Pagi cuaca yang cerah, namun tidak dengan Serin. Hati nya terasa pilu. Selama ini yang ia kira hidup nya nyaris sempurna dalam kebahagiaan hancur dalam sekejap.
Orang yang sering ia panggil dengan sebutan Mamah dan Papah kini telah pergi meninggal kan nya selama lamanya akibat kecelakaan yang menimpa kedua nya.
Berita yang mengejut kan bagi nya setelah pulang sekolah. Ia tak menyangka waktu begitu singkat untuk bersama. Tangisan air mata tak dapat lagi ia bendung. Seragam sekolah masih di kenakan, ia pun berlari menuju tempat mamah dan papah nya di baring kan.
" Mamah bangun,, " Lirih nya dengan air mata terus bercucuran. Ia mengguncang tubuh yang telah kaku itu
" Papah juga bangun,, " orang yang hadir dalam pelayatan itu tak kuasa menahan tangis nya melihat Serin yang amat sedih kehilangan.
" Ikhlas kan lah Nak. Mamah Jul dan Papah Aan telah tenang. " Ucap seorang pria paruh baya yang berada di samping Serin.
" Serin tidak punya siapa-siapa lagi. Mamah Jul dan Papah Aan sudah pergi selama-lama nya. Huhuhuhuuuu !" Ucap Serin piluh
" Ini papah asli Serin. " Jelas pria itu membuat Serin membelalak kan kedua mata nya
" Tidak, ini papah Serin. !" Tunjuk nya pada pria yang tengah terbujur kaku itu
" Tenang kan dulu dirimu. Ikhlas kan lah kepergian Mamah Jul dan Papah Aan. Do'a kan mereka agar tenang disana. "
***
Sore hari nya kedua pasangan paruh baya itu telah di makam kan di pemakaman umum. Satu persatu para pelayat pergi meninggal tempat tersebut.
Serin masih betah berada tengah-tengah pemakaman Mamah dan Papah nya.
" Ayo kita pulang ! Hari sudah menjelang magrib. " Ucap Rendi sang kakak
Serin pun menyetujui kakak nya untuk segera pulang. Sesampai nya di rumah, ia menuju kamar Mamah dan Papah nya. Lama ia berdiam diri di dalam kamar itu. Hingga pukul dua pagi ia baru keluar dari kamar itu. Mata sembab nya dapat di tebak bahwa ia menghabis kan waktu nya menangis di dalam kamar itu.
" Makan dulu Ser, !" Ucap Rendi yang juga berada di dapur habis mengambil segelas air.
" Nanti saja, aku tidak lapar. " Kemudian berlalu
Rendi menggeleng-geleng kan kepala nya. Ia hanya ingin melihat adik nya bahagia sebelum ia pergi ke Taiwan untuk bekerja.
Serin kembali memandangi foto kebersamaan mereka semua. " Kenapa kalian secepat ini pergi ninggalin Serin ?" Lirih nya yang mengusap-usap foto itu
Di balik pintu kamar, Wardi melihat putri nya itu menangis. Bagai di tusuk seribu panah tepat jantung nya. "Anak gadisku sudah sebesar ini. Belasan tahun aku tinggal kan diri nya akibat keegoisan diriku dulu."
Rendi mengetahui bahwa Wardi tengah mengintip Serin dari balik pintu. Ia pergi menjauh mengururung kan niat nya untuk membujuk sang adik untuk makan. Biar lah hari ini sang adik diet sehari pikir nya.
Akibat lelah menangis seharian dan di lanjut hingga malam hari nya, Serin tertidur sembari memeluk foto yang habis di pandangi nya.
Pagi hari nya semua keluarga dari mamah dan papah nya itu berkumpul. Serin baru bangun dari tidur nya dengan mata yang bengkak.
