Kelopak mataku bergerak menyambut keremangan yang sendu.
“Siapa?” Tanyaku.
Aku dapat melihat postur tubuh seorang laki-laki sedang membungkuk. Tangannya bergerak menopang tubuhku untuk bangkit.
Beberapa menit yang lalu aku terbangun dari tidur dalam keadaan tidak normal. Kepala dan sekujur tubuh terasa sakit semua. Tenggorokanku juga pedih. Aku tidak pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya. Aku bersumpah, untuk mengangkat kelopak mata dan menggerakan jari saja butuh tenaga yang sangat besar. Rasanya, tubuhku hancur setelah berlari marathon puluhan kilo tanpa henti.
Untung saja laki-laki itu menyadari pergerakanku yang lemah. Ia langsung bergerak menghampiri lalu meletakan tangannya di atas dadaku. Entah apa yang ia lakukan tapi setelah itu aku mulai merasa baikan. Laki-laki itu kemudian membantuku duduk. Ia menata bantal untuk menyangga tubuhku kemudian meraih sesuatu di sisi kepala ranjang.
Aku mendengar suara dentingan lonceng sekali.
Laki-laki itu menyodorkan segelas air. Dalam keadaan setengah sadar, tanganku menerima gelas keramik yang dingin itu. Aku langsung mengangkatnya menuju mulut untuk dihabiskan.
“Kaesar, pelan-pelan.”
Aku tidak peduli. Tenggorokanku sudah berteriak kesakitan sejak tadi. Hanya dalam beberapa kali tegukan, gelas itu langsung kering. Aku menghela nafas lega setelah rasa haus yang menggerogotiku menghilang.
“Kaesar?”
Suara lembut laki-laki itu kembali terdengar. Ia memanggilku dengan nama yang asing di telinga. Aku tidak punya keluarga, kerabat, teman, maupun kenalan yang bernama Kaesar.
Setelah mataku terbuka sempurna, aku melihat pemandangan yang tak kalah asing. Sinar matahari yang terhalang oleh tirai raksasa memberikan nuansa remang. Dalam keremangan itu aku melihat ruangan luas yang dipenuhi oleh barang-barang antik. Termasuk ranjang tempatku duduk.
Mataku kemudian terkunci pada sisa cairan hijau lumut di sampingku. Aku jadi tidak yakin apa itu aman dikonsumsi. Bintik-bintik hijau lumut yang pekat tidak tercampur sempurna dengan air yang bening. Padahal aku kira yang barusan aku minum adalah air mineral karena rasanya hambar dan tidak bertekstur.
Aku mengalihkan pandangan sembari mengerjapkan mata berulang kali. Jelas ini sangat berbeda dari tempat tinggalku yang kecil dan minimalis. Kuperhatikan setiap sudut ruangan megah ini. Seluruh bagian tembok merupakan susunan marmer dan bongkahan batu yang besar-besar. Sulit mendeskripsikan detail ruangan tempat aku berada. Aku tidak tahu nama dari setiap ornamen dan properti yang jumlahnya sangat banyak. Yang jelas, ruangan ini adalah replika kamar tidur seorang bangsawan kaya raya. Kemegahannya terlihat jelas dari lampu gantung mewah yang tertanam di langit-langit ruangan yang tinggi. Lampu gantung itu terlihat seperti banyak ranting pohon menjalar dengan daun-daun yang menyala.
Aku baru sadar, kapan ruangan ini menjadi terang? Sejak kapan lampu itu menyala?
“Kaesar?” Panggilnya sekali lagi.
Aku menoleh ke samping. Ekspresinya menunjukkan perpaduan rumit antara kekhawatiran dan kebingungan. Kuperhatikan, penampilan laki-laki ini sangat berkesan. Kulitnya bersih dan sehat dengan garis wajah yang kuat. Aku tidak bisa melihat jelas ototnya karena tertutup pakaian. Yang jelas, tubuhnya terlihat gagah dari luar. Aku yakin mudah untuknya menjadi terkenal di media sosial. Ia memiliki masa depan yang cerah.
Soal pakaian, laki-laki ini mengenakan setelan yang aneh, cenderung berlebihan. Untung saja itu cocok dengan tampangnya yang rupawan. Ada banyak bordiran dan butiran berlian menempel pada kain berkilau yang ia kenakan. Di bahunya juga tersangkut jubah panjang berumbai. Tidak ada orang yang menggunakan setelan seperti itu untuk kehidupan sehari-hari.
Apa mungkin dia seorang aktor?
“Kau tidak mengenalku?” Tanyanya.
Aku mengangguk. “Dan ini di mana?”
Sudah pasti ini bukan lokasi pembuatan drama. Tidak ada peralatan syuting sama sekali. Hanya ada laki-laki itu dan aku. Dia masih berdiri mengamatiku dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rasanya, ia sedang memindai tubuhku sebelum interogasi dimulai
Suara ketukan pintu terdengar sekali.
“Masuk,” ucap laki-laki disampingku.
Pintu terbuka memperlihatkan tiga orang yang berjalan dengan wajah cemas. Mereka juga berpakaian tidak biasa. Pakaian bertabur berlian. Bahkan ada yang ukurannya sangat besar.
