NovelToon NovelToon

Ada Cinta Di Antara Kita

Arzio Dewangga Alexander

Arzio Dewangga Alexander, pria tampan 25 tahun, tinggi dan bertubuh atletis yang menjadi ahli waris dari keluarga Alexander berjalan tergesa-gesa ke rumah papi maminya.

Zio tidak tinggal dengan orang tuanya, ia tinggal di apartemen nya sendiri. Zia saudara kembar nya lah yang tinggal dengan kedua orang tuanya di mansion ini.

Zio yang sedang tergesa-gesa tidak menyadari. seseorang yang sedang mengepel lantai di rumah papinya. Kakinya menendang ember yang ada di pintu masuk dan tanpa sengaja ember berisi air tersebut mengenai seorang wanita yang sedang berjongkok mengepel.

Si gadis kaget karena air di ember mengenai rok dan juga tubuhnya. Kebetulan hari ini ia bekerja dengan mengenakan rok bukan celana.

"Upss, sorry, saya tidak sengaja," ucap Zio yang juga langsung mengangkat kedua tangannya. Ia belum menyadari dengan gadis yang baru bekerja seminggu di rumah papinya.

Si gadis mengangkat wajahnya, gadis tanpa ekspresi itu hanya memandang datar laki-laki yang sudah membuat rok dan tubuhnya basah.

Zio baru kali ini melihat si gadis, sudah hampir sebulan juga dia belum ke rumah papinya.

Pandangan mata mereka bertemu, Zio seakan ketarik ke dalam mata kelam si gadis yang cahaya di matanya tampak redup. Cantik, batin Zio.

"Kamu siapa?" tanya Zio ramah.

Gadis tersebut hanya diam saja tidak menjawab. Ia pergi meninggalkan Zio dengan muka datarnya.

Paradista Kaina Wijaya (Adis), 23 tahun gadis cantik dengan wajah oval, hidung bangir, bibir tipis dengan bola mata bulat, bulu mata lentik dan alis yang tersusun rapi pergi meninggalkan begitu saja laki-laki tampan yang sudah membuatnya basah.

Siapa gadis itu, wajahnya cantik tetapi mengapa tatapan matanya begitu sendu, Zio membatin.

Zio seakan lupa dengan kedatangannya kemari untuk mencari papi dan maminya, ia ingin menanyakan masalah yang sedang dihadapinya. Zio merasa ada seseorang yang ingin menjatuhkannya di pucuk pimpinan secara tidak sehat.

Zio tau ia akan menghadapi banyak masalah ke depannya, Zio yang baru beberapa bulan menjabat sebagai CEO di perusahaan papinya akan membicarakan hal ini ke papinya, banyak tender yang tiba-tiba membatalkan kerjasamanya. Zio merasa ada yang mencoba menghianatinya.

Zio ingin menemui papi maminya tapi kenapa tidak kelihatan dimana papi dan maminya berada.

"Pi, Mi," teriak Zio.

"Zio, berisik tau," Zia keluar dari kamarnya mendengar suara kembarannya.

"Mana papi mami?"

"Kayaknya pergi,"

"Kemana?"

"Gak tau, udah pulang sana papi mami lagi pergi," usir Zia ke kembarannya.

Zia akan turun ke bawah ia akan menemui Adis ada yang ingin ditanyakannya.

Zio mengikuti kemana Zia pergi.

"Jangan ikuti aku," Zia berbalik ke belakang dan menatap tajam kembarannya itu.

"Kenapa aku gak boleh ikut ke belakang? Emang kamu mau kemana?"

"Zio kamu berisik,"

Zia yang pendiam tidak suka mendengar suara kembarannya yang berisik.

Zia mencari Adis di belakang, di lihatnya Adis masih mengepel lantai.

Zio masih aja terus mengikuti langkah kaki kembarannya. Zia kira Zio tak mengikutinya.

"Adis, aku cari-cari di sini rupanya," Zia mendekati Adis.

