Lounge Dubai, adalah tempat yang Syahira pilihkan untuk mengadakan acara party bersama dengan teman-temannya. Syahira telah memesan ruangan VVIP untuk satu malam penuh bersenang-senang bersama dengan teman-teman dari universitasnya yang baru saja lulus hari ini.
Selain berada di hotel bintang lima. Lounge Dubai juga memiliki sisi ruangan yang begitu mewah dan juga elegan. Suasananya adem dan nyaman membuat semua orang dapat menikmati party tersebut dengan damai.
Di sela-sela acara party berlangsung Syahira dikejutkan dengan sebuah panggilan dari asisten rumah tangganya, yang mengabari jika Tuan Bastian baru saja masuk ke rumah sakit karena serangan jantung mendadak, yang mengharuskan Syahira harus segera meninggalkan party tersebut.Tanpa berpamitan, Syahira pergi meninggalkan party dan memesan segera tiket untuk terbang ke Indonesia pada malam itu juga.
[Oh My God. Kenapa kamu meninggalkan acara party kita?] orang diseberang sana bertanya kepada Syahira ketika panggilan sudah terhubung. Kini Syahira sudah berada di bandar udara, sebentar lagi akan take off.
"I'm so sorry, Nalla. Aku harus segera kembali ke Indonesia, papa aku masuk rumah sakit,"
[That's oke. Don't worry about it]
"See you, Nalla."
[See you too.] Panggilan terputus, Syahira menyimpan kembali ponsel di dalam tasnya. Lalu, menarik koper bersama dengan dirinya yang menuju Apron.
Jam 21.30, malam. Pesawat yang ditumpangi oleh Syahira telah lepas landas, membawa terbang tubuh Syahira kembali ke tanah kelahirannya yang sudah Syahira tinggalkan selama lima tahun lamanya.
Namun, tepat pada jam 10.00, pagi. Syahira sudah tiba di rumah sakit harapan bangsa. Syahira telah menghubungi asisten rumah tangga untuk menanyakan ruangan Tuan Bastian, sehingga Syahira segera pergi menemui asisten rumah tangganya di depan ruangan inap milik Tuan Bastian.
"Non, Syahira." Bi Minah, selaku asisten rumah tangga Syahira segera bangkit dari tempat duduknya ketika melihat Syahira telah tiba. Keduanya sempat berpelukan sebentar, sebelum akhirnya Syahira pergi menemui sang papa di dalam ruangan inapnya.
"Papa,"ucap Syahira pelan, memegang tangan Tuan Bastian yang sedang tertidur. Tuan Bastian, yang merasa seseorang memegang tangan serta berbicara dengannya pun segera membuka mata dan melihat Syahira telah kembali untuk melihatnya.
Syahira mencium kening papanya, melihat selang oksigen yang terpasang di antara hidung Tuan Bastian. Syahira mengusap lembut punggung tangan Tuan Bastian, lalu kembali mencium punggung tangan pria itu.
Syahira, membantu Tuan Bastian untuk duduk karena merasa dirinya telah membaik. Lalu memegang erat tangan putri satu-satunya sambil berkata, "Syahira, papa ingin meminta satu hal padamu, papa harap kamu bisa memenuhinya sebelum papa pergi...."
"Papa, jangan katakan itu. Papa pasti akan sembuh, Syahira sudah ada di sini. Syahira akan menjaga papa di sini,"ucap Syahira pelan, kembali mencium punggung tangan Tuan Bastian lembut. Tuan Bastian mengusap pucuk kepala anaknya yang begitu dicintainya.
"Menikahlah dengan anak rekan bisnis, Papa...."
Tangan yang semula Syahira genggam perlahan-lahan lepas, sehingga Tuan Bastian dapat merasakan jika ada penolakan dari dalam diri Syahira atas perjodohan itu.
"Syahira "
Syahira, berbalik dan pergi meninggalkan ruangan inap Tuan Bastian. Syahira, duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruangan tersebut. Bi Minah, menghampiri anak dari majikannya dan duduk di samping Syahira.
"Bibi," Syahira memeluk wanita yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Wanita ini mengusap pelan punggung Syahira, yang mungkin kini telah menangis dalam pelukannya.