Di titik ini aku sadar ada yang tidak beres. Rasanya aku melihat sesuatu yang tidak asing. Pemandangan ini mengingatkanku dengan game yang sering aku mainkan belakangan. Aku menengok ke kanan dan ke kiri memperhatikan suasana yang menyerupai ilustrasi game tersebut.
Apa mungkin Ending of The Fallen World terlalu membebani pikiranku hingga terbawa ke alam bawah sadar?
Pengalaman ini terasa terlalu nyata untuk disebut sebagai bunga tidur.
“Yang Mulia, izinkan saya memeriksa anda.” Perempuan itu bicara padaku.
Semua yang ia lakukan selanjutnya membuat aku terkejut.
Setelah menunduk hormat dan memanggilku dengan ‘Yang Mulia’, perempuan itu mendekat dan menjulurkan tangan. Dari sana keluar lingkaran bercahaya dengan detail yang rumit, persis seperti pola sihir di Ending of The Fallen World. Aku tidak melihat alat apapun di tangan perempuan itu. Dengan mata kepalaku sendiri, aku benar-benar yakin objek 3 dimensi itu keluar langsung dari tangannya.
Mungkin benar aku sedang bermimpi. Karena satu-satunya tempat dimana semua hal aneh bisa terjadi adalah dunia mimpi.
“Saya tidak mendeteksi masalah apapun.” Perempuan itu menatapku dan laki-laki tampan tadi bergantian.
“Apa kau yakin?” Si laki-laki mengernyitkan dahi lengkap dengan tatapan penuh keraguan.
Dengan kebingungan yang sama, perempuan itu mengulang apa yang telah ia lakukan sekali lagi. “Saya yakin, Pangeran Pertama. Saya pastikan Putra Mahkota baik-baik saja.”
“Tapi sepertinya dia tidak mengenaliku.”
Wanita itu menaikan alisnya, menoleh ke arahku. “Benarkah begitu, Putra Mahkota?”
Aku yang masih linglung tidak langsung menjawab. Saat aku sadar mereka menungguku bicara aku makin kebingungan. “Putra Mahkota? Aku bukan Putra Mahkota?” Aku menunjuk diriku sendiri. Tidak pernah sekalipun dalam 35 tahun aku hidup aku dipanggil dengan gelar tersebut.
Alis si perempuan terangkat sekali lagi. Kelopak matanya terbuka lebih lebar. Setelah itu hanya kesunyian yang terjadi. Baik si perempuan maupun dua rekannya tidak bersuara.
“Kaesar, apa kau ingat siapa dirimu?” Tanya Pangeran Pertama.
Aku merasa seperti orang bodoh karena menerima pertanyaan seperti itu. Namaku Andra, tapi itu jelas bukan jawaban yang dia inginkan.
Perempuan itu menyela. “Izin, Yang Mulia. Saya rasa kita perlu segera memanggil Penyembuh dari kuil. Mungkin mereka dapat menemukan sesuatu.”
“Lakukan sekarang,” perintah Pangeran Pertama.
Mereka bertiga pamit undur diri.
“Kaesar, apa kau ingat apa yang terjadi sebelum kau tidak sadarkan diri?”
Aku mengangguk tanpa berniat menjelaskan apapun. Aku mengangkat telapak tanganku ke arahnya. “Sekali lagi, aku bukan Kaesar.” Ingatan kami pasti berbeda.
Pangeran Pertama merentangkan tangan kanannya. Dari sana keluar hologram rumit seperti sebelumnya. Sekali lagi, detail lingkaran yang aku lihat menyerupai pola sihir di Ending of The Fallen World. Tangan Pangeran Pertama tertuju pada sebuah cermin besar yang berdiri tegak di pojok ruangan. Cermin itu kemudian melayang dan mendarat di sampingku. Sesuai dengan arah gerakan tangannya.
Sungguh pertunjukan yang memukau, layak untuk mendapat tepuk tangan meriah. Baru sekali tanganku bertepuk, aku langsung berhenti karena melihat pantulan yang muncul dari cermin.
Aku bukan aku.
Setelah memperhatikan lebih dalam aku masih dapat melihat sisa-sisa keaslian tubuhku. Tapi banyak hal yang berubah. Rambutku menjadi sangat panjang. Tubuhku lebih berisi, tegap dan tinggi. Rasanya hidung dan pipiku yang paling banyak berubah. Semua tanda-tanda penuaan hilang dari wajahku. Tidak ada lagi kerutan dan sisa-sisa kelelahan di area mata.
Yang paling mencengangkan adalah penglihatanku menjadi sangat tajam. Dengan jarak sejauh ini aku bisa melihat garis bibirku dengan jelas di cermin. Itu tidak wajar. Seharusnya aku tidak bisa melihat dengan jelas tanpa kacamata. Aku yakin penglihatanku yang sekarang lebih tajam dari penglihatan normal yang selama ini aku bayangkan.
Aku dapat merasakannya dengan jelas.
Ini bukan tubuhku.
“Anda adalah Putra Mahkota Kerajaan Dialaz, Kaesar Andallian.” Laki-laki itu menahan bahuku. Memastikan aku melihat wujudku dalam cermin.
Sangat sulit dipercaya.
Tiba-tiba aku bermimpi menjadi salah satu karakter legendaris di Ending of The Fallen World. Padahal dia bukan karakter favoritku.