Adis yang berdiri menghadap ke Zia menatap tajam laki-laki yang tadi sudah membuat tubuhnya basah.

"Dis, ntar ikut aku ya kita cari buku di mall, ada buku yang bagus aku liat di medsos," ucap Zia yang tidak menyadari kembarannya ada di belakangnya.

Adis hanya menganggukkan kepalanya saja.

Zio bingung dengan gadis itu siapa dia, kenapa pembawaannya dingin gitu.

"Zia,"

Zia menoleh ke belakang, ia kaget ternyata kembarannya masih ada di belakangnya.

"Zio, kenapa masih ada di sini? Sudah pergi aja ke kantormu papi mami lama kayaknya pulangnya,"

"Kamu kenapa usir-usir aku, siapa gadis itu?" akhirnya keluar juga dari mulutnya Zio menanyakan tentang gadis tersebut.

"Ohh dia maid baru, mami yang bawa ketemu di jalan kayaknya,"

Zia berlenggok santai meninggalkan kembarannya.

Zio memandangi gadis tinggi semampai itu, tatapan mata mereka bertemu. Tetapi gadis berkuncir satu itu segera mengalihkan pandangannya dari tatapan Zio.

Zia menggandeng tangan Adis beranjak pergi dari hadapan Zio.

Zio pun balik badan kembali untuk ke kantor nya, nanti saja ia akan menelpon orang tuanya.

Zio penasaran dengan gadis cantik tersebut.

Masa sih maid, dengan tubuh tinggi kulit bercahaya begitu masa mau jadi maid di rumah mami papi, Zio bermonolog sendiri.

Zio memasuki mobilnya kembali dan melajukan mobilnya ke kantor. Harusnya kembarannya juga ngantor, Zia merupakan wakil CEO di perusahaan milik papinya.

***

Di rumah mewah bertingkat 3, seorang lelaki berbadan tegap dan gagah, menghisap cerutunya dalam, putri semata wayangnya pergi meninggalkan rumah karena kecewa dengan dirinya yang baru menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan putrinya.

Damar Wijaya, 45 tahun, pengusaha besar di kota A papi dari Paradista (Adis), lelaki gagah dengan wajah tegas dan di segani para pebisnis.

Qaila, 24 tahun wanita yang berprofesi sebagai model istri kedua dari Damar Wijaya, selalu sibuk dengan jadwal manggung dan pemotretannya berselisih paham dengan Adis, putri tirinya.

Damar sudah meminta anggota nya untuk menyelidiki putrinya. Namun sampai hari ini dirinya belum mendapatkan kabar keberadaan putrinya.

Ibu kandung Adis sudah meninggal saat Adis berusia 17 tahun, ibunya meninggal karena kecelakaan yang sampai hari ini belum di ketahui penyebabnya.

Damar sedang berada di ruang kerjanya berdiri di pinggir jendela yang terbuka lebar menghembuskan asap ke udara dari cerutunya yang di hisapnya dalam-dalam.

"Pi," panggil seorang wanita dengan style nya yang chic, wanita berambut gelombang berwarna coklat terang tersebut mendatangi suaminya.

Wanita tersebut memeluk suaminya dari belakang.

"Pi, hari ini aku harus berangkat ke Bali ada pemotretan, jangan lupa ya Pi, sebelum berangkat Qaila sudah terima notif dari papi, papi sih gak ngasih kartu saktinya ke Qaila,"

Qaila gadis yang sepantasnya menjadi anak Damar tidak peduli dengan gosip yang beredar di luaran tentang dirinya yang menikah dengan lelaki yang pantas menjadi ayahnya.

"Hemm," jawab Damar singkat.

Qaila sang istri yang suka menggoda suaminya mulai beraksi dengan tangannya yang membuka kancing kemeja suaminya.

Sebagai lelaki matang tentu saja gairah kelelakiannya masih tinggi. Damar suka dengan keagresifan istri muda nya ini, Damar menikahi istrinya ini yang berprofesi sebagai model mendapatkan seorang gadis yang tidak lagi gadis.

