NovelToon NovelToon

Jerat Cinta Adik Ipar

Bab 1

Di dalam kamar yang gelap tanpa penerangan terlihat seorang wanita yang mengenakan pakaian serba hitam dengan wajah yang terlihat suram melamun bersandar di samping ranjangnya.

Air mata yang telah mengalir deras kini tidak tersisa meskipun masih merasakan kepedihan yang mendalam.

"Tok.. Tok" pintu kamar itu pun berbunyi tapi wanita itu tidak bergeming sama sekali.

"Gina...ini ibu! kamu harus makan sudah hampir seminggu kamu terus mengurung diri di kamar! apa kamu berniat menyusul suamimu?" ucap ibu mertua Gina merasa resah.

Seminggu berselang setelah suaminya meninggal, Gina tidak ingin menemui siapapun di rumahnya bahkan makanan yang selalu di antarkan sama sekali tidak tersentuh olehnya.

Perasaan sedih kehilangan suaminya telah membuat Gina tidak punya semangat untuk hidup.

"Aku tidak tahu lagi cara membuat dia mau makan, bisa-bisa dia menyusul anakku! hiks..kalau saja aku tidak menganggapnya seperti anakku sendiri, aku tidak mungkin sampai berbuat hal yang sia-sia seperti ini" gumam ibu mertua Gina sambil meletakkan makanan di depan pintu kamar.

"Jangan lupa di makan, ibu taruh di depan pintu"

Gina mendengar ibu mertuanya sangat peduli dengan dirinya dan untuk pertama kalinya dia menyadari bahwa dia sudah egois terhadap keluarga suaminya yang sudah baik kepadanya.

Krieett..

Dia akhirnya membuka pintu lalu mengambil makanan itu dan memakannya beberapa suap sambil menangis.

"Kenapa kamu meninggalkan ku? hiks..hiks.." Gina tidak sanggup lagi memasukkan makanan ke mulutnya karena teringat dengan suaminya.

Setelah beberapa saat Gina keluar dari kamar dan membawa piring dan gelas bekas ia gunakan untuk mencucinya.

Dia juga mencuci piring kotor yang ada di dapur dengan bersih dan menatanya dengan rapi.

Dari kejauhan ibu mertua Gina melihatnya.

"Syukurlah dia sudah mau keluar" ucapnya merasa lega.

Gina tidak ingin membuat keluarga suaminya terbebani karena sikapnya yang egois itu.

Kemudian dia kembali ke kamarnya untuk mandi karena merasa tidak nyaman.

"Bu.. aku pulang! apa kak Gina baik-baik saja?" tanya adik ipar Gina ke ibunya setelah pulang dari tempat kerjanya.

"Iya dia baik-baik saja! ibu sudah buatkan makanan kesukaan kamu, sana makan dulu"

"Terimakasih ibuku yang cantik" jawabnya dengan tersenyum ke ibunya.

"Haha.. dasar anak ini"

Ibu mertua Gina pun masuk ke kamarnya setelah memastikan anaknya makan masakannya.

Meskipun masih dalam keadaan berduka karena kehilangan anaknya namun dia masih bersikap tegar di depan anak yang lainnya.

"Kyaaa!!!" Tiba-tiba Gina berteriak dan terdengar oleh Raka.

Raka, adik ipar Gina yang sedang makan menjadi panik dan langsung berlari menghampiri kakak iparnya yang berteriak.

Posisi yang dekat membuat Raka dengan cepat sampai di kamar Gina kakak iparnya.

Untungnya kamar Gina tidak terkunci sehingga dia bisa masuk dengan mudah.

"Ada apa kak?" ucapnya sangat panik namun dia tidak bisa mengalihkan pandangannya melihat Gina yang hanya mengenakkan handuk pendek.

"Ada tikus Raka, di sana!" jawabnya dengan ketakutan.

"Jangan takut kak! tenang, ya?"

Belum sempat mencarinya tiba-tiba tikus itu berlari ke arah kaki Raka hingga membuatnya tersandung dan terjatuh.

"Kyaa!! Raka!!" Gina berteriak histeris merasa malu dan semakin panik karena Raka jatuh menimpanya hingga handuknya tersingkap dan terlihat sudah tubuhnya oleh Raka apalagi tangan Raka tidak sengaja menyentuh dada Gina.

Drap.. Drap.. Drap..