Kalau begitu… Apa laki-laki ini Pangeran Pertama yang aku tahu?
“Siapa namamu?”
“Kalliel. Kalliel Andallian.”
Lihat. Dugaanku tidak meleset.
Saat aku masih sibuk dengan isi kepalaku sendiri, segerombolan orang kembali datang. Mereka mengenakan pakaian yang lebih polos namun tetap berlapis-lapis. Mereka pasti abdi dewa. Dari lambang yang ada di dada mereka, aku tahu mereka berasal dari kuil Dewa Matahari.
Mereka memintaku berbaring. Laki-laki yang paling berumur kemudian berjalan mendekat. Ia melakukan pemeriksaan dengan menyapu seluruh bagian tubuhku dengan bola bercahaya yang keluar dari tangannya.
“Tidak ada masalah apapun, Yang Mulia.”
Lagi-lagi dia mengatakan hal yang sama.
Mataku menatap lurus ke langit-langit. Ada kain tipis yang menjadi kelambu bagi ranjang ini.
Sungguh mimpi yang aneh. Suara orang-orang yang mengobrol di sampingku terdengar sangat nyata. Mereka sedang membicarakan apa yang mungkin terlewatkan dari pemeriksaan tadi. Mereka juga membahas keadaan Kaesar yang hilang ingatan.
Aku bukan Kaesar, tentu aku tidak mengerti percakapan mereka sepenuhnya. Yang aku lakukan hanya diam menunggu aku terbangun dari mimpi ini.
‘Bangun, bangun, bangun,’ ucapku dalam hati berkali-kali. Sudah seperti jampi-jampi.
Sekelebat ingatan tiba-tiba muncul. Seorang wanita meneriakan namaku dan Kalliel dari jendela kastil. Dia memintaku untuk kembali. Kalliel kecil langsung berlari dengan menyeret tanganku ke arah wanita tersebut.
Aku menyentuh kepalaku yang tidak sakit.
Ingatan yang barusan lewat di kepalaku tidak terlalu jelas tapi terasa nyata.
Aku mulai merasa terganggu dengan obrolan mereka yang tidak juga berhenti. Kalliel berulang kali mengungkit keadaanku yang hilang ingatan. Walaupun ini hanya sebuah mimpi, kekesalanku sebentar lagi tumpah. Keadaan yang membingungkan ini membuatku pusing. Ditambah lagi aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Aku harus berangkat ke kantor.
Hal yang tidak terduga kembali terjadi saat aku sibuk menggerutu dalam hati. Tiba-tiba aku berdiri di sebuah ruangan tanpa pintu dan jendela. Hanya ada barisan rak-rak penuh buku yang menempel di tembok. Ada sebuah meja sangat besar dengan sebuah kursi. Di tengah meja itu ada tumpukan buku yang berserakan. Di bawahnya ada banyak keranjang kayu yang berceceran hingga keluar dari kolong meja. Ada banyak gulungan kertas berbagai ukuran di dalamnya.
Anehnya, aku masih bisa mendengar jelas kelanjutan dari pembicaraan Kalliel dan penyembuh dari Kuil Dewa Matahari.
Aku berjalan mendekati buku yang terbuka di atas meja. Aku terkejut melihat goresan tinta yang persis seperti tulisan tanganku. Baru saja aku akan meraihnya, tiba-tiba sesuatu menyentuh pundakku. Itu membuatku sangat terkejut karena di tempat itu tidak ada orang selain aku.
‘Kaesar, buka matamu. Bangun!’
Aku mendengar suara Kalliel. Ketika keinginanku untuk kembali menemuinya datang, aku benar-benar kembali ke kamar Kaesar. Aku kembali ke dunia nyata.
Aku masuk ke dalam cerita Ending of the Fallen World.
Kepalaku tidak berhenti bekerja keras untuk menemukan jalan keluar dari situasi ini. Aku melakukan berbagai cara untuk terbangun dari keadaan yang aku kira hanya sebuah mimpi. Aku melakukan banyak hal aneh, tidak ada yang berhasil. Lenganku terasa sakit saat dicubit. Kakiku terasa nyeri saat terbentur. Semakin keras aku berusaha, semakin aku yakin ini adalah kenyataan. Aku sempat kelelahan kemudian tertidur. Saat aku bangun aku masih terbaring di atas ranjang Kaesar.
Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti berbuat macam-macam. Aku tidak mau melakukan hal ekstrim seperti melukai diri sendiri apalagi bunuh diri. Walaupun ada kemungkinan semua akan kembali normal, aku tidak punya nyali melakukan hal seperti itu dengan sengaja. Pada akhirnya, aku harus menerima fakta bahwa aku masuk ke tubuh seorang karakter di Ending of The Fallen World.
Jadi ceritanya begini.
Dua bulan yang lalu Kaesar ditemukan tidak sadarkan diri. Kemudian malam kemarin Kaesar akhirnya terbangun dalam keadaan hilang ingatan. Tidak ada yang menyangka hal tersebut mungkin terjadi pada Putra Mahkota Kerajaan Dialaz. Itu karena Kaesar dikenal kuat dan berbakat. Selama ini, orang-orang sudah ketakutan duluan sebelum menghadapinya. Jadi tragedi yang menimpanya menciptakan banyak sekali tanda tanya.
