Berlin seorang gadis cantik sudah siap untuk pergi ke sekolahnya, ia sudah memakai seragam sekolah di tambah lagi dengan rambut yang ia kuncir kuda. Berlin sedang berdiri menunggu supir pribadi nya mengantarkan ia ke sekolah.
Setelah supir nya Berlin sudah siap, Berlin pun langsung masuk ke dalam mobil dan mobil pun berjalan menuju ke sekolah. Setelah beberapa menit akhirnya Berlin sudah berada di sekolahnya, ia turun dari mobilnya dan saat ia turun ia melihat Sam, sang pujaan hatinya.
"Sam? " panggil Berlin sambil melambaikan tangannya ke arah Sam, ia juga berlari ke arah Sam.
"Stop, " Sam menyuruh Berlin untuk berhenti.
"Kenapa lagi sih? " tanya Berlin.
"Gak usah deket-deket sama gue, atau lu akan tau akibatnya, " ancam Sam pada Berlin. Sam saat ini sedang di kerumuni oleh banyak cewek yang ingin berada di sampingnya.
"Gue gak peduli, " ucap Berlin, ia tetap mendekat ke arah Sam bahkan sampai memegang tangan Sam.
"Lepasin gue, " Sam melepas genggaman tangan Berlin lalu mendorong nya.
"Gue gak suka sama orang yang penyakit, lu tau gak lu cuman bisanya bikin gue repot aja," Bentak Sam sambil menunjuk ke arah wajah Berlin. Lalu setelah itu Sam berjalan melalui Berlin di ikuti oleh beberapa wanita, para wanita itu mengejek Berlin.
Sementara Berlin kembali berdiri lalu melanjutkan kembali jalannya menuju kelas, setelah ia berada di kelas ia langsung duduk di samping Anggun temannya Berlin dengan wajah yang tak bersemangat.
"Ini pasti gara-gara si Sam lagi kan? " tanya Anggun sambil menatap jengkel pada Berlin, Anggun sudah pusing dengan sahabatnya ini kenapa ia terus mengejar Sam yang sudah jelas tidak mencintai nya bahkan tidak jarang Sam kasar pada Berlin.
"Udah ah aku pusing, " Berlin menundukkan kepalanya di atas meja, ia percaya kalau suatu saat nanti Sam akan mencintainya apapun itu alasannya.
Waktu pelajaran akan segera di mulai dan bel masuk pun berbunyi di barengi dengan guru yang masuk, Berlin dengan sigap langsung duduk tegap sambil tersenyum karena sebentar lagi pujaan hatinya akan masuk.
Benar saja Sam kini masuk ke kelasnya, saat Sam melirik ke arah Berlin, Berlin langsung melambaikan tangannya pada Sam sambil tersenyum genit. Sementara Sam hanya memutar bola matanya malas sebelum akhirnya ia duduk di kursi kesayangannya, ternyata bukan cuman Berlin yang melambaikan tangan ke Sam tapi hampir semua murid wanita melambaikan tangan saat Sam masuk ke kelas.
"Lin udah napa, " ucap Anggun yang melihat Berlin terus menatap ke arah Sam.
"Ah sahabat ku ganteng banget, " gumam Berlin sambil tak lepas-lepasnya ia menatap ke arah Sam yang sedang duduk dan memperhatikan guru.
"Berlin kamu sedang melihat apa? " tanya seorang wanita yang sedang mengajar di kelas Berlin.
Sontak Berlin langsung menatap guru itu dengan tatapan kaget, " Ah iya bu, gak lagi apa-apa kok, " jawab Berlin kikuk.
"Sudah jangan melihat ke arah Sam terus, perhatikan ibu sekarang! " tidak guru itu yang hanya di balas anggukan kecil oleh Berlin.
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya bel istirahat berbunyi semua murid sontak berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan Sam dan ketiga temannya. Mereka juga keluar dari kelasnya menuju kantin sambil tertawa ria.
Berlin menatap kepergian mereka sambil tersenyum bagaimana bisa ia saat ini benar-benar mencintai Sam.
"Woy, ngelamun aja lu, " ujar Anggun sambil menepuk pundak Berlin.
"Au ah, kantin yuk, " ajak Berlin.
merekapun kini berjalan berdampingan menuju kantin, namun saat akan menuju kantin Berlin melepas ikatan rambutnya karena ia lebih suka kalau rambut panjang berwarna hitamnya itu terurai.
Sampailah mereka di kantin namun rupanya meja di kantin penuh membuat Berlin dan Anggun berdengus kesal, sampai pada akhirnya ada seorang pria memanggil mereka untuk duduk.