Damar memakluminya, karena wanita dewasa baginya sudah bisa menentukan keputusan sendiri apa yang mereka lakukan.

Damar membiarkan istrinya menggoda dan memancing gairahnya, ini lah yang disukainya istri mudanya ini sering berinisiatif sendiri tanpa harus dirinya yang meminta.

Qaila yang masih muda tentu saja senang mendapatkan lelaki matang yang tajir sebagai suaminya. Selain bisa menunjang karirnya juga bisa membuat dirinya merasakan kepuasan di atas ranjang.

Tetapi suaminya tidak mengetahui jika istri mudanya masih berhubungan dengan pacarnya sampai sekarang. Istri muda Damar sangat pandai bermain cantik tanpa ketahuan oleh suaminya.

Siang itu Qaila yang akan berangkat ke Bali menyempatkan dirinya untuk memberi servis memuaskan ke suaminya. Suaminya juga merasakan kepuasan disaat pikirannya sedang kalut dengan perginya putri semata wayang kesayangannya.

Selesai melakukan kegiatan di atas sofa di ruang kerja suaminya, Qaila beranjak dari tempatnya ia akan bersiap untuk berangkat ke Bali.

Damar memejamkan matanya, ia merasakan kepuasan dari istri mudanya, tetapi tetap saja pikirannya masih memikirkan tentang putri cantiknya itu, putri yang biasa manja dengan dirinya, Damar merasakan kehilangan. Sudah sebulan putrinya meninggalkan rumah.

Zio Yang Penasaran

Zio melajukan mobilnya kembali ke kantor ia akan menghubungi saja papinya saat di kantor nanti. Zio jadi kepikiran terus dangan gadis di rumah papinya. Sorot sendu gadis itu seakan menghipnotis dirinya.

Sialan! Ada apa dengan diriku ini, kenapa baru sekali lihat saja wajahnya tak pernah hilang dari ingatan, hati Zio menjadi gelisah.

Zio tiba di gedung megah Alex Property. Zio memarkirkan mobil mewahnya di parkiran khusus top managemen. Dengan kacamata hitamnya yang bertengger di wajahnya penampilan Zio pewaris Alex Property mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya terutama gadis-gadis lajang para karyawan nya.

Zio membuka kacamata hitamnya memasuki lobby kantornya. Dengan perawakan tinggi mengikuti gen papinya, Zio berjalan dengan tenang dan tersenyum ke karyawan yang di temuinya.

Zio masuk ke lift, memencet tombol nomor 8 dimana ruangannya berada. Zio berjalan menuju ke ruangannya. Di depan ruangannya sekretaris Fathika berdiri memberi hormat dan tersenyum kepadanya.

"Selamat pagi Pak," salam Fathika ke bosnya.

"Pagi Thika, asisten Abyan udah datang?"

"Sudah Pak, ada di ruangannya,"

"Baiklah, tolong panggilkan Abyan temui saya,"

"Baik Pak,"

Zio masuk ke ruangannya, duduk di kursi kebesarannya, ia memutar-mutar kursinya.

Terdengar pintu di ketuk dari luar.

"Masuk,"

Sesosok laki-laki muda dengan tubuh yang hampir sama tingginya dengan Zio, mendekati meja bosnya.

"Ya bos," Abyan duduk di depan bosnya.

Abyan Pratama, 23 tahun putra semata wayang dari Donny Gilang Pratama, sepupu dari papi Kenzou, papinya Zio. Laki-laki tampan tersebut memiliki karakter sama seperti papanya Donny, ia seorang yang tengil, iseng dan menyenangkan bagi siapa saja yang bergaul dengannya.

"By, menurut mu tender yang seharusnya kita dapatkan bisa cancel itu karena apa?"

"Mungkin ada musuh dalam selimut bos,"

"Maksudmu orang dalam dari kantor kita?"