Yang aku ingat, kemarin malam aku tertidur di sofa seperti biasa. Sofa itu sangat nyaman dan memang layak menjadi tempat tidur. Sebelum tidur, aku memainkan Ending of The Fallen World. Berbaring sambil memencet layar hp berulang-ulang jadi rutinitasku selama beberapa bulan terakhir. Jujur, aku memang sudah sampai di tahap kecanduan bermain game tersebut. Dimataku, satu hari tidak akan sempurna tanpa memainkan Ending of The Fallen World.
Ending of The Fallen World adalah permainan peran yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Permainan diawali dengan pemilihan karakter utama. Ada lima pilihan karakter yang merupakan tokoh utama dari masing-masing seri novelnya. Selanjutnya pemain mengarahkan karakter sesuai dengan skenario yang diberikan.
Ada kemungkinan permainan dimulai dalam kondisi yang menguntungkan. Seperti kekuatan relasi yang tinggi dan pengetahuan karakter yang luas tentang dunia. Aspek tersebut memberikan pilihan tindakan yang beragam dan lebih menguntungkan. Sebaliknya, ada juga kemungkinan permainan dimulai di posisi sulit ketika karakter yang mainkan langsung terlibat masalah. Keragaman dan keunikan skenario tersebutlah yang membuat permainan ini menarik.
Pikiranku buyar saat suara ketukan pintu terdengar. Aku berjalan mendekati pintu yang sangat besar. Lebarnya dua kali rentangan tanganku dengan tinggi dua kali tinggi badanku. Anehnya, pintu tebal itu tidak berat untuk gerakan.
Aku mendapati sebuah troli makanan di sana. Ada juga dua penjaga dengan seragam yang gagah berdiri mematung. Mereka berdua sama sekali tidak melirik.
‘Makanan datang lagi!’ Batinku kegirangan. Dengan senang hati aku menarik troli itu masuk.
“Kaesar.” Suara yang aku kenal memanggil nama baruku. Itu Kalliel. Dia mempercepat langkahnya untuk membantuku menahan pintu. Ia juga mengambil alih troli di tanganku dan bergerak menuju meja di salah satu sisi ruangan.
Kamar Kaesar luas dan lengkap. Di area utama ada tempat tidur dan set meja untuk bertamu. Area itu terhubung dengan empat ruangan lain. Ada kamar mandi, ruang penyimpanan, perpustakaan besar dan sebuah ruang kerja. Aku belum sempat menjelajahi semuanya terutama si perpustakaan 5 lantai.
“Duduklah,” perintah Kalliel. Aku menurut.
Aku menikmati sarapan ditemani tatapan tajam dari Kalliel. Dia memang tidak melotot. Tapi karena matanya hanya fokus memperhatikanku, aku jadi merasa terintimidasi.
“Bagaimana perasaanmu? Apa sudah lebih baik?”
Aku mengangguk.
Sekarang aku sedang berada di tubuh Kaesar Andallian. Ia adalah Putra Mahkota kerajaan Dialaz yang berusia 22 tahun, 13 tahun lebih muda dari umurku sebenarnya. Aku tidak bisa jujur mengatakan pada orang-orang di sini kalau aku bukan Kaesar Andallian melainkan Andra Atmajaya yang berasal dari bumi era modern. Sulit untuk menjelaskan kalau dunia ini adalah sebuah novel dan game di dunia asalku. Apalagi premis permainannya adalah masuk ke dunia lain seperti yang terjadi padaku sekarang.
“Bagaimana dengan ingatanmu?”
Aku menggeleng.
“Masih tidak ingat apapun?”
Aku mengangguk.
Kalliel nampak khawatir.
Bicara soal Kalliel, aku lihat kepeduliannya sangat besar terhadap Kaesar. Aku yakin dia tidak sedang berpura-pura. Aku jadi merasa aneh karena seingatku hubungan dua orang itu sangat renggang. Walaupun tidak ada informasi detail tentang keluarga kerajaan Dialaz, tidak pernah sekalipun aku melihat Kaesar dan Kalliel bertindak sebagai sekutu. Salah satu dari mereka pasti mati atau menukar identitas untuk keluar dari istana saat yang satunya menjadi raja.
“Mengenai kondisimu, sejauh ini hanya aku, para penyembuh yang kemarin datang, dan raja yang tahu. Aku harap kamu bisa segera pulih karena hal ini tidak bisa disembunyikan lebih lama.”
“Okay,” jawabku sembarangan. Aku sendiri tidak tahu kapan keadaan akan kembali normal.
“Sebaiknya kamu tidak berbicara dengan orang lain dulu. Jika ada yang ingin kamu ketahui lebih baik langsung bertanya padaku. ” Kalliel melirik troli di sisi meja. “Makanan akan datang 3x sehari, kau harus menjemputnya sendiri di depan itu. Biasanya memang begitu.”
“Okay.”
Keheningan terjadi setelahnya. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut kami berdua. Itu terjadi sangat lama.
Kalliel akhirnya bangkit. “Maaf, aku tidak bisa berlama-lama.” Ia mulai merapikan piring kosong di meja. “Aku akan sering-sering kesini sesekali ditemani para penyembuh.”