Teriakan kencang dari Gina terdengar oleh semua yang ada di rumah tersebut hingga mereka berlari menuju sumber suara.

Pintu kamar yang terbuka membuat mereka bisa melihat dengan jelas yang terjadi di kamar tersebut.

Mata Gina terbelalak melihat anggota keluarga suaminya melihat dirinya dalam posisi yang memalukan dengan adik iparnya.

Raka yang menyadari kedatangan keluarganya langsung menutupi tubuh kakak iparnya dengan kemeja yang ia kenakan dan beranjak dari atas tubuh kakak iparnya.

"Raka!! apa yang kamu lakukan?" ucap kakak pertama Raka.

Plak! Raka di tampar oleh kakaknya.

"Hiks.. hiks.." Gina menutupi tubuhnya dengan selimut dan hanya menangis karena malu dan merasa bersalah terhadap Raka.

"Semua ini hanya salah paham kak, bu!" jawabnya dengan tenang.

Semua orang mengira Raka menggoda kakak iparnya saat sendirian hingga ingin berbuat hal yang memalukan.

"Apa ibu pernah mengajari kamu hal yang melakukan? apa kamu tidak cukup percaya diri mencari perempuan lain hingga berbuat buruk ke istri kakakmu? hah?! kamu juga Gina, kupikir kamu baik ternyata kamu menggoda anakku bahkan di saat kuburan suamimu belum kering!!" ibu mertua Gina sangat murka melihat mereka.

"Bukan seperti itu bu, tolong dengarkan penjelasan kami" ucap Gina mencoba membela Raka dan dirinya.

"Cepat ganti baju dan keluar! kita bicarakan semua ini dengan kepala dingin" ucap kakak pertamanya.

"Baik kak"

Hanya karena hal sepele justru berakhir dengan kesalahpahaman yang besar hingga Gina tidak sanggup melihat raut wajah dari keluarga suaminya.

Untungnya istri dari kakak pertama dan anak-anak sedang tidak di rumah sehingga hanya ibu mertua, kakak pertama yang melihat kejadian tersebut.

Mereka duduk di ruang keluarga dengan tatapan tajam penuh amarah.

Gina yang sudah mereka tunggu duduk dengan perasaan yang tidak enak.

"Baiklah! sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi" ucap Anton kakak pertamanya Raka.

Raka dan Gina menjelaskan dengan jujur tentang peristiwa yang terjadi sebelumnya.

"Jadi begitu ceritanya? tapi meskipun memang karena hal yang tidak di sengaja, Raka sudah melihat tub*h Gina dan menyentuhnya, itu permasalahannya!"

"Benar! di keluarga kita hal seperti itu adalah masalah besar apalagi ini menyangkut harga diri perempuan, ibu minta maaf Gina atas ucapan sebelumnya"

"Tidak masalah bu, semua ini karena saya" ucap Gina merasa bersalah.

Meskipun sempat kesal dan melontarkan perkataan yang kasar sebenarnya ibu mertua Gina sudah menganggap Gina seperti anaknya sendiri hingga dia tidak bisa membiarkan hal ini berakhir dengan begitu saja.

"Aku bersedia tanggungjawab dan menikahi kak Gina" kata Raka dengan tiba-tiba.

Semuanya terkejut dengan ucapan Raka yang tergesa-gesa.

"Tunggu! Raka kamu tidak perlu sampai seperti itu, aku tidak masalah karena kamu tidak sengaja!" jawab Gina sambil mengibaskan tangannya.

"Kepalaku pusing! kenapa semua ini bisa terjadi, Raka lebih baik kamu pikirkan dengan matang ucapanmu itu" kata ibunya sambil memegang kepalanya yang sakit.

"Meskipun bukan hal yang harusnya senang tapi aku cukup bangga dengan keberanianmu itu Raka! tapi apa kamu yakin dengan keputusan mu itu? apalagi Gina kakak ipar mu" ucap kakak pertamanya merasa cemas.

Gina merasa sangat bersalah dan tidak ingin masa depan Raka hancur karenanya.

"Aku yakin dengan keputusanku! aku tidak mau kak Gina merasa harga dirinya tercoreng karena sudah ku sentuh! bukannya ini solusi yang terbaik untuk masalah ini?" Raka dengan yakin menginginkan pernikahan tersebut.