"Ya iyalah, aku sedang coba selidiki semoga segera dapat jawabannya,"

"Baiklah, apa kau sudah sarapan? Temani aku sarapan ke cafe depan,"

"Siap bos, kuy lah,"

Zio segera beranjak dari duduk nya begitu juga dengan Abyan.

Kedua pemuda tampan sepupuan itu berjalan berdampingan meninggalkan ruangan Zio.

Mereka akan sarapan meski telat karena sekarang sudah pukul 9.15 pagi.

Zio dan Abyan duduk di kursi berhadap-hadapan. Setelah memesan pesanan mereka dan menunggu pesanan datang. Zio membuka pembicaraan.

"By, tadi aku ke ruma papi ada cewek cantik maid barunya papi,"

"Maid baru?"

"Iya, maid baru cewek itu cantik tapi seram,"

"Seram kenapa?"

"Tatapannya maut bro,"

"Iyakah? Bikin penasaran aja,"

"Yap, ntar aja kita ke rumah mami kenalan sekalian,"

"Tumben lo tertarik dengan maid, biasanya segala jenis wanita cantik tak mempen sama lo, hahaha,"

"Sialan lo, ini kayaknya beda,"

"Ya, ya, kita liat aja nanti,"

Pesanan mereka datang dan sudah di hidangkan di meja, Zio dan Abyan segera menyantapnya.

***

Di kediaman papi Kenzou, Zia dan Adis sedang berada di kamar Adis di paviliun belakang khusus para maid.

Adis pun heran kenapa nona mudanya mau saja ke kamarnya yang tidak telalu besar. Kamar maid hanya berukuran 4×5 meter persegi. Hanya ada satu tempat tidur, lemari dan meja.

"Nona Zia, apa gak sebaiknya kita ke gazebo di halaman belakang saja nona, di kamar ini sempit, nanti nona merasa ngap,"

"Jangan panggil aku nona, Adis kamu hanya lebih muda dia tahun umurnya dariku, panggil aja Zia lebih enak,"

"Tapi nona,"

"Eits, panggil ZIA, Z-I-A ya.. Zia.. gak pake embel-embel lainnya.

"Baiklah Zia, saya mengerti,"

"Aku mau tanya tentang ini, coba kamu perhatikan," Zia menunjukkan laptop di depannya, sepertinya file ku kena virus ini kenapa tak bisa di buka,"

Adis mencoba mengutak atik laptop Zia, hanya dalam waktu singkat laptop Zia sudah bisa terbuka.

"Wah, kamu jago deh Dis, kenapa tadi tidak bisa di buka ya,"

"Sekarang sudah bisa di buka nona,"

"Kok panggil nona lagi,"

"Oh iya, Zia sekarang filenya sudah bisa dibuka,"

Zia terus membuka file-file di laptopnya semua masih aman.

"Baiklah Adis kamu sangat pintar, aku akan ke kantor sebentar lagi, kamu ikut ya?"

"Saya? Kenapa saya harus ikut, Zia? Pekerjaan saya harus saya selesaikan," ucap Adis merasa heran dengan nona mudanya ini, kenapa dirinya harus ikut ke kantor, tugasnya kan hanya maid di rumah besar ini.

"Kamu jangan malah melamun, buruan ganti bajunya, bentar lagi kita pergi ke kantorku,"

"Tapi Zi, nanti nyonya besar marah loh kalo pergi-pergi saat jam kerja,"

"Siapa yang berani marah sama kamu, biar orang yang marah itu berhadapan denganku,"

Zia mendengus. Mau tak mau Adis mengikuti perintah nona mudanya yang menginginkannya ikut dengannya ke kantor.

Pukul sebelas kurang Zia dan Adis berangkat ke kantor Alex Property, kantor di mana Zio juga ada di sana.

Di dalam mobil, Zia memakai kacamata hitamnya. Zia melihat penampilan maid baru maminya ini sangat berbeda dengan maid lainnya.