"Berlin? " panggil pria itu.
Berlin langsung celingukan mencari asal suara itu, sampai ia menemukan seorang pria tengah melambaikan tangan padanya, Berlin langsung menarik tangan Anggun menuju ke pria yang memanggilnya.
"Eh elu, " saut Berlin saat sudah berada di meja pria itu sambil sesekali melirik ke arah Sam karena di sana ada Sam.
"Sini duduk gak ada meja kosong kan? " pria itu bernama Jeremy dia adalah teman sekaligus sahabat Sam.
"Emang boleh? " tanya Berlin, ia tidak mau kalau tiba-tiba saat ia sedang enak-enak makan langsung di usir oleh Sam.
"Boleh, " balas bayu, dia juga sahabat Sam.
Berlin dan Anggun pun duduk di sana, lalu memesan makanan dan memakan makanan yang sudah mereka pesan. Sambil sesekali mereka berbincang-bincang, namun rupanya Sam sama sekali tidak mau berbicara dengan mereka ia malas ada Berlin di sini.
Sampai-sampai ia berdiri dan memukul meja itu sambil berdiri di hadapan mereka, Berlin, Anggun, Bayu dan Jeremy menatap ke arah Sam dengan tatapan kaget.
"Lu bikin nafsu makan gue ilang aja, " ucap Sam sambil berjalan meninggalkan mereka entah mau kemana?
"Tuh anak kenapa sih? " ucap Bayu sambil menatap kepergian Sam dengan tatapan aneh.
"Gila kali, orang gak lagi ngapa-ngapain juga, " ucap Berlin yang juga aneh dengan apa yang Sam lakukan padahal kan Berlin tak sama sekali mengganggu nya kali ini.
"Biasa ke cewek aja tuh orang, " ujar Jeremy yang juga pusing dengan pola pikir Sam.
"Ya udah ah, gue sama Anggun mau ke kelas lagi, lagian makanannya udah abis, tolong bilangin sama Sam kalau gue minta maaf udah ganggu dia makan, " ujar Berlin sambil berjalan pergi dari kantin.
"Gue tuh gak pernah habis pikir sama si Sam, si Berlin tuh cantik tau, mana dia orang kaya, masa iya dia gak suka sama Berlin cuman orang gila yang gak suka sama Berlin, " ujar Bayu kebingungan kenapa Sam tidak suka dengan Berlin bahkan dirinya sendiri mengakui kalau ia suka pada Berlin.
"Tapi gue rasa si Sam cuman gengsi aja deh, soalnya kalau gue perhatiin ia juga kadang suka liatin si Berlin diam-diam loh, " balas Jeremy ia percaya kalau Sam sebenarnya juga suka pada Berlin namun ia hanya gengsi mengatakannya.
"Tapi kalau ia dia suka sama Berlin, kenapa ia suka berprilaku kasar sama dia, bahkan tadi pagi aja si Berlin di dorong sampai jatuh sama si Sam, " ujar Bayu mereka benar-benar tidak tau bagaimana jalan pikir otaknya Sam.
Setelah pulang sekolah Berlin langsung pulang ke rumahnya, di sana Berlin langsung di sambut ibu nya. Berlin memang suka di manja oleh orang tuanya karena mereka tau kondisi Berlin saat ini sangat memprihatinkan.
Namun kakak Berlin yang bernama Tio tidak pernah bisa mengerti keadaan, Tio sering sekali marah-marah pada Berlin, ia tidak suka kalau Berlin terlalu di perlakukan istimewa oleh kedua orang tuanya, Tio merasa kedua orang tuanya pilih kasih.
"Mah kak Tio mana? " tanya Berlin pada ibunya yang bernama Berlian.
"Di kamar kayak nya, " jawab Berlian sambil mengelus rambut Berlin.
"Ya udah aku ke kak Tio dulu yah, " Berlin berlari menuju ke lantai atas, ia ingin bertemu dengan Tio dan mengajaknya main ke mall.
"Kak, kak Tio, bukain pintunya dong! " ucap Berlin sambil mengetuk pintu kamar Tio.
Tio keluar dari kamarnya dengan mimik wajah masam, " Ada apa sih dek? " balas Tio malas.
"Kak main ke mall yuk, " ajak Berlin.
"Gak, kakak sibuk, " datar Tio.
"Ayolah kak, " paksa Berlin sambil menarik tangan Tio.
"Lepasin! aku gak mau, kamu bisa tolong sama mamah aja sana, " tegas Tio sambil menutup pintu kamarnya dengan kasar. Membuat Berlin terkejut dan memegang dadanya yang mulai sakit, detak jantung nya berdetak cepat bahkan alat untuk mengukur detak jantung Berlin berbunyi.