“Okay.”
Aku melambaikan tangan pada pintu yang sudah tertutup. Aku berharap laki-laki itu tidak sering datang. Dia membuatku merasa tidak nyaman. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku bertemu anak muda penuh wibawa seperti Kalliel. Kehadirannya yang membuatku merasa segan. Apalagi mengingat dia adalah Penyihir sekaligus Pendekar Aura yang luar biasa. Kekuatannya cukup membuatku takut. Aku harus lebih berhati-hati dalam menyembunyikan rahasiaku saat ini.
Cahaya matahari yang sangat terang menunjukan hari sudah menjelang siang. Aku melompat ke arah kasur. Membanting tubuh dalam keadaan telentang. Pikiranku mulai berkelana.
Kaesar merupakan karakter pendukung yang tidak selalu muncul dalam skenario. Dia adalah pria misterius yang perannya selalu berubah-ubah. Kadang jadi putra mahkota, kadang jadi raja, kadang jadi pemberontak, dan ia muncul lalu hilang tiba-tiba. Aku sering mendengar tentang karakter Kaesar saat menggunakan Tuan Muda William sebagai tokoh utama. Itu karena William merupakan bangsawan dari Dialaz dan sahabat Pangeran Pertama.
Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Aku tidak pernah mempersiapkan diri untuk tiba-tiba masuk ke dunia game manapun. Apalagi game tragis seperti Ending of The Fallen World.
Dalam ratusan percobaan, aku tidak pernah mencapai akhir yang diharapkan. Progres tertinggi yang aku capai adalah 74% dengan rata-rata 39%. Pada akhirnya dunia tetap akan hancur. Namun itu bukan berarti tidak ada akhir bahagia. Akhir bahagia bisa terjadi ketika dunia baru akan hancur setelah skenario selesai. Setidaknya tokoh utama dan rekannya selamat hingga tutup usia secara alami.
Aku jadi ingat ruangan misterius kemarin. Sejalan dengan keinginanku untuk pergi ke ruangan itu, aku pun berpindah tempat. Aku kembali menapakkan kaki ke ruang misterius tanpa pintu dan jendela.
Apakah ini yang namanya sihir?
Jujur aku masih bingung. Dari kemarin aku berkali-kali mencoba mengeluarkan api dari tangan tapi tidak berhasil. Dan barusan, hanya dengan memikirkan tempat ini, aku langsung berpindah tempat. Aku masih tidak mengerti sihir.
Aku berdiri di tempat yang sama seperti kemarin. Kali ini aku memberanikan berkeliling untuk melihat apa saja yang ada di sana. Aku meneliti ruangan itu tanpa gangguan siapapun. Aku berjalan memperhatikan barang-barang yang ada di sekitar meja. Hampir semua tulisan disini menggunakan alfabet dari dunia asalku. Keberadaan huruf yang familiar itu membuat aku merasa lega sekaligus bertanya-tanya. Dari mana Kaesar mengenal tulisan seperti ini?
Langkahku melambat saat mendekati rak yang besar yang melapisi dua pertiga dinding ruangan ini. Ada ribuan buku tersusun di sana. Dari tulisan pada tulang buku, aku yakin mereka semua berkaitan dengan sihir. Ratusan gulungan kertas itu juga sama. Dengan rasa penasaran yang memuncak, aku meraih satu persatu buku dan membacanya dengan ligat. Aku yakin ada sesuatu yang bermanfaat di sini.
Waktu terus berjalan sementara aku fokus membalik halaman demi halaman. Tangan kanan yang aku gunakan untuk menyangga kepala tiba-tiba tergelincir. Aku merasakan sensasi aneh pada tubuhku sendiri. Rasanya sesuatu menggetarkan tubuhku walaupun tidak terjadi apa-apa. Sekali lagi, di ruangan ini hanya ada aku sendiri. Perlahan telingaku mendengar suara aneh dengan lebih jelas.
“Kaesar, bangun.” Itu Kalliel. Perasaanku mengatakan ia sedang membangunkanku di dunia nyata.
Aku harus kembali.
Mataku menyambut wajah khawatir Kalliel saat terbuka. Suasana kamar telah berubah. Dari jendela aku melihat langit sudah sangat gelap. Sepertinya aku terlena dengan gudang pengetahuan milik Kaesar. Terlalu banyak hal menarik yang aku temukan di sana.
“Apa kamu baik-baik saja?”
Aku mengangguk.
“Tidurmu sangat lelap. Kau bahkan tidak mendengar ketukan penjaga berkali-kali. Mereka khawatir karena kau tidak menyentuh makananmu sejak siang tadi.” Kalliel menunjuk troli makanan di sisinya. “Makanlah. Kau harus makan yang banyak agar cepat pulih.”
“Okay.”
Aku diam menunggu pangeran itu keluar.
“Kau tidak makan?”
“Nanti,” ucapku.
“Okay.” Kalliel malah duduk di kursi yang entah sejak kapan ada di samping ranjangku. Sepertinya ia akan menunggu dan memastikan aku benar-benar makan.
Aku bangkit mendorong troli makanan ke meja tengah. Kalliel juga bergerak mengikuti. Sama seperti tadi pagi, aku makan di hadapan Kalliel yang tidak berhenti memperhatikanku.