Pakaian Adis jika dibilang sederhana tidak juga, pakaiannya merupakan pakaian-pakaian branded. Penampilan Adis juga bukan seperti gadis- gadis yang lainnya. Ada aura berbeda yang terpancar dari tubuh gadis di sampingnya ini.

"Adis, apa kamu bisa bawa mobil?"

"Eh, saya Zia?"

"Iya kamulah emang siapa lagi?"

"Saya bisa nona,"

Zia manggut-manggut, Zia sebenarnya penasaran juga sama maid baru di rumah papi maminya ini. Dari penampilan dan kulit bersihnya Zia tak yakin jika ia berasal dari orang-orang yang berpenghasilan rendah.

"Adis, saya kan baru kenal dengan kamu, saya pikir kamu ini berbeda,'

" Maksud nona? Berbeda apa ya?"

"Maksud saya, kamu cantik, menarik body mu juga body peragawati, tapi kenapa kamu mau jadi maid di rumah mami?"

"Saya kan butuh makan dan minum Zi, makanya saya bekerja dengan mami kamu,"

"Cerita donk gimana kamu bertemu dengan mamiku,"

"Gak sengaja ketemu Zi, waktu itu nyonya besar baru mau keluar dari mall, dompet nyonya jatuh, saya yang menemukan dompet tersebut kebetulan nyonya masih mau jalan keluar mall, saya lari-larj mengejar nyonya besar, dari situlah nyonya menanyakan ke saya kerja dimana mau gak kerja di rumah nyonya, ya saya jawab mau Zi,"

"Ohh gitu,"

Tak terasa mobil Zia sampai di halaman gedung tinggi menjulang, Zia memarkirkan mobilnya di parkiran khusus to manajemen, mobi kembarannya tidak terlihat di parkiran berarti Zio tidak ada di kantor.

Adis memperhatikan gedung tinggi menjulang berwarna degradasi abu-abu tua dan abu-abu muda. Gedung berdiri kokoh. Baru kali ini Adis menginjakkan kakinya ke gedung perkantoran ini.

Mereka berdua keluar dari mobil, baru saja mereka keluar mobil, datang mobil mewah berwarna silver masuk ke parkiran khusus top manajemen.

Zio dan Abyan yang masih di dalam mobil berpandangan.

"Siapa gadis itu cantik sekali," ucap Abyan.

Zio sudah tersenyum samar melihat gadis yang sudah menganggu pikirannya. Gadis yang sudah membuatnya penasaran, dan sekarang gadis itu muncul bersama kembarannya di pelataran parkir gedung perkantorannya.

Abyan sudah duluan turun dari mobil dan menghampiri sepupunya, Zia dan wanita cantik yang bersamanya.

Zio mendengus kesal.

Sialan Byan, duluan lo, gercep juga lo By.

Zio masih di dalam mobil ia tidak suka melihat Byan yang ngobrol dengan gadis cantik tinggi semampai itu.

sudah kamu gak usah

Adis di Kantor Zio

"Hai," sapa Abyan ke Adis.

"Jangan macam-macam kamu By, awas kami mo lewat," Zia menarik tangan Adis.

Zio keluar dari mobilnya.

"Zi, bukannya kamu tadi di rumah, kok udah di kantor aja?" tanya Zio yang mengikuti langkah kaki kembarannya.

Abyan juga mengikuti langkah kaki sepupunya.

Zio berjalan di samping Adis, Abyan berjalan di samping Zia.

Kedua lelaki tampan dan tinggi itu berjalan seperti bodyguard kedua wanita tersebut yang mereka apit jalannya.

Semua mata memandang ke arah mereka, yang cowok tinggi-tinggi begitu juga dengan yang cewek.

Kedua wanita pendiam tersebut tidak bersuara, mereka terus berjalan diikuti lelaki tampan di samping mereka masing-masing.

Mereka berempat berdiri di depan lift khusus top manajemen.

Zio tak pernah jauh dari Adis. Dirinya juga belum berkenalan dengan gadis dengan wajah datar ini. Zio juga tak mengerti kenapa ia langsung klik dengan gadis yang belum di kenalnya ini.