" Ser, mari duduk sini. Ada yang ingin kami jelas kan sama kamu. " Ucap tante Rita
" Nanti aja tante, aku lagi gak enak badan. " jawab nya
" Ini penting Ser, setelah ini kamu boleh kembali istirahat lagi. " Tante Rita sedikit memaksa Serin hingga Sering pun mau tak mau menuruti nya
Serin duduk di dekat Rendi, " Apa yang ingin di bicarakan ? Kalo tentang warisan aku tidak tau. " Ucap nya dengan polos
Tante Rita tersenyum mendengar ucapan Serin barusan, " Bukan tentang warisan, tapi.. " Tante Rita menggantung kan ucapan nya, kemudian ia melirik ke arah Wardi dan Rendi secara bergantian.
Wardi mengangguk kan kepala nya dengan isyarat boleh di cerita kan kebenaran nya.
" Tapi apa tante ?" Serin sedikit penasaran dengan apa yang ingin di ucap kan tante nya.
" Emm, jadi gini Ser ! " Ia mengatur posisi duduk nya agar terasa nyaman saat bicara nanti
" Apa yang kamu dengar kemarin itu benar kenyataan nya. Mamah Jul dan Papah Aan hanya lah Tante dan Paman kamu. Papah kamu yang asli yaitu Papah Wardi. " Jelas nya yang kemudian di tolak Serin.
" Bohong, kalian pasti mau ambil rumah ini kan ? Kalian mau usir aku dari rumah ini agar kalian bisa menempati nya setelah aku pergi dari sini. " Hardik nya
Serin menyangka bahwa semua yang di anggap baik kini terlihat sudah buruk nya. Ia melayang kan tatapan sinis pada Tante nya. Wardi menyadari ketidak sukaan putri nya itu, kemudian ia mendekati putri nya. Perlahan ia bicara menjelaskan pada putri nya itu agar bisa mengerti dan menerima kebenaran nya.
" Nak, maaf kan papah mu ini. " Ucap Wardi yang menyentuh lembut pundak Serin
Serin menatap Wardi, " Apa maksud semua nya hah.. "
" Baik, papah akan menjelaskan nya pada mu semuanya. Tapi tenang kan dulu diri mu, jangan marah lagi. "
Serin diam, ia mengatur nafas nya yang mulai terasa sesak. Ia menghirup kemudian ia hembus kan lagi hingga ia merasa sedikit tenang.
" Jadi dulu waktu kamu masih berusia satu tahun, papah menitip kan kamu sama mamah Jul. Karena mamah Jul juga tidak bisa memiliki anak jadi kamu di rawat mereka hingga ia tiada. " Terang nya
Serin bertanya-tanya dalam hati nya, " Jika dia papah kandung ku, lantas mamah kandung ku yang mana ?"
Ia terus melirik-lirik ketiap ibu-ibu yang berada di sana.
" Kamu pasti bertanya-tanya mamah asli mu yang mana? " Serin mengangguk dengan cepat
" Papah dan Mamah mu telah berpisah. Maka dari itu kamu papah titip kan pada Mamah Jul dan Papah Aan agar bisa mencari nafkah untuk membesarkan kamu hingga sukses nanti." Wardi menitih kan air mata nya. Betapa egois nya ia meninggal kan anak gadis nya dulu hingga anak gadis nya tak mengenalinya sebagai orang tua kandung.
Serin memeluk tubuh Wardi, dan pertama kali nya ia memanggil dengan sebutan Papah. Wardi merasa senang karna ini kali pertama nya Serin menyebut nya Papah setelah belasan tahun tidak pernah menjumpai kedua anak nya.
Yaa, Wardi memiliki dua anak dari istri nya. Rendi dan Serin memang sudara kandung.
Rendi menatap haru sang adik dan papah. " Besok setelah selesai seminggu nya Mamah Jul dan Papah Aan, Papah akan kembali lagi ke kalimantan, jika mau ikut dengan papah besok papah akan mengurus nya. Tapi, jika masih ingin di sini tetap lah di sini. "
" Serin di sini aja dulu Pah, nanti setelah selesai sekolah baru Serin susul papah di sana buat cari kerjaan. " Jawab nya
Benar saja, kini Wardi tengah bersiap-siap untuk kembali ke kalimantan. Sedang kan Rendi sudah kembali ke Taiwan dua hari lalu.