“Apa aku harus menemanimu makan setiap hari?”
Aku menggeleng secepat kilat. Aku bahkan membentuk tanda silang dengan kedua tanganku. Ia nampak kecewa tapi aku tidak peduli.
Ruang Rahasia adalah sebuah tempat yang berada di dimensi lain. Jiwaku bisa beraktivitas dengan bebas di sana sedangkan tubuhku di dunia nyata tak sadarkan diri. Meskipun begitu, hubunganku dengan dunia nyata tidak sepenuhnya terputus. Aku masih bisa mendengar dan merasakan apa yang terjadi pada tubuhku walaupun melemah seiring waktu.
Ruangan tersebut berisi rak buku raksasa yang dipenuhi catatan mengenai sihir. Ada juga gulungan kertas dan barang-barang lain yang masih belum sempat aku periksa. Di tempat itu aku menghabiskan waktu untuk menggali informasi. Hampir seluruh buku yang aku temukan berkaitan dengan penelitian sihir Kaesar. Sisanya berisi informasi krusial tentang berbagai hal di luar sana.
Aku jadi semakin takjub dan penasaran dengan sosok Kaesar yang sebenarnya. Ia baru berusia 22 tahun tapi bagaimana ia bisa menulis karya sebanyak itu. Setiap lembar kertas di Ruangan Rahasia ditulis sendiri oleh Kaesar Andallian. Karena semua ini tentang sihir, ada juga banyak simbol dan pola yang ia gambar dengan indah. Tulisan tangan kami memang mirip, tapi aku tidak yakin bisa meniru gambar yang Kaesar buat.
Di Ruang Rahasia, aku sibuk mencari dan memilah buku mana yang sanggup dan harus aku pelajari lebih dulu. Aku tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan sumber pengetahuan yang aku punya sekarang. Aku butuh kekuatan dan informasi untuk bertahan hidup di dunia ini. Aku harus dapat menggunakan sihir setidaknya untuk melindungi diriku sendiri.
Sihir adalah kekuatan yang dipanggil dari dimensi lain. Pada awalnya sihir hanya bisa digunakan oleh para naga. Hingga suatu hari, seorang bayi lahir dari hubungan naga dan manusia. Anak yang lahir melalui rahim manusia itu memiliki kekuatan dan karakteristik naga. Dia dan keturunannya itulah yang merupakan manusia-manusia spesial yang bisa menggunakan sihir. Mereka disebut Maahir.
Perbedaan antara Maahir dan individu lain adalah kemampuan mereka dalam merasakan dan mengendalikan Manna. Manna adalah energi naga. Bisa dibilang Manna merupakan bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan sihir. Karena itu kemampuan Maahir dalam mengendalikan Manna adalah faktor terpenting dalam menggunakan sihir. Berdasarkan bagaimana mereka menggunakan sihir, Maahir dibedakan menjadi 3 yaitu Penyihir Agung, Penyihir, dan Pemantra.
Pertama, Penyihir Agung. Mereka adalah yang terkuat dan paling berkuasa. Mereka adalah Maahir yang dapat menggunakan bahasa naga. Ucapan atau mantra dalam bahasa naga yang keluar dari mulut mereka bisa memanggil sihir yang melampaui hukum alam. Jumlah Penyihir Agung yang tercatat dalam sejarah tidak banyak. Biasanya hanya ada 2 atau 3 Penyihir Agung dalam satu generasi. Itu karena sangat sulit untuk mencapai tingkat Penyihir Agung. Banyak Maahir mempertaruhkan nyawa dan gagal dalam proses tersebut. Banyaknya korban yang berjatuhan membuat Maahir generasi awal mencari jalan lain untuk menggunakan sihir. Yaitu dengan menerjemahkan bahasa naga dalam bentuk pola.
Dengan bantuan para naga, Maahir mulai menyusun pola yang bertindak sebagai gerbang pemanggilan sihir. Pola tersebut dibentuk dari aliran Manna yang dikendalikan sedemikian rupa. Setiap pola dan rangkaian memiliki maksud dan tujuan masing-masing. Oleh karena itu diperlukan pemahaman dan kemampuan mengendalikan Manna yang baik untuk berhasil melakukan hal tersebut. Para Maahir yang mampu menciptakan pola untuk memanggil sihir secara langsung disebut dengan Penyihir.
Terakhir adalah Pemantra. Mereka merupakan Maahir yang tidak bisa memanggil sihir secara langsung. Mereka tidak menguasai bahasa naga dan pola pemanggilan sihir. Karena itu Pemantra bekerja dengan mengaktifkan pola sihir yang sudah dibuat sebelumnya. Biasanya mereka menggunakan kode berupa ucapan yang juga disebut dengan mantra. Selain itu, sihir yang tertanam pada benda tertentu bisa diaktifkan dengan mengalirkan sedikit Manna sebagai pemantik.