"Kenapa harus Syahira, Bi? Syahira masih ingin bekerja dan membahagiakan papa. Syahira punya mimpi yang suatu saat nanti akan hidup bersama dengan suami yang Syahira cintai, Bi. Bukan, orang yang papa jodohkan...." Syahira berkata dengan pelan, sembari air mata tetes demi tetes terjatuh ke atas lantai.
"Non, Bibi tau. Tetapi, perusahaan papa Non Syahira saat ini sedang mengalami penurunan pemasukan. Bahkan, terancam akan bangkrut. Menurut yang bibi tau, Tuan Fikar sudah menipu papa Non Syahira, dengan mengambil pinjaman uang Bank sebanyak 10 miliar atas nama papa Non Syahira. Kalau pinjaman itu tak dilunaskan segera maka jaminannya seluruh aset keluarga Dermawan akan disita. Termasuk perusahaan dan juga rumah serta beberapa mobil yang Tuan Bastian punya,"ungkap Bi Minah. Syahira terkejut bukan main. Pria yang selama ini sudah Syahira anggap seperti ayah sendiri tega menipu papanya.
"Paman Fikar, tega melakukan itu terhadap papa? Apa dia lupa kalau papa adalah adiknya?" Syahira bertanya dengan raut wajah yang marah.
"Uang bisa membutakan hati nurani orang, Non. Saat ini bahkan kita tidak tahu ke mana perginya Tuan Fikar,"ujar Bi Minah. Syahira langsung terduduk lemas di samping Bi Minah.
Syahira telah memutuskan akan membantu mempertahankan seluruh aset keluarga Dermawan. Bahkan, Syahira juga mengambil keputusan yang berat dalam hidupnya, yaitu menyetujui menikah dengan anak dari rekan bisnis Tuan Bastian. Meskipun berat, Syahira tak bisa melihat papanya kehilangan seluruh aset keluarga Dermawan yang selama ini telah dihasilkannya dengan bersusah payah.
"Tidak ada salahnya membalas budi orang tua selagi aku masih bisa, mengorbankan hidup sendiri demi kebahagian papa juga nggak ada salahnya,"ucap Syahira pelan pada dirinya yang sedang bercermin.
Mendengar keputusan Syahira, mendadak Tuan Bastian membaik. Bahkan, sorenya Tuan Bastian langsung diperbolehkan untuk pulang oleh dokter yang menanganinya.
Sebuah Toyota Alphard putih memasuki tempat parkiran sebuah restoran mewah yang ada di kota Surabaya. Tempatnya sangat nyaman dan elegan sangat cocok untuk seseorang yang mengadakan pertemuan keluarga.
Syahira, mendadak gugup dan tangannya menjadi dingin. Tuan Bastian, yang sejak dari tadi menggenggam tangan Syahira langsung tahu kalau sang anak nervous. Kini mereka berdua tiba di depan pintu restoran.
"Selamat datang, Tuan. Silakan ikut saya,"ucap Pelayan yang sudah mengenal dengan Tuan Bastian, langsung membuka pintu ruangan VVIP tersebut. Di dalamnya sudah ada keluarga dari rekan bisnis Tuan Bastian, yaitu keluarga Dirgantara.
Syahira, yang datang bersama dengan Tuan Bastian langsung terkejut dengan sosok pria yang duduk diantara keluarga Dirgantara. Pria yang dikenalnya dulu semasa SMA, mantan terindah dalam hidup Syahira, yaitu Aditya Dirgantara.
Aditya pun sama, sama halnya dengan Syahira. Bahkan, dia sampai berdiri ketika melihat sosok Syahira yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Aditya langsung bisa menebak jika Arsyila lah perempuan yang dijodohkan dengannya.
Keluarga Dirgantara menyambut hangat Tuan Bastian dan Syahira. Hanya saja, Syahira dan Aditya terlihat canggung karena dipertemukan pada acara perjodohan itu. Pertemuan yang tak pernah Syahira atau Aditya bayangkan sebelumnya.
"Apa?!"
Aditya dan Syahira sama-sama terkejut ketika mendengar hari pernikahan mereka adalah dua hari setelah hari pertemuan malam itu, yang membuat Syahira mendadak migrain. Karena, Syahira tak menyangka jika pernikahannya dengan Aditya akan berlangsung secepat itu.