Zia sampe ke ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan kembarannya.

"Kalian kenapa masih ikuti kami?" tanya Zia heran.

Zia membuka pintu ruangannya, di ikuti oleh Adis. Kedua lelaki tampan tersebut juga ikut masuk ke ruangan Zia.

"Ya ampun, kalian kenapa sih? Malah ikut kesini juga? Bukannya malah kerja," Zia mulai memasang mode galaknya.

"Zi, kenalkan dulu gadis cantik di sampingmu itu? Siapa dia? Sekretaris mu kah?" tanya Abyan yang juga pingin kenalan dengan Adis bukan Zio saja.

"Zi, kenapa kamu bawa gadis ini ke sini? Bukannya ia kerja di rumah?" tanya Zio.

Wajah Adis merona merah, ia seperti ditampar wajahnya mendengar kata-kata Zio. Wajah Adis semakin menekuk. Dirinya melirik tajam ke Zio.

Zio juga mencuri pandang ke gadis di samping Zia.

"Kenapa sih kalian reseh amat, udah sana gih, tak ada kenalan-kenalan, hus.. hus.. keluar sana, Zia mendorong tubuh Zio dan Abyan sekuat tenaga agar keluar dari ruangannya.

" Ziaa, apa-apaan sih, kenapa kami di dorong-dorong keluar," teriak Abyan.

"Kalian sangat berisik, mengganggu saja," begitu Zio dan Abyan keluar Zia langsung mengunci pintu ruangannya.

"Legaaa," Zia mengelus dadanya.

"Duduk Dis, ada yang mau aku sampaikan sama kamu,"

Zia berjalan ke mejanya, Adis mau duduk di kursi depan mejanya Zia.

"Ehh, jangan duduk disitu, di sofa aja," Zia menarik tangan Adis untuk duduk di sofa.

Adis mengikuti saja perintah nona mudanya ini. Ia duduk di sofa di seberang nona mudanya. Padahal dirinya sendiri juga nona muda di keluarga Wijaya. Adis tidak ingin ada yang tau identitas aslinya jika di tanya ia hanya menyebut namanya saja Adis tanpa nama panjangnya.

Adis meninggalkan rumahnya saat papinya pergi berbulan madu ke luar negeri. Adis tidak menyetujui pernikahan kedua papinya, Adis tidak menyukai ibu tirinya yang sebaya dengannya. Adis tidak melihat ada ketulusan di dalam diri ibu tirinya itu.

Adis juga tau siapa sebenarnya ibu tirinya itu, Adis yang pendiam tidak ingin berdebat dengan papinya, waktu acara pernikahan papinya Adis tidak datang.

"Dis, Adis, yaelah malah ngelamun,"

"Ehh, iya nona eh.. Zia," Adis gelagapan kaget karena ia mengingat papinya yang sejak menikah tidak lagi menghiraukan dirinya.

"Tuh kan bener kamu melamun, begini aku ajak kamu ke kantor ini, aku mau nawarin kamu jadi asistenku, mau ya tak ada penolakan,"

"Hah? Asisten non.. eh.. Zia? Apa gak salah? Saya kan maid di rumah papi mami Zia,"

"Ah, masalah itu mah gampang, nanti aku yang ngomong ke papi dan mami, aku butuh asisten Dis,"

"Saya bekerja di rumah aja Zia, saya tidak suka bertemu banyak orang di luaran,"

"Saya tu juga begitu loh Dis, kita kan sama, tetapi kalo kita bekerja ya kita harus profesional, Dis,"

"Iya sih Zi,"

"Jadi mulai besok kamu udah kerja sama aku, jadi di mana ada aku disitu ada kamu,"

"Non, eh.. Zia, saya tidak bisa bekerja di kantor loh, saya belum pengalaman," elak Adis, ia sebenarnya keberatan, jika sering berada dil luar dirinya takut akan di temui oleh papinya atau para pengawalnya yang pasti sudah di sebar di mana-mana.