"Kita bicarakan lagi nanti setelah kamu memikirkannya lagi, Kepala ibu semakin pusing" ibunya Raka meninggalkan mereka untuk menenangkan pikirannya sejenak.

Bab 2

Makan malam bersama dengan keluarga kali ini lengkap karena Gina sudah tidak mengurung diri di kamar namun suasananya terlihat suram.

Mila yang merupakan istri dari Anton merasa canggung dengan situasinya karena tidak mengetahui yang siang tadi terjadi di rumah itu.

"Akhirnya kamu sudah tidak sedih lagi ya Gina! makan yang banyak, kamu kelihatan kurus" ucap Mila tersenyum ke adik iparnya.

"Iya kak, terimakasih sudah memperhatikan ku" jawabnya merasa canggung.

Sedangkan yang lain hanya diam tanpa senyum di wajah mereka.

"Kenapa semuanya diam? ayo makan dulu, bu sini piringnya" Mila berusaha membuat suasana tidak sepi.

"Hmph! makasih Mila! kalian juga makan jangan hanya lihat saja" ucap Dianti ibu mertuanya.

Raut wajah yang masih datar dari wajah Anton dan Raka terlihat mencurigakan hingga Mila tidak bisa mengabaikan yang terjadi.

Namun mereka tetap makan agar ibu mereka tidak merasa sedih melihat mereka.

"Bunda.. aku mau makan ayam" ucap anak Mila yang berusia 5 tahun.

"Boleh tapi jangan lupa makan sayurnya juga, ya!"

"Iya Bunda, tapi kenapa Ayah tidak makan sayul"

"Haha.. pintarnya cucu nenek! Anton beri contoh yang baik untuk anakmu!" Dianti merasa bangga melihat cucunya tumbuh dengan baik.

"Iya Bu"

Selama seminggu ini memang mereka sengaja berkumpul di rumah ibu di karenakan tidak ingin melihat kesedihan yang berlarut dari ibu mereka namun justru yang paling terpuruk adalah Gina selaku istri yang di tinggalkan suaminya.

Suami Gina adalah anak kedua dari 3 bersaudara sedangkan Raka adalah anak terakhir.

Mereka semua sudah punya rumah tersendiri dan hidup mandiri namun karena pekerjaan suami Gina yang sering keluar kota membuat Gina di minta tinggal bersama ibu mertuanya.

Setelah selesai makan malam mereka kembali ke kamar masing-masing sedangkan Raka mencoba membujuk ibunya untuk membiarkan dia menikahi Gina.

"Ada apa kamu ke kamar ibu?" tanya Dianti merasa sedikit kesal.

"Bu tolong maafkan aku! meskipun menurut ibu, ini bukan masalah besar tapi aku sudah melihat dan bahkan tidak sengaja menyentuh kak Gina, semua masalah ini bisa selesai dengan cepat jika ibu mengijinkan aku menikah dengannya" Raka mengatakannya sambil berlutut di depan ibunya.

"Raka, menikah itu bukan perkara mudah! lagian Gina juga tidak masalah, kenapa kamu bersikeras ingin menikahinya? bagaimana masa depanmu nanti! pandangan orang juga pasti buruk karena hal ini" Dianti menyentuh kepala Raka merasa sedih dengan yang terjadi.

"Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan Bu! sejujurnya aku sudah lama menyimpan perasaan yang tidak semestinya ke dia! bukan maksudku bersyukur atas kejadian ini tapi aku benar-benar ingin bertanggung jawab demi harga dirinya Bu, pasti dia merasa buruk menilai dirinya yang sudah di sentuh adik iparnya tapi aku tidak mau dia berfikir seperti itu"

Ibunya sangat terkejut mendengar pengakuan Raka yang jatuh hati kepada kakak iparnya sendiri.

Dari sekian banyaknya perempuan di luar sana justru Raka menginginkan istri dari kakaknya.

"Raka, apa kamu sadar dengan yang kamu ucapkan? bukan hal yang sulit dengan wajahmu yang tampan dan sifatmu yang baik untuk mendapatkan perempuan yang lebih baik"

"Aku sudah mencoba melupakan perasaan ini dengan mencoba dekat dengan perempuan lain tapi tetap saja perasaan ini tidak hilang sampai sekarang Bu, lantas apa yang harus kulakukan selain menginginkannya?" Raka meneteskan air matanya di hadapan ibunya.