Kaesar yang asli dikenal sebagai seorang Penyihir level atas. Seorang Penyihir level atas dapat menciptakan pola dan memanggil sihir dengan cepat dan presisi. Komunitas Maahir menganggap Kaesar setara dengan Penyihir Agung meski Kaesar tidak menguasai bahasa naga. Itu karena Kaesar terlihat seolah bisa mengendalikan sihir tanpa pola dan mantra berkat keterampilannya yang melampaui penglihatan manusia. Dengan kemampuannya, Kaesar dapat memanggil sihir besar dengan pola yang sangat rumit dalam sekejap. Sihir-sihir tersebut dikatakan sebanding dengan bencana alam destruktif yang dapat menghancurkan sebuah negara dalam hitungan detik. Karena itu Kaesar termasuk sosok yang disegani karena kemampuannya yang menakutkan.
Kaesar banyak melakukan hal-hal diluar nalar sejak usia muda. Meskipun ia tidak memiliki guru apalagi belajar di akademi sihir, pencapaiannya sudah melampaui apa yang pernah tercatat dalam sejarah. Seperti itulah gambaran karakter Kaesar yang dinarasikan dalam Ending of The Fallen World. Di beberapa skenario, muncul kelompok seperti kultus yang memuja Kaesar. Anggota kelompok tersebut menyebut Kaesar sebagai sosok legenda yang akan mengembalikan masa kejayaan sihir di dunia.
Setelah menjadi Kaesar, aku tahu Kaesar mencapai kehebatan tersebut bukan dalam satu malam. Ia bekerja keras untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam menggunakan sihir. Ruangan misterius ini dan apa yang di dalamnya merupakan bukti yang sangat nyata. Aku menemukan banyak salinan kitab naga lengkap dengan penelitian lanjutan mengenai hal tersebut. Selama ini Kaesar melakukan penelitiannya sendiri. Ia fokus pada penyederhanaan serta penciptaan pola baru berdasarkan data yang ia miliki. Aku bisa melihat perbandingan pola yang umum digunakan dengan pola yang Kaesar ciptakan. Sebagai seseorang yang benar-benar pemula, milik Kaesar lebih mudah dipahami dan efisien di mataku.
Aku tidak tahu bagaimana bentuk asli kitab naga tapi aku yakin benda itu sangat sakral dan sulit didapatkan. Ada daftar panjang kitab naga lengkap dengan seri dan halaman yang belum Kaesar temukan. Sepertinya kitab itu terpecah menjadi banyak sekali bagian. Aku penasaran tapi untuk sekarang aku harus mengesampingkan hal tersebut. Hal-hal mengenai kitab naga masih berada di luar jangkauanku.
Ayo pelajari sihir saja dulu.
Pola sihir adalah hal dasar yang harus dipelajari oleh semua Maahir.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk menciptakan pola adalah mengendalikan Manna. Manna merupakan energi yang digunakan sebagai bayaran pemanggilan sihir. Manna bisa dihasilkan dari tubuh Maahir sendiri dan bisa juga diekstrak dari Batu Manna. Kemampuan mengendalikan Manna menjadi penentu level atau tingkatan seorang Penyihir. Tingkatan tersebut didasarkan pada jumlah Cincin Manna yang seorang Penyihir bisa selaraskan. Cincin Manna yang dimaksud adalah gumpalan Manna yang bergerak sangat cepat membentuk lingkaran. Seorang Penyihir harus membuat sebanyak mungkin Cincin Mana yang berpotongan pada satu titik tanpa bertabrakan untuk menentukan level mereka.
Dengan menggunakan tubuh Kaesar, aku mendapat banyak sekali keuntungan. Aku bisa dengan mudah mendeteksi Manna dan mengendalikannya. Hanya dengan memahami petunjuk yang ditulis Kaesar, aku langsung menjadi manusia super. Rasanya ada indera baru yang terbuka dan membuatku bisa merasakan Manna yang ada di dalam dan di luar tubuh.
Pencapaian terbaikku saat ini adalah menyelaraskan Cincin Manna dengan jumlah tidak terbatas. Aku hanya gagal beberapa kali sebelum akhirnya berhasil terus-menerus menambah jumlah cincin yang aku gerakan. Sekali lagi, itu berkat teknik dan penjelasan yang Kaesar tulis.
Masalah muncul ketika aku harus menggerakan Manna kesana kemari untuk membentuk pola sihir. Pola sihir adalah susunan dari banyak kode unik. Butuh konsentrasi besar untuk menciptakan pola yang presisi. Ditambah lagi aku tidak berpengalaman dalam menggambar dan berimajinasi. Karena itu, memanggil sihir dengan pola menjadi hal yang sulit.
Aku gagal berulang kali.
Sihir akan tetap muncul walaupun ada bagian pola yang keliru. Hanya saja, setitik kesalahan yang terjadi bisa memunculkan hasil yang jauh berbeda dari yang diinginkan. Misalnya bola api yang seharusnya keluar dalam satu garis lurus malah menjadi semburan asap yang melenceng kemana-mana. Jika aku tidak berhati-hati, gerakan Manna yang salah juga bisa berbalik menyetrum tubuhku sendiri. Rasanya menyakitkan.
Setelah berhari-hari menghabiskan waktu di Ruang Rahasia, akhirnya aku sukses menggunakan sebuah teknik sihir. Sayangnya, aku melakukan itu bukan dengan menciptakan pola. Aku malah berhasil saat mencoba jalan paling beresiko yaitu mantra naga. Rasanya campur aduk. Aku merasa kegirangan dan tidak percaya sekaligus.