"Kamu jangan banyak alasan deh Dis, pokoknya besok kamu udah mulai kerja jadi asisten aku, sekarang ayo kita temui kakakku, kakak kembaranku,"

"Hah? Zi kamu kembar sama bos yang tadi ikut masuk itu?"

"Iya bener, kami kembar wajah kami emang beda karena kami kembar tidak identik, wajahku kek wajah papi Kenzou, plek deh, klo wajah Zio, perpaduan wajah papi dan mami,"

"Ohh gitu," Adis manggut-manggut.

"Zia, apa boleh kalo aku kerja besok aku pakai kacamata dan pakai rambut palsu?"

"Hah?" Zia kaget

"Kenapa begitu?"

"Ya gak apa-apa aja," Adis tidak memberitahukan alasan dirinya mau memakai kacamata dan rambut palsu.

"Boleh ya Zia, kalo tidak saya tetap jadi maid aja di rumah,"

"Ya udah nanti kita ke mall beli buku sekalian beli kacamata sama rambut palsu buat kamu,"

"Tak usah, Zia biar saya beli sendiri aja, saya bukan siapa-siapa yang harus di temani majikan jika membeli keperluan saya,"

"Ihh, kamu kenapa keras kepala sih, Dis,"

"Maafkan saya Zia, saya melakukan ini semua karena ada maksudnya,"

"Maksud apaan?" tanya Zia tak mengerti.

"Ada deh, Zi, tolong jangan paksa saya buat jelasin ya,"

"Iyalah terserah kamu aja, daripada aku pusing tujuh keliling,"

"Maafkan saya Zia,"

"Tak usah meminta maaf Adis, sekarang kita ke ruangan CEO kita ya," ucap Zia sambil menarik tangan Adis.

Tiba di depan ruangan Zio, sekretaris Fathika berdiri memberi hormat pada kedua wanita cantik yang tinggi semampai seperti model catwalk.

Zia membuka pintu ruangan Zio, Zia masih menarik tangan Adis yang terasa halus di tangannya.

"Hallo Zero," sapa Zia ke kembarannya.

"Zero? Siapa Zero?"

"Itu Zero yang sok cool," bisik Zia matanya sambil menatap kembarannya.

"Bukankah namanya Zio ya?" bisi Adis masih belum paham.

"Zio, katanya kamu mau kenalan dengan asisten baruku ini?"

Zio kaget dari tadi di jantungnya masih berdetak sangat kencang, apalagi sekarang dirinya bertatap muka langsung dengan gadis yang sudah mengganggu pikirannya.

"Duduk yuk Dis," Zia menarik tangan Adis dan mereka duduk bersebelahan di sofa.

"Zia, tolong tinggalkan kami berdua," terdengar suara sexy dari bibir Zio.

"Hah?" Zia kaget.

"Kenapa harus berdua? Kan Adis dibawah Zio, aku sudah wawancara dengannya,"

Zio tidak menjawab, air muka di wajah Zio berubah, jika sudah serius Zio sudah sama seperti papinya, auranya dingin dan tatapannya tajam, kalo sudah seperti itu Zia tau Zio sedang mode cosplay papinya. Zia tidak akan pernah membantah Zio. Zia tidak mau mereka berdua berdebat terus.

Dengan terpaksa Zia pergi keluar ruangan meninggalkan Adis dan kembarannya, Zio. Tapi Zia masih khawatir jika kembarannya akan menanyakan hal yang aneh-aneh ke Adis.

Di dalam ruangan Zio, Adis tidak berani mengangkat kepalanya. Ia terus menunduk. Tangannya terasa dingin, perutnya terasa

Zio menarik sudut bibirnya ia akan menanyakan bnyak hal ke gadis yang sudah membuat pikirannya ambyar.

Kenzou memandangi wajah cantik di depannya yang terus menunduk. Zio seakan mendapatkan jckpots besar berada satu ruangan dan akan berbicara dengan gadis tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!