"Baiklah, ibu mengijinkan mu menikah dengan Gina tapi bukan hal yang mudah karena Gina sangat mencintai Abi kakakmu itu, lihat saja keadaannya yang sekarang! ibu harap kamu pelan-pelan saja hingga dia mau membuka hatinya!"

Dengan berat hati Dianti menuruti keinginan anaknya yang terdengar tidak masuk akal namun memang seperti itu adanya.

"Terimakasih Bu, aku pasti bisa membuat kak Gina mau menikah denganku" Raka mencium tangan ibunya dengan perasaan yang senang.

Dalam benak ibunya "Ayah kenapa nasibku seperti ini? Abi sudah pergi menyusul mu dan sekarang anak bungsu kita menginginkan hal yang tidak seharusnya! apa keputusan ku tepat, membiarkannya berbuat sesuai keinginannya?"

Raka keluar dari kamar ibunya untuk kembali ke kamarnya.

Di sisi lain Mila tidak tahan dengan sikap suaminya yang diam dari sejak mereka makan malam.

Brak! Mila menggebrak meja kerja suaminya.

"Sayang! apa yang kamu lakukan? apa kamu senang melihat suamimu jantungan?" Anton sangat terkejut di kagetkan istrinya.

"Suamiku! sebenarnya apa yang terjadi saat aku keluar tadi siang?" Mila menyentuh wajah suaminya dengan kedua tangannya agar menatapnya.

Sentuhan istrinya yang selalu tiba-tiba membuat Anton berdebar tak terduga.

"Istriku! lepas dulu ya, wajahmu terlalu dekat! kita bicarakan dengan tenang, ya?" Anton mencoba melepaskan sentuhan istrinya.

"Aku tahu kamu seperti apa suamiku? Aku tidak akan bisa tenang sebelum kamu jujur" Mila dengan agresif duduk menghadap di pangkuan suaminya.

"Haa!! istriku, kalau kamu begini, aku tidak bisa menjawabnya" Anton mulai panik dengan tindakan istrinya.

Perasaan yang gelisah sebelumnya terlupakan karena rayuan istrinya.

"Baiklah! aku tahu kamu pasti diam jika aku tidak melakukan hal seperti itu, jadi jelaskan apa yang terjadi" Mila menatap tajam suaminya dengan berpegangan di pundak suaminya.

"Ya, tapi kamu turun dulu ya sayang! dari mana kamu belajar hal seperti ini?" Anton menurunkan tangan istrinya.

"Oke suamiku" Mila tersenyum lalu turun dari pangkuan suaminya.

Anton mengajak istrinya duduk berdua di tepi ranjang mereka dan menceritakan semuanya dengan jelas.

Mila tidak menyangka ada kejadian seperti itu di rumah namun dia merasa cukup bangga dengan sikap Raka yang seperti pria sejati.

"Jadi kenapa suamiku gelisah? bukannya sebelumnya kamu juga merasa bangga dengan sikap adikmu?" Mila mencoba mencari tahu apa yang sedang di pikirkan oleh suaminya.

"Apa menurutmu ini masuk akal sayang? kalau kamu jadi aku, apa kamu merasa tenang membiarkan adik yang tinggal satu-satunya menikahi istri kakaknya yang meninggal?"

"Memang bukan hal yang mudah jika hanya dari ucapan saja tapi aku tahu suamiku bukan orang yang berpikiran sempit! menurutku Raka mungkin mempunyai pemikirannya sendiri sampai mau bertanggungjawab meskipun karena hal yang menurut orang lain sepele tapi apa kamu memikirkan sudut pandang dari Gina?" Mila mencoba membuat Anton berfikir lebih memikirkan posisi Gina.

"Hmph! aku tidak sampai berfikir kesana" jawab Anton mulai terbuka pikirannya.

"Gina adalah orang yang sangat memikirkan harga dirinya, pasti sekarang dia berfikir bahwa dia bersalah atas semuanya dan dia pasti merasa tubuhnya telah ternoda meskipun hanya karena sentuhan tidak sengaja dari adik iparnya apalagi Raka sudah melihat tubuhnya dengan jelas" Mila berkata panjang lebar mengutarakan pendapatnya.

Bab 3

"Terimakasih istriku! kalau bukan karena mu pasti sekarang aku masih bingung, sebagai anak pertama di keluarga ini, aku harus bisa tegas dan menjadi contoh untuk adikku" Anton menyenderkan kepalanya di bahu istrinya.