Berlin menarik nafasnya perlahan, lalu melepas tangannya yang berada di dada, ia pergi ke kamarnya dan menjatuhkan tubuh indahnya di kasur king size yang berwarna pink, kamar Berlin berwarna pink dan juga putih mencerminkan dirinya.
Sementara itu di tempat lain Sam sedang di amuk oleh ayahnya sendiri, karena Sam lagi-lagi membuat Berlin sakit hati. Ayahnya memarahi Sam dan menyuruh Sam agar dekat dengan Berlin apapun caranya karena kalau sampai ia melukai Berlin maka semua kerja sama antara dirinya dan juga ayah Berlin bisa di batalkan. Dan jika sampai di batalkan maka perusahaan nya akan bangkrut.
"Ayah sudah bilang bersikap manis lah padanya, " bentak Juna ayah nya Sam sambil melayangkan satu tamparan di pipi kanan Sam.
"Ingat sekali lagi kau lakukan ini maka jangan harap kau akan melihat matahari terbit lagi, " ancam Juna sambil menunjuk wajah Sam dengan telunjuknya.
Setelah itu Sam berjalan menuju kamarnya, namun lagi-lagi Sam di hadang oleh adiknya, "Kak aku minta jangan sakiti kak Berlin yah, kasian, " pesan adiknya Sam yang bernama Kevin.
Sam sama sekali tidak membalas ucapan adiknya ia malah masuk ke kamarnya dengan wajah dan tatapan datarnya, ia benar-benar malas mendengar ocehan kurang kerjaan dari mereka.
Di rumah Berlin ia masih berguling-guling di kamarnya, ia benar-benar bete ia tidak tau harus melakukan apa, hari ini benar-benar membuatnya pusing.
"Aku telpon Anggun aja lah, " Berlin mengambil ponsel miliknya yang berada di tas sekolah.
"Anggun main yuk, aku bete nih, " ajak Berlin saat sudah menelpon Anggun.
"Sorry nih aku gak bisa, soalnya aku di suruh nganter nyokap ke bandara, " balas Anggun.
"Ya udah deh, " Berlin kembali memutuskan sambungan telponnya.
Ia bangkit dari tempat tidur nya lalu berjalan menuju ke luar kamar, berniat untuk menonton televisi namun tiba-tiba ia malah malas ia lebih memilih untuk tidur saja, lagian hari sudah mulai malam.
Di ruangan televisi Ibu dan ayah Berlin tengah membicarakan tentang kondisi Berlin sekarang.
"Papah mamah khawatir banget sama kondisi Berlin saat ini, bagaimana kalau kita suruh Berlin berhenti sekolah? " Berlian sangat khawatir dengan keadaan Berlin.
"Sudahlah mah jangan terlalu memaksakan keinginan kita, Berlin pasti tidak mau menyetujui permintaan mamah. Biarlah mah Berlin juga butuh teman dan orang untuk bersosialisasi, " Angga tidak mau Berlin sedih jika Berlian menyuruhnya untuk berhenti sekolah. Angga ingin anaknya yang ini merasakan kehidupan yang normal layaknya remaja pada umumnya.
____________
Beberapa jam berlalu matahari sudah mulai terbit, baru saja Berlin turun dari mobilnya tiba-tiba tangannya di tarik kasar oleh seseorang. Dan membawanya ke taman belakang sekolah, pria itu menghempas kan tubuh Berlin ke arah tembok.
"Maksud lu apa sih? " tanya pria itu sambil menatap tajam Berlin.
"Apaan sih Sam, tiba-tiba tarik tangan aku sakit tau, " balas Berlin sambil memegang tangannya.
"Maksud lu apa bilang semuanya sama bokap dan nyokap lu? " tanya Sam sekali lagi.
"Bilang apa? aku gak pernah bilang apapun sama mereka, " ucap Berlin ia benar-benar tidak tau maksud dari ucapan Sam.
"Gak usah pura-pura bodoh deh, lu kan yang ngadu sama mereka? "
"Apaan sih Sam aku gak pernah bilang apapun sama mereka, apalagi tentang sikap lu, " balas Berlin, ia benar-benar tidak tau akan hal itu.
"Lu gak usah jadiin penyakit lu agar semua orang mau nurutin permintaan lu, enak banget kayaknya hidup lu? semua yang lu inginkan pasti lu dapatkan apapun yang terjadi, " sinis Sam sambil tersenyum kecut.