______________________
Hallo, man teman ini karya baru Author mohon dukungannya❤️
Pernikahan yang diadakan di rumah Dirgantara secara tertutup berlangsung dengan lancar. Tanpa ada hambatan sama sekali. Meskipun keduanya terlihat sangat canggung. Sebisa mungkin Syahira dan Aditya bersikap biasa-biasa saja di depan keluarga mereka.
"Lihatlah, Pa. Mereka sangat cocok bukan?" Ibu dari Aditya berkata ketika melihat Aditya dan Syahira telah selesai melakukan ijab qabul. Syahira dan Aditya dimintai untuk meminta restu kepada kedua keluarga dan bahkan mereka dimintai untuk berfoto bersama.
Tibalah, pada malam pernikahan Aditya dan Syahira. Saat ini, Syahira harus tinggal di rumah Aditya sebagai pengantin baru di dalam keluarga Dirgantara. Mau tak mau Syahira harus menuruti semua keinginan keluarga dari suaminya.
"Lima tahun yang lalu diputusin, dua hari yang lalu dipaksa untuk menikah dengan mantan. Nah, malam ini adalah malam pertama kami. Takdir macam apa sih ini?" ucap Syahira sampai stres sendiri membayangkan takdir dalam hidupnya.
Syahira mondar-mandir di dalam kamar setelah menggantikan gaun pernikahan dengan baju piyama. Tak lama pintu kamar terbuka, sosok pria yang baru saja menikahinya melangkah masuk ke dalam kamar dan berjalan ke arah Syahira yang sejak dari tadi mondar-mandir di sisi ranjang nampak begitu gelisah.
"Kamu terlihat begitu bersemangat menyambut malam pertama kita?"goda Syahira, langsung ditatap tajam oleh Syahira.
"Siapa yang bilang? Aku hanya tak menyangka saja bisa menikah dengan orang egois sepertimu," jawab Syahira yang kini duduk di tepi ranjang. Aditya yang mendengar itu lantas berdiri dengan melipatkan kedua tangannya di dada.
"Kamu bilang aku egois? Kamu yang egois, bisa-bisanya berselingkuh dengan orang lain di saat sedang menjalin cinta denganku,"cibir Aditya. Syahira yang tak terima lantas berdiri dan berkacak pinggang di depan Aditya.
"Aku tak berselingkuh! Kamu hanya salah paham. Sudah berapa kali ku katakan, aku tak berselingkuh dibelakangmu, Aditya." Syahira mendadak geram dengan Aditya. Tetapi, justru Aditya malah terlihat gemes dengan Syahira yang mengerucutkan bibirnya ketika berdebat dengannya.
Aditya ingin memegang tangan Syahira mendadak wanita ini mundur yang membuat Aditya bingung. Aditya menghela napas dan berjalan mendekati Syahira yang mundur beberapa langkah untuk menjauh darinya.
"Kamu kenapa?" tanya Aditya, yang melihat Syahira yang tak ingin disentuh olehnya.
"Tak ada malam pertama,"jawab Syahira sembari membuat kedua tangan tanda silang yang membuat Aditya tertawa renyah. Syahira langsung mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa kau ketawa?"ketus Syahira yang kesal.
"Kamu pikir aku menikahimu hanya untuk melihatmu tidur satu ranjang denganku tanpa bisa menyentuhmu? Kamu salah besar Syahira,"ucap Aditya pelan sambil menyeringai yang membuat tubuh Syahira mendadak kaku. Aditya langsung menarik tangan Syahira dan membawanya dalam pelukan.
"Nikmati saja apa yang menjadi kenikmatanmu, aku akan melakukannya dengan pelan." Aditya berbisik di telinga Syahira yang membuat netra Syahira membulat sempurna. Aliran darahnya mengalir begitu cepat. Apalagi ketika Aditya menjatuhkan kedua tubuh mereka ke atas tempat tidur membuat Syahira memejamkan matanya.
Sentuhan jari jemari Aditya yang menyibakkan rambut yang hampir menutup mata Syahira. Mampu membuat wanita ini tak bisa berkata apapun, sejak dulu Aditya sudah memperlakukannya dengan lembut, tak heran jika saat ini Syahira mampu terhipnotis dengan setiap sentuhan yang Aditya berikan.