"Selama ini kamu sudah berusaha menjadi anak, ayah dan kakak yang baik sayang! sudah seharusnya kamu berbagi apapun yang kamu rasakan karena aku istrimu" Mila menyentuh wajah suaminya yang sedang bersandar.

"Aku sangat beruntung memilikimu sayang" Anton memeluk istrinya dengan perasaan bahagia.

Mereka memutuskan untuk tidur sedangkan masalah ini akan mereka bicarakan kembali keesokan harinya untuk mendapatkan solusi yang terbaik agar perasaan Gina tidak semakin terpuruk.

Kesedihan di tinggal selamanya oleh suaminya belum hilang justru di tambah lagi dengan kejadian yang memalukan dan di lihat oleh keluarga suaminya.

Di dalam kamarnya Gina menangis tersedu-sedu.

"Suamiku! apa aku pergi saja menyusul mu? kali ini adikmu dalam masalah karena ku, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.. hiks.. hiks"

Rasa cintanya yang dalam terhadap suaminya tidak akan hilang dengan mudahnya meskipun telah tiada.

Gina merasa hanya akan menjadi beban di keluarga suaminya sehingga dia memutuskan untuk keluar dari rumah tersebut dan kembali ke rumah milik suaminya jika masih di ijinkan untuk memiliki hak tinggal di rumah tersebut.

"Maafkan aku suamiku, sepertinya aku tidak bisa lagi menepati janjiku untuk menjaga ibumu! aku harus pergi karena disini hanya akan membuat semuanya hancur"

Gina memasukkan pakaian dan barang-barang penting miliknya ke dalam koper.

Keesokan harinya.

Semua orang berkumpul untuk membahas permasalahan yang belum menemui solusinya.

Gina membawa kopernya keluar dengan raut wajah sedihnya.

Mereka semakin merasa bersalah karena tidak memikirkan perasaan Gina hingga membuatnya ingin keluar dari rumah.

"Gina, kenapa kamu membawa koper? apa kamu mau pergi dari rumah ibu?" tanya Dianti merasa sedih.

"Maaf Bu sepertinya ini solusi terbaik demi kebaikan keluarga ini" Gina tidak sanggup menatap wajah yang lainnya.

"Duduk dulu kak! jangan pergi, semua bukan salah kakak" Raka mencoba membujuk Gina.

"Benar Gina, duduk dulu dan bicarakan baik-baik, ya?" Mila ikut membujuk Gina.

"Tapi" Gina merasa ragu.

"Duduk dulu kakak mau bicara" kata Anton dengan tegas.

"Baiklah" Gina langsung menuruti ucapan Anton.

Gina selalu mendengarkan ucapan Anton karena selama ini Anton sosok kakak ipar yang baik baginya.

"Jadi apa keputusan mu sekarang, Raka!" tanya Anton dengan serius menatap Raka.

"Keputusan ku masih sama dan tidak akan berubah kak! aku mau menikahi kak Gina"

Melihat jawaban sungguh-sungguh dari Raka membuat Mila tersenyum takjub dengan keberanian adik iparnya.

Anton tidak sengaja melirik istrinya yang tersenyum sehingga dia paham apa yang sedang istrinya pikirkan.

"Bagaimana menurutmu Gina?" Anton bersikap serius kembali.

"Aku tidak tahu kak! aku tidak mau membuat hidup Raka berantakan jika dia menikah dengan ku" Gina merasa panik dan menjawab sebisanya.

"Aku tidak masalah kak! aku serius ingin menikahi kakak terlepas dari siapa kakak selama ini"

"Tapi Raka, aku tidak mungkin menikah dengan orang yang tidak mencintaiku" Gina dengan percaya diri karena tahu Raka tidak mencintainya namun hanya bersikap layaknya pria yang bertanggungjawab.

Suasana menjadi memanas karena perdebatan mereka.

"Jika itu alasannya berarti kakak tidak bisa menolak karena aku mencintaimu kak" Raka menatap Gina dengan tatapan penuh cinta.

"Sudah cukup! jangan bohong, aku tidak mau menempatkan mu dalam kesulitan, kamu 3 tahun lebih muda dariku Raka dan aku pernah menikah dengan kakakmu! tidak mungkin kamu menyukai ku apalagi sampai mencintaiku" Gina merasa sedikit kesal.