"Gue ingetin sama lu nanti malam akan ada acara makan malam keluarga, jangan pernah bicara apapun soal kita, atau lu akan tau akibatnya, " ancam Sam sambil berjalan meninggalkan Berlin mematung di sana.
Tanpa sadar Berlin menjatuhkan air matanya, " Aku bilangin satu hal sama kamu, aku gak pernah berharap ada dalam kondisi kayak gini, aku mau menjalani hidup sama kayak orang lain, aku mau hidup bebas tanpa harus menggunakan alat ini, " ujar Berlin sambil memegang alat pengukur detak jantung yang berada di tangannya.
"Aku emang penyakitan Sam, tapi aku gak pernah bohong sama kamu, soal apapun itu termasuk perasaan ku sama kamu, " sambung Berlin sambil menghapus air matanya. Berlin berjalan menuju kelasnya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
Sam menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Berlin, kenapa ia malah merasakan sesak di dadanya. Ia merasa bersalah karena telah berbicara yang terlalu berlebihan padanya.
"Sorry, ini semuanya untuk kebaikan lu kedepannya, " gumam Sam sambil berjalan.
Hari sudah mulai malam, dan malam ini ada acara makan malam keluarga antara keluarga Berlin dan keluarga Sam. Berlin sudah siap dengan dress putih selutut tanpa lengan, ia sudah berada di dalam mobil, sambil memandang keindahan malam hari dan melihat kendaraan yang berlalu lalang.
"Sayang kamu liat apa? " tanya Berlian saat melihat anak perempuannya terus memandang ke arah jendela.
Berlin melirik ibunya sambil tersenyum, " Tidak bu aku hanya ingin melihat langit malam yang begitu indah ini, " balas Berlin, Berlin kembali mengalihkan pandangan nya ke arah jendela mobil.
Berlian tersenyum miris, ia benar-benar tidak tau harus apa saat tau kebenaran kondisi anaknya saat ini yang sangat memprihatinkan, jika saja boleh di tukar ia ingin sekali menukar hidupnya dengan Berlin. Memang kasih sayang seorang ibu sangatlah besar.
Berlin terus memandang ke arah luas sambil tersenyum, ia ingin melihat dunia dan keadaan sebelum semuanya tidak bisa ia lihat, terkadang ia pernah bertanya pada Tuhan kenapa ini terjadi? namun terkadang juga ia sadar dan tau alasan kenapa ini terjadi padanya, hidup terasa begitu rumit jika di perumit, namun akan terasa mudah jika dijalani dengan rasa ikhlas dan rasa syukur. Dan hidup yang itulah yang saat ini Berlin lakukan berusaha mengikhlaskan dan mensyukuri apa yang terjadi padanya, karena walaupun kita sehat suatu saat nanti kita pasti akan tetap bertemu dengan kematian.
Beberapa menit berlalu sampailah mereka di restoran mewah yang telah keluarga Berlin pesan, mereka berempat duduk di sebuah meja yang berada di lantai paling atas, Berlin yang memesan tempat duduk di sana, ia bilang ingin melihat dunia lebih luas.
Setelah menunggu dengan waktu yang tidak terlalu lama, keluarga Sam datang dan keluarga Berlin berdiri lalu mempersilahkan mereka untuk duduk, lalu semuanya pun duduk. Saat datang Sam langsung menatap tajam Berlin sementara Berlin berusaha menghindari tatapan yang hanya akan membuatnya sedih saja, Berlin malam memainkan gelas minuman yang berada di depannya.
"Kita pesan dulu makanan, " Berlian memanggil pelayan restoran itu lalu mereka semua pesan makanan terlebih dahulu.
"Apa kabar kalian? " tanya Angga sambil tersenyum ramah pada keluar Sam.
"Tentu saja kami baik-baik saja, " balas Juna yang juga membalas senyuman Angga.
"Bagaimana dengan mu Sam? " Angga bertanya pada Sam sambil melayangkan tatapan yang tidak mudah di tebak.
Juna menepuk pundak Sam memberi isyarat agar Sam tersenyum dan bersikap ramah. Sam menatap Angga dengan tatapan datar, " Saya baik om, " balas Sam sambil tersenyum dan kembali memalingkan tatapannya.
"Bagaimana hubungan mu dengan Berlin? apakah sudah mulai membaik, saya tidak bisa habis pikir-" ucapan Angga terpotong oleh Berlin.
"Ayah sudah yah jangan bicara tentang itu lagi, lagian hubungan ku dengan Sam sudah jauh lebih baik, " ucap Berlin sambil tersenyum kikuk dan menatap sekilas pada Sam yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Kau ini bagaimana sih, sudahlah Berlin jangan berbohong pada kita, " balas Berlian ia tau kalau Berlin sedang berbohong.