"Tunggu! Kamu mau apa?" Syahira menahan tangan Aditya yang hendak membuka kancing piyamanya. Tetapi, Aditya tak menjawab. Justru Aditya malah mengambil alih untuk mencium bibir Syahira dengan lembut yang membuat Syahira tak sadar telah mengalungkan tangannya di leher Aditya.
Malam begitu tenang mengiringi keindahan suasana pada malam itu. Sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecahkan keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan.
Udara yang dingin terasa menyegarkan, langit cerah dihiasi bintang-bintang yang bertebaran menemani gagahnya Raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk seakan tak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan.Takdir dua insan yang dipisahkan karena kesalahpahaman kini menyatu kembali karena sebuah ikatan pernikahan.
Jam 04.35, subuh. Syahira bangun lebih dulu. Sedangkan, Aditya masih terlelap dalam tidurnya. Syahira yang mengingat kejadian semalam mendadak jadi malu dan menarik selimut untuk menutupi wajahnya.
"Aah!" Syahira terkejut ketika membuka selimut yang menutupi wajahnya. Aditya sudah bangun dan menopang kepalanya dengan satu tangan, Aditya menatap Syahira dengan senyuman yang membuat Syahira semakin malu.
"Sudah bangun? Apa yang kamu rasakan? Apa masih sakit?" Aditya bertanya, karena khawatir dengan Syahira. Sejak tadi malam Syahira mengeluh sakit, Aditya sadar ini pertama kali untuk istrinya. Setidaknya, dia memiliki rasa empati terhadap Syahira dengan bertanya. Tetapi, Syahira justru malu mendengar pertanyaan itu.
"Ayolah, kenapa harus menutup wajahmu. Aku sudah melihat semuanya tadi malam, aawh!" pekik Aditya, ketika Syahira memukul lengan Aditya dan mendorongnya untuk menjauh darinya.
"Kita masih marahan, jangan dekat-dekat!" Syahira segera turun dari ranjang dengan menahan rasa sakit, melihat cara berjalan Syahira yang berbeda membuat Aditya tak bisa menahan tawanya. Meskipun Syahira sudah memelototinya Aditya tak peduli dengan hal itu.
Aditya sendiri masih marah dengan Syahira yang selalu membantah jika dia tak berselingkuh. Nyatanya mereka berpisah karena Syahira berselingkuh dengan pria lain waktu itu.
Aditya ataupun Syahira sama-sama menikmati sarapan bersama dengan keluarga Dirgantara. Keduanya terlihat begitu akrab yang membuat orang tua Aditya senang menggoda mereka sebagai pengantin baru.
"Kenapa kalian harus pergi ke kantor hari ini? Padahal mama dan papa telah menyuruh kalian untuk mengambil cuti satu Minggu,"ujar Daniah, ibu dari Aditya.
"Tidak bisa, Tante...."
"Lho? Kok Tante, Mama dong."
"Maaf, Syahira belum terbiasa, Ma. Syahira tidak bisa mengambil cuti, papa masih kurang sehat. Saat ini Syahira telah mengambil alih perusahaan Company BD group, Syahira akan menghandle semua pekerjaan di perusahaan papa untuk sementara waktu, termasuk kontrak kerja sama dengan perusahaan Dirgantara group, Ma."Ungkap Syahira, Aditya menaikan alisnya dan melirik ke arah Arsyila, wanita ini pun sama melihat ke arah Aditya dengan kening yang berkerut.
"Jadi, kamu akan pergi dengan siapa hari ini? Kalau kamu mau, papa bisa menyuruh Niko untuk mengantar kamu,"sambung Bram, papanya Aditya.
"Kenapa harus Niko? Aditya bisa mengantarnya sampai ke perusahaan. Jika Aditya yang mengantar Syahira dia akan lebih aman,"saran Daniah. Ketika Syahira ingin menolaknya, Aditya langsung memotong ucapan Syahira yang bahkan belum sempat wanita ini utarakan.
"Benar kata mama. Aku akan mengantar Syahira dengan selamat hingga sampai ke kantor,"ucap Aditya menggenggam tangan Syahira lalu mengecup mesra punggung tangan Syahira yang membuat orang tua Aditya tersenyum. Tetapi, beda hal dengan Syahira yang merasa geli melihat sikap naif Aditya di depan orang tuanya.