"Sepertinya kalian butuh waktu bicara berdua! sayang ayo kita keluar sebentar" Mila mengajak Anton pergi agar mereka bisa bicara dengan leluasa.

Mila dan Anton keluar sembari menunggu anak mereka pulang berjalan-jalan dengan pengasuhnya.

"Ibu juga mau ke pasar! kalian bicaralah baik-baik dan ibu harap Gina tidak pergi dari rumah ini, ya"

"Hati-hati dijalan Bu"

Gina merasa bersalah karena membiarkan ibu mertuanya lelah mengurus semuanya sendiri sedangkan biasanya dia yang pergi ke pasar membantunya mengurus pekerjaan rumah tangga.

"Kak! apa aku tidak bisa memenuhi kriteria mu untuk menjadi suamimu? aku tidak tahu harus memulainya dari mana tapi aku juga tidak bisa melupakan perasaan ini begitu saja"

"Tapi pernikahan itu untuk seumur hidup Raka! apa kamu yakin dengan perasaan mu itu? aku bahkan tidak mencintaimu, hanya kakakmu yang aku cintai"

"Tidak masalah kak! aku bisa membuatmu bahagia meskipun kamu tidak mencintaiku tapi seiring berjalannya waktu pasti kakak bisa membuka hati untukku"

"Semua ini sangat berat untukku Raka! hiks.. hiks..aku tidak tahu apa yang harus kulakukan! kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupku saja rasanya sangat sakit! aku tidak mau kamu sedih dan kecewa karena aku tidak bisa memberikan hatiku untukmu" Gina menangis meluapkan apa yang mengganjal di hatinya.

Raka memeluk Gina yang menangis mengingat suaminya.

"Menangislah sepuasnya kak! aku janji akan membuatmu bahagia dan melupakan kesedihan ini" Raka menepuk-nepuk punggung Gina.

Selama ini Gina hanya diam dan mengurung diri tanpa mengatakan apa yang dia rasakan ke orang lain.

Pelukan dari Raka setidaknya menghibur dirinya yang terhanyut dalam kepedihan yang mendalam.

Meskipun dia tidak ingin terlibat lebih dalam dengan Raka namun anehnya Raka bisa membuatnya lebih tenang.

"Percayalah kak, semua kesedihan yang kakak rasakan akan berganti dengan kebahagiaan dan kuharap ada aku di dalam kebahagiaan kakak"

"Kamu seperti orang tua.. hiks.. hiks" Gina ingin tertawa karena sikap Raka membuatnya geli mendengarkan ucapannya bijak darinya tapi dia justru menangis.

Gina mendorong pelan untuk melepaskan pelukan Raka.

"Apa tadi kakak bercanda? syukurlah kalau kakak terhibur! umurku memang lebih muda dari kakak tapi aku lebih dewasa dari kakak! jadi aku pasti bisa menjadi suami yang baik" ucapnya sambil mengusap air matanya.

"Kamu pasti playboy kan? pacarmu pasti banyak" Gina sudah tidak menangis lagi karena Raka.

Raka tidak menyangka Gina menganggapnya seperti itu.

"Haha.. kenapa kakak berfikir seperti itu?" Raka tertawa senang karena Gina mau bercanda dengannya.

"Wajahmu saja seperti itu" Gina tidak berani menatap wajah Raka meskipun mengatakannya.

Raka tidak mengerti maksud Gina mempermasalahkan wajahnya.

"Wajahku? ada apa dengan wajahku kak?" Raka menyentuh wajahnya dengan merasa heran.

"Coba saja kamu bercermin" Gina tidak mau menunjukkan maksud dari ucapannya.

Raka menjadi semakin bingung dengan ucapan Gina namun dia langsung mencari cermin sesuai perintah Gina.

"Tidak ada yang aneh kak" Raka tidak menemukan hal aneh di wajahnya.

"Haha sudahlah.. ternyata kamu tidak sadar bahwa wajahmu tampan" Gina tertawa karena Raka dengan polosnya tidak tahu maksudnya.

Gina kembali ke kamarnya meninggalkan Raka sendirian di ruang keluarga.

"Tunggu kak!" Raka belum selesai bicara tapi Gina sudah pergi.

"Haha.. Ternyata ada untungnya wajah tampan, setidaknya kak Gina bisa tertawa! apa benar wajahku tampan? andai aku lebih tampan dari kak Abi pasti kak Gina lebih mencintaiku"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!