"Tidak mah aku tidak berbohong, benarkan Sam? kita ini memang baik-baik saja, " balas Berlin sambil menatap Sam.
Sam pun mengangguk perlahan sambil tersenyum ke arah Berlin, namun itu nampak terlihat senyuman terpaksa. Makanan pun datang akhirnya Berlin bisa bernafas dengan lega, karena jika makan ada tradisi tidak boleh bicara, jadi mereka akan fokus pada makanannya untuk beberapa menit.
Tio tersenyum kecut, ia benci situasi ini. Ia selalu saja di acuhkan oleh keluarga nya, saat ini ia hanya merasa kalau dirinya sendiri semuanya tampak tidak adil padanya. Ia menatap nanar dirinya sendiri sedari tadi ia hanya memainkan sendok makannya rasanya ia saat ini tidak memiliki nafsu makan lagi.
"Lalu untuk apa kau ajak aku ke sini, jika pada nyatanya kalian akan mengabaikan ku, " gumam Tio dalam hati.
"Untuk memamerkan keharmonisan kalian, oke kalian berhasil memamerkan itu padaku, aku kalah, " sambungnya sambil tersenyum kecut.
Sementara itu Berlin saat ini sedang kebingungan, ia benar-benar ingin segera pergi dari tempat ini. Beberapa menit berlalu akhirnya acara makan malam mereka selesai alat-alat makan juga sudah di rapih kan oleh pelayanan, dan mulai kembalilah rasa gelisah di hatinya Berlin.
"Kenapa sih kalian gak mau ngertiin aku, " gumam Berlin dalam hati.
"Begini saja, besok kamu jemput Berlin yah? soalnya Tio ada acara di kampusnya, " titah Berlian pada Tio.
Tio pun mengangguk, ia malas berkata-kata.
"Mah aku ke kamar mandi dulu yah? " pamit Berlin sambil berjalan menuju kamar mandi.
"Saya juga ke kamar mandi dulu yah tante, " Sam juga pamit ke kamar mandi, Sam berjalan mencoba mengejar Berlin. Saat orang tuanya tak dapat melihatnya lagi karena terhalang tembok barulah Sam menarik tangan Berlin agar ikut dengannya.
Sam membawa Berlin ke dekat kamar mandi, ia melepas tangannya dengan kasar, "Lu tuh bisa gak sih gak usah bertingkah polos di depan mereka, gak puas lu selalu ngerepotin gue terus, " bentak Sam tepat di wajah Berlin.
Berlin menatap nanar Sam, " Aku minta maaf tapi aku emang gak pernah bilang apapun sama mereka, apalagi menyangkut kamu, " Berlin mencoba mengatakan yang sejujurnya pada Sam.
Sam tersenyum kecut sambil memutar bola matanya malas, " Aku tidak bodoh, jangan pernah membuat ku marah, kenapa sih lu tuh cinta banget sama gue? bisa kan lupakan semua itu? jangan pernah cinta sama gue! " ucapan terakhir dari Sam sebelum pergi meninggalkan Berlin.
Matanya terasa panas, dadanya terasa sangat sesak, namun ia berusaha untuk tidak menangis. Kalau ia menangis orang tuanya akan tau ia menangis dan mereka akan bertanya kenapa ia menangis.
"Aku gak pernah minta untuk cinta sama kamu, tapi hatiku yang memilih mencintai. Jika kamu bicara lupakan saja cinta ini, jika bisa aku sudah melupakannya sejak cinta ini ada, namun asal kamu tau melupakan cinta tak pernah semudah jatuh cinta, " gumam Berlin sambil menatap kosong ke depan.
Berlin masuk ke kamar mandi lalu mencuci wajahnya, dan kini ia lap pakai tisu yang ia bawa di tas selempang nya. Berlin menyenderkan tubuh nya di tembok sambil menatap pantulan dirinya di cermin.
Ia juga menatap alat yang di pasang di tangan kanannya, " Setelah kau hadir, orang yang ku sayang semuanya bertingkah berbeda padaku, aku ingin ingin hidupku seperti dulu, di mana orang tuaku bersikap adil padaku dan kak Tio, dimana Sam selalu ada dalam setiap cerita indah di setiap hari ku, " gumam Berlin.
Ia ingin semuanya kembali seperti sebelum ia di beritahu tentang penyakitnya, ia ingin melakukan apa yang dulu saat kecil ia janjikan bersama dengan Sam, yaitu hidup bersama hanya maut yang memisahkan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!