Aditya pergi mengantar Syahira lebih dulu menuju perusahaan Company BD Group. Kini mereka berdua telah tiba di tempat tujuan, Syahira meminta Aditya untuk menurunkannya di halte yang lebih jauh dari perusahaannya.
"Ingatnya, kita sudah sepakat untuk merahasiakan pernikahan ini. Jangan sampai pernikahan ini bocor sama klien kita," ucap Aditya memberi peringatan kepada Syahira.
"Eeemm, aku sudah tahu. Kamu tak perlu mengulanginya lagi,"ujar Syahira yang hendak turun, tetapi Aditya malah menarik lengan wanita itu.
"Apa lagi?" tanya Syahira yang menoleh ke arah Aditya.
"Salam dong, 'kan mau kerja. Harus pamit sama suami sendiri,"goda Aditya.
"Hei, kamu lupa? Kita bukan suami istri pada umumnya,"cetus Syahira, Aditya langsung memutar malas bola matanya.
"Bukan suami istri pada umumnya, tapi bisa...."
"Oke, aku pamit kerja dulu ya pak suami,"ucap Syahira sembari mencium punggung tangan Aditya, pria ini hanya nyengir melihat tingkah Syahira yang lucu ketika marah kepadanya.
Begitu Syahira turun dari mobil dia berbalik dan mengacungkan jadi tengah kepada Aditya yang membuat pria ini membulatkan matanya. Aditya menekan klakson dengan kencang yang membuat Syahira terkejut, sekali lagi jari tengah dihadapkan ke arah mobil Aditya.
"Dasar, tunggu saja nanti malam. Kau berani menggodaku takkan ku lepas kamu," Aditya menyeringai lalu memutarkan arah mobil dan pergi meninggalkan halte tersebut.
Syahira baru saja tiba di perusahaan Company BD Group. Syahira bertemu dengan Sekretaris papanya. Syahira langsung memperkenalkan diri di depan semua karyawan, termasuk staf management keuangan di perusahaan tersebut.
"Nara, kamu ikut aku ke ruangan. Ada banyak hal yang ingin aku bahas dengan kamu, yang lain kembali bekerja."
"Baik, Bu."
Syahira duduk di kursi kebesarannya, semua dokumen proyek beberapa tahun yang lalu ada di atas meja kerjanya. Ada juga dokumen yang baru beberapa bulan mereka terima. Salah satunya adalah dokumen kerja sama dengan perusahaan Dirgantara group yang melibatkan sebuah perusahaan asing lainnya. Saat ini sedang mencoba membangunkan sebuah apartemen yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas lainnya. Termasuk pusat pembelanjaan yang dekat dengan apartemen.
Perusahaan Dirgantara group memilih perusahaan Syahira yang terlibat dalam proyek kontruksi mereka. Salah satunya untuk membuat Design and Build.
"Kapan mereka membutuhkan perancangan proyek ini?"
"Harusnya sih besok, Bu."
"Apa?!" Syahira tentu saja terkejut, bagaimana bisa dalam waktu dua hari dia bisa menyelesaikan design dan build untuk proyek itu.
"Baiklah, akan ku usahakan. Kamu perlu memberikan aku dokumen yang lain, agar aku bisa mempelajarinya juga,"
"Baik, Bu. Jangan lupa setelah makan siang kita ada meeting di perusahaan Dirgantara group, Bu. Mereka meminta proposal kerja sama yang lama dengan kita, setelah itu baru akan mengadakan meeting kedua untuk proyek ini,"ujar Nara, Syahira hanya mengangguk pelan lalu membuka satu persatu dokumen yang ada di atas mejanya.
Di tempat lain, di sebuah perusahaan Dirgantara group. Di mana saat ini Aditya sedang memimpin rapat, menggantikan Tuan Bram selaku CEO dari perusahaan Dirgantara Group.
Jam makan siang telah usai, di sinilah saat ini Syahira bersama dengan asisten papanya, Nara. Mereka sedang mengikuti rapat di perusahaan Dirgantara Group. Aditya meminta Alex untuk menjelaskan proyek antara Company BD group dengan mereka yang sudah berlangsung sangat lama. Bahkan, proyek itu sudah selesai tanpa ada hambatan apapun.