Saat berkutat dengan catatan Kaesar aku menemukan sebuah rahasia yang dunia ini belum tau. Aku juga belum pernah menemukan fakta ini dalam game. Rahasia yang ku maksud adalah Kaesar yang sebenarnya menguasai mantra naga. Ternyata Kaesar bukan sekedar Penyihir tingkat atas, dia adalah Penyihir Agung. Setelah mengetahui itu aku berbesar kepala mencoba mantra naga yang berbahaya.
Mantra naga adalah teknik yang mudah sekaligus sulit. Sebenarnya aku hanya perlu mengatakan sesuatu dengan pemahaman dan tekad kuat. Maksudnya aku harus tahu jelas apa yang aku inginkan dan bersungguh-sungguh dalam menginginkannya. Pengetahuan tentang bagaimana detail sihir yang ingin aku ciptakan harus benar-benar akurat. Jika tidak, mantra naga akan membunuh penggunanya. Aku bergidik ngeri saat membaca peringatan itu.
Aku memutuskan untuk mempelajari buku tentang mantra api. Di buku tersebut, Kaesar menjelaskan detail tentang sifat dan karakteristik api. Mulai dari berbagai bentuk kobaran api, warna api, hawa di sekeliling api hingga bagaimana cara api merambat. Semakin dalam pemahamanku tentang api maka semakin akurat api yang tercipta. Pada percobaan pertama hingga keempat tidak ada yang berhasil. Aku bersungguh-sungguh mengucapkan kata ‘api’ tapi tidak ada yang terjadi. Aku memutuskan untuk menyederhanakan keinginanku. Di percobaan selanjutnya akhirnya ada api kecil yang muncul di ujung jariku. Api itu benar-benar terbentuk sesuai dengan manifestasi yang aku lakukan.
Setelah keberhasilan pertamaku, aku melanjutkan latihan dengan lebih bersemangat. Aku kembali mencoba dan berhasil menggunakan bahasa naga berulang kali tanpa kejadian aneh apapun. Awalnya aku kira tidak ada resiko yang perlu aku tanggung. Toh, tubuh ini adalah milik Kaesar yang luar biasa. Tapi kenyataan tak seindah harapan.
Kejadian buruk dimulai saat kakiku tiba-tiba melemah. Aku jatuh menyeruduk lantai. Saat itu aku panik dan langsung kembali ke dunia nyata. Di sana aku juga merasakan nyeri yang sangat hebat. Ternyata tubuhku di dunia nyata sedang meringkuk kesakitan. Tempat tidurku sudah dipenuhi gumpalan merah yang keluar dari hidung dan mulutku. Hari itu, aku pingsan sendirian di atas ranjang penuh darah.
Ketika bangun di keesokan harinya, tubuhku sudah terbaring dengan layak diatas kasur yang bersih. Seluruh bagian badanku dililit perban khusus yang aku yakin sudah diberi berkat. Perban ini sering muncul di Ending of The Fallen World. Fungsinya jelas untuk merawat orang sakit. Kalliel jadi datang mengunjungiku lebih dari sekali sehari. Dia tidak banyak bicara ataupun bertanya. Kalliel hanya diam memperhatikanku seperti biasanya. Kunjungannya terus berlanjut karena setelah hari itu aku masih tumbang berkali-kali.
Aku masih menggunakan mantra naga walaupun harus menanggung resikonya.
Penderitaan itu membuahkan hasil berupa kesimpulan bahwa aku tidak boleh menggunakan mantra naga sembarangan. Padahal bagiku mantra naga jauh lebih mudah dari menggambar pola. Walaupun aku mempelajari mantra naga dengan baik, aku tidak bisa mempraktekannya tanpa menghancurkan tubuhku sendiri. Tubuhku tidak kuat. Aku berhipotesis ini disebabkan oleh jiwaku yang sebenarnya bukan pemilik asli tubuh ini. Saat menggunakan mantra naga, baik di Ruang Rahasia maupun di dunia nyata, tubuhku menjadi sangat terbebani. Ada rasa nyeri tidak karuan. Walaupun ada yang hanya sebentar tapi rasanya selalu mematikan.
Batas yang tidak boleh aku lalui dalam menggunakan mantra naga masih tidak jelas. Bagian yang jelas hanya aku tidak boleh memaksakan diri terlalu jauh. Di satu waktu aku bisa menggunakan tiga mantra naga tanpa kehilangan kesadaran dan di waktu lain aku langsung tidak sadarkan diri dua hari tanpa menyaksikan keberhasilan mantra naga yang aku ucapkan. Sangat disayangkan.
Di titik ini aku mulai merasa dilema. Aku tidak punya banyak waktu. Aku membutuhkan sihir untuk segera memulai hidup sebagai Kaesar. Ada banyak sihir berguna yang hanya bisa digunakan dengan mantra naga. Seperti sihir pendeteksi kebohongan, sihir kejujuran, sihir penghilang ingatan dan sebagainya. Rencananya sihir itu akan aku gunakan untuk mengumpulkan informasi tentang dunia luar. Aku perlu waspada karena aku masih tidak tahu apa-apa yang kenyataan yang terjadi di luar sana. Aku perlu memahami intensi lawan bicara dan kebenaran dari apa yang ia katakan sebagai modal untuk masuk ke medan perang.
Apa yang harus aku lakukan?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!