" Papah jangan lupa kirim kabar terus ya sama Serin. Jangan lupa sama Serin disini. " Ucap nya dengan tatapan nanar
" Papah tidak akan lupa dengan Serin. Papah akan menunggu Serin untuk ikut ke kalimantan. "
Sebuah mobil pun datang untuk menjemput Wardi ke bandara. Ia melambaikan tangan pada Serin saat mobil hendak berjalan. " Sampai jumpa di kalimantan Nak !" Wardi memberikan sebuah Kiss bay yang di balas juga pada Serin.
Hari demi hari Serin menjalani kehidupan nya tanpa Mamah Jul dan Papah Aan. Ia hidup sendiri di rumah itu namun di dampingi oleh Tante Rita.
Tak lupa juga, tiap tahun ia menjenguk Mamah Jul dan Papah Aan di makam nya. Hidup nya terasa sepih, namun ia mulai terbiasa dengan kesunyian itu. Ia hanya fokus kan diri nya untuk belajar, dan belajar.
...----------------...
Lima tahun kemudian.
Serin telah lulus dari sekolah kejuruan. Sebenar nya ia ingin melanjut kan kuliah kedokteran namun biaya tak memungkin kan untuk sampai kuliah.
Apa lagi Wardi kini telah menikah kembali dan memiliki dua orang anak dengan istri baru nya.
Serin menelpon Papah nya untuk menjemput nya di bandara. Wardi pun menunggu Serin dengan perasaan tak sabaran.
" Papah ! " Panggil Serin dengan suara sedikit nyaring.
Wardi menengok ke sumber suara, ia membentang kan kedua tangan nya.
" Serin kangen papah. "
" Papah juga rindu Serin. "
Wardi pun mengajak Serin untuk makan bersama dulu sebelum ia membawa pulang.
" Wah, di kalimantan sini indah-indah ya Pah. Mudahan saja Serin betah tinggal di Kota. " Ucap Serin dengan antusias.
" Papah yakin kalo kamu pasti betah tinggal di sini. " Jawab Wardi
" Oh ia Pah, buruan kita habisin makanan nya aku sudah tidak sabat mau ketemu adik-adik. "
Akhir nya mereka pun menghabis makanan dengan cepat, Wardi pun mengejar waktu untuk kembali ke kantor.
Setiba nya di rumah, Serin di sambut dengan baik. " Assalamualaikum " Ucap Serin sedikit canggung
" Waalaikumsalam, " Balas Luna yang merupakan istri baru Wardi
Serin pun mencium punggung tangan Luna dengan takzim.
" Ini istri papah, jadi kamu bisa memanggil nya Mamah Luna. " Wardi memberi tau Serin tentang Luna istri baru nya.
" Iya Pah. "
...----------------...
Seminggu sudah Serin tinggal bersama Papah nya, ia berencana untuk melamar pekerjaan yang tak jauh dari rumah nya.
" Jadi anak perempuan jangan malas-malasan. Jangan tau nya main hp saja. " Luna menegur Serin saat Wardi telah berangkat ke kantor.
Serin merasa diri nya di tegur, ia tak masalah selama itu masih dalam kewajaran.
" Aku bukan malas Mah, aku lagi membuat surat lamaran untuk bekerja. " Sahut nya dari dalam kamar.
" Kerja yang rajin biar nambahin beban lagi. " Balas Luna dengan nada tak suka
Serin hanya mengusap-usap dada nya mendengan ucapan istri baru papah nya itu.
Jam 10 Serin baru keluar dari kamar nya. Ia mandi kemudian sarapan mie instan untuk mengganjal perut nya.
" Kalo mau makan itu harus bersih-bersih dulu. Jangan tau nya makan tidur saja. Disini tidak ada pembantu untuk melayani sepenuh nya. " Ucap Luna dengan ketus
Selera makan Serin mendadak menjadi hilang setelah mendengar ucapan Luna. Ia ingin tak melanjuti makanan nya, namun sayang jika terbuang sia-sia. Alhasil ia tetap memakan nya dengan perasaan hambar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!