Rapat selesai, Alex membubarkan semua staf karyawan. Tetapi, tidak dengan Nara dan Syahira.
Aditya terus saja menatap Syahira tanpa berkedip. Entah kenapa sesekali pria ini tersenyum licik kala membayangkan tentang kejadian semalam. Syahira yang sadar akan tatapan Aditya langsung menoleh ke arah pria itu dengan tatapan tajam.
"Berikan perancangan proyek yang saya minta dua Minggu lalu?"
Bukan hanya Syahira, dua orang lainnya ikut terkejut dengan permintaan Aditya.
"Maaf, Pak. Bukankah, seharusnya perancangan proyek itu siap dalam satu hari lagi? Sesuai dengan kesepakatan Anda,"ucap Nara, Aditya langsung menatap ke arah Nara.
"Apa bedanya satu hari dengan hari ini? Sama-sama hari bukan?" tanya Aditya dengan raut wajah dinginnya, yang membuat Syahira ingin sekali meremas mulut Aditya karena kesal dengan kesombongannya.
"Tapi, Pak...."
Syahira memegang lengan Nara, meminta wanita ini untuk diam. Alex, hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat suami dan istri di depannya bersikap tak saling mengenal satu sama lain.
"Pak, hari ini kami datang untuk memberikan proposal proyek lama kepada Anda. Tetapi, kenapa Anda malah meminta perancangan proyek yang baru? Harusnya itu besok baru selesai dan Anda baru harus mengadakan rapat selanjutnya bukan mendadak seperti ini. Kerjaan kok dibuat lelucon,"cibir Syahira. Aditya mengerutkan keningnya lalu tersenyum.
"Jika tidak mau lanjut yasudah tidak perlu dilanjut. Proyek kerja miliaran ini mungkin bukan jodoh perusahaan Company BD Group. Kami akan mencarikan perusahaan yang lain yang siap tepat waktu,"ujar Aditya dengan santai. Syahira yang mendengar itu langsung mengepalkan tangannya. Syahira sadar jika Aditya ingin menyulitkannya.
"Bu...." Nara, memegang lengan Syahira karena sadar kalau saat ini perusahaan mereka membutuhkan banyak kerja sama dengan berbagai macam perusahaan. Jika Syahira memutuskan kontrak dengan Dirgantara Group, maka beberapa keuntungan juga akan hilang dari perusahaan mereka.
"Baiklah, akan kami usahakan siap dalam hari ini. Tetapi, kami meminta waktu sampai nanti malam, jika sudah siap saya sendiri yang akan memberikannya kepada Anda,"imbuh Syahira diakhir rapat.
"Baiklah. Kalau begitu rapat sampai di sini,"ucap Alex yang langsung mengakhiri rapat, karena takut jika Aditya akan bertindak lebih semena-mena lagi terhadap Syahira.
Alex mengantar Syahira dan Nara hingga ke lobi perusahaan. Sedangkan, Aditya memeriksa proposal yang diberikan oleh Syahira. Semua isi proposal detail dan lengkap tidak ada yang kurang ataupun salah, Aditya saja bisa kagum dengan hasil itu hanya saja pria ini terlalu gengsi untuk mengakuinya.
"Alex kamu sudah kembali?"seru Aditya saat pintu ruangannya yang terbuka. Dia masih memeriksa proposal milik Syahira.
"Sejak kapan namaku menjadi Alex?"
Aditya langsung mendongakkan kepalanya dan menatap seseorang yang barusan bertanya kepadanya. Tentu saja Aditya tak asing dengan suara dan sosok wanita tersebut.
"Sinta?" Aditya berdiri dari tempat duduknya. Sedangkan, Sinta berjalan maju lebih dekat dengan meja Aditya. Selalu berpakaian sexy setiap harinya untuk menarik perhatian Aditya, tetapi sayangnya saat ini Aditya telah memiliki istri jauh lebih cantik dari Sinta sang mantan.
"Kamu masih ingat dengan namaku, lantas kenapa memanggilku Alex?" Sinta meletakkan tasnya di atas meja kerja Aditya, lalu duduk di kursi yang kosong di depan meja Aditya. Pria ini hanya memutar malas bola matanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!