari dirinya.
" Dia sudah bangun?" ia bergumam lalu mengalihkan pandangan ke jam dinding. "Astaga, sudah jam delapan!"
Alisha buru-buru bangkit tapi dia tiba-tiba merasa pusing. Ia lantas berdiam diri sejenak dan berharap dirinya tidak pingsan.
" Kenapa perutku terasa mual?" keluhnya menyadari jika ada yang tidak beres pada dirinya.
" Huek!" ia mual.
Ia berjalan menahan rasa pusing ke kamar mandi lalu mengeluarkan semua isi perutnya hingga mulutnya terasa pahit. Dititik ini, ia kembali teringat dengan Farraz yang membuat hidupnya bagai terpenjara.
Satu jam kemudian, Alisha yang merasa perutnya sudah lebih baik memilih turun dan melihat bi Ani sedang sibuk mengelap kaca lemari yang di dalamnya berisi barang-barang antik.
" Bi!"sapa Alisha.
" Eh mbak Alisha. Mau sarapan?" balas wanita itu yang langsung berdiri sigap.
Alisha menggeleng. Ia tak berselera makan. Apalagi, perutnya kini seperti di aduk ketika mencium aroma bawang ataupun bumbu.
" Rendra. Emmm mas Rendra, sudah berangkat?" ia segera meralat ucapannya dengan muka ragu-ragu sebelum membuat pembantu itu curiga jika ia dan Rendra menikah karena paksaan.
"Sudah mbak. Hari ini ada rekrutmen karyawan baru katanya. Makanya beliau berangkat pagi."
Rekrutmen? Sial. Ia bahkan tak tahu apa-apa mengenai pekerjaan suaminya itu. Ia kini bahkan bingung harus melakukan apa. Ia bosan dan ingin pergi jalan-jalan. Tapi semua itu urung ketika ia mendengar ucapan Papanya tempo hari.
" Kamu beruntung karena pria macam Rendra mau menikahi kamu tanpa syarat. Jaga kelakuan kamu. Kalau sampai kamu berbuat macam-macam, jangan sampai menyesal kalau kamu kehilangan segalanya Alisha!"
Siang harinya ,ia kembali muntah-muntah. Kepalanya juga sangat pusing. Tapi ia segera terkejut ketika sebuah tangan tiba-tiba memijat tengkuknya yang bersimbah keringat dingin. Ia menoleh.
" Lepas!" Alisha menggoyangkan pundaknya menepis tangan Rendra.
"Sejak kapan kau muntah?" Rendra khawatir.
"Tadi pagi!" sahutnya acuh tak acuh.
Rendra makin cemas menatap Alisha yang pucat. " Kata bi Ani kau belum makan sejak pagi. Lihatlah, kau bahkan pucat Alisha. Kenapa kau selalu sulit diatur?"
"Kau siapa hendak mengatur ku?" Alisha nyolot karena merasa bila Rendra sudah melewati batasannya. Ia tak suka di atur apalagi di nasihati oleh pria yang memaksanya menikah.
" Alisha. Aku suamimu!"
" Sampai kapanpun aku tidak akan menganggap mu suamiku!"
Rendra terdiam sembari menyabarkan diri kala perempuan itu melewati begitu saja. Ia sejurus kemudian mengikuti Alisha yang berbaring di atas kasur lalu memejamkan matanya.
" Dua hari kedepan aku akan sibuk. Kalau kau seperti ini terus, kau bisa sakit!"
" Bodo amat. Sekalian aja biar mati!"
" Alisha!" kali ini Rendra terpancing dan mengeraskan suaranya.
" Apaan sih? Bentak-bentak. Kalau gak suka ceraikan aja, beres kan?"
Rendra menggeleng menguatkan diri. Ia sejurus kemudian memilih keluar lalu menemui Bi Ani karena jika di teruskan ia takut akan kehilangan kontrol.
" Jangan terima tamu asing selama aku tidak ada di rumah."
" Antar saja makanan ke kamar jika Alisha tidak turun!"
" Baik mas!"
Malam harinya, Rendra masuk ke kamar dan mendapati Alisha sudah tertidur. Ia mendekat dan mencoba membangunkan.
" Alisha!" ucap Rendra hati-hati.
Alisha yang sebenarnya belum tertidur langsung membuka matanya sambil melengos. " Apa?"
"Aku besok pergi dua hari!"
" Terserah!"
"Ini pegang lah. Jika ingin membeli sesuatu kamu bisa menggunakan ini!"
Alisha melirik sebuah kartu yang di letakkan diatas kasur oleh Rendra. Pria itu terlihat lebih segar seperti baru mandi.
" Aku hanya minta jaga dirimu sendiri. Kau tahu kan Papamu memiliki riwayat sakit berat! Setidaknya jangan buat mereka khawatir!"
" Lama-lama kayak Mama kamu ini ya?" Alisha muak karena Rendra ternyata sangat cerewet.
Rendra diam. Usia yang terpaut jauh jelas membuatnya sadar jika Alisha masih sangat labil. Tapi terlepas dari itu semua, ia tahu jika Alisha sebenarnya baik.
" Istirahatlah!"
Alisha tak menjawab dan terus menerus memasang muka kesal. Alisha pikir, laki-laki itu akan tidur di sofa. Tapi hingga tengah malam Rendra tak kembali. Laki-laki itu rupanya kini sedang berada di sebuah ruangan dan sengaja menyendiri.
" Menyingkir!"
DOR! DOR!
" Tidak!"
Matanya kembali memejam ketika kilasan peristiwa mengerikan itu kembali terputar di otaknya. Bahkan hingga lewat beberapa tahun, semua kilasan kejadian itu masih membuatnya gemetar.
" Semua ini lebih sulit dari yang akan duga. Semoga kau tahu apa yang sedang aku lakukan saat ini adalah untukmu!" ucapnya sembari menatap sebuah foto di atas mejanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!